Bagan Alir Kerangka Pemikiran Operasional
Gambar 6. Bagan Alir Kerangka Pemikiran Operasional
Model Sikap
Importance & Customer
Performance Satisfaction Analisis
Multiatribut
Fishbein Analysis Index Deskriptif
Identifikasi Sikap dan Kepuasan Petani Padi terhadap benih padi varietas ungggul
Strategi Pemasaran
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten Kediri. Kabupaten Kediri dipilih secara purposive sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Kediri merupakan salah satu kabupaten sentra produksi padi di Jawa Timur. Jawa Timur merupakan propinsi sentra produksi padi di Pulau Jawa selain propinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2008 .
Kecamatan yang menjadi daerah penelitian adalah Kecamatan Gampingrejo, Kayen Kidul, Pagu dan Gurah. Kecamatan ini dipilih secara purposive dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut berada di daerah sentra padi di kabupaten Kediri yaitu Korcam Papar dan Korcam Pare. Korcam Papar terdiri dari Kecamatan Kayen Kidul, Pagu, Papar, Kunjang, Plemahan dan Purwoasri. Sedangkan Korcam Pare terdiri dari Kecamatan Gurah, Gampingrejo, Kandangan, Kepung, Pare, Plosoklaten dan Puncu. Desa yang menjadi daerah penelitian adalah Desa Sambirejo, Sambiresik, Plosorejo, Karangrejo, Turus, Toyoresmi, baye, Bangsongan, Kayen Kidul, Padangan, Bulu Pasar, Menang, Pagu, Semanding, Ngasem, Turus dan Gurah.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara tehadap responden dipandu dengan kuisoner yang telah disediakan. Kuisoner yang Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara tehadap responden dipandu dengan kuisoner yang telah disediakan. Kuisoner yang
4.3 Metode Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah convenience sampling, dimana responden dipilih berdasarkan atas ketersediaan dan kemudahan untuk mendapatkannya (berada di tempat dan waktu yang tepat) serta memenuhi syarat yang telah ditetapkan (Cournoyer and Klein, 2000). Syarat yang digunakan dalam penelitian adalah petani padi yang pernah menggunakan benih padi varietas IR64, Mamberamo dan Ciherang. Ketiga varietas tersebut merupakan varietas unggul yang umum digunakan oleh petani padi di Kabupaten Kediri. Syarat pemilihan responden ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa informasi diperoleh berasal dari responden yang sudah menggunakan benih padi tersebut untuk mengurangi bias hasil penelitian.
Jumlah sampel yang akan dijadikan responden diperoleh berdasarkan penggunaan rumus Slovin. Rumus Slovin yang digunakan adalah sebagai berikut :
n=
( 1 Ne 2
dimana: n
= jumlah sampel N
= ukuran populasi (jumlah petani padi)
e = persen kesalahan sampel yang masih dapat ditolerir
Berdasarkan rumus diatas, jika toleransi kesalahan sampel yang masih ditolerir adalah 10 persen dan jumlah petani padi yang berada dalam Kabupaten Kediri adalah 114.483 petani padi maka jumlah sampel yang dibutuhkan sebesar 99,99 responden. Untuk memudahkan perhitungan jumlah responden yang akan diwawancarai dalam penelitian ini adalah 100 responden.
4.4 Atribut Produk
Atribut yang digunakan dalam penelitian ini diambil berdasarkan wawancara dan melakukan uji chi-square dengan para petani, penangkar dan Kepala Sub Bagian Benih Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kediri. Untuk mengetahui atribut-atribut yang valid maka dilakukan proses sebagai berikut:
1. Dilakukan hipotesis yang akan diujikan Ho : semua atribut yang memberikan hasil yang sama Hi : semua atribut yang memberikan hasil yang berbeda
2. Q hitung dengan rumus
hit n
Dimana: K = jumlah attribut
C = jumlah yang menjawab “ya” dari setiap blok R = jumlah yang menjawab “ya” dari semua atribut tiap blok
3. Q tabel diukur dengan α = 0.05 derajat kebebasan (dk) = jumlah attribut -1 dan akan diperoleh dari tabel distribusi Chi-Square (Khi-Kuadrat)
4. Keputusan Jika Qhit > Q tabel maka tolak Ho dan jika Qhit < Q tabel maka Ho diterima.
Atribut-atribut yang memenuhi syarat adalah produktivitas (hasil panen), umur tanaman, tahan rebah, tahan hama penyakit, rasa nasi, harga benih, harga GKG (Gabah Kering Giling), ketersediaan benih dan pemasaran hasil panen. Adapun atribut-atribut lain yang dimiliki benih varietas unggul namun tidak termasuk dalam penelitian adalah kemasan, label kemasan, anakan produktif, promosi, kerontokan gabah, izin deptan, penyimpanan benih, kadar air, daya kecambah, tinggi tanaman dan responsif terhadap pemupukan.
4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif dengan bantuan tabulasi deskriptif, metode Multiatribut Fishbein, Importance and Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI). Software yang digunakan dalam penelitian adalah Microsoft Office Excel 2007 , SPSS versi 11 dan Minitab versi 14.
Model Multiatribut Fishbein digunakan untuk memahami sikap konsumen terhadap benih padi varietas unggul. Metode IPA digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat kinerja atribut benih padi varietas unggul. Sedangkan metode CSI akan digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan petani padi terhadap benih varietas unggul.
4.5.1 Analisis Deskriptif
Metode Deksriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi atas data dasar belaka (Nazir, 2003). Analisis dekriptif digunakan untuk mengolah informasi dan data yang berasal dari kuisioner. Data dan informasi ini akan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel-tabel sederhana dan dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sama. Hasil yang diperoleh kemudian dipersentasekan berdasarkan jumlah responden. Persentase terbesar dari setiap hasil merupakan faktor dominan dai masing-masing variabel yang dianalisis. Hasil analisis ini digunakan untuk menganalisis karakteristik umum konsumen dan proses keputusan pembelian.
4.5.2 Analisis Model Sikap Multiatribut Fishbein
Formulasi Fishbein merupakan model multiatribut yang secara simbolis rumus tersebut dituliskan sebagai berikut:
Dimana:
A 0 = sikap terhadap objek
b 1 = kekuatan kepercayaan bahwa objek memiliki atibut i
e i = evaluasi mengenai atribut i n
= jumlah atribut yang menonjol Terdapat dua sasaran pengukuran yang penting dalam mengevaluasi atribut produk, yaitu: (1) mengidentifikasi kriteria evaluasi yang mencolok dan (2) memperkirakan saliensi relatif dari masing-masing atribut produk (Engel et al.,
1994). Kriteria evaluasi yang mencolok dapat diketahui dengan menentukan atribut yang menduduki peringkat tertinggi. Saliensi biasanya diartikan sebagai kepentingan, yaitu konsumen diminta untuk menilai kepentingan dari berbagai kriteria evaluasi. Sementara itu kekuatan kepercayaan konsumen terhadap atribut produk dicerminkan oleh pengetahuan konsumen terhadap suatu produk atau dilihat dari manfaat kinerja yang diberikan oleh suatu produk (Sumarwan, 2003).
Pengukuran tingkat evaluasi dan tingkat kepercayaan dilakukan menggunakan Semantic Differentials Scale. Skala ini digunakan untuk mengukur arti obyek atau konsep bagi seorang responden (Umar, 2005). Komponen e i yang menggambarkan evaluasi atribut diukur pada sebuah skala semantic differentials 5 angka yang berjajar dari “sangat penting” hingga “sangat tidak penting”, sebagai contoh:
Harga benih padi terjangkau
Sangat tidak penting
1 2 3 4 5 sangat penting
Komponen b i yang menggambarkan seberapa kuat konsumen percaya bahwa benih padi varietas unggul memiliki atribut yang diberikan. Kepercayaan diukur pada sebuah skala semantic differentials 5 angka hasil pelaksaan atribut yang berjajar dari “sangat setuju” hingga “sangat tidak setuju”, sebagai contoh:
Harga benih padi terjangkau
Sangat tidak terjangkau 1
2 3 4 5 Sangat terjangkau
Untuk setiap varietas perlu mendapat nilai kepercayaan konsumen untuk masing-masing atribut. Untuk mengestimasi sikap terhadap masing-masing merek Untuk setiap varietas perlu mendapat nilai kepercayaan konsumen untuk masing-masing atribut. Untuk mengestimasi sikap terhadap masing-masing merek
dahulu dikalikan dengan skor evaluasi yang sesuai. Hasil akhir dari perhitungan menunjukkan penilaian sikap konsumen terhadap produk. Penilaian ini bisa berupa baik atau buruk, suka atau tidak suka, enak atau tidak enak dan lain sebagainya. Penilaian akan lebih baik jika terdapat produk sejenis yang dapat dibandingkan, sehingga konsumen dapat memberi penilaian yang lebih objektif.
4.5.3 Importance and Performance Analysis
Untuk mengenal sampai sejauh mana tingkat kinerja atribut benih padi maka dapat digunakan Importance and Performance Analysis (Umar, 2000). Untuk mengukur tingkat kepentingan digunakan skala semantic differentials lima tingkat yang teriri dari sangat penting, cukup penting, kurang penting dan tidak penting.
Kelima penilaian tersebut diberikan nilai sebagai berikut:
1. Jawaban sangat penting diberi nilai 5
2. Jawaban penting diberi nilai 4
3. Jawaban cukup penting diberi nilai 3
4. Jawaban tidak penting diberi nilai 2
5. Jawaban sangat tidak penting diberi nilai 1 Untuk mengukur tingkat kinerja diberikan lima penilaian sesuai dengan karakteristik atribut, sebagai contoh: Umur tanaman varietas X
1. Jawaban sangat pendek diberi nilai 5, yang berarti kinerjanya sangat baik, sehingga memberikan tingkat kepuasan sangat puas.
2. Jawaban pendek diberi nilai 4 yang berarti kinerjanya baik, sehingga memberikan tingkat kepuasan puas.
3. Jawaban biasa diberi nilai 3, yang berarti kinerjanya cukup baik, sehingga memberikan tingkat kepuasan cukup puas.
4. Jawaban panjang diberi nilai 2, yang berarti kinerjanya buruk/tidak baik, sehingga memberikan tingkat kepuasan tidak puas.
5. Jawaban sangat panjang baik diberi nilai 1, yang berarti kinerjanya sangat buruk/tidak baik, sehingga memberikan tingkat kepuasan sangat tidak puas.
Rentang skala yang akan digunakan disesuaikan dengan rumus sebagai berikut: ( m n )
Rs
b Dimana :Rs = rentang skala m = skor tertinggi n = skor terendah
b = jumlah kelas (dalam peneltitian ini digunakan lima kategori kelas) Berdasarkan banyaknya jumlah responden (100 responden) maka nilai rata- rata terkecil yang mungkin diperoleh adalah 1 dan nilai rata-rata terbesar yang mungkin diperoleh adalah 5. Sehingga rentang skala untuk setiap kelas adalah
( 5 1 ) 0 , 8 . Untuk rentang skala pada tingkat kepentingan adalah sebagai
5 berikut:
1. 1,00 - 1,79
berarti sangat tidak penting
2. 1,80 - 2,59
berarti tidak penting
3. 2,60 - 3,39
berarti cukup penting
4. 3,40 - 4,19
berarti penting
5. 4,20 - 5,00
berarti sangat penting
Untuk rentang skala pada tingkat kinerja adalah sebagai berikut:
1. 1,00 - 1,79
berarti sangat tidak baik
2. 1,80 - 2,59
berarti tidak baik
3. 2,60 - 3,39
berarti cukup baik
4. 3,40 - 4,19
berarti baik
5. 4,20 - 5,00
berarti sangat baik
Dalam penelitian ini terdapat dua buah variabel yang diwakilkan oleh huruf
X dan Y, dimana X merupakan tingkat kinerja varietas unggul yang dapat memberikan kepuasan para pelanggan sedangkan Y merupakan tingkat
kepentingan pelanggan. Selanjutnya sumbu mendatar ( X ) akan diisi oleh skor rata-rata tingkat kinerja. Sedangkan sumbu tegak ( Y ) akan diisi oleh skor rata-rata
tingkat kepentingan. Rumus sebagai berikut:
Dimana:
X = skor rata-rata tingkat kepuasan/pelaksanaan Y = skor rata-rata tingkat kepentingan
n = jumlah responden Diagram kartesius merupakan suatu bangun yang dibagi atas empat bagian
yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik ( X ` ,Y)
dimana ` X merupakan rata-rata skor tingkat pelaksanaan atau kepuasn pelanggan
seluruh faktor atau atribut. adalah Y adalah rata-rata dari rata-rata skor tingkat seluruh faktor atau atribut. adalah Y adalah rata-rata dari rata-rata skor tingkat
kk Dimana K = banyaknya atribut yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan.
Selanjutnya tingkat unsur-unsur tersebut akan dijabarkan dan dibagi mejadi empat bagian atau kuadran ke dalam diagram kartesius di bawah ini:
Sumber: Umar (2000)
Gambar 7. Diagaram Kartesius Importance and Performance Analysis
Keterangan:
A. Menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan pelanggan, termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap sangat penting, namun produk tidak sesuai keinginan pelanggan sehingga mengecewakan/tidak puas.
B. Menunjukkan unsur pokok yang sudah ada pada produk untuk wajib dipertahankan, dianggap sangat penting dan memuaskan.
C. Menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi pelanggan, keberadaannya dianggap kurang penting dan kurang memuaskan.
D. Menunjukkan faktor yang mempengaruhi pelanggan kurang penting, akan tetapi pelaksanaannya berlebihan, dianggap kurang penting tetapi memuaskan.
4.5.4 Customer Satisfaction Index
Customer Satisfaction Index atau Indeks kepuasan pelanggan digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen secara menyeluruh terhadap kinerja benih padi varietas unggul. Hal ini dilakukan diukur melalui tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan dari atribut-atribut varietas unggul. Cara untuk mengukur indeks ini dilakukan dengan empat tahapan (Stratford, 2004), yaitu menghitung:
1. Weighting Factors (WF) Weighting Factors
merupakan fungsi dari Mean Importance Score (MISi) masing-masing atribut atau indicator dalam bentuk persentase (%) dari total Mean Importance Score (MIS-t) dari keseluruhan atribut yang diuji:
MISi
Weight Factors =
x 100%
TotalMIS
Dimana : I = atribut ke-i
2. Weight Score (WS) Weight Score merupakan fungsi dari Mean Satisfaction Score (MSS) dikalikan dengan Weight Factors (WF): WS = MSS x WF
3. Weight Average Total (WAT) Weight Average Total merupakan fungsi Dari Total Weighted Score (WS)atribut ke-1 (a-1) hingga atribut ke-9 (a-9) WAT = WSa-1 + WSa-2 + WSa-3….+WSA-9
4. Customer Satisfaction Index (CSI) Customer Satisfaction Index merupakan fungsi dari weighted average (WA) dibagi highest scale (HS atau skala maksimum yang dipakai dalam penelitian) dikalikan 100 persen;
WA CSI =
x100% HS
Tingkat kepuasan responden secara menyeluruh dapat dilihat dari kriteria tingkat kepuasan. Kepuasan tertinggi dicapai bila CSI menunjukkan 100 %. Rentang kepuasan berkisar dari 0 – 100 %. Berdasarkan Simamora (2005), untuk membuat skala linier numerik, pertama-tama kita cari rentang skala (RS) dengan rumus :
RS =
Dimana : m = skor tertinggi n = skor terendah
b = jumlah kelas atau kategori yang akan dibuat Untuk penelitian ini, rentang skalanya adalah :
RS =
Berdasarkan rentang skala tersebut, maka kriteria kepuasannya adalah sebagai berikut :
0 % < CSI ≤ 20 %
= sangat tidak puas
20 % < CSI ≤ 40 %
= tidak puas
= sangat puas
4.6 Definisi Operasional
1. Sikap adalah evaluasi secara keseluruhan terhadap suatu produk yang akan dibeli untuk memuaskan kebutuhan.
2. Responden adalah petani padi yang menggunakan benih padi varietas unggul sering digunakan, yaitu dan varietas IR 64, varietas Ciherang dan Memberamo.
3. Atribut adalah karakteristik atau ciri-ciri yang dimiliki oleh suatu produk.
4. Umur tanaman adalah umur varietas sejak sebar sampai matang fisiologis (±
75 persen biji dalam semua malai matang), umumnya 115-125 hari, tergantung varietas. Umur varietas IR 64 adalah 110-120 hari, umur varietas Ciherang adalah 116-125 hari, sedangkan varitas Memberamo adalah 115- 120 hari (Suprihatno et al., 2007).
5. Tahan rebah adalah kekuatan ketegakan tanaman pada saat fase masak biji dan diukur dengan melihat posisi ketegakan tanaman pada seluruh plot. Varietas IR 64 tahan terhadap rebah, varietas Ciherang dinilai sedang terhadap kerebahan, sedangkan rebah varietas Memberamo juga dinilai sedang terhadap kerebahan (Suprihatno et al., 2007).
6. Produktivitas adalah rata-rata hasil panen aktual gabah kering giling per ha. Produktivitas varietas IR 64 adalah 5 ton/ha, produktivitas verietas Ciherang sebesar 6 ton/ ha, sedangkan produktivitas varietas Memberamo sebesar 6,5 ton/ha (Suprihatno et al., 2007).
7. Tahan hama dan penyakit adalah ketahanan tanaman padi terhadap hama dan penyakit padi seperti tungro, blast, wereng, keong mas dan lain-lain. Varietas IR 64 tahan hama wereng coklat biotipe 1, 2 dan agak tahan wereng coklat biotipe 3, agak tahan tehadap penyakit hawar daun bakteri strain IV dan agak atahan virus kerdil rumput. Varietas Ciherang tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan wereng coklat biotipe 3, tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri starin II dan IV. Varietas Memebramo tahan terhadap hama wereng coklat biotipe 1, 2 dan agak tahan wereng coklat biotipe 3, tahan hawar daun bakteri strain III dan agak tahan tungro (Suprihatno et al., 2007).
8. Harga benih adalah harga yang diterima petani pada saat ini ketika membeli benih (sesuai dengan varietas). Di toko pertanian yang ditemui di lapangan, harga benih varietas IR 64, Ciherang dan Memberamo tidak berbeda jauh yaitu berkisar antara Rp 6.000 sampai Rp 6.100 yang berarti setiap 1 kemasan ukuran 5 kg berharga antara Rp 30.000 sampai dengan Rp 32.000. Harga ini menurut penjual berfluktuatif tergantung dari persediaan barang di pasaran. Di samping itu harga benih ini akan dikaitkan dengan kualitas varietas apakah sesuai dengan harga yang ditawarkan.
9. Rasa nasi adalah rasa nasi dari jenis varietas/jenis padi. Varietas IR 64, Ciherang and Memberamo memiliki rasa nasi yang enak (Suprihatno, 2007).
10. Ketersediaan adalah dalam membeli kemudahan petani mendapatkan benih baik itu di toko pertanian, agen maupun distributor.
11. Harga gabah kering giling (GKG) adalah harga yang diterima petani saat menjual gabah kering giling baik ke tengkulak. Harga GKG yang diterima petani menurut Inpres no.1 tahun 2008 adalah Rp 2.000.
12. Pemasaran hasil panen adalah mudah tidaknya hasil panen untuk dijual ke tengkulak maupun ke penggilingan.
V. PROFIL UMUM KABUPATEN KEDIRI
5.1 Letak Geografis Kabupaten Kediri
Posisi geografis Kabupaten Kediri terletak antara 111 o 47' 05" sampai dengan 112 o 18'20" Bujur Timur dan 7 o 36' 12" sampai dengan 8 o 0' 32 Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Kediri diapit oleh lima Kabupaten, yakni: (1) Sebelah Barat: Tulungagung dan Nganjuk; (2) Sebelah Utara: Nganjuk dan Jombang; (3) Sebelah Timur: Jombang dan Malang; (4) Sebelah Selatan: Blitar dan Tulungagung.
Kondisi topografi terdiri dari dataran rendah dan pegunungan yang dilalui aliran sungai Brantas yang membelah dari selatan ke utara. Pada tahun 2005,
suhu udara berkisar antara 23 o C sampai dengan 31
C dengan tingkat curah hujan rata-rata sekitar 1652 mm per hari. Secara keseluruhan luas wilayah ada sekitar
1.386.05 km 2 atau + 5 persen, dari luas wilyah propinsi Jawa Timur Ditinjau dari jenis tanahnya, Kabupaten Kediri dapat dibagi menjadi 5 (lima)
golongan, yaitu:
1. Regosol coklat kekelabuan seluas 77.397 Ha atau 55,84 persen, merupakan jenis tanah yang sebagian besar ada di wilayah kecamatan Kepung, Puncu, ngancar, Plosoklaten, Wates, Gurah, Pare, kandangan, kandat, Ringinrejo, Kras, papar, Purwoasri, Pagu, Plemahan, Kunjang dan Gampengrejo
2. Aluvial kelabu coklat seluas 28,178 Ha atau 20,33 persen, merupakan jenis tanah yang dijumpai di Kecamatan Ngadiluwih, Kras, Semen, Mojo, Grogol, Banyakan, Papar, Tarokan dan Kandangan
3. Andosol coklat kuning, regosol coklat kuning, litosol seluas 4.408 Ha atau 3,18 persen, dijumpai di daerah ketinggian di atas 1.000 dpl seperti Kecamatan Kandangan, Grogol, Semen dan Mojo.
4. Mediteran coklat merah, grumosol kelabu seluas 13.556 Ha atau 9,78 persen, terdapat di Kecamatan Mojo, Semen, Grogol, banyakan, tarokan, Plemahan, Pare dan Kunjang.
5. Litosol coklat kemerahan seluas 15.066 Ha atau 10.87persen, terdapat di kecamatan Semen, Mojo, Grogol, Banyakan, Tarokan dan Kandangan.
Wilayah Kabupaten Kediri diapit oleh dua gunung yang berbeda sifatnya, yaitu gunung Kelud di sebelah timur yang bersifat Vulkanik dan gunung Wilis disebelah barat yang bersifat nonvulkanik, sedangkan tepat di bagian tengah wilyah Kabupaten Kediri melintas sungai Brantas yang membelah Wilayah Kabupaten Kediri menjadi dua bagian, yaitu bagian Barat sungai Brantas yang merupakan perbukitan lereng gunung Wilis dan gunung Klotok. Bagian timur sungai Brantas yang merupakan daerah dataran rendah dan perbukitan lereng gunung Kelud.
Kabupaten terbai dalam empat distrik atau korcam yaitu Korcam Grogol Papar, Ngadiluwih dan Pare . Korcam Papar terdiri dari Kecamatan Kayen Kidul, Pagu, Papar, Kunjang, Plemahan dan Purwoasri. Sedangkan Korcam Pare terdiri dari Kecamatan Gurah, Gampingrejo, Kandangan, Kepung, Pare, Plosoklaten dan Puncu. Korcam Grogol terdiri dari Kecamatan Banyakan, Grogol, Mojo, Semen dan tarokan. Korcam Ngadiluwih terdiri dari Kecamatan Kandat, Kras, Ngadiluwih, Ngancar, Ringinrejo dan Wates.
5.2 Penduduk
Data jumlah penduduk pertengahan dan akhir tahun dihitung berdasarkan hasil registrasi penduduk oleh Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan. Jumlah penduduk Kabupaten Kediri pada akhir tahun 2006 tercatat sebanyak 1.445.695 jiwa. Jumlah penduduk ini mengalami penambahan 6.912 jiwa, dibandingkan tahun 2005. Jumlah kelahiran sebanyak 13.863 sedangkan jumlah kematian sebanyak 8.361 jiwa. Selisih penduduk yang datang dan keluar (net-Migrasi) Kabupaten Kediri tercatat sebanyak 1.410 jiwa. Angka net-Migrasi tahun 2006 ini turun tujuh kali lipat net-Migrasi tahun 2005 yang banyak 9.785 jiwa.
5.3 Pertumbuhan Ekonomi
Penghitungan laju pertumbuhan Ekonomi adalah berdasarkan data PDRB atas harga konstan tahun 2000, sehingga lebih mencerminkan perubahan jumlah produksi. Untuk mengetahui perubahan harga di tingkat produsen, indikator yang dipakai adalah inflasi/deflasi PDRB.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kediri mencapai 2,51 persen pada tahun 2006. Semakin lebih baik jika di bandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni 2003 (1,91 %), 2004 (2,07 %), dan 2005 (2,24 %). Sektor yang paling tinggi pertumbuhanya adalah sektor energi (listrik dan air bersih) sebesar 3,91 persen, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (3,27 %), perdagangan (3,09 %), jasa- jasa (2,88 %), dan angkutan/komunikasi (2,90 %). Sektor yang paling relatif lambat pertumbuhan produksinya pada tahun 2006 adalah sektor Penggalian (1,92 %), pertanian (1,97 %), dan konstruksi (1,98 %).
Sejak tahun 2001, perkembangan pertumbuhan sektor konstruksi cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pertumbuhan sektor ini masih mengalami konstraksi atau minus 0,36 persen persen pada tahun 2001. Kemudian pada tahun 2005 naik 1,74 persen. Pada tahun 2003 pertumbuhan telah mencapai 2,14 persen, namun pada tahun 2004 pertumbuhan agak melambat hingga hanya mencapai 1,72 persen. Kemudian tahun 2005 dan 2006 Pertumbuhannya meningkat menjadi 1,76 persen dan 1,98 persen.
Sektor pertanian agak lambat pertumbuhanya karena beberapa hal: (1) peningkatan produktifitas hasil pertanian tidak begitu signifikan jika dibandingkan dengan menyusutnya lahan pertanian; (2) masalah mahal dan sulitnya biaya produksi (contoh: pupuk ) dianggap petani tidak sepadan dengan kenaikan harga produk hasil pertanian.
Meskipun cenderung berfluktuasi, pertumbuhan sub Sektor listrik termasuk yang paling tinggi: tahun 2004 (3,91 %), 2005 (4,02 %), dan tahun 2006 (4,15 %). Kenaikan tarif PLN tidak cukup signifikan mempengaruhi permintaan terhadap listrik pertumbuhan sektor ini mengkhawatirkan pemerintah karena pertumbuhan sektor ini berarti terus bertambahnya subsidi pemerintah terhadap harga listrik. Pertumbuhan subsektor lain yang cepat adalah subsektor komunikasi (5,12%) dan perbankan (5,75 %). Dampak modernisasi dan isu globalisasi sangat berpengaruh pada pesatnya pertumbuhan 3 sub sektor ini. Kebutuhan gaya hidup sangat mempengaruhi permintaan sehingga meskipun harganya relatif cukup mahal tingkat permintaan masih terus bertambah.
Trend pertumbuhan sektor Industri sebenarnya cukup menjanjikan. Secara keseluruhan lambatnya pertumbuhan sektor ini lebih di sebabkan oleh Trend pertumbuhan sektor Industri sebenarnya cukup menjanjikan. Secara keseluruhan lambatnya pertumbuhan sektor ini lebih di sebabkan oleh
5.4 Peranan Sektoral
Ada tujuh subsektor yang peranannya terus dominan, berturut - turut mulai dari yang paling tinggi kontribusinya terhadap PDRB tahun 2006, sub sektor tersebut adalah (a) tanaman pangan, (b) perdagangan besar dan eceran, (c) industri kertas dan percetakan, (d) tanaman perkebunan, (e) administrasi Pemerintahan dan pertahanan, (f) makanan/minuman dan tembakau, dan (g) industri sewa bangunan.
Kontribusi sub sektor pertanian tanaman pangan terhadap PDRB harga berlaku dan harga konstan masing-masing adalah 22,96 persen dan 37,75 persen. Untuk subsektor perdagangan besar dan enceran, kontribusinya terhadap PDRB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan masing-masing adalah 22,12 persen dan 23,84 persen; Industri kertas dan percetakan 11,34 persen dan 10,59 persen; tanaman perkebunan 11,34 persen dan 11,95 persen; Administrasi pemerintahan dan pertahanan 8,34 persen dan 7,14 persen. Kontribusi sub sektor makanan/minuman dan tembakau masing-masing 3,07 persen Dan 3,21 persen. Sementara untuk sub sektor sewa bangunan kontribusinya adalah 2,63 persen dan 2,74 persen.
5.5 Sektor Pertanian Kabupaten Kediri
5.5.1 Tanaman Pangan
Produksi tanaman pangan pada tahun 2006 berfluktuasi. Hasil produksi tanaman padi adalah 330,9 ribu ton (turun-0,57%); jagung 304,1 ribu ton (turun- 11,68%); ubi kayu 111,9 ribu ton (naik 12,56%); ubi jalar 1,2 ribu ton (turun- 38,72%); kacang tanah 3,35 ribu ton (naik 2,91%); kedelai 0,7 ribu ton (turun- 7,49%); kacang hijau 0,03 ribu ton (turun-64,7%).
Produksi padi tahun 2006 mencapai 0,33 juta ton. Kecamatan yang mempunyai kontribusi paling banyak adalah Pare (40,324 ton atau 12,18 persen dari total kabupaten), Purwosari (7.26%), Kepung (6,96%) Plosoklaten (6,27%) dan Kandangan (5,76%).
Sekitar 9,79 persen dari total 0,30 juta ton produksi jagung di Kabupaten Kediri berada di kecamatan Pare. Produsen jagung terbesar lainya adalah Plemahan (8,79%) Kepung (7,99%); Pagu (7,26%), dan papar (7,23%).
Tercatat ada enam jenis tanaman yang produksinya cukup menonjol di Kabupaten Kediri yaitu lombok atau cabai (sekitar 18,9 ribu ton), mentimun (8,28 ribu ton) tomat (sekitar 6,52 ribu ton), terong (6,40 ribu ton), dan bawang merah (4,51 ribu ton).
Ada empat jenis buah-buahan yang sangat menonjol produksinya di Kabupaten Kediri. Pada tahun 2006 jumlah produksi 4 jenis buah-buahan tersebut adalah mangga (93,6 ribu ton), pepaya (78,8 Ribu ton), nanas (77,0 ribu ton), dan pisang (40,5 ribu ton).
5.5.2 Perkebunan
Menurut Dinas Hutbunling ada delapan perusahaan perkebunan di Kabupaten Kediri. Perkebunan kopi ada empat perusahaan; karet dan coklat masing-masing satu perusahaan; dan perkebunan cengkeh ada tiga perusahaan.
Tahun 2006 tercatat perusahaan karet dapat menghasilkan 111,08 ton; perusahaan kopi 879,16 ton; perusahaan coklat 201,81 ton; dan perusahaan cengkeh 109,69 ton. Data produk akhir tanaman perkebunan rakyat memperlihatkan bahwa produk akhir tanaman tebu adalah gula kristal dengan produksi 112,7 ribu ton. Tanaman kelapa di hitung berdasarkan produksi setara kopra sebesar 7,3 ribu ton. Jambu mete produk akhirnya biji jambu mete dengan produksi 0,15 ribu ton. Produksi biji kering kopi Robusta di perkirakan sekitar 0,4 ribu ton.
Tanaman cengkeh dan kenanga produk akhirnya adalah bunga kering dengan produksi masing-masing sekitar 0,2 ribu ton. Tanaman kapuk bedasarkan produksi serat adalah 0,3 ribu ton dan tanaman lada berdasarkan produksi adalah buah kering 1.490 kg.
5.5.3 Kehutanan
Diperkirakan hutan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten kediri seluas
21. 713 hektar. Sebagian besar merupakan kawasan hutan produksi (60,96 %) dan kawasan hutan lindung (39,04 %). Kawasan hutan yang merupakan kawasan hutan wisata dan suaka alam ada sekitar 0,005 persen, yakni ada di kecamatan Tarokan (1 hektar).
Menyajikan data luas hutan menurut jenis tanamannya. Pada tahun 2006 kawasan hutan yang tersisa tinggal jenis tanaman sengon dan pinus. Hutan sengon luasnya 9.964,5 hektar; hutan pinus luasnya 11.7480,5 hektar.
5.5.4 Peternakan
Menurut Dinas Kehewanan pada tahun 2006 di kabupaten kediri 102 perusahaan peternak ayam petelor/pedaging, satu Perusahaan peternakan Sapi perah, empat rumah potong hewan, 36 tempat potong hewan, dan 16 pasar hewan. Dibandingkan tahun 2005, populasi sebagian besar ternak mengalami penambahan, kecuali kerbau dan babi dan populasinya turun -7,09 persen dan - 6,71persen. Kenaikkan populasi tertinggi pada jenis ternak ayam ras (56,82 % menjadi 5.106 ekor) dan ayam kampung (52,77 % menjadi 1.433 ekor). Kenaikkan populasi terendah pada jenis ternak kuda (naik 0,4 % menjadi 252 ekor).
Jenis ternak besar yang mendominasi adalah sapi potong dan sapi perah. Populasi sapi di perkirakan 77.677 ekor, paling banyak di Kecamatan Gurah (7,93 %), Keras (7,01 %), Kayen Kidul (5,91 %), Tarokan (5,63 %), dan Pagu (5,52 %). Populasi sapi perah mencapai 6.071 ekor paling banyak ada di Ngancar (24,8 %), dan di Kandangan (20,1 %).
Untuk jenis ternak kecil yang mendominasi adalah kambing (128.546 ekor) dengan daerah sentranya di kecamatan Mojo (7,3 %), Plemahan (6,9 %), dan Plosoklaten (6,5 %) populasi unggas di dominasi ayam ras (petelor 3.483.395 ekor), pedaging (1.622.123 ekor) dan ayam kampung (1.432.868 ekor). Penyebaran populasi unggas hampir merata di semua kecamatan.
5.5.5 Perikanan
Pengumpulan data usaha perikanan dilakukan melalui pendekatan rumah tangga bukan perusahaan. Oleh karena itu data yang dikumpulkan oleh Dinas Kehewanan adalah jumlah rumah tangga petani ikan dan pencari ikan yang dibedakan antara perairan umum, budi daya kolam, dan budi daya sawah. Diperkirakan pada tahun 2005 ada sekitar 4.752 rumah tangga petani ikan dan pencari ikan di Kabupaten Kediri. Hasil produsi mencapai sekitar 2,3 ribu ton ikan dengan total nilai produsi sekitar 18,6 milyar rupiah.
VI. KARAKTERISTIK PETANI PADI DAN PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI
6.1 Karakteristik Petani Responden
Petani padi yang menjadi responden dalam penelitian berada di Kabupaten Kediri dan tersebar dalam empat kecamatan dan 17 desa dengan jumlah responden 100 orang. Penyebaran petani responden di setiap kecamatan dan desa dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Wilayah dan Jumlah Petani Responden
No. Kecamatan
Desa
Jumlah petani
5 2 Kayen Kidul
Bangsongan
Kayen Kidul
Padangan
Bulu Pasar
Petani responden adalah laki-laki, sebagian besar berusia antara 51-60 tahun (46%) dan telah berkeluarga dengan jumlah keluarga (suami, istri dan anak) sebagian besar sebanyak enam orang (36%). Anak-anak dari petani responden sebagian besar telah berkeluarga dan memiliki penghasilan sendiri-sendiri. Responden menetapkan bertani sebagai pekerjaan utama mereka (99%). Pekerjaan sampingan selain petani adalah buruh tani, pedagang dan peternak. Petani juga Petani responden adalah laki-laki, sebagian besar berusia antara 51-60 tahun (46%) dan telah berkeluarga dengan jumlah keluarga (suami, istri dan anak) sebagian besar sebanyak enam orang (36%). Anak-anak dari petani responden sebagian besar telah berkeluarga dan memiliki penghasilan sendiri-sendiri. Responden menetapkan bertani sebagai pekerjaan utama mereka (99%). Pekerjaan sampingan selain petani adalah buruh tani, pedagang dan peternak. Petani juga
Tingkat pendidikan yang umum dimiliki petani responden adalah pendidikan SD atau sederajat (85%). Pendapatan per bulan dari hasil selain bertani sebesar Rp 500.000 sampai dengan Rp 999.999 (86%). Pendapatan ini sebagian besar berasal dari pendapatan yang diberikan anak-anak petani responden maupun pekerjaan sampingan selain bertani seperti buruh tani, berdagang maupun beternak.
Tabel 2. Karakteristik Petani Responden
No Karakteritik
Kategori
Jumlah Persentase (%)
≤ 40 tahun
26 26 1 Umur
41-50 tahun
51-60 tahun
61-70 tahun
Pekerjaan Utama
2 Pekerjaan sebagai Petani
1 1 Total
Pekerjaan sampingan
tidak skolah
SD atau sederajat
Perguruan Tinggi
≤ 4 orang
27 27 4 Jumlah keluarga (suami, istri dan anak)
6 6 Pendapatan selain bertani Rp 500.000-999.999
< Rp 500.000
86 86 5 setiap bulan
Rp 1.000.000-1.499.000
0 0 Total
>Rp 1.500.000
Tabel 3 menunjukkan bahwa luas lahan sawah yang dimiliki sebagian besar petani (52%) berkisar antara 1.400 m 2 sampai dengan 2.779 m 2 dan merupakan lahan milik sendiri (92%). Lahan tersebut merupakan lahan warisan dari orang tua mereka. Petani responden yang menyewa lahan, melakukan kegiatan menyewa lahan dari petani-petani yang memiliki lahan yang lebih luas dengan sistem bagi hasil maupun tunai.
Tabel 3. Karakteristik Petani Responden
No Karakteritik
Kategori
Jumlah Persentase (%)
1 Status lahan
Milik Sendiri
1.400-2.779 m 2 52 52
2 Luas lahan yang dimiliki 2.800-3.500 m 2 37 37 > 3.500 m 2 8 8
Total 100 100 3 Budidaya dan Panen padi
38 38 dalam 1 tahun
4-4.9 ton/ha
31 31 4 Rata-rata hasil panen
5-5.9 ton/ha
6-6.9 ton/ha
18 18 Total
7-7.9 ton/ha
12 12 Harga GKG /kg
Rp 1.800
Varietas Ir 64 dan Ciherang
18 18 Harga GKG /kg
Rp 2.100
9 9 Varietas Memberamo
38 38 7 Pola Tanam
Petani responden melakukan budidaya padi sebanyak dua kali (62%) dengan produksi rata-rata setiap kali panen sekitar empat sampai dengan delapan ton per hektar. Hal ini tergantung dari varietas, serangan hama penyakit, kerebahan tanaman dan pola pemupukan yang tepat Banyaknya budidaya yang dilakukan Petani responden melakukan budidaya padi sebanyak dua kali (62%) dengan produksi rata-rata setiap kali panen sekitar empat sampai dengan delapan ton per hektar. Hal ini tergantung dari varietas, serangan hama penyakit, kerebahan tanaman dan pola pemupukan yang tepat Banyaknya budidaya yang dilakukan
6.2 Proses Keputusan Pembelian Benih Padi Varietas Unggul
Proses keputusan pembelian memiliki lima tahapan, yaitu tahapan pengenalan kebutuhan, tahapan pencarian informasi, tahapan evaluasi alternatif, tahapan keputusan pembelian dan tahapan pasca pembelian. Berikut ini penjelasan tahapan-tahapan proses keputusan pembelian petani padi terhadap benih varietas unggul.
6.2.1 Tahapan Pengenalan Kebutuhan
Untuk mengaktifkan proses keputusan pembelian, seorang konsumen memerlukan respon atau motivasi serta harapan atau keadaan yang diinginkan.
Untuk memotivasi pembelian benih padi varietas unggul oleh petani, perlu diketahui motivasi apa yang membuatnya bekerja sebagai petani padi dan sejauh mana pentingnya benih varietas unggul bagi petani.
Berdasarkan Tabel 4 petani responden termotivasi untuk bertani padi karena pada umumnya merupakan turun temurun (warisan) dari orang tua ataupun kakek mereka (56%). Motivasi lain yang diungkapkan oleh petani padi dalam bertani padi adalah memperoleh ketenangan dalam kehidupan. Menjadi petani padi membuat mereka nyaman dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Petani menilai bahwa pengunaan benih varietas unggul sangat penting (56%). Harapan mereka terhadap penggunaan benih varietas unggul adalah hasil panen yang lebih baik (76%). Menurut petani penggunan benih varietas unggul merupakan hal yang penting dalam bertani padi karena akan membantu petani dalam penggunaan pestisida, penggunaan pupuk perawatan yang lebih ringan sehingga hasil panen yang didapat akan lebih baik.
Tabel 4. Tahapan Pengenalan Kebutuhan
No Keterangan
Kategori
Jumlah Persentase (%)
Memperoleh Keuntungan
Turun Temurun
1 Motivasi Bertani Padi
Memenuhi Kebutuhan Hidup
Sangat Tidak Penting
0 0 Pentingnya Benih 2 Varietas Unggul
Tidak Penting
Cukup Penting
Penting
Sangat Penting
Total 100% 100
Hasil panen yang lebih baik (meningkat)
Waktu Panen yang lebih
Harapan penggunaan
23 23 benih Varietas Unggul
3 cepat
Kualitas padi yang lebih baik
6.2.2 Tahapan Pencarian Informasi
Informasi sebuah produk sangatlah penting bagi konsumen karena akan mempengaruhi proses keputusan konsumen untuk memakai produk tersebut. Begitu pula dengan para petani, informasi tentang benih padi akan mempengaruhi para petani dalam mengambil keputusan untuk melakukan budidaya padi.
Pencarian informasi bisa dilakukan secara internal maupaun eksternal. Tabel
5 menunjukkan bahwa sumber informasi umumnya diperoleh melalui toko 5 menunjukkan bahwa sumber informasi umumnya diperoleh melalui toko
Tabel 5. Tahapan Pencarian Informasi
No Keterangan
Kategori
Jumlah Persentase (%)
Diri sendiri
Iklan/Promosi
Toko Pertanian
1 Sumber Informasi
Kelompok tani/teman/keluarga
Harga benih
2 Informasi yang dibutuhkan Kualitas benih 56 56
6.2.3 Proses Evaluasi Alternatif
Sebelum melakukan pembelian, perlu adanya pertimbangan terhadap manfaat yang diharapkan dan menyempitkan alternatif-alternatif yang dipilih. Varietas unggul yang biasa menjadi pertimbangan petani responden adalah IR 64, Memberamo, Cihereng, Ciboga, Cilamaya dan Intani (Tabel 6). Petani responden secara keseluruhan (100%) mempertimbangkan tiga varietas utama yaitu IR 64, Ciherang dan Memberamo.
Hal yang menjadi pertimbangan utama bagi petani dalam membeli benih varietas unggul adalah produktivitas. Atribut lain yang dipertimbangkan adalah rasa nasi, umur tanaman, tahan rebah, tahan hama penyakit, harga gabah di pasaran, harga benih, ketersediaan benih dan pemasaran hasil panen.
Tabel 6. Tahapan Evaluasi Alternatif
No Keterangan
Kategori
Jumlah Persentase (%)
Varietas yang diketahuai
32 32 1 untuk dipertimbangkan
Ciboga
40 40 untuk membeli
Cilamaya
Aris (hibrida)
Intani (hibrida)
Bernas (hibrida)
Produktivitas
2 Pertimbangan Utama
6 6 (prioritas 1)
Rasa nasi
5 5 Total
Umur tanaman
6.2.4 Tahapan Keputusan Pembelian
Tabel 7. menunjukkan bahwa varietas yang sering dibeli atau disukai oleh petani responden adalah Memberamo (40%). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan varietas ungul telah menyebar dan tidak tergantung pada satu verietas tertentu.
Petani responden membeli benih secara mendadak, kapan pun jika telah tiba waktunya untuk menanam (58%). Dalam proses pembelian, petani responden memutuskan sendiri dalam membeli varietas unggul (90%) tanpa adanya pengaruh dari pihak lain. Intensitas pembelian disesuaikan dengan berapa kali petani responden menanam dalam satu tahun. Petani padi umumnya membeli benih padi sebanyak dua kali dalam satu tahun dengan banyak pembelian disesuaikan dengan luas lahan yang mengacu pada teknis umum di kalangan
petani responden bahwa untuk 1.400 m 2 dibutuhkan benih padi sebanyak lima petani responden bahwa untuk 1.400 m 2 dibutuhkan benih padi sebanyak lima
Tabel 7. Tahapan Keputusan Pembelian
No Keterangan
Kategori
Jumlah Persentase (%)
35 35 1 Varietas yang sering dibeli
9 9 2 Cara memutuskan Pembelian
Terencana
Tergantung situasi
Diri sendiri
Iklan/Promosi
0 0 Pihak mempengaruhi dalam 4 memutuskan untuk membeli
Toko Pertanian
Kelompok tani/teman/keluarga
100 10 Berapa kali membeli dalam 1
Total 100 100 6 Harga benih (1 kemasan
32 32 ukuran 5 kg)
Total 100 100 7 Harga terjangkau dan sesuai
dengan kualitas
Tidak
11 11 Jarak lokasi pembelian
Kurang dari 500 m
34 34 8 (toko pertanian)
Lebih dari 1,5 km
Dekat dengan rumah
Sekaligus membeli pupuk dan pestisida
9 Pertimbangan
Harga terjangkau
Pelayanan memuaskan
Kualitas terjamin
0 0 Total
Lainnya
Harga yang biasanya dibeli untuk 1 kemasan ukuran lima kilogram adalah Rp 32.000 (35%), harga tersebut berfluktuatif tergantung dari ketersediaan benih di pasaran. Harga yang ditawarkan bagi petani responden sudah terjangkau dan sesuai dengan kualitas (100%). Petani responden membeli benih varietas unggul hanya di toko pertanian dengan pertimbangan untuk membeli benih sekaligus pupuk maupun pestisida (80%). Jarak yang ditempuh ke lokasi pembelian tidak terlalu jauh yaitu 1-1,5 km (43%).
6.2.5 Tahapan Evaluasi Pasca Pembelian
Setelah melakukan pembelian dan mendapatkan manfaat, petani responden puas dengan pembelian yang telah dilakukan (80%). Jika terjadi kenaikan harga benih yang biasa dibeli, petani responden tetap akan membeli (98%) dengan mempertimbangkan manfaat yang biasanya telah mereka dapatkan. Sedangkan petani yang tidak jadi membeli akan membeli varietas lain. Jika tidak tersedia di tempat biasa membeli, petani tetap akan mencari di tempat lain (92%) dan sisanya (8%) terpaksa membeli varietas lain.
Tabel 8. Proses Evaluasi Pasca Pembelian
No Keterangan
Kategori
Jumlah Persentase (%)
Puas terhadap pembelian
Puas
1 benih yang disukai
2 Jika benih yang biasa dipakai Tetap membeli 98 98
2 2 Total
mengalami kenaikan harga
Tidak jadi membeli
Mencari di tempat
3 Jika tidak tersedia di tempat
lain
biasa membeli
Terpaksa membeli varietas lain
8 8 Total
VII. ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI
7.1 Analisis Kepuasan Petani Padi Terhadap Benih Padi Varietas Unggul
7.1.1 Analisis Kepentingan dan Kinerja Atribut
Untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen secara keseluruhan dan mengetahui atribut yang perlu mendapat perhatian, perlu dilakukan penilaian terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut. Dari tingkat kepentingan dan kinerja akan diketahui sejauh mana tingkat kinerja atribut dapat memenuhi kebutuhan dari responden. Jumlah atribut yang akan dibahas ada sembilan atribut yang dijadikan pertimbangan para petani yaitu produktivitas, rasa nasi, umur tanaman, tahan rebah, tahan hama penyakit, harga Gabah Kering Giling (GKG), harga benih, ketersediaan benih dan pemasaran hasil panen.
a. Produktivitas
Berdasarkan hasil analisis dari 100 petani responden diperoleh 49 persen petani responden menyatakan bahwa atribut produktivitas sangat penting, 41 persen menyatakan penting, 10 persen menyatakan cukup penting dan tidak ada yang menjawab atribut tidak penting maupun sangat tidak penting (Tabel 9). Secara keseluruhan skor rata-rata tingkat kepentingan atribut produktivitas adalah 4,39. Nilai tersebut berada pada rentang 4,20–5,00 yang termasuk dalam kategori sangat penting. Produktivitas merupakan faktor penting dalam mencirikan kelebihan benih varietas unggul sehingga hal ini wajar menjadi tingkat kepentingan yang sangat penting.
Tabel 9. Tingkat Kepentingan Produktivitas
Atribut Kepentingan Total 1 2 3 4 5 Nilai
Produktivitas 0 0 10 41 49 439
Telah dijelaskan sebelumnya dalam definisi operasional bahwa produktivitas varietas IR 64 adalah 5 ton/ha GKG, produktivitas verietas Ciherang sebesar 6 ton/ha GKG, sedangkan produktivitas varietas Memberamo sebesar 6,5 ton/ha GKG. Nilai tingkat kinerja produktivitas sangat rendah menilai bahwa produktivitas varietas adalah 3 ton/ha GKG, tingkat kinerja produktivitas rendah menilai bahwa produktivitas varietas adalah 4 ton/ha GKG, tingkat kinerja produktivitas cukup tinggi menilai bahwa produktivitas varietas adalah 5 ton/ha GKG, tingkat kinerja produktivitas tinggi menilai bahwa produktivitas varietas adalah 6 ton/ha GKG, tingkat kinerja produktivitas sangat tinggi menilai bahwa produktivitas varietas adalah 7 ton/ha GKG.
Kinerja atribut produktivitas berbeda-beda untuk setiap varietas. Varietas IR
64 dinilai oleh 49 persen petani memiliki produktivitas tinggi, 45 persen cukup tinggi, 4 persen sangat tinggi, 2 persen rendah dan tidak ada yang menilai produktivitas IR 64 sangat rendah. Nilai rata-rata kinerja produktivitas IR 64 adalah 3,55 yang termasuk dalam kategori produktivitas tinggi (3,40-4,19).
Varietas Ciherang dinilai oleh 46 persen petani memiliki produktivitas tinggi, 36 persen cukup tinggi, 18 persen sangat tinggi dan tidak ada yang menilai produktivitas Ciherang sangat rendah maupun rendah. Nilai rata-rata kinerja produktivitas Ciherang adalah 3,82 yang termasuk dalam kategori produktivitas tinggi (3,40-4,19).
Varietas Memberamo dinilai oleh 68 persen petani memiliki produktivitas tinggi, 22 persen sangat tinggi, 10 persen cukup tinggi dan tidak ada yang menilai produktivitas Memberamo sangat rendah maupun rendah. Nilai rata-rata kinerja Varietas Memberamo dinilai oleh 68 persen petani memiliki produktivitas tinggi, 22 persen sangat tinggi, 10 persen cukup tinggi dan tidak ada yang menilai produktivitas Memberamo sangat rendah maupun rendah. Nilai rata-rata kinerja
Tabel 10. Tingkat Kinerja Produktivitas
Atribut Kinerja Total 1 2 3 4 5 Nilai
Produktivitas IR 64 0 2 45 49 4 355 Produktivitas Ciherang
0 0 36 46 18 382 Produktivitas Memberamo
Uraian diatas menandakan bahwa produktivitas setiap varietas telah sesuai dengan potensi produktivitas setiap varietas. Bagi petani responden, produktivitas varietas unggul Ciherang dan Memberamo masih dianggap tidak terlalu istimewa karena produktivitas kedua varietas tersebut tidak terlalu besar dibandingkan varietas IR 64.
b. Rasa Nasi
Sebesar 55 persen petani responden menyatakan bahwa atribut rasa nasi penting, 26 persen menyatakan sangat penting, 15 persen menyatakan cukup penting, 4 persen menyatakan tidak penting dan tidak ada yang menyatkan sangat
tidak penting (Tabel 11). Secara keseluruhan skor rata-rata tingkat kepentingan atribut rasa nasi adalah 4,03. Nilai tersebut berada pada rentang 3,40-4,19 yang termasuk dalam kategori penting. Rasa nasi menurut petani termasuk penting karena erat kaitannya dengan dengan selera konsumen beras, sehingga mempengaruhi para tengkulak dalam membeli hasil panen mereka.
Tabel 11. Tingkat Kepentingan Rasa Nasi
Atribut Kepentingan Total 1 2 3 4 5 Nilai
Rasa Nasi 0 4 15 55 26 403
Rasa nasi sedikti sulit dideskripsikan dengan tepat. Dari literatur-literatur yang didapat varietas IR 64, Ciherang dan Memberamo secara teknis memiliki rasa yang enak. Bentuk beras dari ketiga varietas ini juga hampir sama yaitu ramping. Kadar amilosa yang terkandung pada varietas Memberamo lebih rendah yaitu 19 persen, sedangkan varietas IR 64 dan Ciherang memiliki kadar amilosa yang sama yaitu 23 persen. Hal ini yang menyebabkan varietas Memberamo lebih pulen dibandingkan dengan varietas IR 64 dan Ciherang.
Kinerja atribut rasa nasi varietas IR 64 dinilai oleh 49 persen petani memiliki rasa enak, 41 persen cukup enak, 9 persen sangat enak, 1 persen tidak enak dan tidak ada yang menilai sangat tidak enak. Nilai rata-rata kinerja rasa nasi IR 64 adalah 3,66 yang termasuk dalam kategori rasa yang enak (3,40-4,19).
Rasa nasi beras varietas Ciherang dinilai oleh 59 persen petani memiliki rasa enak, 39 persen cukup enak, 1 persen sangat enak, 1 persen tidak enak dan tidaka ada yang menilai sangat tidak enak. Nilai rata-rata kinerja rasa nasi Ciherang adalah 3,60 yang termasuk dalam kategori rasa nasi yang enak (3,40- 4,19).
Varietas Memberamo dinilai oleh 57 persen petani memiliki rasa nasi yang enak, 26 persen sangat enak, 17 persen cukup enak dan tidak ada yang menilai rasa nasi beras Memberamo sangat tidak enak maupun tidak enak. Nilai rata-rata kinerja rasa nasi Memberamo adalah 4,09 yang termasuk dalam kategori rasa nasi yang enak (3,40-4,19).
Rasa nasi ketiga varietas tersebut bagi petani tergantug dari selera masing- masing konsumen beras. Menurut petani rasa nasi ketiga varietas tersebut saat ini Rasa nasi ketiga varietas tersebut bagi petani tergantug dari selera masing- masing konsumen beras. Menurut petani rasa nasi ketiga varietas tersebut saat ini
Tabel 12. Tingkat Kinerja Rasa Nasi
Atribut Kinerja Total 1 2 3 4 5 Nilai
Rasa Nasi IR 64 0 1 41 49 9 366 Rasa Nasi Ciherang
0 1 39 59 1 360 Rasa Nasi Memberamo
c. Umur Tanaman
Sebesar 48 persen petani responden menyatakan bahwa atribut umur tanaman penting, 35 persen menyatakan sangat penting, 17 persen menyatakan cukup penting, dan tidaka ada yang menyatakan tidak penting maupun sangat tidak penting (Tabel 13). Secara keseluruhan skor rata-rata tingkat kepentingan atribut umur tanaman adalah 4,18. Nilai tersebut berada pada rentang 3,40-4,19 yang termasuk dalam kategori penting. Umur tanaman bagi petani menjadi hal yang penting karena akan mempenagruhi intensitas dan pola tanam mereka. Jika umur tanaman padi lebih pendek akan memungkinkan petani untuk menanam sebanyak padi tiga kali atau memvariasikan pola tanam untuk memulihkan kondisi tanah mengingat tanaman padi banyak mengambil unsur hara dalam tanah dan dapat memutus atau mengurangi tingkat serangan hama penyakit.
Tabel 13. Tingkat Kepentingan Umur Tanaman
Atribut Kepentingan Total 1 2 3 4 5 Nilai
Umur Tanaman 0 0 17 48 35 418
Umur tanaman verietas IR 64 adalah 110-120 hari, umur varietas Ciherang adalah 116-125 hari, sedangkan varitas Memberamo adalah 115-120 hari. Kinerja Umur tanaman verietas IR 64 adalah 110-120 hari, umur varietas Ciherang adalah 116-125 hari, sedangkan varitas Memberamo adalah 115-120 hari. Kinerja
Varietas Ciherang dinilai oleh 81 persen petani memiliki umur cukup pendek, 19 persen lama dan tidak ada yang menilai pendek, sangat lama maupun sangat pendek. Nilai rata-rata kinerja umur tanaman Ciherang adalah 2,81 yang termasuk dalam kategori umur tanaman cukup pendek (2,60-3,39).
Varietas Memberamo dinilai oleh 78 persen petani memiliki umur cukup pendek, 22 persen lama dan tidak ada yang menilai pendek, sangat lama maupun sangat pendek. Nilai rata-rata kinerja umur tanaman Memberamo adalah 2,78 yang termasuk dalam kategori umur tanaman cukup pendek (2,60-3,39).
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa umur tanaman varietas IR 64 lebih pendek daripada varietas Ciherang dan Memberamo. Bagi petani umur tanaman varietas unggul dinilai tidak terlalu banyak mengalami peningkatan, bahkan dirasakan tidak ada perubahan yang cukup signifikan.
Tabel 14. Tingkat Kinerja Umur Tanaman
Atribut Kinerja Total 1 2 3 4 5 Nilai
Umur Tanaman IR 64 0 0 37 63 0 363 Umur Tanaman Ciherang
0 19 81 0 0 281 Umur Tanaman Memberamo
d. Tahan Rebah
Sebesar 48 persen petani responden menyatakan bahwa atribut tahan rebah penting, 38 persen sangat penting, 14 persen menyatakan cukup penting dan tidak Sebesar 48 persen petani responden menyatakan bahwa atribut tahan rebah penting, 38 persen sangat penting, 14 persen menyatakan cukup penting dan tidak
Tabel 15. Tingkat Kepentingan Tahan rebah
Atribut Kepentingan Total
1 2 3 4 5 Nilai Tahan Rebah
Tahan rebah memiliki peran penting dalam produksi. Jika tanaman tidak tahan rebah maka pada saat berbuah, batang tanaman tidak sanggung menyangga butir-butir padi dan menyebabkan tanaman mudah roboh. Hal ini akan diperparah jika kondisi alam tidak bersahabat, seperti angin kencang, hujan lebat, tanah yang terlalu berlumpur sehingga tanaman semakin mudah roboh. Kondisi tersebut akan menghilangkan butir-butir padi yang mengakibatkan penurunan produksi. Hal ini juga mempengaruhi biaya perawatan karena petani akan mengeluarkan biaya lebih untuk menyelamatkan butir-butir padi pada tanaman yang roboh.
Dari literatur-literatur yang didapat, varietas IR 64 tahan terhadap rebah, varietas Ciherang dinilai sedang terhadap kerebahan, sedangkan rebah varietas Memberamo juga dinilai sedang terhadap kerebahan. Tabel 16 menunjukkan kinerja atribut tahan rebah varietas IR 64 dinilai oleh 74 persen petani tahan rebah,
14 persen sangat tahan rebah, 12 persen cukup tahan dan tidak ada yang menilai mudah rebah muapun sangat mudah rebah. Nilai rata-rata kinerja tahan rebah varietas IR 64 adalah 4,02 yang termasuk dalam kategori tahan rebah (3,40-4,19).
Varietas Ciherang dinilai oleh 64 persen petani tahan rebah , 29 persen cukup tahan, 5 persen sangat tahan rebah, 2 persen mudah rebah dan tidak ada Varietas Ciherang dinilai oleh 64 persen petani tahan rebah , 29 persen cukup tahan, 5 persen sangat tahan rebah, 2 persen mudah rebah dan tidak ada
Varietas Memberamo dinilai oleh 63 persen petani mudah rebah, 29 persen cukup tahan, 8 persen sangat mudah rebah dan tidak ada yang menilai tahan rebah maupun sangat tahan rebah. Nilai rata-rata kinerja tahan rebah Memberamo adalah 2,21 yang termasuk dalam kategori mudah rebah (1,80-2,59).
Tabel 16. Tingkat Kinerja Tahan Rebah
Atribut Kinerja Total
1 2 3 4 5 Nilai Tahan Rebah IR 64
0 0 12 74 14 402 Tahan Rebah Ciherang
0 2 29 64 5 372 Tahan Rebah Memberamo
Atribut tahan rebah varietas Memberamo ternyata tidak terlalu sesuai dengan informasi teknis yang berasal dari literatur karena banyak sekali dijumpai di lapangan varietas Memberamo yang roboh. Menurut beberapa petani, tahan rebah suatu varietas dapat datasi dengan teknik budidaya yang tidak berlaku umum atau sesuai dengan prosedur. Beberapa petani mencoba menanam dua varietas yang berbeda untuk menutupi kekurangan varitas satu dengan yang lainnya, misalnya varietas Memberamo dengan varietas Ciherang. Hasil yang diperoleh dirasakan lebih baik jika dibandingkan menanam hanya satu varietas saja, khususnya jika hanya menanam varietas Memberamo saja.
e. Tahan Hama dan Penyakit
Sebesar 61 persen petani responden menyatakan bahwa atribut tahan hama dan penyakit penting, 32 persen sangat penting, 7 persen menyatakan cukup penting dan tidak ada yang menyatakan tidak penting maupun sangat tidak penting. Secara keseluruhan skor rata-rata tingkat kepentingan atribut tahan hama Sebesar 61 persen petani responden menyatakan bahwa atribut tahan hama dan penyakit penting, 32 persen sangat penting, 7 persen menyatakan cukup penting dan tidak ada yang menyatakan tidak penting maupun sangat tidak penting. Secara keseluruhan skor rata-rata tingkat kepentingan atribut tahan hama
Tabel 17. Tingkat Kepentingan Tahan Hama dan Penyakit
Atribut Kepentingan Total
1 2 3 4 5 Nilai Tahan Hama dan Penyakit
Tahan hama dan penyakit sangat berperan penting dalam produksi padi. Varietas yang tidak tahan hama dan penyakit tentunya akan mengurangi jumlah tanaman yang produktif. Jika tanaman yang produktif berkurang tentunya akan mengurangi hasil panen. Tanaman yang tidak tahan hama penyakit juga akan meningkatkan biaya dalam perawatan khususnya penggunaan pestisida. Meningkatnya biaya perawatan tentunya akan mengurangi penerimaan hasil panen.
Varietas IR 64 tahan hama wereng coklat biotipe 1, 2 dan agak tahan wereng coklat biotipe 3, agak tahan tehadap penyakit hawar daun bakteri strain IV dan agak atahan virus kerdil rumput. Varietas Ciherang tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan wereng coklat biotipe 3, tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri starin II dan IV. Varietas Memberamo tahan terhadap hama wereng coklat biotipe 1, 2 dan agak tahan wereng coklat biotipe 3, tahan hawar daun bakteri strain III dan agak tahan tungro. Penyakit dan hama tersebut merupakan hal yang umum ditemui dalam budidaya padi.
Kinerja atribut tahan hama dan penyakit varietas IR 64 dinilai oleh 44 persen petani tahan hama dan penyakit, 40 persen cukup tahan hama dan penyakit,
10 persen tidak tahan dan penyakit, 6 persen sangat tahan hama dan penyakit dan tidak ada yang menilai sangat tidak tahan hama dan penyakit. Nilai rata-rata 10 persen tidak tahan dan penyakit, 6 persen sangat tahan hama dan penyakit dan tidak ada yang menilai sangat tidak tahan hama dan penyakit. Nilai rata-rata
Varietas Ciherang dinilai oleh 63 persen petani cukup tahan hama dan penyakit, 30 persen tahan hama dan penyakit, 7 persen tidak tahan hama dan penyakit, tidak ada yang menilai sangat tidak tahan hama dan penyakit maupun sangat tahan hama dan penyakit. Nilai rata-rata kinerja tahan hama dan penyakit Ciherang adalah 3,23 yang termasuk dalam kategori cukup tahan hama dan penyakit (2,60-3,39).
Varietas Memberamo dinilai oleh 57 persen petani cukup tahan hama dan penyakit, 25 persen tahan hama dan penyakit, 17 persen tidak tahan hama dan penyakit, 1 persen sangat tidak tahan hama dan penyakit dan tidak ada yang menilai sangat tahan hama dan penyakit. Nilai rata-rata kinerja tahan hama dan penyakit Memberamo adalah 3,06 yang termasuk dalam kategori cukup tahan (2,60-3,39).
Serangan hama dan penyakit merupakan hal yang selalu menjadi masalah dalam budidaya padi. Meskipun telah ada varietas-varietas yang secara teknis tahan hama dan penyakit, hal ini tidak menjamin varietas tersebut tahan hama dan penyakit pada kondisi yang sebenarnya. Menurut para petani sebaiknya sosialisai penanganan hama dan penyakit lebih sering dilakukan untuk memaksimalkan kinerja tahan hama dan penyakit varietas-varietas unggul.
Tabel 18. Tingkat Kinerja Tahan Hama dan Penyakit
Atribut Kinerja Total
1 2 3 4 5 Nilai Tahan Hama dan Penyakit IR 64
Tahan Hama dan Penyakit Ciherang
0 7 63 30 0 323 Tahan Hama dan Penyakit Memberamo
f. Harga Gabah Kering Giling (GKG)
Sebesar 42 persen petani responden menyatakan bahwa atribut harga GKG penting, 41 persen harga GKG sangat penting, 17 persen cukup penting dan tidak ada yang menyatakan tidak penting maupun sangat tidak penting. Secara keseluruhan skor rata-rata tingkat kepentingan atribut harga GKG adalah 4,24 Nilai tersebut berada pada rentang 4,20-5,00 yang termasuk dalam kategori sangat penting. Harga GKG merupakan insentif sebagai imbalan kepada petani atas usaha budidaya padi. Harga GKG yang tepat akan membantu petani dalam menutupi biaya produksi.
Tabel 19. Tingkat Kepentingan Harga Gabah Kering Giling (GKG)
Atribut Kepentingan Total
1 2 3 4 5 Nilai Harga Gabah Kering Giling (GKG)
Inpres no.1 tahun 2008 Tentang Kebijakan Perberasan, menetapkan harga GKG di tingkat petani adalah Rp 2.000/kg, kondisi di lapangan sedikit berbeda dengan Inpres tersebut. Harga GKG di lapangan bervariasi, dari hasil pembahasan karakteristik petani, harga GKG yang diterima petani berkisar antara Rp 1.800 sampai dengan Rp 2.300 tergantung dari tengkulak dan varietas yang dijual. Pada dasarnya harga GKG varietas IR 64 dan Ciherang hampir sama yaitu berkisar antara Rp 1.800 sampai dengan Rp 2.100. Varietas Memberamo memiliki harga yang lebih baik, minimal harga yang diterima adalah Rp 2.000.
Kinerja atribut harga GKG varietas IR 64 dinilai oleh 59 persen rendah (Rp 1.900), 20 persen cukup tinggi (Rp 2.000), 19 persen sangat rendah (Rp 1.800), 2 persen tinggi (Rp 2.100) dan tidak ada yang menilai sangat tinggi (lebih dari 2.100). Nilai rata-rata kinerja harga GKG varietas IR 64 adalah 2,05 yang termasuk dalam kategori harga GKG yang rendah (1,80-2,59).
Varietas Ciherang dinilai oleh 36 persen petani cukup tinggi, 33 persen rendah, 22 persen tinggi, 7 persen sangat rendah dan 2 persen sangat tinggi. Nilai rata-rata kinerja harga GKG Ciherang adalah 2,79 yang termasuk dalam kategori cukup tinggi (2,60-3,39).
Varietas Memberamo dinilai oleh 66 persen petani tinggi, 19 persen cukup tinggi, 15 persen sangat tinggi dan tidak ada yang menilai sangat rendah maupun rendah. Nilai rata-rata kinerja harga GKG Memberamo adalah 3,96 yang termasuk dalam kategori tinggi (3,40-4,19).
Harga GKG mengalami peningkatan setiap tahunnya namun harga terebut tidak selalu dapat diterima petani secara keseluruhan. Beberapa petani menerima harga yang sesuai harga yang ditetapkan, ada juga petani yang menerima dibawah harga tersebut, bahkan beberapa petani menerima harga yang lebih tinggi. Hal ini menandakan perlunya kontrol maupun pengawasan agar harga yang diterima petani bisa sesuai dengan harga yang ditetapkan pemerintah dan mengurangi ketidaksesuaian harga (harga di bawah standar yang ditetapkan).
Tabel 20. Tingkat Kinerja Harga Gabah Kering Giling (GKG)
Atribut Kinerja Total 1 2 3 4 5 Nilai
Harga Gabah Kering Giling (GKG) IR 64 19 59 20 2 0 205 Harga Gabah Kering Giling (GKG) Ciherang
7 33 36 22 2 279 Harga Gabah Kering Giling (GKG)Memberamo
g. Harga Benih
Sebesar 59 persen petani responden menyatakan bahwa atribut harga benih penting, 29 persen harga benih cukup penting, 7 persen sangat penting, 3 persen tidak penting dan 2 persen sangat tidak penting. Secara keseluruhan skor rata-rata tingkat kepentingan atribut harga benih adalah 3,66 Nilai tersebut berada pada rentang 3,40-4,19 yang termasuk dalam kategori penting.
Tabel 21. Tingkat Kepentingan Harga Benih
Atribut Kepentingan Total 1 2 3 4 5 Nilai
Harga Benih 2 3 29 59 7 366
Harga benih merupakan salah satu komponen biaya dalam budidaya padi. Petani mengakui bahwa harga benih memiliki peranan penting, namun bagi petani hal yang lebih penting adalah bagaimana kualitas benih tersebut saat ditanam, tumbuh dan sampai saat tanaman tersebut dipanen. Jika memiliki kualitas yang buruk, serendah apapun harga yang ditawarkan, menurut petani lebih baik membeli benih varietas lain yang lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa harga dinilai dengan manfaat atau kualitas yang diterima. Harga benih dipasaran antar varietas tidak berbeda jauh, dari beberapa toko pertanian dan informasi petani harga yang ditawarkan berkisar antara Rp 30.000/5 kg sampai dengan Rp 32.000/5kg. Harga ini berfluktuatif tergantung ketersediaan di pasaran.
Kinerja atribut harga benih varietas IR 64 dinilai oleh 58 persen sesuai dengan kualitas, 29 persen cukup sesuai dengan kualitas, 9 persen sangat sesuai dengan kualitas, 4 persen tidak sesuai dengan kualitas dan tidak ada yang menilai sangat tidak sesuai dengan kualitas. Nilai rata-rata kinerja harga benih varietas IR
64 adalah 3,72 yang termasuk dalam kategori harga benih sesuai dengan kualitas (3,40-4,19). Varietas Ciherang dinilai oleh 52 persen petani sesuai dengan kualitas, 24 persen cukup sesuai dengan kualitas, 16 persen sangat sesuai dengan kualitas, 8 persen tidak sesuai dengan kualitas dan tidak ada yang menjawab sangat tidak sesuai dengan kualitas. Nilai rata-rata kinerja harga benih Ciherang adalah 3,76 yang termasuk dalam kategori sesuai dengan kualitas (3,40-4,19).
Varietas Memberamo dinilai oleh 59 persen petani sesuai dengan kualitas,
27 persen cukup sesuai dengan kualitas, 10 persen sangat sesuai dengan kualitas,
4 persen tidak sesuai dengan kualitas dan tidak ada yang menilai sangat tidak sesuai dengan kualitas. Nilai rata-rata kinerja harga benih Memberamo adalah 3,75 yang termasuk dalam kategori sesuai dengan kualitas (3,40-4,19).
Uraian di atas telah menjelaskan bahwa harga benih yang diterima telah sesuai dengan kualitas yang diharapkan. Beberapa petani menegaskan bahwa kualitas pada saat menanam sampai dengan waktu panen lebih penting daripada harga varietas yang ditawarkan. Hal ini menandakan bahwa petani telah mempertimbangkan manfaat dan biaya dalam pembelian benih varietas unggul.
Tabel 22. Tingkat Kinerja Harga Benih
Atribut Kinerja Total 1 2 3 4 5 Nilai
Harga Benih IR 64 0 4 29 58 9 372 Harga Benih Ciherang
0 4 29 58 9 372 Harga Benih Memberamo
h. Ketersediaan Benih di Pasaran
Sebesar 40 persen petani responden menyatakan bahwa atribut ketersediaan benih di pasaran penting, 33 persen sangat penting, 26 persen cukup penting, 1 persen tidak penting dan tidak ada yang menjawab sangat tidak penting. Secara keseluruhan skor rata-rata tingkat kepentingan atribut ketersediaan benih di pasaran adalah 4,05 Nilai tersebut berada pada rentang 3,40-4,19 yang termasuk dalam kategori penting.
Tabel 23.Tingkat Kepentingan Ketersediaan Benih di Pasaran
Atribut Kepentingan Total 1 2 3 4 5 Nilai
Ketersediaan Benih di Pasaran 0 1 26 40 33 405
Ketersediaan benih merupakan faktor yang penting dalam budidaya padi karena hal ini akan mempengaruhi waktu tanam petani. Waktu tanam tidak sesuai akan mengakibatkan ketidakserasian waktu tanam antar petani. Keserasian waktu tanam dapat mengurangi serangan hama dan penyakit yang berarti akan menurunkan biaya perawatan sehingga akan meningkatkan penerimaan. Hasil proses keputusan pembelian menunjukkan akses petani dalam membeli benih varietas unggul sanagt dekat dan mudah diakses.
Kinerja atribut ketersediaan benih di pasaran varietas IR 64 dinilai oleh 79 persen mudah diperoleh, 13 persen sangat mudah diperoleh, 6 persen cukup mudah diperoleh, 2 persen sulit diperoleh dan tidak ada yang menilai sangat sulit Kinerja atribut ketersediaan benih di pasaran varietas IR 64 dinilai oleh 79 persen mudah diperoleh, 13 persen sangat mudah diperoleh, 6 persen cukup mudah diperoleh, 2 persen sulit diperoleh dan tidak ada yang menilai sangat sulit
Ketersediaan benih di pasaran varietas Ciherang dinilai oleh 68 persen petani mudah diperoleh, 15 persen sangat mudah diperoleh, 14 persen cukup mudah diperoleh, 3 persen sulit diperoleh dan tidak ada yang menjawab sangat sulit diperoleh. Nilai rata-rata kinerja ketersediaan benih di pasaran Ciherang adalah 3,95 yang termasuk dalam kategori mudah diperoleh (3,40-4,19).
Ketersediaan benih di pasaran Varietas Memberamo dinilai oleh 71 persen mudah diperoleh , 15 persen sangat mudah diperoleh, 7 persen cukup mudah diperoleh, 7 persen sulit diperoleh dan tidak ada yang menilai sangat sulit diperoleh. Nilai rata-rata kinerja ketersediaan benih di pasaran Memberamo adalah 3,94 yang termasuk dalam kategori mudah diperoleh (3,40-4,19). ketersediaan benih di pasaran bagi petani saat ini mudah diperoleh.
Tabel 24. Tingkat Kinerja Ketersediaan Benih di Pasaran
Atribut Kinerja Total 1 2 3 4 5 Nilai
Ketersediaan Benih di Pasaran IR 64 0 2 6 79 13 403 Ketersediaan Benih di Pasaran Ciherang
0 3 14 68 15 395 Ketersediaan Benih di Pasaran Memberamo
i. Pemasaran Hasil Panen
Sebesar 44 persen petani responden menyatakan bahwa atribut pemasaran hasil panen penting, 39 persen sangat penting, 17 persen cukup penting, dan tidak ada yang menilai tidak penting dan sangat tidak penting. Secara keseluruhan skor rata-rata tingkat kepentingan atribut permintaan pasar adalah 3,59 Nilai tersebut berada pada rentang 3,40-4,19 yang termasuk dalam kategori penting.
Tabel 25. Tingkat Kepentingan Pemasaran Hasil Panen
Atribut Kepentingan Total 1 2 3 4 5 Nilai
Pemasaran Hasil Panen 0 0 17 44 39 422
Petani pada umumnya lebih sering menjual hasil panen kepada tengkulak, pihak lain yang juga terkadang membeli hasil panen adalah pihak penggilingan namun kondisi ini jarang ditemukan. Kebutuhan akan beras tentunya ikut mempengaruhi perilaku para tengkulak dalam membeli hasil panen dari petani. Secara umum para tengkulak membeli hasil panen disesuaikan dengan varietas yang ditawarkan petani. Adapula tengkulak yang membeli hasil panen sebelum panen dilakukan (sistem ijon). Harga yang ditawarkan tegkulak berkisar antara Rp 1.900/kg sampai 2.300/kg.
Kinerja atribut pemasaran varietas IR 64 dinilai oleh 50 persen petani mudah dijual, 46 persen cukup mudah dijual, 2 persen sangat mudah dijual, 2 persen sulit dijual dan tidak ada yang menilai sangat sulit dijual. Nilai rata-rata kinerja pemasaran hail panen varietas IR 64 adalah 3,52 yang termasuk dalam kategori pemasaran yang mudah dijual (3,40-4,19).
Pemasaran hasil panen varietas Ciherang dinilai oleh 48 persen petani mudah dijual, 38 persen cukup mudah dijual, 8 persen sulit dijual, 5 persen sangat mudah dijual dan 1 persen sangat sulit dijual. Nilai rata-rata kinerja permintaan pasar Ciherang adalah 3,48 yang termasuk dalam kategori pemasaran hasil panen mudah dijual (3,40-4,19).
Pemasaran pasar varietas Memberamo dinilai oleh 75 persen petani mudah dijual, 15 persen cukup mudah dijual, 10 persen sangat mudah dijual dan tidak ada yang menilai sulit djual maupun sangat sulit dijual. Nilai rata-rata kinerja Pemasaran pasar varietas Memberamo dinilai oleh 75 persen petani mudah dijual, 15 persen cukup mudah dijual, 10 persen sangat mudah dijual dan tidak ada yang menilai sulit djual maupun sangat sulit dijual. Nilai rata-rata kinerja
Tabel 26. Tingkat Kinerja Pemasaran Hasil Panen
Atribut Kinerja Total 1 2 3 4 5 Nilai
Pemasaran Hasil Panen IR 64 0 2 46 50 2 352 Pemasaran Hasil Panen Ciherang
1 8 38 48 5 348 Pemasaran Hasil Panen Memberamo
Pemasaran hasil panen dirasakan petani sudah menjadi hal yang wajar. Hal ini mungkin dapat ditinjau dari sisi konsumen beras mengingat lebih dari 90 persen rakyat Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok. Sehinga kebutuhan atau permintaan beras akan terus ada.
7.1.2 Diagram Kartesius Kepentingan dan Kinerja Atribut Benih Padi Varietas Unggul
Setelah mendapatkan nilai rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dari masing-masing atribut setiap varietas unggul, langkah selanjutnya adalah mencari kinerja rata-rata atribut varietas unggul secara keseluruhan kemudian memplotkan nilai-nilai tersebut kedalam diagram kartesius. Skor rata-rata tingkat kepentingan yang akan menjadi ordinat pada sumbu Y dan tingkat kinerja yang akan menjadi ordinat pada sumbu X. Sebelum memplotkan koordinat atribut, perlu dicari sumbu X dan Y terlebih dahulu. Pada akhirnya akan terbentuk diagram kartesius yang menunjukkan posisi setiap atribut pada kuadran tertentu. Perhitungan tingkat kepentingan, tingkat kinerja, sumbu X dan sumbu Y dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Benih Varietas Unggul
Kinerja Atribut
Ciherang Memberamo Unggul Produktivitas
IR 64
4,12 3,830 Rasa Nasi
4,09 3,783 Umur Tanaman
2,78 3,073 Tahan Rebah
2,21 3,317 Tahan Hama Penyakit
3,06 3,250 Harga Gabah Kering Giling
3,96 2,933 Harga Benih
3,94 3,973 Pemasaran hasil panen
31,86 31,553 sumbu Y
sumbu X
Pada tabel 27 menunjukkan koordinat masing-masing atribut, nilai sumbu X dan nilai sumbu Y, dari hasil tabel tersebut dapat dikembangkan dalam diagram kartesius yang akan menunjukkan posisi atribut yang terbagi dalam empat kuadran. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 8.
Scatterplot of Tingkat Kepentingan vs Tingkat Kinerja
4.4 Pr oduk tiv itas
Har ga Gab ah Kering Giling 4.3 Tahan Hama Peny ak it
n Pemasar an hasil panen Umur Tanaman Tahan Rebah
g a 4.2
4.14 ti 4.1
Rasa Nasi Keter sedian
Harga Ben ih
Tingkat Kinerja
Gambar 8. Grafik Scatterplot IPA Benih Varietas Unggul
Posisi aritribut-atribut pada setiap kuadran memiliki makna yang berebeda terkait dengan tindakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah maupun lembaga- lembaga yang terkait dengan pertanian tanaman pangan. Berikut ini penjelasan atribut-atribut dalam kuadran tersebut.
a. Kuadran I
Atribut pada kuadara I dianggap penting oleh petani tetapi pada kenyataannya atribut-atribut tersebut kinerjanya belum sesuai dengan apa yang diharapkan oleh petani (tingkat kinerja rendah). Harga GKG, tahan rebah, umur tanaman dan tahan hama penyakit merupakan atribut yang dirasa oleh petani penting tetapi kinerjanya kurang memuaskan.
Menurut petani harga GKG IR 64 dan Ciherang lebih rendah dibandingkan dengan varietas Memberamo. Secara keseluruhan harga GKG yang diterima petani dinilai oleh petani masih terlalu rendah. Sehingga perlu evaluasi dan perbaikan agar harga yang diterima petani mampu mengimbangi biaya usahatani padi. Atribut tahan hama dan penyakit bagi petani belum memiliki kinerja yang baik. Menurut petani perlu adanya peningkatan baik dari segi varietas maupun penyuluhan penanganan hama dan penyakit.
Kinerja atribut tahan rebah dinilai oleh petani belum baik terutama varietas Memberamo namun menurut beberapa petani hal ini bisa diatasi dengan menanam varietas yang tahan dengan varietas yang tidak tahan (dicampur). Umur tanaman bagi petani kinerjanya tidak terlalu banyak berubah yaitu berkisar antara 110-115 hari. Sehingga pengembangan varietas yang berumur pendek perlu terus untuk dikembangkan.
b. Kuadran II
Pada kuadran ini produktivitas dan pemasaran hail panen bagi petani adalah hal yang penting dan kinerjanya baik. Produktivitas varietas unggul bagi petani sudah sesuai dengan standar kemampuan produksi setiap varietas. Pemasaran hasil panen dirasakan petani mudah dijual namun harga yang ditetapkan dirasa kurang tepat.
c. Kuadran III
Pada kuadran III tidak ada atribut yang memiliki tingkat kepentingan yang rendah dengan kinerja yag rendah.
d. Kuadran IV
Atribut-atribut dalam kuadran ini adalah atribut dengan tingkat kepentingan rendah namun memiliki kinerja baik. Atribut-atribut tersebut adalah harga benih, ketersediaan dan rasa nasi. Harga benih saat ini bagi petani telah sesuai dengan kualitas yang diberikan. Menurut petani kualitas lebih penting daripada harga yang ditawarkan. Sehingga wajar jika harga benih memiliki tingkat kepentingan yang rendah. Ketersediaan benih dirasakan oleh petani mudah diperoleh, hal ini bagi petani sangat membantu dalam usahatani karena petani memiliki kesempatan untuk memperkirakan waktu pemupukan, waktu pengairan (irigasi), waktu panen, waktu membajak dan lain sebagainya. Rasa nasi menurut petani peniliannya lebih tergantung dari selera konsumen beras namun rasa nasi dinilai telah dapat diterima oleh petani maupun konsumen beras.
7.1.3 Customer Satisfaction Index
Indeks Kepuasan Petani (IKP) terhadap benih varietas unggul dapat dilihat pada tabel 28. Dari tabel tersebut diperoleh nilai indeks kepuasan petani sebesar 73,32 persen (0,7332). Nilai ini berada pada rentang indeks kepuasan 0,60-0,80 yang berarti petani puas terhadap kinerja atribut-atribut yang terdapat pada benih padi varietas unggul. Hal ini menandakan benih varietas unggul telah berhasil memuaskan petani sebesar 73,32 persen. Tentu saja Indeks kepuasan ini harus ditingkatkan hingga mendekati 100 persen.
Tabel 28. Perhitungan Customer Satisfaction Index Varietas Unggul
Mean
Mean
Weighting Weight Atribut
Importance
Satisfaction
Factors Score Score Score (WF) (WS)
(MIS)
(MSS)
0,117 0,464 Rasa Nasi
0,113 0,438 Umur Tanaman
0,114 0,354 Tahan Rebah
0,116 0,378 Tahan Hama Penyakit
0,113 0,372 Harga Gabah Kering Giling
0,112 0,429 Harga Benih
0,106 0,427 Pemasaran hasil panen
Weight Average Total (WAT) 3,666 CSI
7.2 Analisis Sikap Petani Padi Terhadap Benih Padi Varietas Unggul
Untuk mengetahui sikap petani padi terhadap benih padi varietas unggul digunakan model multiatribut Fishbein. Model ini bisa memberikan gambaran tentang produk yang dinilai lebih baik atau buruk oleh konsumen dengan
mempertimbangkan atribut-atribut yang dimiliki oleh produk. Hasil dari proses keputusan pembelian menunjukkan bahwa pembelian terdapat tiga varietas unggul yang biasanya dibeli oleh petani yaitu varietas IR 64, Memberamo dan Ciherang. Ketiga varietas ini berdasarkan literatur-literatur yang mempertimbangkan atribut-atribut yang dimiliki oleh produk. Hasil dari proses keputusan pembelian menunjukkan bahwa pembelian terdapat tiga varietas unggul yang biasanya dibeli oleh petani yaitu varietas IR 64, Memberamo dan Ciherang. Ketiga varietas ini berdasarkan literatur-literatur yang
Tabel 29. Hasil Perhitungan Model Sikap Mulatiatribut Fishbein
Ciherang Memberamo
16,77 4,12 18,09 Rasa Nasi
14,51 4,09 16,48 Umur Tanaman
11,75 2,78 11,62 Tahan Rebah
15,77 2,21 9,37 Tahan Hama Penyakit
13,73 3,05 13,01 Harga Gabah Kering Giling
11,83 3,96 16,79 Harga Benih
13,76 3,75 13,73 Ketersedian Benih di Pasaran
16,00 3,94 15,96 Pemasaran hasil panen
Bersasarkan total penilaian sikap Tabel 29 terlihat pahwa varietas Memberamo lebih disukai daripada IR 64 maupun Ciherang. Skor sikap IR 64, Ciherang dan Memberamo secara berturut-turut adalah 130,74, 128,80 dan 131,71. Nilai tiap varietas tidak berbeda jauh, hal ini menandakan bahwa kesukaan varietas satu dan yang lainnya sebenarnya tidak berbeda jauh.
Atribut yang dinilai paling penting oleh konsumen adalah produktivitas (4,39). Pada atribut ini varietas Memberamo (18,09) lebih disukai karena petani menilai produktivitasnya lebih tinggi daripada IR 64 (15,58) dan Ciherang (16,77). Sedangkan atribut yang dinilai tidak terlalu penting (berdasarkan nilai terendah tingkat kepentingan) adalah harga benih (3,59). Petani menilai bahwa harga benih IR 64 (13,62), Ciherang (13,76) dan Memberamo (13,73) tidak ada yang lebih Atribut yang dinilai paling penting oleh konsumen adalah produktivitas (4,39). Pada atribut ini varietas Memberamo (18,09) lebih disukai karena petani menilai produktivitasnya lebih tinggi daripada IR 64 (15,58) dan Ciherang (16,77). Sedangkan atribut yang dinilai tidak terlalu penting (berdasarkan nilai terendah tingkat kepentingan) adalah harga benih (3,59). Petani menilai bahwa harga benih IR 64 (13,62), Ciherang (13,76) dan Memberamo (13,73) tidak ada yang lebih
Atribut terpenting kedua yang dinilai petani adalah tahan hama dan penyakit (4,25). Pada atribut ini, varietas IR 64 (14,71) dinilai lebih tahan hama daripada Ciherang (13,73) dan Memberamo (13,01) sehingga IR 64 lebih disukai dalam hal ketahanan terhadap hama dan penyakit. Bagi petani varietas apapun tidak pernah lepas dari serangan hama penyakit meskipun demikian petani mengakui bahwa serangan hama dan penyakit sudah menjadi hal yang wajar dalam bertani. Tahan rebah (4,24) dan harga GKG (4,24) merupakan atribut terpenting ketiga. Varietas IR 64 (17,04) dinilai lebih tahan rebah daripada Ciherang (15,77) dan Memberamo (9,37). Harga GKG Memberamo (16,79) dinilai lebih tinggi daripada IR 64 (8,69) dan Ciherang (11,83)
Atribut terpenting keempat adalah pemasaran hasil panen (4,22). Pemasaran Memberamo (16,67) lebih tinggi daripada Ciherang (14,69) dan IR 64 (14,85). Atribut Umur tanaman merupakan atribut terpenting kelima (4,18). Umur IR 64 (15,17) dinilai lebih pendek daripada (11,75) dan Memberamo (11, 62).
Ketersediaan benih (4,05) adalah atribut terpenting keenam. Pada atribut ini ketersediaan varietas IR 64 (16,32), Ciherang (16,00) dan Memberamo (15,96) tidak berbeda jauh. Rasa nasi adalah atribut terpenting ketujuh dengan tingkat kepentingan 4,03. Petani responden meniliai bahwa rasa nasi varietas Memberamo (16,48) lebih enak dari pada IR 64 (14,51) dan Ciherang (14,75).
Secara keseluruhan varietas IR 64 unggul dalam tahan hama penyakit, tahan rebah dan umur tanaman yang lebih pendek namun memiliki kelemahan pada produktivitas dan harga GKGnya yang lebih rendah daripada varietas Ciherang dan Memberamo. Varietas Memberamo memiliki keunggulan pada prduktivitas dan rasa nasi yang lebih baik namun memiliki kelemahan pada atribut tahan hama penyakit, tahan rebah dan umur tanaman yang lebih panjang. Kinerja varietas Ciherang berada diantara kedua varietas tersebut namun memiliki kelemahan pada rasa nasi dan pemasaran hasil panen yang lebih rendah.
VIII. REKOMENDASI STRATEGI BAURAN PEMASARAN
Berdasarkan analisis terhadap karakteristik petani padi, proses keputusan pemelian terhadap benih varietas unggul, sikap dan kepuasan mereka strategi pemasaran yang dapat dilakukan melalui konsep bauran pemasaran product (produk), price (harga), Place (tempat), dan promotion (promosi) adalah sebagai berikut.
8.1 Produk
Analisis tingka kepentingan dan kinerja menujukkan bahwa atribut umur tanaman, tahan hama penyakit dan tahan rebah memiliki kinerja yang rendah. Berdasarkan hal tersebut pengembangan varietas perlu memprioritaskan pengembangan atribut umur tanaman, tahan hama penyakit dan tahan rebah. Atribut lain dinilai petani perlu terus dikembangkan adalah produktivitas. Petani padi mengarapkan varietas baru yang memiliki produktivitas yang lebih tinggi daripada varietas yang ada pada saat ini.
Umur tanaman yang diharapkan petani adalah kurang dari 100-110 hari. Saat ini umur tanaman varietas unggul berkisar antara 110-120 hari. Semakin pendek umur tanaman tentunya akan meningkatkan pola tanam dan merotasi pertanaman sehingga memberikan kesempatan bagi lahan untuk memulihkan kondisi unsur hara dan mengurangi serangan hama penyakit. Atribut tahan hama penyakit merupakan atribut yang perlu dikembangkan tidak hanya dari segi teknologi (perakitan) namun perlu juga adanya peningkatan sosialisasi penanganan hama penyakit di lapangan sehingga akan meningkatkan kinerja atribut hama penyakit.
Atribut tahan rebah merupakan atribut yang dinilai memiliki kinerja rendah sehingga diharapkan pengembangan varietas selanjutnya memiliki atribut yang tahan rebah mengingat perubahan iklim akibat pemanasan global yang semakin tidak menentu dan memiliki efek yang cukup drastis. Produktivitas varietas unggul saat ini rata-rata berada pada tingkat 6-7 ton/ha dengan mempertimbangkan tingkat serangan hama penyakit dan tahan rebah berada pada kondisi normal (tidak terjadi wabah). Harapan petani tentang varietas selanjutnya adalah avarietas yang memiliki tingkat produktivitas berada pada tingkat 7-9 ton /ha.
8.2 Harga
Harga benih varietas unggul saat ini berkisar antara Rp 30.000 – Rp 32.000 / kemasan. Hal ini dinilai petani sudah sesuai dengan kualitas yang diberikan atau sesuai dengan manfaat yang diterima. Menurut petani harga benih hendaknya mencerminkan kualitas yang diberikan namun bukan berarti semakin tinggi harga benih menandakan kualitas yang lebih baik. Menurut petani jika harga benih rendah namun memiliki kinerja rendah maka mereka akan memilih benih yang berharga sedikit lebih mahal yang tentunya telah terbukti mampu memberikan hasil yang lebih baik.
8.3 Tempat
Toko pertanian merupakan tempat penyedia kebutuhan pokok pertanian seperti pupuk, pestisida dan benih. Sehingga toko pertanian memang memiliki peran vital dalam penyaluran benih ke petani. Dari sisi para petani sendiri Toko pertanian merupakan tempat penyedia kebutuhan pokok pertanian seperti pupuk, pestisida dan benih. Sehingga toko pertanian memang memiliki peran vital dalam penyaluran benih ke petani. Dari sisi para petani sendiri
Saat ini toko pertanian berada tempat yang strategis dalam artian para petani mengetahui akan keberadaan sebuah toko pertanian di daerahnya dan bagaimana akses menuju tempat tersebut. Sehingga hal yang perlu ditingkatkan adalah kualitas pelayanan kepada petani.
8.4 Promosi
Promosi sebaiknya memanfaatkan toko pertanian mengingat toko pertanian dalam proses keputusan pembelian merupakan sumber informasi utama dalam mencari informasi suatu varietas. Promosi melalui lahan percobaan di lahan milik petani dinilai petani lebih memberikan manfaat langsung dalam memahami karakteristik suatu varietas. Hal ini tentunya lebih bermanfaat daripada hanya sekedar diberikan penyuluhan.
IX. KESIMPULAN DAN SARAN
9.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Petani responden adalah laki-laki, sebagian besar berusia antara 51-60 tahun dan telah berkeluarga dengan jumlah keluarga (istri dan anak) sebagian besar sebanyak enam orang. Anak-anak dari petani responden sebagian besar telah berkeluarga dan memiliki penghasilan sendiri-sendiri. Petani menetapkan bertani sebagai pekerjaan utama mereka sedangkan pekerjaan sampingan selain petani adalah buruh tani, pedagang maupun peternak. Petani juga ada yang hanya bekerja sebagai petani tanpa memiliki pekerjaan sampingan. Dalam usahatani padi, pola tanam yang biasa digunakan petani di Kabupaten Kediri adalah padi-padi-jagung/palawija/hortikultura. Hasil panen padi biasanya berkisar antara 4 sampai 7,9 ton per hektar. Hal ini tergantung dari serangan hama penyakit, kerebahan tanaman dan pola pemupukan yang tepat.
2. Berdasarkan hasil proses keputusan pembelian, petani padi di Kabupaten Kediri memiliki motivasi dalam bertani padi karena turun temurun dari ayah maupun kakek mereka. Walaupun tingkat pendidikan sebagian besar hanya SD, mereka menyadari bahwa penggunaan benih varietas unggul sangatlah penting karena dengan menggunakan varietas unggul hasil panen akan lebih bagus atau meningkat. Dalam memperoleh informasi mengenai benih varietas unggul, para petani lebih senang mencari informasi ke toko pertanian. Informasi yang dibutuhkan petani tentang benih varietas adalah kualitas benih.
Varietas yang menjadi pertimbangan para petani adalah varietas IR 64, Ciherang, Memberamo, Ciboga, Cilamaya dan Intani. Hal yang menjadi pertimbangan utama mereka adalah produktivitas. Kebanyakan petani lebih sering membeli IR64, Ciherang dan Memberamo. Harga benih saat ini menurut petani telah sesuai dengan kualitas yang diberikan. Secara keseluruhan petani responden puas terhadap pembelian dan mereka tetap akan membeli jika harga mengenai kenaikan. Jika tidak tersedia di tempat biasa membeli, petani akan mencari di tempat lain.
3. Petani lebih menyukai varietas Memberamo. Ketiga varietas dalam penelitian (IR64, Ciherang dan Memberamo) memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Secara keseluruhan varietas IR 64 unggul dalam tahan hama penyakit, tahan rebah dan umur tanaman yang lebih pendek namun memiliki kelemahan pada produktivitas dan harga GKGnya yang lebih rendah daripada varietas Ciherang dan Memberamo. Varietas Memberamo memiliki keunggulan pada prduktivitas dan rasa nasi yang lebih baik namun memiliki kelemahan pada atribut tahan hama penyakit, tahan rebah dan umur tanaman yang lebih panjang. Kinerja varietas Ciherang berada diantara kedua varietas tersebut namun memiliki kelemahan pada rasa nasi dan pemasaran hasil panen yang lebih rendah.
4. Atribut-atribut yang dirasakan oleh petani memiliki kinerja yang rendah adalah harga GKG, umur tanaman, tahan hama penyakit dan tahan rebah. Sedangkan atribut-atribut yang memiliki kinerja baik adalah produktivitas, pemasaran hasil panen, rasa nasi, ketersediaan dan harga benih. Berdasarkan 4. Atribut-atribut yang dirasakan oleh petani memiliki kinerja yang rendah adalah harga GKG, umur tanaman, tahan hama penyakit dan tahan rebah. Sedangkan atribut-atribut yang memiliki kinerja baik adalah produktivitas, pemasaran hasil panen, rasa nasi, ketersediaan dan harga benih. Berdasarkan
5. Bauran pemasaran yang sekiranya perlu dilakukan adalah pengembangan produk yang bisa diterima petani maupun konsumen, penetapan harga benih varietas unggul yang sesuai dengan kualitas, peningkatan pelayanan dan promosi melalui toko pertanian.
9.2 Saran
Saran yang mungkin dapat peneliti sarankan adalah:
1. Perlu terus diupayakan pengembangan varietas yang lebih baik dan dapat diterima pasar maupun petani. Atribut yang menjadi prioritas pengembangan adalah umur tanaman, tahan hama penyakit dan tahan rebah.
2. Atribut produktivitas dan rasa nasi meskipun memiliki kinerja yang baik, menurut petani tetap perlu dikembangkan. Produktivitas dan rasa nasi merupakan faktor pertimbangan utama dalam membeli varietas unggul.
3. Perlu adanya pengembangan varietas sejenis IR 64 dengan perbaikan atribut produktivitas. Perlu adanya pengembangan varietas sejenis Memberamo dengan perbaikan atribut tahan hama penyakit, tahan rebah dan umur tanaman yang lebih pendek. Pengembangan varietas Ciherang dengan peningkatan kinerja rasa nasi dan umur tanaman.
4. Perlu adanya penelitian mengenai efektifitas penyediaan benih untuk mengetahui sejauh mana efektifitas produksi benih dalam memenuhi permintaan benih. Hal ini akan membantu dalam memperkirakan kebutuhan penangkar dan jumlah luas area penangkaran benih.
5. Perlu adanya penelitian saluran atau rantai pemasaran benih dan efektifitas saluran pemasaran benih sehingga benih dapat diperoleh dengan lebih mudah dan meringankan biaya produksi yang berimplikasi pada penetapan harga benih yang lebih terjangkau oleh petani.