Tertib antar tiap-tiap rukun

16. Tertib antar tiap-tiap rukun

Hal ini karena Rasulullah a melakukan rukun- rukun shalat dengan tertib, dan beliau bersabda;

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” 122

121 HR. Tirmidzi Juz 1 : 3, Abu Dawud : 61, dan Ibnu Majah : 275. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani 5 dalam Irwa‟ul

Ghalil : 301. 122 HR. Bukhari Juz 1 : 605.

Dan juga hadits musi‟ (orang yang buruk shalatnya), yang diriwayatkan dari Abu Hurairah y ia berkata;

”Rasulullah a masuk masjid, lalu ada seorang laki-laki yang masuk (masjid) dan shalat. Kemudian ia datang

memberi salam kepada Rasulullah a. Rasulullah a menjawab salamnya dan bersabda, ”Kembalilah ulangi shalatmu, karena engkau belum shalat.” Maka orang tersebut melakukan shalat lagi seperti shalatnya yang sebelumnya. Kemudian ia datang menemui Nabi a dan memberi salam (kepada beliau). Rasulullah a bersabda, ”Wa‟alaikas Salam (bagimu keselamatan), Kembalilah ulangi shalatmu, karena engkau belum shalat.” Sampai ia melakukannya sebanyak tiga kali. Maka orang tersebut berkata, ”Demi yang telah mengutusmu dengan

(membawa) kebenaran, aku tidak dapat melakukan yang lebih baik selain ini, (maka) ajarilah aku.” Rasulullah a bersabda, ”Jika engkau berdiri mengerjakan shalat maka bertakbirlah, kemudian bacalah (ayat) Al- Qur‟an yang mudah bagimu, lalu ruku‟lah hingga engkau tenang

(tu‟maninah) dalam ruku‟, kemudian bangunlah hingga engkau tegak berdiri, lalu sujudlah hingga engkau tenang dalam sujud, kemudian bangunlah hingga engkau tenang dalam duduk. Lakukanlah yang demikian itu

dalam semua shalatmu. 123 ”

123 HR. Bukhari Juz 1 : 724 dan Muslim Juz 1 : 397.

Catatan :

 Apabila seseorang melakukan shalat sambil duduk, hendaknya duduk seperti duduk tasyahud (awal; duduk iftirasy), karena inilah yang utama. Walaupun diperbolehkan melakukannya sambil bersila, apabila ada udzur. Tidak diperbolehkan duduk dengan kedua kaki dilonjorkan ke depan, kecuali dalam keadaan darurat. Ini adalah pendapat Syaikh Abu Malik Kamal 2.

 Apabila seseorang melakukan shalat sambil berbaring, maka dianjurkan melakukannya dengan berbaring ke sebelah kanan dengan wajah menghadap ke kiblat. Karena tidur yang disunnahkan dengan berbaring ke sebelah kanan. Sebagaimana diriwayatkan dari Al- Bara‟ bin Azib y, beliau berkata, Nabi a bersabda;

”Jika engkau mendatangi tempat berbaringmu, maka berwudhulah seperti wudhumu ketika (akan) shalat. Kemudian berbaringlah di atas sisi

(tubuh)mu yang kanan.” 124

124 HR. Bukhari Juz 1 : 244, lafazh ini miliknya dan Muslim Juz 4 : 2710.

 Ketika imam menjahrkan bacaan Al-Fatihah (dalam shalat berjama‟ah), maka makmum cukup diam mendengarkan bacaan Al-Fatihah imam (tidak membaca Al-Fatihah). Ini adalah pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, dan Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani n. Berkata Syaikh Muhammad Nashiruddin Al- Albani 5;

”Yang pokok dalam masalah ini adalah firman Allah q;

”Dan apabila dibacakan Al-Qur‟an, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan

tenang agar engkau mendapat rahmat.” 125

Pendapat ini merupakan pendapat Ibnul Qayyim, Ibnu

lain-lain. Setelah mengkompromikan semua dalil yang ada, akhirnya mereka menyimpulkan bahwa makmum wajib diam ketika imam menjahrkan bacaan, dan (makmum) wajib membaca ketika imam membaca (dengan)

A‟raaf : 204. Fatawa Al-Madinatul Munawwarah.

 Bacaan tasyahud;

Diganti dengan;

Karena ucapan yang pertama diucapkan ketika Nabi

a masih hidup, dan ketika Nabi a telah wafat para sahabat mengucapkan, ”Assalamu ‟alan Nabi.” Ini adalah pendapat yang dipilih oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani 5.

 Shalat yang hanya memiliki satu tasyahud, maka duduk tasyahud akhirnya adalah duduk iftirasy. Berkata Syaikh „Abdullah bin „Abdurrahman bin Shalih Alu Bassam 5;

”Hanabilah (pengikut madzhab Imam Ahmad bin Hambal) berpendapat bahwa untuk tasyahud awal dan tasyahud akhir –pada shalat yang hanya mempunyai satu tasyahud- adalah (dengan) duduk iftirasy. Sementara untuk tasyahud akhir pada shalat yang memiliki dua tasyahud adalah duduk

tawarruk.” 127

127 T aisirul ‟Allam Syarhu Umdatil Ahkam.

Berkata Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani 5;

”Apabila shalat yang dilakukan hanya dua raka‟at, seperti Shalat Shubuh, beliau (Rasulullah a) duduk iftirasy 128 , yaitu seperti ketika duduk antara dua sujud.” 129

Wajib Shalat

Wajib shalat, antara lain :