Berdasarkan Pertimbangan Hakim Dari Sisi Juridis
2. Berdasarkan Pertimbangan Hakim Dari Sisi Juridis
Pembunuhan merupakan bagian dari delik kejahatan terhadap nyawa. Tindak pidana pembunuhan termasuk ke dalam kategori delik materiil yaitu perbuatan tersebut baru dapat dikatakan tindak pidana jika akibat dari perbuatan tersebut sudah terjadi.
Dalam putusan yang menjadi studi kasus di penulisan ini, majelis hakim dalam penilaiannya mengungkap fakta berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang bersifat yuridis yaitu menilai dari dakwaan penuntut umum, keterangan saksi, keterangan terdakwa, barang bukti, dan juga Undang-Undang.
Dalam perkara ini, penuntut umum memberikan dakwaan dalam bentuk subsidair yaitu dakwaan yang terdiri dari beberapa lapisan dakwaan yang disusun secara berlapis dengan maksud lapisan yang satu berfungsi sebagai pengganti lapisan sebelumnya. Sistematik lapisan disusun secara berurut dimulai dari ancaman tindak pidana tertinggi sampai dengan ancaman tindak pidana terendah. Majelis Dalam perkara ini, penuntut umum memberikan dakwaan dalam bentuk subsidair yaitu dakwaan yang terdiri dari beberapa lapisan dakwaan yang disusun secara berlapis dengan maksud lapisan yang satu berfungsi sebagai pengganti lapisan sebelumnya. Sistematik lapisan disusun secara berurut dimulai dari ancaman tindak pidana tertinggi sampai dengan ancaman tindak pidana terendah. Majelis
Berdasarkan pertimbangan hakim tingkat pertama dalam putusannya sebagaimana telah penulis uraikan sebelumnya, hakim menyatakan bahwa perbuatan para terdakwa telah memenuhi unsur- unsur Pasal 338 Jo Pasal 55 Ayat (1) Ke-1 KUHP sehingga perbuatan para terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pembunuhan secara bersama-sama.
Didasarkan pada pertimbangan yang bersifat yuridis, dalam pertimbangan mengenai unsur dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain, penulis berpendapat bahwa majelis hakim tingkat pertama telah mengabaikan dan tidak mempertimbangkan sama sekali seluruh keterangan saksi dan juga keterangan para terdakwa di persidangan, dimana baik keterangan saksi dan juga keterangan terdakwa merupakan unsur penting yang harus ada dalam pertimbangan bersifat yuridis dalam suatu putusan. Majelis hakim tingkat pertama hanya mempertimbangkan petunjuk yang diperoleh dari keterangan saksi di BAP, yang jika dilihat menurut aturan pada Pasal 185 ayat (1) KUHAP keterangan di BAP tersebut tidak lagi dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan.
Majelis hakim tingkat pertama telah salah dalam merumuskan pertimbangan putusannya. Majelis hakim tingkat pertama tidak memperhatikan dan mempertimbangkan unsur-unsur pertimbangan bersifat yuridis yang harus dimuat dalam setiap putusan pengadilan yaitu keterangan saksi dan keterangan terdakwa. Hal ini terlihat dari pertimbangan majelis hakim tingkat pertama yang mengesampingkan keterangan saksi, baik saksi a charge maupun saksi a de charge, yang disampaikan oleh saksi pada saat persidangan serta tidak mempertimbangkan sama sekali keterangan terdakwa saat persidangan. Majelis hakim tingkat pertama menilai dan mempertimbangkan kesalahan para terdakwa hanya berdasarkan pada pemeriksaan di BAP dimana BAP tidaklah menjadi salah satu unsur dalam pertimbangan bersifat yuridis dan dalam perkara ini BAP tersebut tidaklah lagi dapat dijadikan sebagai bukti karena keterangannya telah dicabut oleh saksi pada saat persidangan.
Ketidaktelitian dan kurang objektifnya majelis hakim tingkat pertama dalam mempertimbangkan hal-hal yang bersifat yuridis dalam putusannya membuat majelis hakim tingkat pertama tidak menyadari bahwa unsur kedua dari Pasal 338 Jo. Pasal 55 Ayat (1) Ke-1 KUHP yaitu unsur dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain tidak terpenuhi.
Tidak terpenuhinya unsur dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain tersebut kemudian disadari oleh majelis hakim banding dan majelis hakim kasasi pada saat pemeriksaan perkara di tingkat
banding dan kasasi. Pada saat pemeriksaan perkara majelis hakim banding dan majelis hakim kasasi menyadari tidak ada seorang pun saksi yang melihat atau mengetahui secara langsung para terdakwa melakukan pembunuhan dan juga melalui keterangan dari saksi alibi yang diajukan oleh penasihat hukum para terdakwa serta dari keterangan terdakwa telah terungkap fakta hukum yang melakukan pembunuhan atau kekerasan yang menyebabkan meninggalnya korban bukan dilakukan oleh para terdakwa. Selain itu, tidak diperoleh petunjuk untuk meyakinkan hakim tentang adanya kesalahan terdakwa-terdakwa. Dari pertimbangan majelis hakim banding dan majelis hakim kasasi yang menyatakan bahwa terungkapnya fakta hukum yang melakukan pembunuhan atau kekerasan yang menyebabkan meninggalnya korban bukan dilakukan oleh para terdakwa maka dapat kita katakan bahwa para terdakwa tidak memenuhi unsur kedua yaitu unsur dengan sengaja (asas hukum animus moninis est anima scripti yang berarti kesengajaan seseorang merupakan inti dari sebuah perbuatan) menghilangkan nyawa orang lain.
Tidak terpenuhinya unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 338 Jo. Pasal 55 Ayat (1) Ke-1 KUHP yaitu unsur kedua dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain dan kurangnya bukti serta petunjuk untuk meyakinkan hakim tentang adanya kesalahan terdakwa- terdakwa kemudian menjadi dasar pertimbangan bagi majelis hakim banding dan majelis hakim kasasi menjatuhkan putusan bebas Tidak terpenuhinya unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 338 Jo. Pasal 55 Ayat (1) Ke-1 KUHP yaitu unsur kedua dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain dan kurangnya bukti serta petunjuk untuk meyakinkan hakim tentang adanya kesalahan terdakwa- terdakwa kemudian menjadi dasar pertimbangan bagi majelis hakim banding dan majelis hakim kasasi menjatuhkan putusan bebas
segala unsur terbukti maka terdakwa harus dihukum. 87 Pernyataan pakar hukum pidana tersebut sejalan dengan aturan dalam Pasal 191
ayat (1) KUHAP yaitu Jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, maka terdakwa diputus bebas.
87 Wawancara dengan Pakar Hukum Pidana Asep Iwan Iriawan , Metro TV, hari Selasa tanggal 28 Februari 2017 pukul 14.07 WIB