Kajian Estetika Pola Batik Lasem.
C. Kajian Estetika Pola Batik Lasem.
Motif Batik Lasem Pasca Penetapan UNESCO tahun 2009, dititikberatkan pada motif dan pola batik tulis Lasem sehingga akan diperoleh pengertian tentang karakteristik yang terdapat pada batik tulis Lasem. Telah dijelaskan dalam bab terdahulu , bahwa pola batik tulis Lasem dikelompokan menjadi dua kelompok besar yaitu, Batik Selera Rakyat, dan Batik Selera Cina.
Terkait dengan kajian estetika pola batik Lasem, digunakan teori yang diutarakan oleh A. A. M. Djelantik dalam bukunya “Estetika Sebuah Pengantar”, Beliau menuliskan bahwa semua benda atau peristiwa kesenian mengandung tiga aspek dasar, seperti berikut:
1. Wujud atau rupa (appearance). Semua jenis kesenian, visual atau akustik, baik yang kongkrit maupun yang abstrak, wujud yang ditampilkan dan dinikmati mengandung dua unsure yang mendasar yaitu bentuk dan struktur.
2. Bobot atau isi (substance). Isi atau bobot dari benda atau peristiwa kesenian bukan hanya dilihat belaka tetapi juga meliputi apa yang bisa dirasakan atau dihayati sebagai makna dari wujud kesenian itu. Bobot kesenian mengandung tiga aspek yaitu, suasana (mood), gagasan (idea), atau pesan (message).
3. Penampilan atau penyajian (presentation). dalam hal ini mengacu pengertian bagaimana kesenian disajikan atau disuguhkan kepada penikmatnya. Penampilan ini menyangkut wujud dari 3. Penampilan atau penyajian (presentation). dalam hal ini mengacu pengertian bagaimana kesenian disajikan atau disuguhkan kepada penikmatnya. Penampilan ini menyangkut wujud dari
Semua jenis kesenian, visual maupun akustik, wujud yang ditampilkan dan dapat dinikmati oleh penikmat mengandung dua unsur mendasar yaitu: bentuk atau form, struktur atau tatanan (Structure). Bentuk dapat disederhanakan menjadi titik, garis, bidang dan ukuran atau Volume. Setiap bentuk memiliki raut yaitu ciri khas sehingga memunculkan karakter dai bentuk tersebut dan memiliki ukuran, arah, warna, value, dan tekstur. Bentuk raut pasti menempati ruang dan memiliki kedudukan, jumlah, jarak, dan gerak (Sanyoto, 2005:115-116).
Struktur atau susunan karya seni adalah aspek yang menyangkut keseluruhan dari karya itu dan meliputi juga peranan masing-masing bagian dalam keseluruhannya. Kata struktur mengandung arti bahwa di dalam karya seni itu terdapat suatu pengorganisasian, penataan; ada hubungan tertentuantara bagian-bagian yang tersusun itu (Djelantik, 2005:37).
Pada karya batik, struktur berkaitan dengan penyusunan atau penataan unsur- unsur pembentuk visual atau pola hias batik tersebut. Struktur batik merupakan paduan motif atau pola yang terdiri dari motif utama, motif pengisi (selingan) dan motif isen-isen (Susanto, 1980:212). Motif utama adalah suatu motif yang biasanya berperan besar menentukan pola hias batik. Motif pengisi ataun motif tambahan atau motif selingan berperan sebagai pelengkap. Motif isen-isen adalah motif yang terkecil dan digunakan untuk mengisi bidang-bidang motif yang ada atau mengisi bidang- Pada karya batik, struktur berkaitan dengan penyusunan atau penataan unsur- unsur pembentuk visual atau pola hias batik tersebut. Struktur batik merupakan paduan motif atau pola yang terdiri dari motif utama, motif pengisi (selingan) dan motif isen-isen (Susanto, 1980:212). Motif utama adalah suatu motif yang biasanya berperan besar menentukan pola hias batik. Motif pengisi ataun motif tambahan atau motif selingan berperan sebagai pelengkap. Motif isen-isen adalah motif yang terkecil dan digunakan untuk mengisi bidang-bidang motif yang ada atau mengisi bidang-
Pada buku yang ditulis Nian. S. Djoemena, secara garis besar batik lasem dapat dibedakan menjadi dua yaitu batik dengan selera cina yang oleh umum dinamakan batik laseman dan batik selera pribumi yang sering disebut batik rakyat (Djoemena, I990:35) yang kemudian di pilah lagi menjadi dua golongan besar masing-masing jenis pola tersebut. Penggolongan tersebut adalah golongan Geometris dan Non geometris. Hal tersebut mengacu pada tulisan S.K.Sewan Susanto di dalam bukunya “Seni Kerajinan Batik Indonesia”, bahwa motif batik digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu golongan Geometris dan Non geometris (1980:215-231). Untuk lebih jelasnya sketsa uraian kajian estetis pola batik Lasem, dapat di lihat pada bagan sebagai berikut:
Bagan 3. Pendekatan Estetika A. A. M. Djelantik.
Struktur Bentuk
Pendekatan estetika A. A. M. Djelantik
Wujud
Sajian
Pola Batik Tulis Lasem
Pola selera Rakyat
Pola selera Cina
Pola lainnya
Pengelompokan pola menurut Nian S. djoemena
Golongan geometris
Golongan non
geometris
Penggolongan pola menurut Sewan Susanto
Kajian Estetika Pola Batik Lasem difokuskan pada motif dan pola Batik Tulis Lasem. Pada bab III telah dijelaskan bahwa Pola Batik Lasem dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar yaitu, pertama Batik Lasem Pola Selera Rakyat, kedua Batik Lasem Pola Selera Cina, dan yang ketiga Batik lasem Pola lainnya. Akan tetapi di dalam menganalisis di pilih enam jenis pola yang sedang populer saaat ini, agar lebih mudah diketahui ciri khas dan karaakternya. Masing-masing jenis Pola Batik akan di analisa Motif hiasnya.
1. Batik Selera Rakyat.
a. Batik Golongan Geometris.
Batik Pola Lerek Blarakan.
Gambar 29. Batik Pola Lerek Blarakan, Karya Jeng Ida (Foto: Sentra Batik Lasem, Astaufi 2012).
Batik Pola Lerek Blarakan di bangun dari tiga motif yaitu motif Blarakan sebagai motif utama, kemudian ada dua motif selingan yaitu motif Latohan dan Aseman. Susunan pola motifnya berselang-seling menggunakan beberapa pengulangan pola. Penataan selang-seling dari motif utama Blarakan kemudian motif selingan Aseman selanjutnya motif utama kemudian motif selingan Latohan dan kembali lagi pada motif utama, begitu seterusnya. Struktur geometris pada Lerek Blarakan memiliki rapor diagonal miring sejajar dengan kerapatan yang konsisten antara bidang hias satu dengan yang lainnya.
Gambar 30. Pola Dasar Lerek Blarakan.
Lereng pola Lerek Blarakan motifnya disusun melalui satu pola dasar dengan rangkaian memanjang sepanjang garis lereng diagonal. Motif tulang daun ditebar
Pola motif selingan Latohan
Pola motif utama Blarakan
Pola motif selingan Aseman Pola motif selingan Aseman
Gambar 31. Detail Pola Lerek Blarakan, Karya Jeng Ida (Foto: Sentra Batik Lasem, Astaufi, 2012).
Motif Isen-isen yang digunakan pada Lerek Blarakan diantaranya pada motif utama Blarakan digunakan motif Sawut Cecek. Pada Lereng pola Blarakan tersusun motif tulang daun sebagai pengisi yang terletak ditengah sepanjang Lereng diagonal, kemudian pada bagian tepi lereng tersusun motif Lung-lungan tumbuhan dengan lengkungan-lengkungan yang memiliki tempo konsisten. Motif selingan menggunakan motif Isen-isen Cecek.
Motif tulang
daun
Motif Isen-
isen Cecek
Motif Isen- isen Sawut
Batik pola Lerek Blarakan memiliki warna latar hitam. Corak warna merah dan dominan putih terdapat di dalam motif utama Blarakan. Untuk corak warna motif selingan digunakan warna coklat muda dan putih.
Lerek Blarakan merupakan mimesis dari daun pohon kelapa yang di stylisasi dengan bentuk-bentuk stilasi dari motif batik. Blarak adalah nama lain dari daun kelapa di dalam bahasa jawa. Kehidupan masyarakat pesisir Lasem memang tidak lepas dari tanaman kelapa. Kegunaan dari tanaman kelapa sebagai minuman, bahan masakan, mebel, dan hiasan dekorasi pernikahan. Semua bagian pohon kelapa dari daun hingga batang kayu memiliki daya jual yang cukup tinggi, terbukti dengan banyak sekali produk yang dihasilkan masyarakat mulai dari minuman, makanan, asesoris, dan perabotan setiap tahunnya.
Keharmonisan penyusunan motif menimbulkan kesan natural dengan kelembutan dari bentuk Lung-lungan pada pinggiran motif utama yang meliuk-liuk secara konstan. Perpaduan warna yang ada di dalam batik pola Lerek Blarakan mengingatkan pada harmonisasi alam yang memiliki kesatuan yang terkait. Lerek Blarakan memiliki tingkat kerumitan yang cukup rumit dilihat dari banyaknya motif Isen-isen, Cecek , dan Sawut yang memiliki karakter bentuk kecil-kecil. Penggambaran garis motif disajikan dengan jelas dan tegas dalam hal ini hanya pengrajin batik berpengalaman yang bisa melakukannya.
Jika dilihat dari dekat penggarapan Lerek Blarakan cukup halus karena keretakan malam hanya sedikit. Corak warna yang ditampilkan tidak ada Jika dilihat dari dekat penggarapan Lerek Blarakan cukup halus karena keretakan malam hanya sedikit. Corak warna yang ditampilkan tidak ada
b. Batik Golongan Non Geometris.
Batik Pola Sekar Aseman.
Gambar 32. Pola Sekar Aseman, Karya Jeng Ida (Foto: Sentra Batik Lasem, Astaufi 2012).
Secara struktur Sekar Aseman memiliki pola non-geometris, karena tertata secara bebas tanpa repetisi dan termasuk ke dalam batik golongan flora, disebabkan pola yang ada di dalamnya menggambarkan motif tumbuhan saja. Pola ini disusun dari motif Lung dan Asem yang tiap Lung ditata secara konsisten. Terdapat dua motif pada Sekar Aseman yaitu motif Aseman sebagai motif utama dan motif Latohan sebagai motif selingan yang susunan polanya mengikuti alur dari motif utama. Pola motif selingan yaitu motif Latohan mengikuti alur pola dari motif utama yaitu motif Aseman.
Gambar 33. Detail Motif Sekar Aseman.
Motif utama
Aseman
Motif selingan
Latohan
Motif Isen-isen
tulang daun
Motif Isen-isen Cecek
Pola Sekar Aseman yang dimaksudkan adalah tumbuhan asem yang diambil ranting dan daunnya sebagai inspirasi di dalam batik. Pada pola utama Lung Aseman disusun dari garis lengkung yang ditumbuhi daun-daun kecil pada kanan-kiri garis tersebut. Masing-masing daun kecil tersebut diberi Isen-isen sebuah garis semacam tulang daun.
Bentuk penataan Lung Aseman cukup memiliki kerapatan yang saling berhadap-hadapan dengan tidak beraturan. Pada bagian latar diberi Isen-isen Cecek Telu . Penyusunan motif selingan Latohan mengikuti alur dari Lung Aseman yang saling terkait satu sama lain.
Batik pola Sekar Aseman memiliki warna latar hitam yang diterapkan pada seluruh permukaan kain. Corak warna merah difokuskan di dalam motif utama dan corak warna putih dominan di dalam motif selingan dan motif Isen-isen. Penggambaran garis motif juga diterapkan warna putih.
Kesan Unity (kesatuan) pada pola Sekar Aseman tergarap melalui warna yang ditorehkan sama pada masing-masing motif batik (motif utama, selingan, dan isen- isen ). Sedangkan latar dihiasi juga dengan karakater motif yang memanfaatkan garis lengkung. Keharmonisan pola batik Sekar Aseman dirasakan melalui komposisi warna merah pada motif lung aseman, putih pada motif selingan latohan, dan hitam pada latar. Walaupun terasa pula kesan statis yang dipengaruhi oleh bentuk dan motif pendukungya dengan ukuran dan arah yang sama.
Batik pola Sekar Aseman merupakan batik yang masih bertahan sampai saat ini. Hal ini karena bentuk motifnya yang sangat khas dengan lekukan Ukel mengalir natural sehingga terkesan muncul keindahannya. Konsep natural yang ada di dalam batik pola Sekar Aseman, Perpaduan bentuk dan warna yang simple menjadi ciri khas dari batik pola Sekar Aseman. Penggarapan Sekar Aseman dilakukan dengan garis motif yang menonjolkan lengkungan-lengkungan secara berlanjut. Batik ini digarap oleh perajin tanpa maksud dan makna tertentu, hanya sekedar membuat gambar batik.
2. Batik Selera Cina atau Laseman.
a. Batik Golongan Geometris
Batik Pola Bola Dunia.
Gambar 34. Batik Pola Bola Dunia, Karya Jeng Ida (Foto: Sentra Batik Lasem, Astaufi, 2012).
Ada dua bidang hias yang terdapat pada batik pola bola dunia yang pertama adalah rapor Kawung segi empat dan yang kedua rapor diagonal miring Lereng. Dengan melihat rapor yang ada di dalam batik pola bola dunia maka struktur secara keseluruhan adalah geometris. Tersusun dari tujuh pola yaitu pola Latohan, Kawung, Peoni, Kembang Jati, Gunung Ringgit, Aseman, dan Ceplok. Penyusunan lingkaran- lingkaran motif diterapkan secara berselang-seling diagonal sehingga membentuk sebuah bidang Lereng diselingi dengan Lereng yang memiliki beberapa macam pola batik.
Gambar 35. Pola Dasar Bola Dunia.
Motif-motif yang disusun secara diagonal diletakkan ke dalam lingkaran- lingkaran padat yang memiliki kerapatan dengan konsistensi secara berkala sehingga
Motif Aseman
Motif Latohan
Motif Peoni
Motif Kawung Motif Kembang Jati
Motif Ceplok
Motif Gunung Ringgit Motif Gunung Ringgit
Gambar 36. Detail Pola Bola Dunia.
Motif Isen-isen Kembang
Cengkeh
Motif Isen-isen Cecek Telu
Motif Isen-isen Cecek Telu ditebarkan disepanjang batik pola dunia. Pada pola Kawung dan Ceplok, motif Kembang Cengkeh sebagai motif selingan, tetapi pada latar motif Kembang Cengkeh diterapkan sebagai Isen-isen.
Penerapan warna merah ditorehkan pada pola Latohan, Ceplok, Aseman, Kawung, Kembang Jati, dan Gunung Ringgit . Sedangkan warna putih diterapkan pada satu pola saja yaitu Peoni. Untuk garis motifnya juga diterapkan warna putih. Pada latar diterapkan warna hitam secara menyeluruh sepanjang kain batik.
Perpaduan warna yang terdapat pada batik pola dunia memiliki kesan keutuhan yang dinamis. Penerapan warna putih pada satu pola saja yaitu pola Peoni berfungsi untuk menghilangkan kebosanan karena dominasi warna merah memang sangat kental pada pola-pola keseluruhannya. Bentuk-bentuk lingkaran yang memiliki rapor bujur sangkar membuat suatu atmosfir yang memiliki suatu kerapatan secara konsisten, dipadukan dengan peletakan pola yang berbeda-beda secara berselang- seling di dalam lingkaran yang sangat membantu menghilangkan kesan statis, karena penggarapan pola batik dunia dipengaruhi oleh bentuk-bentuk lingkaran dengan ukuran dan arah yang sama.
Ide yang diambil dari batik pola bola dunia mengadopsi dari rapor batik pola Kawung yang mengakami perubahan dengan menggunakan lingkaran sebagai rapornya. Selain itu, juga merupakan simbol dari uang Kepeng masyarakat Cina yang dipercaya sebagai simbol rejeki. Pengambilan ide uang kepeng yang diwujudkan Ide yang diambil dari batik pola bola dunia mengadopsi dari rapor batik pola Kawung yang mengakami perubahan dengan menggunakan lingkaran sebagai rapornya. Selain itu, juga merupakan simbol dari uang Kepeng masyarakat Cina yang dipercaya sebagai simbol rejeki. Pengambilan ide uang kepeng yang diwujudkan
Suasana ramai sangat terasa di dalam batik pola bola dunia, terlihat dari banyaknya variasi motif yang dipakai dialamnya. Jika dilihat pola rapornya terkesan membosankan karena hanya berbentuk lingkaran dimana ukuran dan bentuknya sama semua. Bila melihat ragam hiasnya terkesan bervariatif dipadukan dengan beberapa penerapan warna yang bervariasi dari setiap polanya. Kesatuan (Unity) tampak pada pola hias dan rapornya yang saling berkaitan satu sama lain didukung dengan pewarnaan yang menarik. Penyajian dari batik pola bola dunia diwujudkan dalam bentuk Bed Cover, hiasan dinding, dan jarit. Pada umumnya menuruti pesanan pasar tergantung dari minat para konsumen yang memesannya.
b. Batik Golongan Non Geometris.
Batik Pola Kupu-kupu Beruang.
Kupu-kupu merupakan salah binatang dari golongan serangga yang memiliki keunikan yaitu warna dari sayap dan motif khas tersendiri dari fauna tersebut. Batik kupu-kupu beruang mengadopsi dari bentuk kupu-kupu besar yang masyarakat Lasem menyebutnya dengan kupu-kupu beruang, karena memiliki wujud besar dibandingkan dengan kupu-kupu biasa.
Gambar 37. Batik Pola Kupu-kupu Beruang, Karya Sigit Witjaksono (Foto: Padi Boloe, Astaufi, 2012).
Secara keseluruhan batik pola kupu-kupu beruang memiliki struktur non- geometris. Hal ini terlihat dari keseluruhan motifnya adalah fauna kupu-kupu yang mendominasi seluruh permukaan kain dan motif flora atau tumbuhan yang menghiasi setiap bidang kain. Penataan pola pada kupu-kupu beruang diterapkan secara bebas tanpa adanya pengulangan pola. Tersusun dari dua motif dasar yaitu motif kupu-kupu sebagai pola motif utama dan motif tumbuhan sebagai pola motif selingan.
Gambar 38. Detail Pola Kupu-kupu Beruang.
Penataan bentuk pola kupu-kupu beruang memiliki susunan yang berbeda- beda pada tiap pola. Pada pola motif utama disusun secara acak dengan teknik rotasi kemudian diletakkan motif kupu-kupu kecil disekeliling motif utama dan disellingi dengan motif tumbuhan pada setiap pola. Motif Isen-isen tulang daun diterapkan pada badan kupu-kupu motif utama dengan diberi Isen-isen Cecek pada samping kanan dan kiri. Pada sayap kupu-kupu ditebarkan motif Isen-isen cecek pitu dan lung-lungan. Penebaran Isen-isen Sawut, tulang daun, Cecek, dan Sawut Cecek disajikan pada
Motif isen-isen cecek pitu
Motif isen-isen sawut
Motif utama kupu-kupu
Motif isen-isen
sawut cecek
Motif flora bunga dan daun
Perwujudan batik pola kupu-kupu beruang disajikan dengan warna latar putih di seluruh permukaan kain. Warna hijau tua, merah, dan biru ditorehkan pada beberapa keseluruhan bagian motif yaitu pada sayap dan badan kupu-kupu, bunga, dan daun. Sedangkan motif isen-isen digoreskan warna putih saja.
Perpaduan warna hijau tua, merah, dan biru tampak memiliki kesatuan dengan motif utama dan motif selingan ditambah lagi dengan penorehan warna latar putih pada seluruh permukaan kain. Harmonisasi pada komposisi bentuk dan peletakan motif memiliki karakter yang ceria karena ditunjang dengan penorehan warna yang disajikan secara berselang-seling sehingga memiliki kesan yang ramai.
Goresan-goresan pada garis motif batik pola kupu-kupu beruang memiliki karakter yang tegas. Komposisi bentuk motif yang berbeda-beda pada tiap pola dan disusun secara acak menimbulkan kesan dinamis. Nuansa ramai akan harmonisasi alam tampak pada penorehan warna tiap motif dan perbedaan volume bentuk besar kecil dari perpaduan motif. Penggarapan batik pola kupu-kupu beruang dilakukan oleh tangan-tangan terampil, ini terlihat pada goresan-goresan motifnya yang cukup banyak dengan kerapatan saling berkelanjutan antara motif yang satu dengan motif yang lainnya.
Penataan motif dengan ukuran bervariasi dipadukan dengan warna latar yang lembut menimbulkan kesan saling menyatu. Pengambilan ide kupu-kupu dengan variasi bentuk yang atraktif cukup menarik. Penggarapannya cukup halus karena didukung permainan warnanya dan hanya orang terampil yang mampu menggarap Penataan motif dengan ukuran bervariasi dipadukan dengan warna latar yang lembut menimbulkan kesan saling menyatu. Pengambilan ide kupu-kupu dengan variasi bentuk yang atraktif cukup menarik. Penggarapannya cukup halus karena didukung permainan warnanya dan hanya orang terampil yang mampu menggarap
3. Batik Pola Lainnya.
a. Batik Pola Kontemporer.
Batik Pola Sekar Sarimbit.
Gambar 39. Batik Pola Sekar Sarimbit, Karya Sigit Witjaksono (Foto: Padi Boloe, Astaufi, 2012).
Batik pola Sekar Sarimbit merupakan batik yang dimana dalam
penggambaran motifnya dilakukan secara bebas sesuai dengan ekspresi yang penggambaran motifnya dilakukan secara bebas sesuai dengan ekspresi yang
Gambar 40. Detail Pola Sekar Sarimbit.
Keseluruhan struktur yang dimiliki batik pola Sekar Sarimbit ekspresionisme
adalah non geometris, terlihat dari pola-pola abstrak dengan susunan bebas tanpa adanya pengulangan. Terdiri dari dua motif dasar yaitu motif latohan abstrak sebagai motif utama dan motif flora atau tumbuhan abstrak sebagai motif selingan.
Motif Isen-isen Cecek
Motif flora abstrak
Motif Latohan abstrak
Motif Isen-isen tulang daun
Motif Isen-isen Cecek Pitu
Motif Isen-isen Sawut Cecek
Komposisi keseluruhan bentuk pola dari Sekar Sarimbit adalah abstrak. Pola
Latohan sebagai motif utama digambarkan secara tidak beraturan dan memiliki susunan motif yang berbeda-beda. Begitu juga dengan motif tumbuhan dengan penggambaran yang tidak teratur serta komposisi pola yang berbeda-beda dari setiap motif. Memiliki beberapa variasi motif isen-isen yaitu Cecek, Cecek Pitu, tulang daun, dan Sawut Cecek yang ditebarkan pada motif selingan Latohan abstrak.
Warna biru tua diterapkan pada latar kain dipadukan dengan warna ungu pada motif tumbuhan abstrak. Penerapan warna putih ditorehkan pada motif utama Latohan abstrak dan motif Isen-isen. Warna putih terkesan mendominasi karena penorehan warna pada netuk motif utama Latohan dengan teknik Blocking.
Perpaduan warna dan bentuk pada pola Sekar Sarimbit memiliki kesan
menyatu satu sama lain. Harmonisasi bentuk abstrak motif Latohan dengan motif tumbuhan seakan memiliki kesan mengalir lugas dengan goresan motifnya. Kesan statis muncul karena keseluruhan bentuk motif adalah abstrak. Pemunculan warna putih dan ungu berfungsi untuk menghilangkan kebosanan dari abstraksi motif. Dalam penggarapannya menonjolkan permainan warna yang hanya bisa digarap oleh perajin yang berpengalaman.
b. Batik Pola Pesisiran.
Batik pola pesisiran merupakan Batik yang coraknya menggambarkan tentang kehidupan masyarakat pesisir pantai Lasem. Motif-motif yang terdapat didalamnya adalah motif Iwak-iwakan, motif batu karang, dan motif Latohan atau rumput laut.
Pola-pola motif yang digambarkan adalah kehidupan yang ada di dalam laut. Biasanya pola yang tergarap memiliki susunan pola yang bebas tanpa adanya pengulangan.
Perwujudan warna dan motifnya berbeda-beda sesuai dengan keinginan perajin. Batik pola pesisiran Lasem memiliki digolongkan menjadi dua jenis yaitu geometris dan non geometris. Pada umumnya pola geometris diterapkan pada pola batu-batuan seperti pola batu karang, sedangkan pola non geometris diterapkan pada pola flora dan fauna laut. Jenis pola batik yang berhasil ditemukan sebagai berikut:
Batik Pola Iwak-iwakan.
Iwak merupakan bahasa Jawa yang berarti ikan. Batik pola Iwak-iwakan merupakan gambaran dari kehidupan biota laut yang diaplikasikan kedalam kain Batik. Sebagian masyarakat Pesisir Lasem bermatapencaharian sebagai nelayan. Mereka memanfaatkan kekayaan laut untuk kehidupan sehari-sehari. Umumnya setiap warga masyarakat Pesisir Lasem memiliki tambak yang berisi berbagai macam binatang laut yang nantinya akan di panen jika sudah tiba waktunya.
Gambar 41. Batik Pola Iwak-iwakan, Karya Sigit Witjaksono (Foto: Padi Boloe, Astaufi, 2012).
Batik Pola Iwak-iwakan memiliki struktur non geometris. Pola yang dibentuk keseluruhannya merupakan bentuk fauna dan flora. Penggarapan Batik Pola Iwak- iwakan mengalami beberapa pengulangan pola yang disusun secara urut. Susunan polanya terdiri dari pengulangan beberapa rapor yang tersusun searah tanpa adanya perubahan letak dari setiap rapor. Disusun dari empat motif, yaitu motif utama, motif selingan, motif Latar, dan motif Isen-isen. Motif Iwak berperan sebagai motif utama terdiri dari beberapa motif Iwak yang memiliki volume berbeda-beda dari setiap motif Iwak . Motif selingan yang diterapkan pada Batik Pola Iwak-iwakan adalah terdiri dari beberapa motif tumbuhan yaitu, motif Latohan dan motif coral atau batu karang. Pada motif latar yang diterapkan adalah motif Krecak yang lebih terlihat seperti buih-buih udara di dalam air, sedangkan untuk motif Isen-isen dipakai motif Cecek, Sawut, Sawut Cecek, Sisik , dan Mata Deruk.
Gambar 42. Detail Pola Iwak-iwakan.
Motif isen-isen cecek
Motif isen-isen
mata deruk
Motif Selingan Coral atau batu
Karang
Motif isen-isen Krecak
Motif Selingan Latohan
Motif Utama Iwak
Motif isen-isen
Sisik
Motif isen-isen
sawut cecek
Pada motif utama yaitu motif Iwak terdapat motif Isen-isen Sawut dan Sawut Cecek yang diletakkan pada sirip, kemudian motif Cecek dan Sisik yang diletakkan pada badan ikan. Pada motif selingan Latohan terdapat motif Isen-isen seperti tulang daun, dan pada motif selingan Coral atau batu karang diterapkan motif Isen-isen Cecek dan Mata Deruk. Motif latar Krecak ditebar pada seluruh permukaan kain berdampingan dengan motif Isen-isen Cecek di sela-sela motif Krecak.
Batik pola Iwak-iwakan memiliki tiga susunan warna, yaitu warna biru tua, biru muda, dan putih. Pada warna latar menggunakan warna biru tua yang ditorehkan pada seluruh bidang kain. Untuk warna biru muda diterapkan pada motif utama dan motif selingan, sedangkan warna untuk motif Isen-isen ditorehkan warna putih yang juga sebagai warna garis motif.
Secara keseluruhan batik pola Iwak-iwakan tampak memiliki kesan dinamis. Hal ini terlihat dari perbedaan besar kecilnya volume dari setiap motif dan susunan letak motif yang memiliki beberapa variasi. Beberapa variasi motif utama terlihat dari letak susunan motifnya yang memiliki bentuk dan letak yang berbeda pada tiap motif Iwak . Motif selingan juga memiliki beberapa variasi bentuk motif yang beerbeda dilihat dari goresan motifnya dan bentuk dari motif selingan itu sendiri, kemudian dipadukan variasi motif Isen-isen yang memiliki beberapa jenis motif yang diterapkan pada setiap rapor sehingga kesan membosankan tidak terlalu mendominasi.
Perpaduan warna latar biru tua dengan warna motif biru muda sangat mencerminkan suasana laut. Warna putih pada motif Isen-isen dan garis motif menambah ramai suasana laut sehingga terkesan memiliki arus dari ombak laut yang bergelombang.
Kesatuan atau Unity batik pola Iwak-iwakan terlihat pada susunan motifnya yang terdidiri dari flora dan fauna biota laut berpadu dengan penorehan warna latar biru tua pada seluruh bidang kain dan biru muda pada motif berdampingan dengan warna putih yang ditorehkan pada motif Isen-isen dan garis motif. Dilhat dari keseluruhan corak dan warnanya mengandung pesan bahwa Lasem memiliki kekayaan laut yang begitu beragam. Motif dan warnanya mengadopsi kehidupan biota laut sebagai inspirasi batik pola Iwak-iwakan.
Goresan garis motif pada batik pola Iwak-iwakan terkesan lugas, terlihat dari ukuran garisnya yang lebar dan tebal. Penggarapan goresan garis motif cukup halus dan melihat dari banyaknya motif batik pola Iwak-iwakan digarap oleh para pengrajin yang sudah berpengalaman. Produk akhir dari batik pola Iwak-iwakan tersaji dalam berbagai versi diantaranya baju santai, Bed Cover, dan hiasan dinding.