Kesimpulan Rancang Bangun Model Dinamis Pengelolaan Agroindustri Kerapu

162 10 KESIMPULAN DAN SARAN

10.1 Kesimpulan

1 Penelitian ini telah menghasilkan model dinamis pengelolaan agroindustri kerapu budi daya yang selanjutnya disebut dengan Model MAGRIPU Manajemen Agroindustri Kerapu. Model MAGRIPU adalah model konseptual sistem dinamis pengelolaan agroindustri kerapu yang mendeskripsikan keterkaitan antar komponen teknis dan finansial dalam rangkaian produksi pembenihan, pembesaran, dan pascapanen kerapu. Model tersebut terdiri dari submodel peningkatan keuntungan pembenihan, pembesaran dan pascapanen dan submodel penguatan struktur prediksi kapasitas dan prediksi distribusi keuntungan. Model MAGRIPU digunakan untuk perumusan kebijakan pengelolaan agroindustri kerapu melalui simulasi pengaruh perubahan faktor produksi terhadap keuntungan pembenihan, pembesaran dan pascapanen kerapu, simulasi kapasitas produksi optimal berdasar skenario perubahan permintaan pasar, dan simulasi distribusi keuntungan berdasarkan perkembangan harga produk. 2 Model MAGRIPU dirancang bangun dengan menggunakan paket pemrograman komputer sistem dinamis Powersim Studio versi 2005, sedangkan paket program komputer Expert Choice Versi 11 digunakan untuk pemeringkatan rumusan kebijakan. Verifikasi model komputer yang dilakukan secara otomatis oleh program komputer tidak mendeteksi adanya keganjilan atau angka yang tidak logis, sedangkan validasi model melalui eksplorasi perilaku model menunjukkan respon yang normal terhadap perubahan. Penerapan model MAGRIPU melalui simulasi dengan menggunakan asumsi memberikan hasil yang dapat digunakan untuk perumusan kebijakan pengelolaan agroindustri kerapu. 3 Hasil simulasi model dinamis menunjukkan bahwa faktor yang menentukan keuntungan pembenihan berturut-turut adalah peningkatan frekuensi memijah kontribusi: 51,94, fekunditas telur 25,81, dan sintasan larva 22,25. Keuntungan pembesaran ditentukan oleh pertumbuhan ikan 39,25, padat penebaran 39,25 dan sintasan ikan 22,20. Keuntungan pascapanen ditentukan oleh lama penampungan 55,94, padat penebaran 28,02 dan sintasan ikan 16,04. 4 Usaha pembenihan kerapu macan akan mengalami kondisi kritis kerugian apabila fekunditas induk di bawah 221.001 butirinduk, persentase induk 163 memijah dibawah 2,95, sintasan benih di bawah 2,36, harga jual benih per ekor di bawah Rp 3.063,-, atau biaya pakan benih per ekor melebihi Rp 4.584,-. Usaha pembesaran kerapu macan akan mengalami kondisi kritis apabila padat penebaran ikan di bawah 43,79 ekorKJA, sintasan ikan di bawah 21,26, harga beli benih per ekor lebih dari Rp 25.244,-, harga jual kerapu per ekor lebih rendah dari Rp 21.419,-, atau biaya pakan per ekor lebih dari Rp 30.044,-. Usaha pascapanen kerapu macan akan mengalami kritis apabila padat penebaran di bawah 141,67 ekorKJA, sintasan ikan di bawah 22,67, harga beli kerapu per ekor lebih tinggi dari Rp 48.604,-, harga jual kerapu per ekor lebih rendah dari Rp 51.424,-, atau biaya pakan per ekor melebihi Rp 13.605,-. 5 Kebijakan yang perlu diterapkan dalam rangka memacu perkembangan industri perikanan kerapu budi daya berdasarkan analisis AHP berturut- turut adalah penggunaan benih unggul 10,9, pengembangan pakan buatan 10,7, pengembangan induk unggul 10,3, gradingseleksi ikan 9,9, penggunaan obatvitaminvaksin 8,7, pengembangan sistem informasi pasar 8,6, sertifikasi benih 8,5, penerapan good aquaculture practices GAP 8,4, pengaturan padat tebar 8,1, perbaikan kualitas air 8,0 , dan perawatan KJA 7,8. 6 Untuk menghindarkan terjadinya kelebihan pasokan over supply terutama untuk pasaran Hong Kong, maka kapasitas produksi maksimal skenario optimistik benih kerapu macan Indonesia adalah 1.938.144 ekor per tahun, produksi pembesaran sebanyak 1.596.516 ekor per tahun dan produksi pascapanen sebesar 1.271.976 ekor per tahun. 7 Hasil simulasi dan analisis finansial tentang distribusi keuntungan antar subsistem produksi menunjukan bahwa usaha pembesaran relatif memberikan keuntungan yang lebih besar. Untuk pemerataan distribusi keuntungan antara lain dapat dilakukan dengan subsidi bunga pinjaman bagi usaha pembenihan, atau pembebasan tarif impor barang modal yang belum diproduksi di dalam negeri untuk usaha pembenihan. Melalui insentif tersebut maka tingkat keuntungan pembenihan dapat ditingkatkan sehingga lebih memeratakan keuntungan para pelaku usaha. 8 Kebijakan yang dapat mendorong penguatan agroindustri kerapu budi daya di Indonesia meliputi kebijakan perbaikan teknis produksi, perbaikan industri pendukung dan kebijakan yang mendorong penciptaan iklim yang kondusif bagi perkembangan agroindustri kerapu budi daya. Perbaikan 164 teknis meliputi perbaikan mutu induk, penggunaan pakan buatan, penggunaan obat, vitamin dan vaksin, dan penerapan good aquaculture practices , kebijakan pendukung meliputi sertifikasi mutu benih, pengembangan industri pakan, riset genetika induk, dan riset vaksin ikan, sedangkan penciptaan iklim kondusif dilakukan penguatan perdagangan melalui penetapan spesies kerapu unggulan Indonesia, pengaturan kapasitas produksi agregat dan pengembangan kawasan budi daya kerapu.

10.2 Saran