Faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana perdagangan orang

Untuk kerja sama internasional diatur juga dalam Undang-undangn Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemeberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dalam bentuk perjanjian bantuan hukum timbal balik dalam pidana danatau kerja sama teknis lainnya. Hal ini karena sifat dari tindak pidana perdagangan orang merupakan tindak pidana yang tidak saja terjadi dalam satu wilayah negara, tetapi juga antar negara. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan orang merupakan perwujudan dari komitmen bangsa Indonesia untuk melaksanakan Protokol PBB Tahun 2000 yang telah ditanda tangani pemerintah Indonesia tentang mencegah, menumpas tindak pidana perdagangan orang khususnya perempuan dan anak Protokol Palermo dan menghukum pelakunya.

2. Faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana perdagangan orang

dalam perspektif Kriminologi Sudah sejak lama orang mengkaji dan mengadakan penyelidikan untuk mengetahui latar belakang yang menyebabkan terjadinya suatu kejahatan. Dan untuk untuk itu pula sudah banyak para ahli-ahli masyarakat mengemukakan teori-teori tentang sebab-sebab kejahatan ini dan sekaligus mencoba menguraikan pendapat untuk mengurai kejahatan. Makin komplek suatu masyarakat makin sukar bagi kita dan makin banyak kegagalan yang akan kita temukan. Bertambah banyak undang-undang dan sanksi-sanksi adalah undang-undang dan sanksi- sanksi adalah makin banyak pula kejahatan Berbicara mengenai kejahatan, maka harus dibedakan terlebih dahulu mengenai kejahatan dalam arti yuridis perbuatan yang termasuk tindak pidana dan kejahatan dalam arti sosiologis perbuatan yang patut dipidana. Perbuatan yang termasuk tidnak pidana adalah perbuatan dalam arti melanggar undang- undang dan perbuatan yang patut dipidana adalah perbuatan yang melanggar norma atau kesusilaan yang ada dimasyarakat tetapi tidak diatur dalam perundang-undangan. 18 Dalam mempelajari sebab-sebab terjadinya kejahatan, dikenal adanya beberapa teori yang dapat dipergunakan untuk menganalisis permasalahan- permasalahan yang berkaitan dengan kejahatan. Teori-teori tersebut digolongkan kedalam penggolongan teori-teori kriminologi yang positip dan penggolongan teori-teori yang berkiblat pada mazhab kritis. Penggolongan teori tersebut terdiri dari : a. Mazhab Antropologi 19 Usaha untuk mencari sebab-sebab kejahatan dari ciri-ciri biologis dipelopori oleh ahli-ahli frenologi, seperti GALL 1758-1828 Spurzheim 1776- 1832, yang mencoba mencari hubungan antara bentuk tengkorak kepala dengan tingkah laku. Mereka mendasarkan pada pendapat Aristoteles yang menyatakan bahwa otak merupakan organ dari akal. Cesare Lombroso 1835-1909 seorang dokter ahli kedokteran kehakiman merupakan tokoh yang penting dalam mencari sebab-sebab kejahatan dari ciri- ciri fisik biologis penjahat dalam bukunya L’uomo Delinquente 1876. Pokok- pokok ajaran Lombroso adalah: 18 Rena Yulia, Viktimologi Perlindungan hukum terhadap korban kejahatan Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010 Halaman 86 19 I.S Susanto, Kriminologi yogyakarta. Genta Publishing, 2011 Halaman 47-48 1. Menurut Lombroso, penjahat adalah orang yang mempunyai bakat jahat 2. Bakat jahat tersebut diperoleh karena kelahiran, yaitu diwariskan dari nenek moyang borne criminal. 3. Bakat jahat tersebut dapat dilihat dari ciri-ciri biologis tertentu, seperti muka yang tidak simetris, bibir tebal, hidung pesek, dan lain-lain 4. Bakat jahat tersebut tidak diubah, artinya bakat jahat tersebut tidak dapat dipengaruhi Lamboroso juga menggolongkan para penjahat dalam beberapa golongan seperti : 20 1. Antroplogi Penjahat : Penjahat umumnya dipandang dari segi antroplogi merupakan suatu jenis manusia tersendiri genus home delinguenes, seperti halnya dengan negro. Mereka dilahiran demikian ildelinguente nato mereka tidak mempunyai predis posisi untuk kejahatan, tetapi suatau prodistinasi, dan tidak ada pengaruh lingkungan yang dapat merubahnya. Sifat batin sejak lahir dapat dikenal dari adanya stigma-stigma lahir, suatu tipe penjahat yang dapat dikenal. 2. Hypothese atavisme : Persoalannya ialah bagaimana caranya menerangkan terjadinya mahkluk yang abnormal itu penjahat sejak lahir. Lambroso dalam memecahkan soal tersebut, memajukan hypothase yang sangat cerdik, diterima bahwa orang masih sederhana peradapannya sifatnya adalah amoral, kemudian dengan berjalannya waktu dapat memperoleh sifat asusila moral, maka orang penjahat merupakan suatu gejala atavistis, artinya ia dengan 20 H.M Ridwan dan Ediwarman, Asas-asas Kriminologi Medan, USU Press, 1994 Halaman 65-66 sekonyong-konyong dapat kembali menerima sifat-sifat yang sudah tidak dimiliki nenek moyangnya yang lebih jauh yang dinamakan pewarisan sifat secara jauh kembali. 3. Hypothese Pathology : Berpendapat bahwa penjahat adalah seseorang penderita epilepsi 4. Type penjahat : ciri-ciri yang dikemukakan oleh Lambroso terlihat pada penjaha, sedemikian sifatnya, sehingga dapat dikatakan tipe penjahat. Para penjahat dipandang dari segi antroplogi mempunyai tanda-tanda tertentu, umpamanya sis tengkoraknya pencuri kurang lebih dibandingkan dengan orang lain, dan terdapat kelainan-kelainan pada tengkoraknya. Dalam tengkoraknya terdapat keganjilan yang seakan-akan mengingatkan kepada otak-otak hewan, biar pun tidak dapat ditunjukkan adanya kelainan-kelainan penjahat khusus. Roman mukanya juga laindari pada orang biasa, tulang rahang lebar, muka menceng, tulang dahi melengkung ke belakang. b. Mazhab Perancis atau Mazhab Lingkungan Mazhab ini timbul terutama sebagai penentang mazhab ajaran Lambroso. Pemuka-pemukanya adalah para dokter yang mengemukakan arti penting dari pada milieu sebagai penerbit dari macam-macam penyakit infeksi dan etiologi dari pada penyakit-penyakit infeksi. Para dokter ini terutama telah lebih menonjolkan teori milleu dengan menyangkal kebenaran ajaran tentang kriminalitas sejak lahir. Walaupun mereka adalah dokter dan bukan ahli-ahali sosiologi, namun mereka mempunyai pengertian yang tepat mengenai sebab- sebab sosial dari pada kriminalitas. Pemuka-pemukanya adalah Lacassagne dokter, Manouvrier anthropolog dan G. Tarde yuridis dan sosiolog. Menurut Tarde, kriminalitas bukan gejala antroplogis, melainkan karena gejala sosial, seperti juga lain-lain gejala sosial yang dipengaruhi oleh imitasi. 21 Menurut mazhab lingkungan ekonomi yang mulai berpengaruh pada abad ke-18 dan permulaan abad ke-19 mengangap bahwa keadaan ekonomi yang menyebabkan timbulnya perbuatan jahat. Menurut F. Turati, ia menyatakan tidak hanya kekurangan dan kesengsaraan saja yang dapat menimbulkan kejahatan, tetapi juga didorong oleh nafsu ingin memiliki yang berhubungan erat dengan sistem ekonomi pada waktu sekarang yang mendorong kejahatan ekonomi. Menurut N. Collajani, menunjukkan bahwa timbulnya kejahatan ekonomi dengan gejala patologis sosial yang berasal dari kejahatan politik mempunyai hubugan dengan keadaan kritis. Ia menekankan bahwa antara sistem ekonomi dan faktor- faktor umum dalam kejahatan hak milik mendorong untuk mementingkan diri sendiri yang mendekatkan pada kejahatan. 22 c. Mazhab Bio-Sosiologi Ferri memberikan suatu rumus tentang timbulnya tiap-tiap kejahatan adalah resultan dari keadaan individu, fisik dan sosial. Pada suatu waktu unsur individu yang paling penting, keadaan sosial memberi bentuk kejahatan, tetapi ini bakatnya berasal dari bakatya yang anti sosial organis dan psikis. Diantara 21 Purnianti, Moh. Kemal Darmawan, Mazhab dan Penggolongan Teori Dalam Kriminologi, Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, 1994, Halaman 40-41 22 W.A Bonger, Pengantar Tentang Kriminologi, Jakarta, PT.Pembangunan Ghalia Indonesia, 1982, Halaman 95 semua penganut dari Lambroso, Ferri yang paling berjasa dalam menyebarkan ajarannya. Sebagai seorang ahli ilmu pengetahuan, ia sudah mengetahui bahwa ajaran Lambroso dalam bentuk aslinya tidak dapat dipertahankan. Dengan tidak mengubah intinya, Ferri mengubah bentuknya, sehingga tidak lagi begitu berat sebelah, dengan mengakui pengaruh lingkungan. Dari uraian diatas aliran bio-sosiologi ini bersintetis kepada aliran antroplogi yaitu keadaan lingkungan yang menjadi sebab kejahatan, dan ini berasal dari Ferri. Rumusnya berbunyi ; “tiap kejahatan adalah hasil dari unsur- unsur yang terdapat dalam individu yaitu seperti unsur-unsur yang diterangan oleh Lambroso”. 23 d. Mazhab Spritualis Mazhab ini mencari sebab-musabab kejahatan dalam ketidak adanya kepercayaan agama. Pendapat ini dibuatnya atas dasar penemuan, bahwa makin banyak orang yang tidak pergi ke gereja, makin bertambah kejahatan. Jadi terdapat hubungan kausal antara kedua hal tersebut. 24 Diantara aliran-aliran kriminologi yang mempunyai kedudukan sendiri, adalah aliran yang dulu mencari sebab terpenting dari kejahatan dalam tidak beragamanya seseorang. Menurut Kampe aliran ini mengalami bermacam-macam perubahan dan kehalusan, oleh karena itu mungkin pada waktu sekarang lebih tepat jika dinamakan aliran neo spiritualis, mempunyai kecenderungan 23 H.M. Ridwan dan Ediwarman, Op. Cit, Halaman 67 24 Purnianti, Moh.Kemal Darmawan, Op.Cit, Halaman 44 mementingkan unsur kerohanian dalam mencegah terjadinya kejahatan- kejahatan. 25 e. Mazhab Mr. Paul Moedikno Moeliono Menurut mazhab ini membagi kepada 5 lima golongan antara lain ialah : 1. Golongan salahmu sendiri SS Aliran ini berpendapat bahwa kejahatan timbul disebabkan kemauan bebas individu free of the will. Kejahatan disebabkan oleh kemauan maka perlu hukuman untuk jangan lagi berbuat jahat. 2. Golongan Tiada yang salah TOS Aliran ini mengemukakan sebab-sebab kejahatan itu disebabkan Hereditas Biologis, kultur lingkungan, bakat ditambah lingkungan, perasaan keagamaan. Jadi kejahatan itu ekspresi dari pressi faktor biologis kulturil, Bio-sosiologis, spritualis. 3. Golongan salah Lingkungan Aliran ini menyatakan timbulnya kejahatan disebabkan oleh faktor lingkungan. 4. Golongan Kombinasi Aliran kombinasi ini menyatakan bahwa struktur personal individu terdapat 3 bagian : a. Das Es = Id 25 H.M Ridwan dan Ediwarman, Op. Cit, Halaman 67-68 Das Es berisi nafsu hewani yang jika meminta harus direalisir, dan sepenuhnya berada dalam alam tak sadar. Dalam lapisan ini nafsu bersifat konstruktif dan ada bersifat destruktif. b. Das Ich = Ego Das Ich terletak dalam kesadaran dan merupakan inti, berfungsi menyelaraskan tuntutan Das Es sesuai dengan norma kehidupan. Lapisan ini menyeleksi keinginan Das Es. c. Uber Ich = Super Ego Uber Ich merupakan instansi yang tertinggi dalam mengatur tindakan manusia serta bernilai moral. Norma yang mempengaruhi ego membekas dalam super ego. Super ego mengontrol ego dan memberi celaan dan pujian terhadap tindakan Ego. Orang beriman bila super ego membatasi nafsu dan mengarahkan ke hal yang normatif tinggi, sehinga terbentuknya “iman” ini terlebih dahulu ada pertentangan antara Das ich dan Das Es 5. Golongan Dialog Golongan ini menyatakan manusia adalah dialog maka dia adalah pusat hubungan. Karena manusia berdialog dengan lingkungan, maka dia dipengaruhi lingkungan. Mempengaruh lingkungan maksudnya memberi struktur pada lingkungan sedangkan dipengaruhi lingkungan maksudnya manusia yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. 26 26 Ibid, Halaman 67-72

3. Kebijakan Hukum Pidana dalam memberikan Perlindungan Hukum