Kajian Karakteristik Pasar Tradisional Menghadapi Pasar Modern di Kota Surakarta
4.3 Kajian Karakteristik Pasar Tradisional Menghadapi Pasar Modern di Kota Surakarta
4.3.1. Kebijakan atau Regulasi Pasar Tradisional
Untuk menghindari dampak kehadiran pasar swasta atau modern, serta guna memberikan perlindungan bagi pedagang kecil dan menengah serta pasar pemerintah/tradisional maka pertumbuhan dan perkembangan pasar tradisional perlu ditata agar para pedagangnya dapat tumbuh dan berkembang dalam mengisi peluang usaha yang terbuka di Kota Surakarta.
Beberapa regulasi/kebijakan yang diatur mengacu kepada Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional adalah sebagai berikut :
1. Pengelolaan dan perlindungan pasar dilaksanakan berdasarkan atas asas manfaat, adil dan
ed
3. Dalam menyelenggarakan pengelolaan pasar, Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan (pasal 10):
a. Menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan pasar berdasarkan kebijakan nasional dan kebijakan daerah.
b. Menyelenggarakan pengelolaan pasar skala daerah sesuai dengan norma, standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah.
c. Menetapkan lokasi pasar.
d. Melakukan pemantauan dan evaluasi dalam pengelolaan pasar
e. Menyusun dan menyelenggarakan sistem pengelolaan pasar sesuai dengan kewenangannya.
f. Melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan pasar yang dilaksanakan Pihak Ketiga.
4. Perlindungan pasar merupakan upaya terpadu guna membangun daya tahan pasar yang berkelanjutan dan mampu memberdayakan pasar sebagai ruang kegiatan ekonomi dalam mencapai kesejahteraan masyarakat. Perlindungan pasar meliputi (pasal 23) :
a. Peningkatan kualitas bangunan, penataan atau pengelompokan pedagang.
b. Memberikan kesempatan yang sama pada pedagang untuk memanfaatkan pasar, meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian pedagang.
c. Memberikan kemudahan kepada pedagang dalam hal perizinan, tertib administrasi, perlindungan standarisasi pelayanan.
d. Memberikan kenyamanan dan keamanan pasar.
e. Memberikan kepastian hukum terhadap pelanggaran
ed
NO. Komponen Eksistensi
Pasar Mojosongo
sangatlah sedikit. Hal ini jelas sekali meresahkan pedagang yang kebanyakan mengeluh tentang penghasilan mereka setiap harinya yang tidak memuaskan. Mereka juga mengeluhkan akan keberadaan minimarket yang sudah merajalela sehingga mematikan pasar tradisional (Luwes Kandang Sapi yang berada persis di depan Pasar Mojosongo).
8. Jangkauan Pelayanan
Pasar Mojosongo menjangkau masyarakat Kota Surakarta. Namun pedagang yang ada di Pasar Mojosongo, mereka bukan hanya pedagang dari Kota Surakarta saja, namun ada juga pedagang yang berasal dari wilayah di sekitar Kota Surakarta.
9. Waktu Operasional
Pasar Mojosongo beroperasional pada jam 06.00 sampai dengan jam 16.00.
Sumber : Survey Primer, 2012
4.3.3 Kebijakan atau Regulasi Pasar Modern
Keberadaan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern merupakan perwujudan hak masyarakat dalam berusaha di sektor perdagangan yang perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan usahanya guna meningkatkan perekonomian daerah terutama di Kota Surakarta. Kebijakan pembangunan dan perizinan pendirian tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing para pedagang, baik dengan skala modal besar maupun skala modal kecil berdampak pada pertumbuhan jumlah pelaku bisnis riteil baik pada Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern (Pasar Modern) terutama yang dikelola oleh sektor swasta.
Dengan pesatnya perkembangan usaha perdagangan eceran dalam skala kecil dan menengah, usaha perdagangan eceran modern dalam skala besar, maka diperlukan pengaturan mengenai penataan dan pendirian Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern di Kota Surakarta agar terjadi sinergi dengan UMKM, Koperasi dan Pasar Tradisional. Beberapa regulasi/kebijakan yang diatur mengacu kepada Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 5 tahun 2011 tentang Penataan dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern (Pasar
ed
· Menyediakan fasilitas parkir kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor yang memadai di dalam area bangunan dengan luasan untuk satu unit kendaraan roda empat untuk setiap 60 m 2 (enam puluh meter persegi) luas lantai Pusat Perbelanjaan dan
Toko Modern. · Menyediakan sarana pemadam kebakaran dan jalur keselamatan bagi petugas maupun
pengguna Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
2. Jarak Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern dengan Pasar Tradisional paling dekat 500 (lima ratus) meter. (Pasal 7)
3. Jenis barang dagangan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern harus berbeda dengan jenis barang dagangan Pasar Tradisional. (Pasal 7)
4. Perencanaan pembangunan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern harus didahului dengan kajian mengenai dampak lingkungan, dampak lalu lintas, baik dari sisi tata ruang maupun non fisik, meliputi aspek lingkungan, sosial, ekonomi dan budaya untuk mencegah dampak negatif terhadap eksistensi UMKM, Koperasi dan Pasar Tradisional serta usaha lainnya. (Pasal 8)
5. Pasal 13 · Jam kerja Hypermarket, Departement Store dan Supermarket adalah sebagai berikut :
ü Hari Senin sampai dengan Jumat mulai pukul 10.00-22.00 WIB ü Hari Sabtu dan Minggu mulai pukul 10.00-23.00 WIB · Jam kerja untuk hari besar keagamaan, hari libur nasional dan hari libur lainnya mulai
pukul 10.00-24.00 WIB. · Jam kerja minimarket mulai pukul 10.00-24.00 WIB.
ed
2011 tentang Penataan dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern (Pasar Modern ) tersebut. 33% dari pihak pengelola tidak mengetahui terkait dengan peraturan tentang penataan pasar modern tersebut. Sehingga pada kenyataannya dilihat bahwa pasar modern bisa mendirikan bangunan pasar modern dan bebas beroperasional sesuai dengan kebutuhan dan keadaan dari pedagang dan pengunjung dari pasar modern itu sendiri.
4.3.4 Pasar Modern di Kota Surakarta
4.3.4.1. Ratu Luwes Ratu Luwes berada di Jalan Punggawan No.19 Kelurahan Punggawan di Kota
Surakarta. Pasar modern dengan No. SIUP 517/1970/UPT/III/2006 ini dibangun dengan permodalan sebesar Rp.40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah) yang bersinergi dengan pasar modern Luwes lainnya (Luwes Kandang Sapi, Luwes Gading, Luwes Nusukan dan Sami Luwes).
Gambar 4.14 Pasar Modern “Ratu Luwes” di Kota Surakarta
Ratu Luwes tampak depan persis bersebelahan dengan
Pasar Legi
Kondisi di dalam Ratu Luwes yang memperjualbelikan dagangan dengan sistem swalayan
ed
NO. Komponen Eksistensi
Ratu Luwes
kegiatan bongkar muat sudah tidak mengganggu aktivitas yang ada. · Pedestrian di Ratu Luwes masih kurang memadai, karena digunakan sebagai lahan parkir · Aksesibilitas Ratu Luwes terjangkau dengan sirkulasi yang tergolong tinggi · Kenyamanan Ratu Luwes didukung oleh ruangan ber-AC dan terjaga kebersihannya. · Vegetasi memadai berupa potisasi
4. Manajemen dan Pengelolaan
Manajemen dan pengelolaan Ratu Luwes sepenuhnya menjadi tanggungjawab dan kewenangan dari Pihak Swasta atau investor atau pemilik dari Luwes Group. Tanggungjawab dan kewenangan tersebut menjadi kewenangan mutlak yang digunakan untuk menangani berbagai hal yang berhubungan dengan Ratu Luwes itu sendiri. Pemerintah Kota Surakarta melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) bergerak sebagai pengawas dari keberlangsungan dari pasar modern dan Balai Permodalan dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPPT) Kota Surakarta bergerak sebagai pemberi ijin atas berdirinya bangunan pasar modern, selebihnya terkait dengan kerusakan, perawatan, pembangunan serta pemasaran menjadi tanggung jawab pihak pemilik.
5. Komoditas Dagangan
Ratu Luwes memperdagangkan barang produksi dan barang konsumsi. Adapun barang produksi berupa pakaian, keperluan rumah tangga, sembako dan barang konsumsi berupa makanan siap saji. Komoditas dagangan yang ada di Ratu Luwes ini bukan hanya berasal dari Kota Surakarta saja tetapi juga berasal dari wilayah lain di sekitar Kota Surakarta.
6. Dukungan Permodalan
Modal yang digunakan oleh Ratu Luwes tidak memiliki keterlibatan terhadap Pemerintah Kota Surakarta. Dalam menyediakan modal, Ratu Luwes berdiri sendiri berdasarkan kepemilikannya. Besaran modal yang digunakan Ratu Luwes sebesar 400 juta dan berdasarkan Perpres No.112 tahun 2007 tergolong supermarket.
7. Konsumen Konsumen Ratu Luwes setiap harinya tidak pernah lengang. Konsumen ini pun tidak mengenal umur, mulai dari yang muda sampai dengan yang tua.
8. Jangkauan Pelayanan
Ratu Luwes menjangkau masyarakat Kota Surakarta. Namun komoditas dagangan yang diperdagangkan bukan hanya berasal dari Kota Surakarta saja namun juga berasal dari wilayah di sekitar Kota Surakarta.
9. Waktu Operasional Ratu Luwes beroperasional dari jam 09.00 sampai dengan jam 21.00 setiap harinya. Sumber : Survey Primer, 2012
4.3.4.2. Atria Atria berada di Jalan R.A Kartini No.33 Kota Surakarta yang didirikan dengan No. SIUP 517/1084/UPT/VIII/08 dengan permodalan sebesar Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Di Atria tidak hanya tersedia barang kebutuhan rumah tangga saja berbagai macam stationary dan hadiah jug tersedia. Atria berdiri di lokasi yang cukup strategis di tengah kota dam muda dijangkau dari manapun. Atria juga terletak dekat dengan hotel dan sekolah
ed
Berdasarkan komponen eksistensinya, Atria dijabarkan sebagai berikut :
Tabel 4.14 Komponen Eksistensi Atria
NO. Komponen Eksistensi
Atria
1. Kebijakan Di Pasar Modern pada umumnya masih terdapat kurangnya sosialisasi akan pelaksanaan dari Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 5 tahun 2011 tentang Penataan dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern (Pasar Modern ). Pihak pengelola Atria pada saat diwawancarai tidak mengetahui terkait dengan peraturan tentang penataan pasar modern tersebut. Sehingga pada kenyataannya dilihat bahwa pasar modern bisa mendirikan bangunan pasar modern dan bebas beroperasional sesuai dengan kebutuhan dan keadaan dari pedagang dan pengunjung dari pasar modern itu sendiri.
2. Infrastruktur Infrastruktur/sarana dan prasarana di Atria berupa mushola, MCK, pos keamanan, tempat sampah, bin sampah, container, hydrant atau APAR, jaringan drainase, jaringan komunikasi, jaringan air bersih dan jaringan listrik. Penyediaan infrastruktur ini sangat memadai, baik dilihat dari kuantitas maupun kualitas.
3. Kondisi Fisik dan Non Fisik
· Bangunan Atria sudah tergolong kepada bangunan baik dan memadai. Bangunan Atria ini juga
mampu menampung setiap aktivitas yang ada di dalam pasar modern. · Parkir di Atria hanya menggunakan parkir dengan luasan yang agak sempit namun sudah tertata
dan dijaga. Parkir pasar modern ini pun ditata ke dalam parkir on street maupun off street (depan toko).
· Aktivitas bongkar muat Atria sudah memiliki jam dan jalur angkutnya sendiri, sehingga kegiatan
bongkar muat sudah tidak mengganggu aktivitas yang ada. · Pedestrian di Atria masih kurang memadai, karena digunakan sebagai lahan parkir · Aksesibilitas Atria terjangkau dengan sirkulasi yang tergolong sedang. · Kenyamanan Atria didukung oleh ruangan ber-AC dan terjaga kebersihannya. · Vegetasi memadai berupa potisasi
4. Manajemen dan Pengelolaan
Manajemen dan pengelolaan Atria sepenuhnya menjadi tanggungjawab dan kewenangan dari pemilik dari Atria. Tanggungjawab dan kewenangan tersebut menjadi kewenangan mutlak yang digunakan untuk menangani berbagai hal yang berhubungan dengan Atria itu sendiri. Pemerintah Kota Surakarta melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) bergerak sebagai pengawas dari keberlangsungan dari pasar modern dan Balai Permodalan dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPPT) Kota Surakarta bergerak sebagai pemberi ijin atas berdirinya bangunan pasar modern, selebihnya terkait dengan kerusakan, perawatan, pembangunan serta pemasaran menjadi tanggung jawab pihak pemilik.
5. Komoditas Dagangan
Atria memperdagangkan barang produksi dan barang konsumsi. Adapun barang produksi berupa pakaian, keperluan rumah tangga, sembako dan barang konsumsi berupa makanan siap saji. Komoditas dagangan yang ada di Atria ini bukan hanya berasal dari Kota Surakarta saja tetapi juga berasal dari wilayah lain di sekitar Kota Surakarta.
6. Dukungan Permodalan
Modal yang digunakan oleh Atria tidak memiliki keterlibatan terhadap Pemerintah Kota Surakarta. Dalam menyediakan modal, Atria berdiri sendiri berdasarkan kepemilikannya. Besaran modal yang
ed
Gambar 4.16 Pasar Modern “Solo Square” di Kota Surakarta
Sumber : Survey Primer, 2012
Berdasarkan komponen eksistensinya, Solo Square dijabarkan sebagai berikut : Tabel 4.15
Komponen Eksistensi Solo Square
NO. Komponen Eksistensi
Solo Square
1. Kebijakan Di Pasar Modern pada umumnya masih terdapat kurangnya sosialisasi akan pelaksanaan dari Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 5 tahun 2011 tentang Penataan dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern (Pasar Modern ). Pihak pengelola Solo Square pada saat diwawancarai tidak mengetahui terkait dengan peraturan tentang penataan pasar modern tersebut. Sehingga pada kenyataannya dilihat bahwa pasar modern bisa mendirikan bangunan pasar modern dan bebas beroperasional sesuai dengan kebutuhan dan keadaan dari pedagang dan pengunjung dari pasar modern itu sendiri.
2. Infrastruktur Infrastruktur/sarana dan prasarana di Solo Square berupa mushola, MCK, pos keamanan, tempat sampah, bin sampah, container, hydrant atau APAR, jaringan drainase, jaringan komunikasi, jaringan air bersih dan jaringan listrik. Penyediaan infrastruktur ini sangat memadai, baik dilihat dari kuantitas maupun kualitas.
3. Kondisi Fisik dan Non Fisik
· Bangunan Solo Square sudah tergolong kepada bangunan baik dan memadai. Bangunan Solo Square ini juga mampu menampung setiap aktivitas yang ada di dalam pasar modern.
· Parkir di Solo Square berdasarkan kuantitas dan kualitas sudah sangat memadai. Parkir ini pun ditata ke dalam parkir on street dan off street yang sudah memiliki pengawasan dan penjagaan.
· Aktivitas bongkar muat Solo Square sudah memiliki jam dan jalur angkutnya sendiri, sehingga
kegiatan bongkar muat sudah tidak mengganggu aktivitas yang ada. · Pedestrian di Solo Square sudah sangat memadai, dan dimanfaatkan dan dikelola dengan baik. · Aksesibilitas Solo Square terjangkau dengan sirkulasi yang tergolong tinggi. · Kenyamanan Solo Square didukung oleh ruangan ber-AC dan terjaga kebersihannya serta terjaga
ed
4.3.4.4. Solo Grand Mall Solo Grand Mall yang dibangun diatas lahan seluas 12.080 m 2 , merupakan bangunan
"pusat perdagangan" yang bernuansa "Mall", dimana bangunan komersial ini terdiri atas 7
lantai dengan total luasannya 63.000 m 2 . Solo Grand Mall adalah sebuah bangunan komersial
yang dibentuk sebagai wadah bagi kegiatan berusaha, berbelanja dan rekreasi keluarga, yang dilengkapi dengan area fasilitas parkir yang luas. Mall ini telah dilengkapi beberapa fasilitas antara lain : billiard, cineplex, dan arena bermain anak.
Sedangkan konsep yang melatarbelakangi fungsi bangunan tersebut diatas adalah : One Stop Family Entertainment and Recreation, dimana Solo Grand Mall menyediakan
pelayanan bagi para pengunjung yang ingin berbelanja berbagai macam kebutuhan dengan aneka variasinya tanpa memakan banyak waktu dan lebih efisiensi biaya karena para pengunjung tidak perlu berpindah lokasi. Dengan kata lain segala kebutuhan tersedia di Solo Grand Mall.
Gambar 4.17 Pasar Modern “Solo Grand Mall ” di Kota Surakarta
Sumber : Survey Primer, 2012
Solo Grand Mall tampak depan Kondisi Solo Grand Mall bagian dalam yang terlihat mewah
ed
NO. Komponen Eksistensi
Solo Grand Mall
· Aksesibilitas Solo Grand Mall terjangkau dengan sirkulasi yang tergolong tinggi. · Kenyamanan Solo Grand Mall didukung oleh ruangan ber-AC dan terjaga kebersihannya serta
terjaga keamanannya. · Vegetasi memadai berupa potisasi dan pepohonan beserta taman citywalk.
4. Manajemen dan Pengelolaan
Manajemen dan pengelolaan Solo Grand Mall sepenuhnya menjadi tanggungjawab dan kewenangan dari pemilik dari Solo Grand Mall. Tanggungjawab dan kewenangan tersebut menjadi kewenangan mutlak yang digunakan untuk menangani berbagai hal yang berhubungan dengan Solo Grand Mall itu sendiri. Pemerintah Kota Surakarta melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) bergerak sebagai pengawas dari keberlangsungan dari pasar modern dan Balai Permodalan dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPPT) Kota Surakarta bergerak sebagai pemberi ijin atas berdirinya bangunan pasar modern, selebihnya terkait dengan kerusakan, perawatan, pembangunan serta pemasaran menjadi tanggung jawab pihak pemilik.
5. Komoditas Dagangan
Solo Grand Mall memperdagangkan barang produksi dan barang konsumsi. Adapun barang produksi berupa pakaian, keperluan rumah tangga, sembako dan barang konsumsi berupa makanan siap saji. Komoditas dagangan yang ada di Solo Grand Mall ini bukan hanya berasal dari Kota Surakarta saja tetapi juga berasal dari wilayah lain di sekitar Kota Surakarta.
6. Dukungan Permodalan
Modal yang digunakan oleh Solo Grand Mall tidak memiliki keterlibatan terhadap Pemerintah Kota Surakarta. Dalam menyediakan modal, Solo Grand Mall berdiri sendiri berdasarkan kepemilikannya. Besaran modal yang digunakan Solo Grand Mall sebesar 10M dan berdasarkan Perpres No.112 tahun 2007 tergolong hypermarket.
7. Konsumen Konsumen Solo Grand Mall setiap harinya tidak pernah lengang dan selalu ramai pengunjung. Konsumen ini pun tidak mengenal umur, mulai dari yang muda sampai dengan yang tua.
8. Jangkauan Pelayanan
Solo Grand Mall menjangkau masyarakat Kota Surakarta dan wilayah di sekitarnya. Beserta komoditas dagangan yang diperdagangkan bukan hanya berasal dari Kota Surakarta saja namun juga berasal dari wilayah di sekitar Kota Surakarta.
9. Waktu Operasional Solo Grand Mall beroperasional dari jam 10.00 sampai dengan jam 22.00 setiap harinya. Sumber : Survey Primer, 2012
4.3.4.5. Lotte Mart LotteMart Wholesale dahulu bernama Makro adalah sebuah layanan perdagangan
mandiri dengan perkiraan 40,000-50,000 anggota potensial di setiap toko. LotteMart
Wholesale Surakarta didirikan tanggal 23 Februari 2006 dengan No.SIUP
510.41/0703/KPPT/V/2010 dengan dukunga permodalan sebesar Rp.52.000.000.000,00 (lima puluh dua milyar rupiah) yang berada di Jalan Bhayangkara, Kelurahan Tipes Kecamatan
ed
NO. Komponen Eksistensi
Lotte Mart
Perbelanjaan dan Toko Modern (Pasar Modern ). Pihak pengelola Lotte Mart pada saat diwawancarai tidak mengetahui terkait dengan peraturan tentang penataan pasar modern tersebut. Sehingga pada kenyataannya dilihat bahwa Lotte Mart bisa mendirikan bangunan pasar modern dan bebas beroperasional sesuai dengan kebutuhan dan keadaan dari pedagang dan pengunjung dari pasar modern itu sendiri.
2. Infrastruktur Infrastruktur/sarana dan prasarana di Lotte Mart berupa mushola, MCK, pos keamanan, tempat sampah, bin sampah, container, hydrant atau APAR, jaringan drainase, jaringan komunikasi, jaringan air bersih dan jaringan listrik. Penyediaan infrastruktur ini sangat memadai, baik dilihat dari kuantitas maupun kualitas.
3. Kondisi Fisik dan Non Fisik
· Bangunan Lotte Mart sudah tergolong kepada bangunan baik dan memadai. Bangunan Lotte Mart ini juga mampu menampung setiap aktivitas yang ada di dalam pasar modern.
· Parkir di Lotte Mart berdasarkan kuantitas dan kualitas sudah sangat memadai. Parkir ini pun ditata ke dalam parkir off street yang sudah memiliki pengawasan dan penjagaan.
· Aktivitas bongkar muat Lotte Mart sudah memiliki jam dan jalur angkutnya sendiri, sehingga
kegiatan bongkar muat sudah tidak mengganggu aktivitas yang ada. · Pedestrian di Lotte Mart sudah sangat memadai, dan dimanfaatkan dan dikelola dengan baik. · Aksesibilitas Lotte Mart terjangkau dengan sirkulasi yang tergolong tinggi. · Kenyamanan Lotte Mart didukung oleh ruangan ber-AC dan terjaga kebersihannya serta terjaga
keamanannya. · Vegetasi memadai berupa potisasi dan pepohonan.
4. Manajemen dan Pengelolaan
Manajemen dan pengelolaan Lotte Mart sepenuhnya menjadi tanggungjawab dan kewenangan dari pemilik dari Lotte Mart. Pemerintah Kota Surakarta melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) bergerak sebagai pengawas dari keberlangsungan dari pasar modern dan Balai Permodalan dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPPT) Kota Surakarta bergerak sebagai pemberi ijin atas berdirinya bangunan pasar modern, selebihnya terkait dengan kerusakan, perawatan, pembangunan serta pemasaran menjadi tanggung jawab pihak pemilik.
5. Komoditas Dagangan
Lotte Mart memperdagangkan barang produksi dan barang konsumsi. Adapun barang produksi berupa pakaian, keperluan rumah tangga, sembako dan barang konsumsi berupa makanan siap saji. Komoditas dagangan yang ada di Lotte Mart ini bukan hanya berasal dari Kota Surakarta saja tetapi juga berasal dari wilayah lain di sekitar Kota Surakarta.
6. Dukungan Permodalan
Modal yang digunakan oleh Lotte Mart tidak memiliki keterlibatan terhadap Pemerintah Kota Surakarta. Dalam menyediakan modal, Lotte Mart berdiri sendiri berdasarkan kepemilikannya. Besaran modal yang digunakan Solo Grand Mall sebesar5 dan berdasarkan Perpres No.112 tahun 2007 tergolong hypermarket.
7. Konsumen Konsumen Lotte Mart setiap harinya tidak pernah lengang dan selalu ramai pengunjung. Konsumen ini pun pada umumnya adalah konsumen yang membeli secara grosiran.
8. Jangkauan Pelayanan
Lotte Mart menjangkau masyarakat Kota Surakarta dan wilayah di sekitarnya. Beserta komoditas dagangan yang diperdagangkan bukan hanya berasal dari Kota Surakarta saja namun juga berasal dari wilayah di sekitar Kota Surakarta.
9. Waktu Operasional Lotte Mart beroperasional dari jam 09.00 sampai dengan jam 21.00 setiap harinya.
ed
kerjasama dengan para petani lokal untuk penyediaan produk sayur dan buah segar serta sejumlah UMKM untuk produk-produk lokal lainnya.
Gambar 4.19 Pasar Modern “Super Indo” di Kota Surakarta
Sumber : Hasil Survey Primer, Penulis 2012
Berdasarkan komponen eksistensinya, Super Indodijabarkan sebagai berikut : Tabel 4.18
Komponen Eksistensi Super Indo
NO. Komponen Eksistensi
Super Indo
1. Kebijakan Di Pasar Modern pada umumnya masih terdapat kurangnya sosialisasi akan pelaksanaan dari Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 5 tahun 2011 tentang Penataan dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern (Pasar Modern ).
2. Infrastruktur Infrastruktur/sarana dan prasarana di Super Indo berupa mushola, MCK, pos keamanan, tempat sampah, bin sampah, container, hydrant atau APAR, jaringan drainase, jaringan komunikasi, jaringan air bersih dan jaringan listrik. Penyediaan infrastruktur ini sangat memadai, baik dilihat dari kuantitas maupun kualitas.