Observasi Penanganan Pasca Bencana Provi

LAPORAN OBSERVASI

PENANGANAN PASCA GEMPA BUMI

DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Dilaporkan oleh:

Christiana Yuni Kusmiati 11211 UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN BANDUNG 2006

BAB I DESKRIPSI PENANGANAN BENCANA

Gempa bumi dengan kekuatan 5,9 skala richter yang terjadi pada 27 Mei 2006 lalu telah memporakporadakan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta terutama Kabupaten Bantul. Korban berjatuhan dalam jumlah yang begitu luar biasa. Data terakhir yang terkumpul di Media Center Satkorlak DIY menunjukkan data sebagai berikut:

LOKASI

KERUSAKAN (RUMAH PENDUDUK) MENINGGAL

RUSAK RUSAK

SEDANG RINGAN WILAYAH

BERAT

DIY

Kab. Bantul 4.143

71.372 73.669 Kab. Sleman

27.687 49.065 Kota Yogya

5.408 15.364 Kab. Kulon Progo

8.430 9.672 Kab. Gunung Kidul

WILAYAH JATENG

Kab. Klaten 1.045

62.979 98.552 Kab. Magelang

386 546 Kab. Boyolali

696 708 Kab. Sukoharjo

51 1.808 2.476 Kab. Wonogiri

17 12 74 Kab. Purworejo

Sumber Media Center Satkorlak DIY tgl 29 Juni pukul 18.00 Jumlah korban tersebut masih merupakan angka sementara. Serangkaian upaya pendataan

untuk menemukan angka yang valid masih terus dilakukan oleh berbagai pihak dalam upaya untuk pelaksanaan beberapa program pemerintah yang akan diarahkan pada korban-korban gempa ini selanjutnya.

Berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya jumlah korban dan besaran kerusakan, potensi pemulihan serta kondisi pemerintah daerah saat ini, maka Pemerintah Pusat dengan tegas menyatakan bahwa bencana ini merupakan bencana daerah atau bukan merupakan bencana nasional. Dalam kategori demikian diasumsikan bahwa pemerintah daerah dan warga setempat masih memiliki kemampuan yang cukup besar untuk memulihkan diri. Namun demikian pengkategorian tersebut tentulah tidak menyebabkan berbagai bentuk upaya penanganan bencana hanya dilakukan oleh pemerintah daerah semata. Keterlibatan Pemerintah Pusat beserta sektor-sektor non- pemerintah lain dapat dinyatakan cukup besar dalam penanganan bencana gempa di DIY ini.

Ulasan di bawah ini akan memperlihatkan secara singkat beberapa upaya pokok yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam rangka penanganan dampak gempa pasca gempa 27 Mei lalu.

I. LANGKAH STRATEGIS PENANGANAN BENCANA

Pelaksanaan kegiatan penanganan bencana tentulah diharapkan merupakan sebuah rangkaian kegiatan yang bersifat sistematis, terkoordinasi dengan baik dan tertuju pada upaya penyelamatan jiwa korban bencana dan pemulihan kondisi keseluruhan sistem masyarakat secara bertahap maju. Dalam rangka ini, aktivitas penanganan bencana tentulah tidak dapat mengandalkan pada respon tindakan teknis yang bersifat reaktif terhadap keadaan darurat bencana. Aktivitas penanganan bencana, membutuhkan arah kebijakan strategis yang berfungsi sebagai kendali bagi seluruh rangkaian aktivitas teknis penanganan bencana. Panduan kebijakan strategis semakin terasa dibutuhkan manakala dipahami bahwa pada realitas praktik langkah pelaksanaan aktivitas penanganan bencana biasanya dilakukan secara serentak dan melibatkan banyak aktor dengan latar belakang pemahaman yang berbeda-beda.

Dalam bencana yang menimpa DIY dan Jateng ini, yang telah dikategorikan sebagai bencana daerah, Pemerintah Pusat telah menetapkan tiga pedoman strategis dalam penanganan bencana. Ketiga langkah strategis tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penetapan tahapan dan prioritas penanganan bencana di DIY

2. Penetapan bentuk dan skema pemberian bantuan bagi para korban bencana

3. Penetapan rencana aksi Bakornas PB Ketiga pedoman inilah yang kemudian memandu berbagai kebijakan teknis penanganan

bencana yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.

I.1. PENETAPAN TAHAPAN DAN PRIORITAS PENANGANAN BENCANA DI DIY

Sejak hari pertama kejadian bencana Pemerintah Pusat melalui pernyataan Presiden telah menyatakan tahap penanganan bencana di DIY sebagai berikut:

1. Tanggap darurat, dinyatakan akan berjalan selama 3 bulan dengan penyediaan anggaran sebesar Rp 75 milyar. Pada tahap ini terdapat empat prioritas penanganan

bencana yang harus dijadikan panduan oleh pemerintah daerah yakni:

a) Penyelamatan jiwa korban

b) Perbaikan infrastruktur, listrik dan jalan

c) Penyediaan logistik

d) Pengidentifikasian rumah dan bangunan yang rusak untuk rehabilitasi dan rekonstruksi

2. Rehabilitasi dan rekonstruksi, yang akan berlangsung selama 1 tahun dengan penyediaan anggaran Rp 1 trilyun.

Anggaran penanganan bencana ini akan diambil dari dana APBN 2006, dana Perubahan APBN 2006 dan bantuan sejumlah negara. Dana ini didasarkan pada asumsi korban jiwa sejumlah 4.000 jiwa, 10.000 jiwa luka parah, 35.000 rumah dan bangunan rusak serta 50.000 penduduk mengungsi. Dana ini tentulah dalam praktik menjadi sangat kurang karena jumlah korban ternyata jauh melampaui asumsi tersebut.

Penetapan tahapan pemulihan pasca bencana ini kemudian disesuaikan dengan kerangka kerja Bapenas yang kemudian dirinci ke dalam tahapan sebagai berikut:

TANGGAP DARURAT

REKONSTRUKSI (1-2 bulan)

REHABILITASI

(bulan ke-2– ke-12)

(bulan ke 7 - ke-24)

Penyelamatan jiwa

Pembangunan kembali Ø Tanggap darurat

Pemulihan standar

seluruh sistem, yang Ø Pembangunan dapur

pelayanan minimum

meliputi: umum

seperti pada:

Ø Sistem ekonomi Ø Penyelematan korban

Ø Pelayanan publik

(produksi, perdagangan, yang masih hidup

Ø Pelayanan sosial dasar

perbankan) Ø Pembersihan puing

Ø Prasarana & sarana

Ø Sistem transportasi runtuhan bangunan

dasar

Ø Sistem telekomunikasi Ø Penyediaan hunian

Ø Pemulihan fasilitas

Ø Pemulihan sosial dan sementara

perekonomian

Ø Pembangunan kembali

budaya

perumahan

Ø Pemulihan kelembagaan

Ø Rehabilitasi mental

I.2. PENETAPAN BENTUK DAN SKEMA PEMBERIAN BANTUAN BAGI PARA KORBAN BENCANA

Komitmen pemberian bantuan bagi pemerintah daerah dan warga DIY yang menjadi korban bencana juga telah dinyatakan secara eksplisit sejak hari pertama kejadian bencana. Dalam bencana ini Pemerintah Pusat memiliki komitmen untuk memberikan bantuan sebagai berikut:

1. Bantuan Kesehatan

Bantuan kesehatan bagi korban bencana ini diberikan dalam bentuk:

a) Pelayanan kesehatan dan penanggungan seluruh biaya perawatan korban bencana (termasuk operasi) oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pelayanan

dilakukan di RS Pemerintah maupun swasta, puskesmas maupun pusat kesehatan keliling dan rumah sakit lapangan.

b) Penyaluran bantuan obat-obatan ke wilayah korban gempa yang secara teknis dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan DIY.

2. Bantuan Logistik dan Perlengkapan Evakuasi Bantuan logistik selama masa tanggap darurat diberikan dalam 3 bentuk bantuan:

a) Bantuan makanan dalam bentuk natura bagi para korban. Bantuan ini disalurkan dari Departemen Sosial dan Bulog ke Dinas Sosial DIY untuk didistribusikan pada

seluruh korban bencana. Adapun mekanisme penyaluran bantuan logistik ini diserahkan sepenuhnya pada Pemerintah Daerah. Pemerintah Pusat hanya menginstruksikan agar prosedur pemberian bantuan tidak berbelit-belit dan tidak menyusahkan korban.

b) Bantuan natura dan dana tunai yang diarahkan untuk penyediaan atau supporting kebutuhan lauk pauk dan makanan pokok pada minggu kedua setelah bencana.

Bantuan ini akan diberikan selama 3 bulan. Bantuan diberikan dalam bentuk beras dan dana jaminan hidup (jadup) dengan rincian sebagai berikut:

i) Beras 10 kg/jiwa/bulan yang akan diberikan selama 3 bulan

ii) Uang lauk pauk sebesar Rp 3.000/jiwa/hari yang akan dikucurkan untuk satu bulan sekaligus. Metode penyaluran dana jadup (livng cost) tunai ini dilakukan ii) Uang lauk pauk sebesar Rp 3.000/jiwa/hari yang akan dikucurkan untuk satu bulan sekaligus. Metode penyaluran dana jadup (livng cost) tunai ini dilakukan

Bantuan beras dan dana jadup diberikan pada penduduk korban bencana, dengan menggunakan kriteria kerusakan rumah sebagai patokan kelayakan penerima bantuan. Oleh karena itu program bantuan beras dan jadup ini dilaksanakan setelah identifikasi korban dan kerusakan selesai dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Dalam rangka pemberian bantuan ini pemerintah menentukan prosedur pengajuan bantuan sebagai berikut:

Didata oleh pelaksana di tingkat desa ditandatangani Bupati

Pusat Satkorlak

c) Bantuan Perlengkapan Evakuasi yang diperlukan dalam kondisi tanggap darurat. Pemerintah Pusat menyediakan bantuan evakuasi kit berupa kantung mayat, tenda,

velbet, genset dan perlengkapan lainnya yang dibutuhkan dalam rangka evakuasi dan penampungan korban untuk sementara.

3. Bantuan Peralatan Rumah Tangga dan Pakaian

Selain bantuan makanan dan jaminan hidup, Pemerintah Pusat telah menyatakan komitmen untuk memberikan bantuan dana guna pembelian alat rumah tangga sebesar Rp 100.000 / KK dan juga uang pakaian sebesar Rp 100.000 / jiwa. Kedua bentuk bantuan ini hanya akan diberikan satu kali. Namun demikian waktu pelaksanaan pengucuran dana bantuan tersebut belum ditetapkan.

4. Bantuan Rehabilitasi Rumah dan Perbaikan Lingkungan

Dalam rangka rehabilitasi rumah para korban gempa, maka pemerintah menyediakan skema bantuan rehabilitasi yang bersifat stimulan. Pemerintah Pusat telah menegaskan bahwa upaya rehabilitasi rumah tidak akan dilakukan dalam bentuk proyek melainkan akan diberikan dalam bentuk dana tunai pada setiap keluarga korban dengan kategori penerima bantuan yang telah ditentukan. Pemerintah Pusat berharap agar pemberian dana tunai dan cara realisasi rehabilitasi rumah yang bersifat non-proyek ini dapat membantu menghidupkan perekonomian di wilayah bencana serta dapat menjadi media pemulihan trauma psikologis yang potensial dialami oleh para korban bencana.

Pemberian dana rehabilitasi rumah akan dilakukan dengan kategori penerima bantuan berdasarkan tingkat kerusakan rumah yang mereka miliki. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

Kategori Kriteria

Status Kerusakan

Uraian

Kerusakan

Roboh Bangunan roboh § Bangunan roboh total;

atau sebagian

§ Atap runtuh;

A besar komponen § Sebagian besar kolom, balok,

A struktur rusak

L NI § Sebagian besar dinding dan

dan/atau atap rusak;

langit-langit roboh; § Instalasi listrik rusak total; dan

IDA T

§ Pintu/jendela rusak total.

Kategori Kriteria

Status Kerusakan

Uraian

Kerusakan

Rusak Berat Bangunan masih § Bangunan masih berdiri; berdiri, sebagian

§ Sebagian rangka atap patah; kecil komponen

§ Balok kolom sebagian patah; struktur rusak,

§ Sebagian besar langit-langit dan komponen

lepas;

arsitektural rusak § Sebagian instalasi listrik rusak / terputus; dan

§ Pintu/ jendela rusak berat.

Rusak Bangunan masih § Bangunan masih berdiri; Sedang /

berdiri, sebagian

§ Retak-retak pada dinding

Ringan komponen

NI § Penutup atap/genteng lepas

plesteran;

U struktur dan

H arsitektural retak § Sebagian penutup langit-langit

K (struktur tidak

rusak;

AY

aman untuk

§ Sebagian instalasi rusak;

AL

ditinggali) § Instalasi listrik rusak sebagian; § Pintu/jendela rusak sebagian.

Sumber: Bakornas PB Kriteria kerusakan yang tersaji di atas merupakan kriteria paling akhir yang digunakan

oleh Bakornas PB, yakni yang digunakan pada tanggal 13 Juni 2006 setelah beberapa kali mengalami perubahan.

Berdasarkan tingkat kerusakan tersebut, maka akan dikucurkan bantuan kepada korban bencana yang rumahnya sudah tidak dapat dihuni kembali, yakni yang kategori kerusakannya termasuk dalam kategori rumah roboh dan rusak berat. Besarnya bantuan yang akan diberikan adalah maksimal Rp 15 jt/rumah. Bantuan akan dikucurkan dalam 3 tahap sesuai dengan kemajuan pelaksanaan rehabilitasi/rekonstruksi. Tahap I akan mulai dikucurkan pada bulan Juli 2006, dengan prosentase besar bantuan 30%. Pada tahap II akan dikucurkan dana 40% dan 30% sisanya akan dikucurkan pada tahap III. Pengucuran dana tahap II dan III akan dilakukan setiap 2 bulan setelah bulan Juli 2006. Pada tahap I dana secara khusus diperuntukan bagi pendirian pondasi dan pembangunan konstruksi tahan gempa. Dana bantuan akan diberikan langsung kepada masyarakat melalui rekening bank yang mereka miliki.

Bantuan rehabilitasi/rekonstruksi rumah akan dilaksanakan dengan pola pemberdayaan masyarakat. Kelompok masyarakat diberikan bimbingan dan pendampingan secara langsung oleh fasilitator untuk dapat membangun rumahnya sesuai dengan pedoman dan spesifikasi pembangunan rumah tahan gempa

Dalam rangka pemberian bantuan ini pemerintah pada tgl 1 Juni 2006 melalui Menkokesra telah menentukan prosedur pengajuan bantuan sebagai berikut:

Didata oleh pelaksana di tingkat desa ditandatangani Bupati

Pusat Satkorlak

Data yang diajukan ke Bakornas kemudian akan diverifikasi dengan pola validasi data sebagai berikut:

TIM SATLAK

Jadup

• Kades

Data Menurut

Nama

• TNI/POLRI

• Dinas PU Kerusakan Rumah (Roboh,

Kab/Kota Rusak Berat, Rusak Ringan) • Pemilik

Verifikasi oleh

• Saksi-saksi:

RT, OMS Bakornas dibantu

Satkorlak

Selain dana rehabilitasi rumah, Pemerintah Pusat juga akan memberikan bantuan yang ditujukan untuk pendirian MCK untuk setiap 50 orang dengan besar bantuan Rp 500.000/MCK. Pendirian MCK ini akan dilakukan secara swakelola. Penjadwalan pengucuran dana ini belum dipastikan.

5. Santunan Kematian

Selain bantuan-bantuan di atas, Pemerintah Pusat juga berkomitmen untuk memberikan dana santunan kematian bagi penduduk yang meninggal karena gempa. Bantuan akan diberikan sebesar Rp 2 juta / KK yang meninggal. Bantuan akan diberikan pada ahli waris melalui RT, RW, Kepala Desa/Kelurahan. Adapun penyaluran bantuan ini mensyaratkan adanya surat kematian dari RT, RW dan Kelurahan. Waktu pendistribusian dana santunan kematian ini hingga saat ini belum ditetapkan. Daftar nama penduduk yang meninggal disusun oleh Kepala Desa/Kelurahan yang dketahui oleh ahli warisnya.

I.3. PENETAPAN RENCANA AKSI BAKORNAS PENANGGULANGAN BENCANA

Selain arahan strategis, Bakornas PB juga menetapkan rencana aksi yang akan dilakukan oleh setiap unit departemen dan lembaga lainnya yang ada di dalam Bakornas dalam rangka menjaga kelancaran proses penangana bencana serta mempercepat proses pemulihan kondisi. Dalam rencana aksi tersebut terjabar tugas pokok yang diemban oleh masing-masing unit di dalam Bakornas PB, seperti berikut ini:

1. Departemen PU, memiliki tugas pokok

a) Inventarisasi kerusakan sarana dan prasarana

b) Menormalisasi fungsi sarana dan prasarana.

2. Departemen Sosial, memiliki tugas pokok:

a) Melakukan pendataan pengungsi dan kebutuhannya

b) Mengirimkan bantuan sosial

c) Menjamin ketersedian stock bantuan.

3. Departemen Kesehatan, bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan bantuan kesehatan pada korban bencana dengan serangkaian aksi seperti:

a) Inventarisasi kebutuhan obat-obatan dan tenaga medis/para medis

b) Penyediaan fasilitas kesehatan darurat di lapangan

c) Koordinasi penyediaan transportasi untuk distribusi bantuan kesehatan.

4. TNI, memiliki tugas pokok :

a) Mengkoordinasikan dukungan transportasi dan hal lain yang dibutuhkan untuk distribusi bantuan a) Mengkoordinasikan dukungan transportasi dan hal lain yang dibutuhkan untuk distribusi bantuan

c) Menyediakan bantuan untuk pembersihan lingkungan

5. POLRI bertugas untuk menjamin pengamanan lingkungan.

6. PMI, bertugas untuk melakukan koordinasi pertolongan korban.

7. BMG, bertugas untuk memonitoring kegempaan.

8. Departemen Luar Negeri, bertugas untuk memonitoring bantuan luar negeri.

9. BASARNAS, memiliki tugas pokok:

a) Menjamin koordinasi pelaksanaan search and rescue

b) Penyiapan sarana helisar untuk evakuasi.

10. Departemen ESDM, memiliki tugas pokok:

a) Menjamin koordinasi penyediaan BBM dan kelistrikan

b) Sosialisasi kebencanaan geologi.

II. PELAKSANAAN TEKNIS PENANGANAN BENCANA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Panduan strategis yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat kemudian menjadi panduan bagi kegiatan penanganan bencana di daerah, yang dikoordinasikan dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah baik Pemerintah Propinsi DIY maupun pemerintah daerah kota/kabupaten. Dalam kegiatan penanganan bencana ini, pemerintah daerah menjalankan fungsi sebagai regulator, fasilitator dan pelaksana langsung.

Fungsi regulator pemerintah daerah nampak pada saat Pemerintah Daerah menetapkan sejumlah kebijakan teknis yang diarahkan untuk mendukung kelancaran kegiatan penanganan bencana. Fungsi ini dapat dijalankan oleh pemerintah propinsi maupun pemerintah kota/kabupaten. Sedangkan fungsi koordinasi dijalankan berkaitan dengan keterlibatan multi aktor baik pemerintah, swasta maupun organisasi masyarakat dan badan-badan internasional di berbagai tempat yang terpisah dalam kegiatan penanganan bencana. Selain kedua fungsi di atas pemerintah daerah terutama pemerintah daerah kota/kabupaten juga menjalankan fungsi pelaksanaan untuk kegiatan pendistribusian bantuan, pendataan korban dan lain-lain.

Penanganan bencana di Propinsi DIY ini dijalankan dalam 3 tahap besar yakni tahap tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi. Dalam penegasan yang dikemukakan oleh Gubernur DIY dinyatakan bahwa kegiatan penanganan bencana diupayakan untuk dapat dilaksanakan dalam kerangka waktu maksimal selama 2 tahun. Dalam rangka waktu

2 tahun tersebut, tahap tanggap darurat akan dijalankan dalam jangka waktu 1 bulan, tahap rehabilitasi akan dijalankan dalam kurun waktu 6 bulan (terhitung setelah saat bencana) dan tahap rekonstruksi akan dijalankan dalam kurun waktu 1,5 tahun (terhitung setelah selesainya tahap rehabilitasi).

Penanganan bencana dalam tiap tahap tersebut dilaksanakan dengan rangkaian akivitas sebagai berikut:

TANGGAP DARURAT DAN PEMULIHAN

REKONSTRUKSI (1 bulan)

Penyelamatan jiwa

Pembangunan kembali Ø Penyelamatan korban

Pemulihan standar pelayanan

seluruh sistem, yang Ø Penanganan korban luka-­‐‑

minimum seperti pada:

Ø Pemulihan sistem

meliputi:

Ø Pemulihan sistem Ø Pembentukan tim tanggap

luka

pemerintahan (kab, kec,

ekonomi (produksi, darurat / satkorlak

desa)

perdagangan, perbankan) Ø Pembentukan pusat-­‐‑pusat

Ø Pemulihan pelayanan

Ø Pemulihan sistem layanan (posko)

publik

transportasi Ø Penyediaan hunian

Ø Pembangunan kembali

Ø Pemulihan sistem sementara

perumahan

telekomunikasi Ø Penguatan jalur distribusi

Ø Pemulihan pelayanan

Ø Pemulihan sosial dan Ø Pendataan korban dan

sosial dasar

Ø Rekonstruksi prasarana

budaya

akibat bencana (media

Ø Pemulihan kelembagaan center)

dan sarana dasar

Ø Pengembalian Ø Pendampingan psikologis

Ø Pemulihan fasilitas

(mainstreaming) program Ø Pengalihan program

perekonomian

darurat ke program pembangunan ke program

Ø Rehabilitasi psikologis

pembangunan darurat

Ø dll

Pelaksanaan seluruh aktivitas penanganan bencana ini akan didanai oleh dana APBN dan APBD. Oleh karena itu seiring dengan pelaksanaan kegiatan penanganan bencana ini maka terdapat perubahan alokasi dan perubahan besaran dana baik dalam APBN dan APBD setiap daerah di wilayah DIY. Dalam rangka mendukung kelancaran dan percepatan kegiatan pemulihan maka diperkirakan APBD Propinsi dan APBD Kabupaten/Kota pada tahun yang akan datang masih akan lebih difokuskan untuk kegiatan penanganan pasca bencana, terlebih untuk Kabupaten Bantul yang mengalami dampak paling parah dari kejadian bencana ini.

Hingga saat dilaksanakannya observasi, kegiatan penanganan bencana masih berlangsung dalam tahap tanggap darurat. Berdasarkan hasil pengamatan, seluruh rangkaian aktivitas penanganan bencana pada tahap tanggap darurat ini seluruhnya mengarah pada pemenuhan prioritas tanggap darurat yang telah dikemukakan oleh Presiden yakni:

a) Penyelamatan jiwa korban

b) Penyediaan logistic

c) Perbaikan infrastruktur, listrik dan jalan

d) Pengidentifikasian rumah dan bangunan yang rusak untuk rehabilitasi dan rekonstruksi

Dalam pelaksanaannya setiap level pemerintahan dan lembaga-lembaga non- pemerintah baik itu swasta maupun LSM, terlibat dalam pelaksanaan penanganan bencana ini. Ulasan pada bagian berikut akan memperlihatkan secara singkat beberapa upaya pokok yang telah dilakukan oleh seluruh pihak dalam rangka penanganan dampak gempa untuk setiap program prioritas.

II.1. KEGIATAN PENYELAMATAN JIWA KORBAN BENCANA

Pada masa tanggap darurat, kegiatan awal yang menjadi prioritas bagi seluruh pihak yang terlibat dalam penanganan bencana adalah kegiatan penyelamatan jiwa korban bencana dan perawatan korban yang luka-luka agar bisa bertahan hidup. Dalam rangka ini terdapat sejumlah langkah yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk tujuan tersebut. Langkah tersebut meliputi langkah yang bersifat strategis maupun langkah yang bersifat teknis. Paparan di bawah ini akan mendeskripsikan seluruh langkah strategis dan teknis yang berhasil dirangkum selama kegiatan observasi yang dijalankan oleh Tim UNPAR.

AKTIVITAS STRATEGIS

1. PEMERINTAH PUSAT

1) Penanggungan biaya perawatan korban bencana oleh Pemerintah Pusat.

2) Penunjukkan Departemen Kesehatan dan Departemen Sosial sebagai koordinator penyediaan dan pengiriman bantuan darurat dalam rangka penyelamatan jiwa dan evakuasi korban bencana.

3) Pengerahan PMI, TNI, POLRI dan BASARNAS dalam rangka penyelamatan jiwa dan evakuasi korban bencana

4) Koordinir bantuan medis dari luar negeri baik yang berasal dari pemerintah Negara sahabat maupun dari badan-badan internasional.

5) Fasilitasi rencana aksi pemulihan kesehatan jiwa yang akan dilakukan oleh WHO – IOM di Propinsi DIY dan Kab. Klaten dengan rencana sebagai

berikut:

a) Tahap I : Pelatihan Psichiater sebanyak 20 orang yang akan dilaksanakan selama 2 hari sebelum tanggal 3 Juli 2006 oleh Supervising Hospital.

b) Tahap II : Pelatihan kesehatan jiwa masyarakat untuk dokter dan perawat, sejumlah 210 orang terdiri dari 105 dokter dan 105 perawat di

DIJ dan Jawa Tengah selama 5 hari antara tanggal 3 – 15 Juli 2006.

c) Tahap III : Pelatihan Community Leader dari daerah korban gempa di DIJ dan Jawa Tengah selama 2 hari antara tanggal 14 – 25

Agustus 2006.

2. PEMERINTAH PROPINSI DIY

1) Pengkoordinasian kegiataan evakuasi yang dilaksanakan oleh unit TNI, Kepolisian daerah, Satlak dan seluruh komponen masyarakat yang terlibat sebagai relawan.

2) Penanggungan biaya perawatan korban gempa oleh Pemerintah Daerah.

3) Pengkoordinasian kegiatan penyediaan dan penyaluran bantuan kesehatan di seluruh wilayah Propinsi DIY oleh Dinas Kesehatan Propinsi DIY.

3. PEMERINTAH KOTA/KABUPATEN

Pemerintah Kabupaten Bantul (Data tentang aktivitas Pemkot/kab lain tidak berhasil dihimpun)

1) Pengkoordinasian kegiataan evakuasi yang dilaksanakan oleh unit TNI, Kepolisian daerah, Satlak dan seluruh komponen masyarakat yang terlibat

sebagai relawan.

2) Penetapan 10 titik evakuasi warga pada hari saat terjadinya bencana yang meliputi lapangan Dwi Windu, Ndowaluh Trirenggo, Lapangan Madukismo, RS. PKU Muhammadiyah, RSUD Panembahan Senopati, Lapangan Ganjuran, Lapangan Wukirsari, Lapangan Paseban, Balong Timbulharjo, dan Kampus ISI.

3) Koordinasi dengan Pemkab Purworejo, Pemkab Kebumen dan Pemkab Magelang dalam rangka penanganan korban.

4) Koordinir pendistribusian penyaluran bantuan kesehatan di seluruh wilayah Kabupaten Bantul oleh Dinas Kesehatan Kab. Bantul.

5) Pengaturan penempatan Rumah Sakit Lapangan dan Puskesmas Keliling di seluruh wilayah Kab. Bantul.

AKTIVITAS TEKNIS

1. PEMERINTAH PUSAT

1) Melakukan evakuasi korban bencana dan memberikan bantuan layanan kesehatan, rawat jalan maupun rawat inap di RS Pemerintah dan Swasta.

2) Pengiriman tenaga medis seperti dokter spesialis, dokter umum, perawat, petugas laboratorium, petugas logistik, farmasi, supir dan lain-lain

3) Pengiriman peralatan seperti body bag, baby kit, hygene kit, kantong darah, mobil ambulans lengkap, peralalatan water sanitasi, alat bedah lapangan

4) Pengiriman obat-obatan seperti obat antibiotik injeksi, 20.000 ampul ATS dan Gip untuk menangani patah tulang.

5) Pendirian Rumah Sakit Lapangan dan Pengiriman bantuan mobil Puskesmas Keliling

6) Pengiriman bantuan darurat seperti beras, lauk-pauk, selimut, pakaian, tenda, velbet dan dapur umum lapangan.

7) Pengiriman teknisi untuk mendukung kegiatan evakuasi dan mobilitas pelayanan kesehatan.

2. PEMERINTAH DAERAH (PROPINSI DIY DAN KOTA/KABUPATEN)

1) Pemantauan medic pasien korban gempa serta pemindahan mereka dari tempat darurat ke bangsal-bangsal perawatan setelah kondisi memungkinkan.

2) Pendataan jumlah tenaga kesehatan dan penempatannya

3) Melakukan sensor terhadap bantuan makanan dan obat-obatan untuk menjamin keamanan konsumsi bagi para korban

4) Melakukan pelayanan mobile clinic ke wilayah-wilayah yang sulit terjangkau.

5) Melakukan pendistribusian darah, melakukan koordinasi dengan PMI dan pihak-pihak lain serta menggelar aksi donor darah untuk menjamin

ketersediaan darah.

6) Melakukan imunisasi TT pada penduduk dan relawan serta imunisasi campak kepada penduduk.

7) Melakukan penyemprotan lalat dan nyamuk dengan sasaran daerah yang ada jenazah, bekas reruntuhan, lokasi pemukiman dan pengungsian serta lokasi potensial KLB penyakit

8) Melakukan pemantauan vektor penyakit malaria dan DBD.

Pelaksanaan seluruh aktivitas penyelamatan jiwa tersebut pada dasarnya terbagi dalam 3 prioritas, yakni:

1) Evakuasi korban yang meninggal

2) Perawatan korban yang luka-luka

3) Perlindungan medis seluruh korban gempa. Pelaksanaan seluruh kegiatan tersebut tidak dilakukan semata-mata oleh

pemerintah. Keterlibatan anggota masyarakat dalam kapasitas pribadi secara sukarela

(relawan), organisasi masyarakat (ormas, partai, LSM dalam dan internasional, dll) serta perusahaan swasta seperti perusahaan farmasi, sudah muncul sejak hari pertama terjadinya bencana.

II.2. KEGIATAN BANTUAN SOSIAL

Selain kegiatan penyelamatan jiwa, kegiatan lain yang penting dilakukan pasca bencana dalam masa tanggap darurat adalah kegiatan untuk memastikan perlindungan

bagi para korban bencana. Perlindungan yang dimaksudkan dalam masa tanggap darurat ini meliputi perlindungan terhadap pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang dan papan serta keamanan bagi para pengungsi.

Dalam penanganan pasca bencana gempa di DIY dan Jateng ini, upaya pemenuhan perlindungan semacam itu dikemas dalam rangkaian kegiatan bantuan social yang dilakukan oleh banyak pihak yakni pihak pemerintah pusat dan daerah, masyarakat secara mandiri, LSM serta organisasi masyarakat lainnya. Berikut adalah paparan mengenai berbagai aktivitas bantuan sosial baik yang meliputi aktivitas strategis maupun aktivitas teknis.

AKTIVITAS STRATEGIS

1. PEMERINTAH PUSAT

1) Penetapan jenis dan skema bantuan sosial selama masa tanggap darurat.

2) Alokasi dan pencairan dana tanggap darurat untuk realisasi bantuan sosial dan logistik baik dalam bentuk natura maupun uang tunai bagi para korban. (Detail mengenai jenis dan skema bantuan telah dipaparkan di atas).

3) Penanggunan biaya pemasangan dan pemakaian daya untuk 1 tahun bagi para korban bencana yang akan memasang listrik.

2. PEMERINTAH PROPINSI DIY

1) Pembentukan pusat-pusat layanan (posko). Dalam rangka memperlancar kegiatan penyediaan dan penyaluran logistik. Pemerintah Propinsi

mendirikan 3 posko, yakni:

a) Posko di Sekretariat Satkorlak DIY di Kantor Kepatihan yang ditujukan untuk melayani distribusi bantuan langsung pada masyarakat dan Kota/Kabupaten selain Bantul.

b) Posko di Sekretariat Satlak Kabupaten Bantul, untuk penanganan bantuan bagi wilayah-wilayah selain Bantul.

c) Posko di Kodim Bantul, untuk penanganan bantuan bagi wilayah Bantul.

2) Penyusunan peta wilayah yang terkena bencana yang dilengkapi dengan identifikasi kondisi setiap wilayah, kebutuhan pokok bagi warga korban di setiap wilayah serta informasi penyebaran wilayah kerja dari kelompok- kelompok relawan atau lembaga donor. Penyediaan informasi tersebut dipandang penting dalam upaya untuk mengatur pemerataan distribusi bantuan dan juga dalam rangka pengendalian berbagai aktivitas yang dilakukan oleh banyak pihak, sehingga penanganan tidak bersifat tumpang tindih.

3) Penetapan jalur distribusi bantuan. Dalam rangka penguatan penyaluran 3) Penetapan jalur distribusi bantuan. Dalam rangka penguatan penyaluran

a) Distribusi melalui Satlak Kabupaten/Kota, yang kemudian akan disalurkan ke kecamatan dan desa. Jalur distribusi ini diberlakukan

untuk daerah selain Kabupaten Bantul.

b) Distribusi langsung ke kecamatan. Jalur ini diberlakukan khusus untuk penyaluran bantuan bagi wilayah Bantul.

c) Distribusi langsung pada masyarakat, dengan syarat tambahan berupa keharusan menunjukkan surat keterangan dari kelurahan bagi masyarakat yang ingin mendapatkan bantuan. Masyarakat akan dilayani dari jam 08.00 – 18.00. Pada jalur distribusi ini masyarakat berhak untuk mendapatkan paket 10 kg beras

4) Menginstruksikan para Ketua Satlak PB untuk membentuk satgas penanganan bencana di kecamatan dalam rangka mempercepat dan

melancarkan seluruh kegiatan distribusi bantuan.

5) Pengerahan kelompok karang taruna dan 5.000 relawan mahasiswa untuk memperlancar dan mempercepat pendataan rumah yang rusak karena kesulitan proses pendataan yang dilaksanakan oleh aparat desa.

6) Pelaksanaan validasi data dengan metode uji silang terhadap temuan data yang dihasilkan dari 3 kelompok pendata yang telah dikerahkan

7) Koordinasi kegiatan pendataan korban calon penerima bantuan jadup (living cost).

8) Melakukan perubahan kriteria penerima dana jadup sebagai reaksi terhadap aksi protes yang dilakukan oleh warga korban bencana. Perubahan ini

dilakukan pada tanggal 8 juni 2006, karena sejak awal tidak diberikan kejelasan informasi pada publik mengenai eligibilitas penerima jadup serta kriteria yang digunakan sebagai dasar pengkategorian kelayakan penerimaan bantuan. Perubahan dilakukan dengan memasukkan korban bencana dengan tingkat kerusakan ringan sebagai penerima bantuan jadup, yang menurut Pemerintah Pusat tidak layak menerima bantuan. Namun demikian kebijakan ini pun pada akhirnya dirubah lagi oleh Pemerintah Pusat.

3. PEMERINTAH KOTA/KABUPATEN

A. Pemerintah Kabupaten Bantul

1) Penetapan prosedur penyaluran distribusi bantuan. Pada tahap awal prosedur pemberian bantuan masih menyertakan syarat KTP bagi para

warga yang akan menerima bantuan. Prosedur ini digunakan untuk mencegah penumpukan bantuan dan sebagai upaya menjamin akuntabilitas penyaluran bantuan oleh pemerintah. Namun demikian prosedur tersebut diubah pada tanggal 30 Mei 2006, karena dianggap berbeliti-belit dalam praktiknya.

2) Pengalokasian dan pencairan dana APBD bagi kegiatan penanganan bencana.

3) Penetapan dua model distribusi yakni model distribusi melalui kecamatan dan model distribusi pada masyarakat langsung.

4) Pendirian 2 posko penyaluran bantuan untuk wilayah Bantul, yakni:

5) Posko di Kabupaten untuk melayani bantuan yang akan didistribusikan ke

17 kecamatan di Bantul.

6) Posko di Dinas Pendidikan, untuk melayani bantuan langsung pada masyarakat.

7) Instruksi pendataan korban bencana dan identifikasi calon penerima jadup dengan serta penjelasan kriteria kerusakan rumah.

8) Verifikasi data penerima jadup.

9) Penyesuaian kriteria penerima jadup dengan memasukkan korban dengan kondisi kerusakan rumah yang ringan sebagai penerima jadup. Hal ini

dilakukan untuk mencegah konflik horizontal di masyarakat. Dilakukan tanggal 8 Juni 2006.

10) Memberikan himbauan bagi PNS eselon II ke atas untuk menandatangani pernyataan kerelaan untuk tidak menerima dana living cost.

11) Melakukan revisi perubahan kriteria penerima dana living cost seperti tuntutan Pemerintah Pusat.

B. Pemerintah Kota Yogyakarta

1) Pemberian uang tunai pada masyarakat korban di wilayah bencana sebesar Rp 100.000 – Rp 200.000 per RW selama 2 hari, sebagai pengganti bantuan logistic yang sulit disediakan oleh Pemkot Yogyakarta pada saat bencana.

2) Penentuan kebijakan untuk memberikan santunan uang tunai sebesar Rp 1 juta pada ahli waris penduduk Kota Yogyakarat yang meninggal akibat

gempa. Dengan persyaratan berupa keharusan menyertakan KTP atau tercantum di daftar Kartu Keluarga.

3) Pengalokasian dan pencairan dana APBD bagi kegiatan penanganan bencana.

4) Instruksi pendataan korban bencana dan identifikasi calon penerima jadup dengan model pendataan yang dilakukan oleh RT dan langsung diserahkan

pada Pemkot.

5) Pengarahan teknis mengenai criteria kerusakan rumah melalui pertemuan yang diselenggarakan di setiap kecamatan yang terkena gempa di wilayah Kota Yogyakarta.

6) Penentuan model penyerahan dana jadup melalui RT dan tidak melalui cara distribusi langsung pada masyarakat.

7) Penentuan koordinasi dari seluruh rangkaian aksi penanganan bencana oleh Pemerintah Kota Yogyakarta.

8) Membuka posko konsultasi pembangunan dan kelayakan rumah di Dinas PU Kota Yogyakarta, dengan jam layanan dari pukul 07.00 – 22.00.

C. Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul

1) Pembentukan tim validasi data korban dan kerusakan akibat gempa. Tim melibatkan Bapeda, DPU, Kesbanglinmas, Sobermang, Bag. Ekobang dan dinas-dinas lainnya.

2) Pengarahan teknis mengenai kriteria kerusakan rumah melalui pertemuan yang diselenggarakan di setiap kecamatan yang terkena gempa di wilayah

Kab. Gunung Kidul.

D. Pemerintah Kabupaten Sleman

Pengalokasian APBD untuk pembangunan rumah percontohan tahan gempa di Dusun Klero, Desa Sumberharjo dan Dusun Gandu, Desa Sendangtirto Sleman.

AKTIVITAS TEKNIS

1. PEMERINTAH PUSAT

1) Penyediaan gudang penyimpanan sementara untuk bantuan bencana di Gudang Kampung Bandan Yakarta.

2) Penentuan rute pengiriman bantuan tanggap darurat bencana melalui Lanud Halim Perdanakusuma

3) Penyediaan 3 gerbong kereta dengan kapasitas 90 ton oleh PT. KAI untuk pengangkutan barang bantuan.

4) Pengerahan 15 pesawat TNI AU yang terdiri dari 6 pesawat C-130 Hercules, 1 pesawat CN- 235, 1 pesawat Fokker-27,1 pesawat C-212, 6

helikopter dan 4 helikopter TNI AD serta 3 helikopter TNI AL untuk pengiriman logistik dan evakuasi korban.

5) Pengaturan pengalihan rute penerbangan komersial pada malam hari hingga tanggal 12 Juni 2006. Pengaturan tersebut dilakukan dalam rangka

percepatan pemulihan bandara yang juga diarahkan untuk memperlancar kegiatan penanganan bencana.

6) Penjaminan kelancaran suply BBM di wilayah DIY – Jateng dengan cara penjaminan suplí ke wilayah bencana selama 3 bulan ke depan (mulai

tanggal 27 Mei 2006) serta penjaminan kelancaran transportasi pengiriman BBM di seluruh wilayah SPBU serta penyediaan bantuan BBM premium, solar dan minyak tanah untuk kegiatan penanganan bencana.

7) Realisasi pengambilan KWH meter dan pengadaan listrik yang telah selesai pada tanggal 26 Juni 2006.

2. PEMERINTAH DAERAH

Aktivitas teknis dalam rangka penyaluran bantuan hampir dilakukan dengan model yang seragam untuk lingkup kegiatan yang hampir seragam. Perbedaan hanya terjadi pada waktu pendistribusi dana lauk-pauk atau jadup, dimana warga korban di Kab. Bantul menerima dana bantuan lebih cepat karena wilayah ini merupakan wilayah prioritas dan percontohan bagi pencairan dana jadup tahap awal. Distribusi dana di wilayah Kab. Bantul dilakukan sejak tanggal 6 Juni 2006, sedangkan untuk wilayah Kota Yogyakarta 15 Juni 2006, dan wilayah Kab. Sleman tanggal 16 Juni 2006.

Aktivitas teknis yang dilakukan dalam rangka pendistribusi bantuan sosial adalah sebagai berikut:

1) Pengiriman dan pendistribusian bantuan logistik, pakaian, evakuasi kit seperti tenda, veltbed, genset, dapur lapangan, tikar.

2) Pendirian dapur umum lapangan

3) Penyediaan makanan kepada pengungsi dan relawan di titik-titik pelayanan tertentu.

4) Pembangunan hunian sementara/tenda yang dilengkapi dengan sanitasi dan sarana air minum.

5) Penanganan pelayanan air minum dan sanitasi berupa penyediaan jerigen, hidran umum, mobil tanki air, tanki blader, IPA mobile, MCK seat, dan

mobil sampah.

6) Pelaksanaan psychosocial first aid kepada para korban bencana gempa bumi dan melakukan assessment untuk menentukan program yang akan dilaksanakan guna mengembalikan kondisi psychologis pengungsi.

7) Pelaksanaan program-program penggalangan sumbangan dalam rangka menjamin penyediaan sumbangan yang dibutuhkan oleh korban bencana

hingga waktu tertentu.

8) Pembagian beras dan dana jadup.

9) Penyediaan alat transportasi untuk menjamin kelancaran distribusi bantuan hingga ke pelosok.

10) Penyediaan perlengkapan pendidikan.

11) Pembuatan sumur bor untuk penyediaan air bersih serta pembuatan konstruksi tangki air di beberapa wilayah.

Hingga saat laporan ini disusun, program bantuan sosial utama yang sedang dilaksanakan di lapangan adalah program penyaluran beras dan dana lauk pauk (jadup). Berdasarkan laporan yang masuk ke Bakornas PB, hingga tanggal 29 Juni 2006 realisasi penyaluran bantuan tersebut tergambar sebagai berikut:

JUMLAH ALOKASI REALISASI NO. PROPINSI / KAB /KOTA

(JIWA) PROPINSI DIY

(JIWA)

(JIWA)

1 Kab. Bantul

412.603 2 Kab. Sleman

86.642 3 Kota Yogyakarta

68.400 4 Kab. Kulon Progo

67.541 5 Kab. Gunung Kidul

PROPINSI JATENG

1 Kab. Klaten

457.765 2 Kab. Magelang

1.177 3 Kab. Boyolali

2.649 4 Kab. Sukoharjo

6.964 5 Kab. Wonogiri

622 6 Kab. Purworejo

Jika diamati, maka nampak bahwa alokasi dana yang disiapkan untuk program penyaluran beras dan dana jadup untuk setiap wilayah tidak memadai. Terdapat selisih antara kapasitas dana pemerintah dengan jumlah korban yang diajukan dari setiap daerah. Hal ini memang diakui sebagai keadaan yang sebenarnya terjadi pada saat ini. Selisih tersebut terjadi karena data hasil validasi dengan patokan criteria terakhir yang ditetapkan Bakornas terlambat masuk. Untuk pembiayaan jadup untuk jumlah korban yang belum mendapat bantuan Pemerintah Pusat merencanakan sharing pembiayaan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan rasio perbandingan 60% : 40%, khusus untuk Kab. Bantul rasionya adalah 70% : 30%.

II.3. KEGIATAN PENYEDIAAN INFORMASI

Berdasarkan pemahaman bahwa kegiatan penanganan bencana merupakan kegiata yang melibatkan banyak pihak, maka koordinasi yang mendasarkan diri pada

pemahaman informasi yang valid menjadi mutlak terpenuhi di lapangan dalam kondisi tanggap darurat. Oleh karena itu, pasca gempa DIY yang lalu, kegiatan penyediaan informasi juga merupakan salah satu kegiatan yang mendaptkan porsi prioritas dalam penanganan pasca bencana. Kegiatan ini dilakukan oleh berbagai pihak seperti Pemerintah Pusat melalui unit teknis yang telah ditunjuk yakni Badan Meteorologi dan Geofisika dan PMI, oleh Pemerintah Daerah melalui Satkorlak dan Satlak di wilayah kota dan kabupaten, serta oleh berbagai LSM dalam dan luar negeri serta badan PBB.

Content informasi yang coba disediakan dalam tahap ini adalah:

1) Informasi mengenai peta wilayah yang didasarkan pada penaksiran kerusakan kawasan di wilayah bencana dan penaksiran kebutuhan yang diperlukan di setiap

wilayah serta informasi area kerja dari setiap pihak yang terlibat dalam penanganan bencana di bawah koordinasi setiap Satlak.

2) Informasi kondisi bencana. Pada masa tangga darurat, kepanikan dan rumor tentang kondisi ancaman bencana sangat mudah dijumpai dan dirasakan di wilayah bencana.

Hal ini dapat membawa dampak yang buruk dalam masyarakat.Oleh karena itu Pemerintah Pusat dan Daerah senantiasa menjamin upaya untuk mendistribusikan informasi berkenaan dengan bencana yang telah dan prediksi bencana gempa susulan yang akan terjadi. Informasi ini dihimpun oleh BMG.

3) Informasi mengenai identitas korban yang hilang dan yang sedang dalam perawatan medis, menjadi salah satu jenis informasi yang disediakan pada tahap tanggap darurat.

Di bawah ini tergambar secara ringkas sejumlah aktivitas strategis dan teknis yang dilakukan dalam rangka penyediaan informasi bagi publik.

AKTIVITAS STRATEGIS

1. PEMERINTAH PUSAT

1) Penetapan deskripsi kewenangan dan tugas pada BMG dan TNI dalam kegiatan pengkajian bencana serta sosialisasi tentang bencana geologis yang telah dan akan terjadi.

2) Koordinasi dengan pihak universitas dalam pengkajian bencana geologis.

2. PEMERINTAH PROPINSI DIY

1) Penyebarluasan informasi tidak adanya ancaman bahaya tsunami untuk Wilayah DIY.

2) Pendirian Media Center Satkorlak DIY sebagai pusat informasi mengenai data korban dan akibat bencana serta informasi kegempaan yang masih

terjadi di daerah DIY.

3) Penyediaan informasi peta wilayah yang terkena bencana yang dilengkapi dengan identifikasi kondisi setiap wilayah, kebutuhan pokok bagi warga korban di setiap wilayah serta informasi penyebaran wilayah kerja dari kelompok-kelompok relawan atau lembaga donor. Penyediaan informasi tersebut dipandang penting dalam upaya untuk mengatur pemerataan distribusi dan juga dalam rangka pengendalian berbagai aktivitas yang dilakukan oleh banyak pihak, sehingga penanganan tidak bersifat tumpang tindih.

AKTIVITAS TEKNIS

1. PEMERINTAH PUSAT

1) Melakukan pemotretan udara untuk mengetahui sebaran kerusakan.

2) Pengiriman 5 tim dari BMG untuk pemasangan alat monitoring gempa (seismograf), khususnya untuk monitoring gempa susulan.

3) Pengiriman Tim untuk memantau (seismik) dan menyelidiki kebencanaan Geologi

4) Sosialisasi kebencanaan Geologi.

5) Memetakan daerah rawan bencana Geologi.

6) Sosialisasi gempa bumi oleh tim gabungan yaitu Tim Tanggap Darurat DESDM dan tim Psikologi TNI AD kepada para siswa dan guru-guru dilakukan pada tanggal 21 Juni 2006 hingga 27 Juni 2006

7) Pengujian kandungan air di beberapa wilayah yang diduga mengalami pencemaran air secara kimia akibat gempas. Pengujian telah dilakukan

Desa Candirejo – Tegal Tirto dan Pesu – Wedi, dan hasilnya dinyatakan bahwa sumber air di daerah tersebut aman untuk di konsumsi. Kegiatan tersebut akan terus dilakukan.

2. PEMERINTAH KOTA DAN KABUPATEN

1) Penyebarluasan informasi tidak adanya ancaman bahaya tsunami di masing-masing wilayah.

2) Pendataan inventarisasi program untuk mengkoordinasikan pelaksanaan program bantuan di seluruh wilayah.

3) Penyediaan informasi peta wilayah kebutuhan pokok bagi warga korban di setiap wilayah

3. ORGANISASI NON-PEMERINTAH

A. Palang Merah Indonesia

Penyediaan jasa pencarian tracing and mailing service untuk mencari data korban yang meninggal yang dapat diakses oleh masyarakat.

B. Yayasan Air Putih

Memberikan bantuan sumber daya untuk updating data secara continue di Media Center Satkorlak DIY.

II.4. KEGIATAN PERBAIKAN INFRASTRUKTUR

Prioritas lain yang juga ditekankan dalam penanganan bencana pada masa tanggap darurat ini adalah perbaikan infrastruktur. Perbaikan infrastruktur ini meliputi infrastuktur publik seperti jalan, jembatan, bangunan air, sekolah, pasar, pusat layanan kesehatan dan lain-lain yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi DIY dan juga Pemerintah Kota/Kabupaten.

Hingga selesainya masa observasi Tim UNPAR, tercatat bahwa infrastuktur yang mendapatkan treatmen perbaikan awal adalah jalan, jembatan, bangunan air dan pasar. Prioritas yang diarahkan pada jenis infrastruktur tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa perbaikan akan membawa dampak luas baik bagi kelancaran, percepatan proses penanganan tanggap darurat maupun dampaknya pada upaya pemulihan kondisi social ekonomi masyarakat di wilayah bencana.

Upaya perbaikan yang dimaksudkan pada bagian ini tidak hanya merupakan potret kegiatan pembenahan atau pembangunan kembali fasilitas-fasilitas publik, melainkan juga termasuk upaya pra-pembenahan seperti kegiatan pendataan dan penilaian (assessment). Kegiatan pendataan, penilaian dan perbaikan infrastruktur ini tidak hanya dilakukan oleh Pemerintah di setiap jenjang pemerintahan melainkan juga melibatkan pihak lain yaitu universitas, perusahaan swasta, organisasi kemasyarakatan, yayasan serta badan-badan internasional.

Paparan berikut ini menggambarkan sekilas upaya strategis dan teknis yang telah dilakukan oleh setiap pihak dalam rangka perbaikan infrastrukur publik.

AKTIVITAS STRATEGIS

1. PEMERINTAH PUSAT

1) Penunjukkan Departmen PU sebagai koordinator untuk kegiatan pendataan dan normalisasi sarana dan prasarana seperti tertuang dalam

rencana aksi Bakornas PB.

2) Pembentukan tim penilaian kerusakan infrastruktur di setiap departemen sektoral.

2. PEMERINTAH PROPINSI DIY

1) Pelaksanaan assessment oleh Dinas Kimpraswil Propinsi DIY dan tim Jurusan Teknik Sipil dari beberapa universitas seperti UGM, Unika

Atmajaya Yogyakarta, UII, ITB, UNPAR Bandung, UK Petra Surabaya, UI dan UKI Jakarta.

2) Koordinir bantuan alat berat dari berbagai perusahaan.

3. PEMERINTAH KOTA/KABUPATEN

A. Pemerintah Kabupaten Bantul

1) Pembentukan tim assessment bangunan publik

2) Penentuan prioritas perbaikan infrastruktur yakni pada perbaikan jalan, jembatan, sekolah dan pasar disamping pembersihan puing perumahan penduduk.

B. Pemerintah Kota Yogyakarta

1) Penunjukkan Kimpraswil Yogyakarta sebagai koordinator pelaksanaan perbaikan infrastruktur publik di wilayah Kota Yogyakarta.

2) Penetapan batas pembersihan puing-puing perumahan di wilayah Kota Yogyakarta

3) Koordinasi pelaksanaan kegiatan pembersihan puing dan perbaikan infrastruktur dengan lurah di wilayah bencana Kota Yogyakarta.

C. Pemerintah Kabupaten Sleman

1) Pembentukan tim evaluasi bangunan pasca gempa tektonik dengan tugas untuk menginventarisasi dan identifikasi kondisi bangunan pasca gempa serta memberikan pertimbangan sebagai bahan pengambilan kebijakan dalam penanganan bangunan pasca gempa.

2) Penetapan sekolah sebagai prioritas perbaikan infrastruktur diluar perbaikan rumah pemukiman penduduk.

AKTIVITAS TEKNIS

1. PEMERINTAH PUSAT

1) Perbaikan Bandara Adisucipto

2) Perbaikan sistem air minum/air bersih dan suplai air bersih.

3) Membuka jalan-jalan yang longsor.

4) Mobilisasi 4 unit mobil tanki air dan alat-alat berat untuk penguburan mayat, khusus untuk daerah Kab. Bantul.

5) Pengadaan alat-alat berat berupa 2 shovel, 3 loader dari DIY dan Jateng, serta 4 dump truck dari Dep. PU yang digunakan untuk membantu

penguburan mayat dan pembersihan puing-puing.

6) Dep. PU melakukan penyediaan hidran umum, mobil tanki air, tanki blader, IPA mobile, MCK seat, dan mobil sampah, penambalan jalan

retak, penimbunan oprit, pembersihan longsoran, pekerjaan talud.

7) Pemberian bantuan material bangunan (seng, triplek, semen dll) pada pemerintah daerah.

8) TNI mengirimkan bantuan material berupa 150 tenda lapangan, 1 unit wader, 3 unit dump truk dan 1 unit excavator serta sejumlah truk angkut

2. PEMERINTAH KOTA DAN KABUPATEN

1) Pembersihan puing-puing bangunan perumahan dan fasilitas publik.

2) Pengerahan truk dan alat berat dalam rangka pembersihan puing dan perbaikan fasilitas publik.

3. BUMN

A. PT. TELKOM

1) Memulihkan sistem komunikasi seluler di seluruh wilayah yang terkena bencana.

2) Memasang beberapa nomor Flexi bebas pulsa di beberapa rumah sakit

B. PT. KAI

Perbaikan ruas rel kereta api yang rusak akibat gempa di lintasan Prambanan – Srowot

C. PT. PLN

Pemulihan jeringan dan fasilitas listrik PLN, kecuali untuk rumah yang roboh

4. PERUSAHAAN SWASTA

Pengerahan alat berat dalam rangka perbaikan infrastruktur.

Hasil pendataan yang telah dilakukan menunjukkan adanya kebutuhan perbaikan pada infrastruktur jalan Propinsi sepanjang 17,97 Km dan 21 jembatan Propinsi. Kerusakan jalan propinsi terdapat di Kab. Bantul, Kab. Gunung Kidul dan Kab. Kulon Progo, sedangkan kerusakan jembatan propinsi terdapat di Kab. Sleman, Kab. Bantul, Kab. Gunung Kidul dan Kab. Kulon Progo. Laporan Bakornas telah menunjukkan bahwa hingga tanggal 29 Juni 2006, Departemen PU telah mengkoordinasikan serangkaian kegiatan perbaikan infrastruktur dengan progress penanganan di DIY sebagai berikut:

1) Jalan Nasional : 100%

1) Jembatan : 99,08%