Duduk iftirasy ketika tasyahud yang pertama dan duduk tawarruk 181 ketika duduk tasyahud akhir

12. Duduk iftirasy ketika tasyahud yang pertama dan duduk tawarruk 181 ketika duduk tasyahud akhir

Sebagaimana hadits Abu Humaid As- Sa‟idi y yang menceritakan shalat Rasulullah a;

”Jika (Rasulullah a) duduk pada raka‟at kedua beliau duduk di atas kakinya yang kiri dan meluruskan (menegakkan) kaki kanan (duduk iftirasy). Dan jika beliau duduk pada raka‟at terakhir beliau memajukan kakinya yang kiri dan meluruskan kaki yang kanan dan

beliau duduk di atas pinggulnya (duduk 182 tawarruk).”

181 Duduk Tawarruk adalah duduk dengan menempatkan pinggul ke lantai, menjadikan kaki kiri berada di bawah betis kanan, dan

menegakkan telapak kaki kanan. Namun terkadang boleh menghamparkan telapak kaki kanan.

182 HR. Bukhari Juz 1 : 794.

13. Mengangkat jari telunjuk dan berisyarat dengan jari telunjuk ketika tasyahud, dengan menggerak- gerakkannya dari awal doa sampai akhir doa, dan memfokuskan pandangan pada telunjuk tersebut

Cara mengangkat jari telunjuk pada saat tasyahud ada dua, yaitu :

a. Dengan cara menggenggamkan semua jari tangan kanan kecuali jari telunjuk, mengangkat jari telunjuk, lalu berisyarat (dengan menggerak-gerakkan) jari telunjuk tersebut.

b. Dengan cara menggenggamkan jari manis dan jari kelingking tangan kanan, sedangkan ibu jari dibentuk lingkaran dengan jari tengah, lalu jari telunjuk diangkat dan berisyarat dengan jari telunjuk (dengan menggerak-gerakkan) jari telunjuk tersebut.

Diriwayatkan dari Ibnu „Umar p;

“Sesungguhnya Rasulullah a ketika duduk (tasyahud) di dalam shalat meletakkan kedua tangannya pada kedua lutut, dan mengangkat jari kanan yang dekat dengan ibu jari (yaitu jari telunjuk), lalu dengannya beliau berdoa (dan memfokuskan pandangannya pada jari tersebut).

Sedangkan tangan kirinya diletakkan pada lutut sebelah kiri dengan membentangkannya.” 183

Adapun dalil tentang menggerak-gerakkan telunjuk adalah hadits yang diriwayatkan pula dari Wail bin Hujr y ia berkata, menceritakan shalat Rasulullah a;

“Kemudian Rasulullah a mengangkat jari (telunjuk)nya dan aku melihat beliau menggerak-gerakkannya dengan

berdoa.” 184

Berkata Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani 5; “Hadits ini menunjukkan bahwa menurut Sunnah

menggerakkan jari telunjuk berlangsung sampai salam.” 185

Dan gerakan jari telunjuk ketika tasyahud lebih keras dirasakan oleh setan daripada pukulan besi. Rasulullah a bersabda;

“(Gerakan) jari telunjuk lebih keras (dirasakan) setan daripada (pukulan) besi.” 186

HR. Muslim Juz 1 : 580. Tambahan lafazh di dalam kurung adalah menuru

t riwayat Nasa‟i Juz 2 : 1160. HR. HR. Nasa‟i Juz 2 : 889 dan Ibnu Khuzaimah Juz 1 : 714.

Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani 5 dalam Irwa‟ul Ghalil : 367.

185 Shifat Shalat.

Catatan :

 Beberapa riwayat lain bacaan doa istiftah, antara lain;

“Ya Allah, Rabb Jibril, Mikail, dan Israfil, Pencipta langit dan bumi, Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang tampak. Engkau memutuskan perkara di antara hamba-hamba-Mu dalam masalah-masalah yang mereka perselisihkan. Berilah aku petunjuk dari kebenaran yang diperselisihkan dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberikan petunjuk kepada orang yang

Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.” 187

186 HR. Ahmad. 187 HR. Muslim Juz 1 : 770.

Atau membaca;

“Maha Suci Engkau, ya Allah. Engkau Maha Terpuji, Maha Suci Nama-Mu, Maha Tinggi Kerajaan-Mu dan tidak ada sesembahan (yang

berhak untuk disembah) selain Engk 188 au.”

Atau membaca;

“Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya. Segala puji bagi Allah dengan sebanyak- banyaknya. Dan Maha Suci Allah pada pagi hari

dan s 189 ore hari.”

HR. HR. Muslim Juz 1 : 399, Tirmidzi Juz 2 : 243, dan Abu Dawud : 775.

189 HR. Muslim Juz 1 : 601.

Atau membaca;

“Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, yang baik, dan yang 190 diberkahi.”

 Sutrah Imam merupakan sutrah bagi makmum.

Diriwayatkan dari Ibnu ‟Abbas y, ia berkata;

“Aku datang dengan naik keledai betina, ketika itu aku sudah mendekati baligh dan Rasulullah a sedang mengimami manusia di Mina. Lalu aku lewat di depan shaf, kemudian aku turun dan melepaskan keledai (tersebut) mencari makanan.

190 HR. Muslim Juz 1 : 600.

Lalu aku masuk di dalam shaf dan tidak ada seorangpun yang mengingkari perbuatanku 191 itu.”

 Mengangkat kedua tangan pada saat takbiratul ihram boleh bersamaan dengan takbir, boleh sebelum takbir, dan boleh pula sesudah takbir. Berkata Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani 5; “Rasulullah a kadang mengangkat kedua tangan bersamaan dengan takbir, terkadang sesudah ucapan takbir, dan terkadang sebelum ucapan

takbir 192 .”

 Diperbolehkan terkadang membaca surat setelah Al-Fatih ah pada raka‟at ketiga dan raka‟at keempat. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari

Abu Sa‟id Al-Khudri y;

HR. Bukhari Juz 1 : 471 dan Muslim Juz 1 : 504, lafazh ini miliknya.

192 Shifat Shalat.

“Sesungguhnya Nabi a membaca surat (setelah Al- Fatihah) pada dua raka‟at pertama dalam Shalat

Zhuhur kurang lebih (sebanyak) tiga puluh ayat. Dan pa da dua raka‟at yang lain sekitar lima belas ayat 193 .”

 Diperbolehkan shalat diatas sesuatu yang dihamparkan diatas tanah. Ini merupakan

kesepakatan para ulama‟. Berkata Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani 5;

“Diperbolehkan shalat dan sujud diatas sesuatu yang dihamparkan diatas tanah. Tirmidzi menceritakan dari mayoritas ahli ilmu dari kalangan sahabat Rasulullah a dan yang datang setelah mereka, mereka berpendapat, bahwa tidak mengapa shalat diatas tikar dan permadani. ”

 Diperbolehkan duduk diantara dua sujud dengan menegakkan kedua telapak kaki dan duduk diatas kedua tumit, inilah yang dinamakan dengan iq- a.‟ Hal ini berdasarkan hadits dari Thawus t, ia berkata;

193 HR. Muslim Juz 1 : 452.

“Kami bertanya kepada Ibnu „Abbas p tentang iq- a‟ diatas kedua kaki, lalu ia berkata, “Itu adalah Sunnah . ” Lalu kami bertanya kepadanya, “Sesungguhnya kami melihat bahwa keadaan itu tidak men jadikan nyaman bagi seseorang.” Lalu Ibnu „Abbas c berkata, “Bahkan itu adalah Sunnah 194 Nabimu a .”

 Tata cara shalat kaum wanita sama seperti tata cara shalat kaum laki-laki. Adapun hadits yang menerangkan bahwa sujud wanita berbeda dengan laki-laki haditsnya lemah, yang tidak dapat dijadikan sebagai hujjah. Hadits tersebut berbunyi;

“Jika kalian berdua sujud, maka sempitkanlah sebagian daging ke lantai. Karena sesungguhnya wanita dalam hal ini tidak seperti kaum laki-

lak 195 i.”

194 HR. Muslim Juz 1 : 536 dan Abu Dawud : 845. 195 Hadits Mursal . Hadits ini didha‟ifkan oleh Syaikh Al-Albani 5 dalam As-Silsilah adh- Dha‟ifah Juz 6 : 2562.

Hal-hal yang diperbolehkan Ketika shalat

Hal-hal yang diperbolehkan ketika shalat, antara lain :