2.b. Kesiapsiagaan Bencana
II.2.b. Kesiapsiagaan Bencana
Rekomendasi yang ditujukan untuk kesiapsiagaan terhadap situasi bencana di wilayah DIY adalah sebagai berikut:
1. Pengkajian kerentanan yang dilakukan secara kontinue. Kegiatan ini dipahami sebagai upaya untuk mengenai kelompok-kelompok yang rentan di setiap wilayah serta pengamatan terhadap berbagai sumber daya yang tersedia untuk mengatasi kerentanan tersebut. Pengkajian kerentanan ini akan tergambar secara nyata dengan pengkajian terhadap kelompok-kelompok lansia, balita dan anak-anak, kelompok wanita dan juga kelompok penduduk miskin di setiap wilayah di Propinsi DIY karena merekalah yang merupakan kelompok yang rentan terhadap kejadian bencana. Pengkajian ini dimaksudkan untuk memantau tingkat perkembangan keberdayaan mereka dari waktu ke waktu yang diperlukan untuk menetapkan sejumlah program bagi penguatan mereka dalam penanganan bencana. Kegiatan lain yang dilakukan dalam rangka pengkajian kerentanan adalah penilaian terhadap komponen-komponen infrastruktur fisik di setiap wilayah. Pengkajian kerentanan ini diupayakan dalam rangka menghindarkan kondisi infrastruktur fisik yang justru dapat menambah kerentanan suatu wilayah atau kerentanan dari kelompok-kelompok rentan ini.
2. Perencanaan. Kegiatan ini direalisasikan dalam bentuk penetapan panduan penanganan bencana. Dengan demikian dalam rangka penguatan kesiapsiagaan bencana ini Pemerintah Propinsi DIY perlu untuk merancang desain kegiatan penanganan bencana baik untuk fase tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi bagi setiap ancaman bencana baik itu gempa, tsunami,longsor, banjir, kerusuhan dan lain sebagainya. Dalam rangka ini pemerintah juga menyiapkan scenario kerjasama penanganan bencana. Pembuatan MOU dengan LSM dalam maupun luar negeri, perusahaan-perusahaan swasta dilakukan dalam kegiatan perencanaan ini, yang diharapkan sebagai alat untuk menguatkan rencana penyiapan penanganan bencana oleh berbagai pihak.
3. Kerangka Kerja Institusional yang dapat direalisasi dalam upaya pembenahan kelembagaan Satkorlak PB. Seperti paparan rekomendasi yang diusulkan pada Pemerintah Pusat, rekomendasi berupa perubahan nomenklatur dan penambahan badan teknis di Propinsi yang memiliki tugas pokok dan fungsi untuk menjalankan aktivitas-aktivitas signifikan dan rutin dalam penanggulangan bencana untuk setiap 3. Kerangka Kerja Institusional yang dapat direalisasi dalam upaya pembenahan kelembagaan Satkorlak PB. Seperti paparan rekomendasi yang diusulkan pada Pemerintah Pusat, rekomendasi berupa perubahan nomenklatur dan penambahan badan teknis di Propinsi yang memiliki tugas pokok dan fungsi untuk menjalankan aktivitas-aktivitas signifikan dan rutin dalam penanggulangan bencana untuk setiap
4. Sistem Informasi. Pemerintah Propinsi DIY diharapkan mampu menciptakan sistem pendataan, penyebaran informasi serta pengolahan informasi yang efektif dari hasil
pengkajian kerentanan yang hendaknya dilaksanakan secara continue. Dengan demikian diharapkan bahwa hasil pengkajian kerentanan terhadap kondisi kelompok rentan, perkembangan ancaman bencana di setiap wilayah, serta sumber daya yang telah tersedia di setiap wilayah untuk mengkondisikan agar seluruh pihak siap siaga terhadap bencana dapat terdistribusi secara cepat, aman dan dengan tingkat ketepatan informasi yang terjamin. Hal ini perlu dilakukan dalam rangka supporting terhadap aktivitas pengambilan keputusan yang diarahkan untuk meningkatkan atau menjaga kesiapsiagaan seluruh pihak di wilayah Propinsi DIY dalam menghadapi bencana.
5. Basis Sumber Daya. Pemerintah Propinsi DIY diharapkan mampu untuk melakukan berbagai program yang diarahkan untuk meningkatkan dukungan sumber daya bagi
aktivitas peningkatan kesiapsiagaan berbagai pihak di wilayah DIY. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara penentuan prosentase tertentu dalam APBD yang diarahkan untuk menyiapkan sumber daya financial dalam rangka peningkatan kesiapsiagaan seluruh elemen publik di wilayah DIY terhadap ancaman bencana.Peningkatan sumber daya juga dilakukan dengan alokasi sejumlah perlengkapan vital yang dibutuhkan dalam rangka penanganan bencana serta penentuan cadangan pangan dalam jumlah tertentu untuk dugaan situasi darurat bencana tertentu.
6. Sistem Peringatan.Pemerintah Daerah melalui berbagai aksi harus mengupayakan tumbuhnya kesadaran publik akan ancaman bencana dan kondisi yang merentankan mereka serta upaya untuk mengantisipasi dan menyelamatkan diri saat bencana. Penyiapan sarana komunikasi modern dan tradisional harus dilakukan dalam rangka menguatan sistem peringatan bencana. Namun demikian perancangan mekanisme peringatan dini serta penggunaan instrument peringatan dini dan juga pola pendistribusian peringatan bencana harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sangat hati-hati untuk mencegah kebingungan publik atau bahkan ketidakpercayaan publik terhadap upaya peringatan bencana yang dilakukan oleh pemerintah. Seperti dinyatakan oleh Breznitz (1984) bahwa masyarakat mungkin untuk menunjukkan fenomena crying wolf syndrome yakni tidak percaya atau menyikapi peringatan bencana yang telah dilakukan pemerintah dengan serangkaian aktivitas yang tidak sesuai dengan kebutuhan respon kesiapsiagaan bencana.Hal ini dapat terjadi misalnya karena kesalahan yang sering terjadi dalam pendistribusian peringatan bencana atau ketidakakuratan informasi yang didistribusikan pada masyarakat.
7. Mekanisme Respon. Pemerintah Propinsi DIY diharapkan menyusun scenario penanganan bencana yang berisi pola pembagian kerja penanggulangan bencana,
daftar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka penanganan setiap jenis bencana, pola penyediaan serta aktor-aktor yang dapat dikerahkan untuk kegiatan penanganan bencana lengkap dengan alamat kontak mereka.
8. Pendidikan, Pelatihan dan Penelitian. Satkorlak DIY diharapkan secara continue untuk melakukan kegiatan penelitian berkaitan dengan setiap ancaman bencana yang potensial terjadi di wilayah DIY serta penelitian mengenai upaya peningkatan kinerja penanggulangannya. Penempaan staf-staf Satkorlak dengan serangkaian keahlian professional penanganan bencana perlu dilakukan melalui berbagai mekanisme 8. Pendidikan, Pelatihan dan Penelitian. Satkorlak DIY diharapkan secara continue untuk melakukan kegiatan penelitian berkaitan dengan setiap ancaman bencana yang potensial terjadi di wilayah DIY serta penelitian mengenai upaya peningkatan kinerja penanggulangannya. Penempaan staf-staf Satkorlak dengan serangkaian keahlian professional penanganan bencana perlu dilakukan melalui berbagai mekanisme
9. Gladi. Upaya kesiapsiagaan lain yang sangat penting selain terbangunnya pengetahuan atau pemahaman mengenai bencana dan pola prilaku yang harus disiapkan untuk menyikapi bencana pada saat kejadian bencana, adalah pelaksanaan gladi yang sifatnya simulasi. Simulasi penyelamatan diri harus dilakukan untuk setiap jenis ancaman bencana yang mungkin menyerang wilayah DIY secara cepat dan tiba-tiba seperti banjir, gempa, tsunami atau letusan Gunung Merapi. Simulasi harus dilakukan pada seluruh elemen masyarakat terutama kelompok yang diperkirakan akan rentan pada saat terjadi bencana. Gladi ini pun haruslah dikemas dalam upaya yang bersifat menarik sehingga dapat membangkitkan partisipasi publik DIY secara serius dalam kegiatan tersebut.