1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara historis keberadaan penanaman modal asing di Indonesia sebenarnya bukan merupakan fenomena yang baru, mengingat modal asing sudah hadir di
Indonesia sejak zaman kolonial dahulu. Namun tentunya kehadiran penanaman modal asing pada masa kolonial berbeda dengan masa setelah merdeka, karena tujuan dari
penanaman modal asing dimasa pada masa kolonial tentu didedikasikan untuk kepentingan pihak penjajah dan bukan untuk kesejahteran bangsa Indonesia.
1
Sejarah penanaman modal asing di Indonesia tidak terlepas dari awal dilakukan perdangangan internasional di Indonesia pada sekitar tahun 1511, dimana
pada saat itu para pedagangan komoditas rempah rempah yang mempunyai nilai sangat strategis pada masa itu. Kegiatan perdagangan internasional tersebut
berkembang terus menjadi kegiatan yang bersifat kolonialisme di wilayah Indonesia, bukan saja oleh bangsa Portugis, tetapi juga oleh bangsa-bangsa lainnya, yaitu
Belanda tahun 1596-1795 selanjutnya tahun 1816-1942, Perancis tahun 1795- 1811, Inggris tahun1811-1816 dan Jepang tahun 1942-1945
2
.
1
David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia, Jakarta: Kencana, hlm. 1
2
Boedi Harsono, Hukum agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi, dan
Pelaksanannya, Cet.9, Jakarta:Djambatan, hlm. 35-40
1
Universitas Sumatera Utara
2
Pada masa awal penjajah kehadiran multinational company seperti verenigde Oost Indische Compagnie VOC
dalam kegiataan perdagangan rempah-rempah di Indonesia
juga memiliki
peran yang
sangat penting,
khususnya dalam
merepresentasikan kepentingan kerajaan belanda. Selanjutnya, kegiatan penanaman modal asing di zaman kolonialisme juga semakin berkembang agresif sejak
diundangkan Agrarische wet pada tahun 1870 oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, yang ditandai dengan berkembang usaha-usaha perkebunan besar di wilayah
Indonesia. Peningkatan penanaman modal asing di Indonesia tidak datang dengan
sendirinya. Hal itu memerlukan kerja keras untuk dapat menciptakan ikilm investasi yang kondusif. Salah satu isu klasik yang sangat signifikan dalam menciptakan iklim
investasi yang kodusif di Indonesia adalah masalah penegakan hukum law
enforcement, disamping masalah masalah lainnya, seperti keterbatasan infrastruktur,
keamanan, dan stabilitas sosial politik. Dalam melakukan penegakan hukum terdapat tiga unsur yang harus diperhatikan yaitu: Kepastian Hukum, Kemanfaatan, dan
Keadilan, yang harus berjalan secara harmonis
3
Apabila penegakan hukum hanya memperhatikan kepastian hukum semata, maka pelaksanannya dapat mengabaikan keadilan serta kemanfaatannya dimasyarakat
begitu pula sebaiknya apabila salah satu unsur tersebut terlalu lalu diutamakan, maka pelaksanannya dapat mengabaikan unsur-unsur lainnya.
3
Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Cet 5, Yogyakarta: Liberty, 2005, hlm. 160-260
Universitas Sumatera Utara
3
Dengan luas lahan yang masih tersedia partisipasi modal dalam negeri belum cukup memadai, jika tidak didukung modal asing. Potensi yang ada dalam negeri
masih memerlukan dukungan moral, tenaga dan skill dari luar negeri. Namun demikian
kebijaksanan pemanfaatan
modal dari
luar negeri
harus tetap
memperhatikan batas batas yang tidak sampai bertentangan dengan tujuan pembangunan itu sendiri.
Hak Guna Usaha HGU merupakan hak atas tanah yang bersifat primer yang memiliki spesifikasi-spesifikasi tertentu.
4
Spesifikasi hak guna usaha tidak besifat terkuat dan terpenuh.
Hukum investasi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan hukum agraria karena setiap investor, terutama investor asing, diberikan hak untuk
menggunakan hak atas tanah di Indonesia. Namun, dalam Pasal 22 ayat 1 Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah ditentukan jangka
waktu pengguna hak atas tanah. Hak atas tanah yang dapat digunakan investor,
seperti HGU, HGB, dan Hak Pakai, Hak Guna Usaha HGU dapat diberikan dengan jumlah 95 tahun, dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang dimuka sekaligus
selama 60 tahun dan dapat diperbaharui selama 35 tahun. Hak Guna Bangunan HGB dapat diberikan dengan jumlah 80 tahun, dengan cara dapat diberikan dan di
perpanjang di muka sekaligus selama 50 tahun dan dapat diperbaharui selama 30 tahun. Hak Pakai HP dapat diberikan dengan jumlah 70 tahun. Dengan cara dapat
4
Dalam Pasal 28 ayat 1 UUPA
Universitas Sumatera Utara
4
diberikan dan di perpanjang di muka sekaligus selama 45 tahun dan dapat diperbaharui selama 25 tahun.
5
Namun pada tanggal 17 Maret 2008 diputuskan dalam rapat permusyawaratan hakim konstitusi dibatalkan disebabkan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat,
sehingga Pasal 22 Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 dimaksud menjadi berbunyi:
1. Kemudahan pelayanan danatau perizinan hak atas tanah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 huruf a dapat diberikan dan diperpanjang dan dapat diperbaruhi kembali atas penanam modal.
2. Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat 10 dapat diberikan dan
diperpanjang untuk kegiatan penanaman modal, dengan persyaratan antara lain: a Penanaman modal yang dilakukan dalam jangka panjang dan terkait dengan
perubahan struktur perekonomian Indonesia yang lebih berdaya saing; b Penanaman modal dengan tingkat risiko penanaman modal yang memerlukan
pengembalian modal dalam jangka panjang sesuai dengan jenis kegiataan penanaman modal yang dilakukan;
c Penanaman modal yang tidak memerlukan area yang luas; d Penanaman modal dengan menggunakan hak atas tanah Negara;
e Penanaman modal yang tidak mengganggu rasa keadilan masyarakat dan tidak merugikan kepentingan umum;
3. Hak atas tanah dapat diperbaruhi setelah dilakukan evaluasi bahwa tanahnya
masih digunakan dan diusahakan dengan baik sesuai dengan keadaan, sifat, dan tujuan pemberian hak.
4. Pemberian dan perpanjangan hak atas tanah yang diberikan dan yang dapat
diperbaruhi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 dapat dihentikan dan
dibatalkan oleh
pemerintah jika
perusahaan penanaman
modal menelantarkan tanah, merugikan kepentingan umum, menggunakan atau
memanfaatkan tanahnya, serta melanggar ketentuan peraturan perundang- undangan dibidang pertanahan.
6
Undang-Undang Penanaman Modal, UU No. 25 Tahun 2007 tidak mengatur mengenai bentuk kerja sama penanaman modal asing. Namun, karena dalam
5
Dalam Pasal 22 UUPM 2007
6
http:www.Risalah Sidang Perkara nomor 21PPU-V2007.com diakses pada tanggal 16 mei 2013 pukul 20:53
Universitas Sumatera Utara
5
kaitannya dengan penanaman modal asing dilakukan dalam bentuk-bentuk kerja sama tertentu, pembahasan mengenai hal tersebut tidaklah dapat ditinggalkan Apalagi
dalam era globalisasi di mana di dalamnya terdapat liberalisasi perdagangan dan investasi, kehadiran bentuk kerja sama dalam menjalankan usaha sangatlah
dibutuhkan demi kelangsungan usaha.
7
Terutama dalam bidang penanaman modal asing, di mana perkembangan kerjasama dengan pihak asing dengan Negara
Indonesia baik dengan pihak pemerintah maupun dengan pihak swasta sangatlah penting terutama dalam kaitannya dengan alih teknologi dan alih keterampilan.
Bentuk kerjasama tersebut tidak terbatas kepada kerja sama dagang, tetapi juga kerja sama dibidang penanaman modal, baik untuk sektor jasa, perdagangan,
maupun sektor industri. Menurut Ismail Suny,
8
bentuk kerja sama berdasarkan klasifikasi danatau alasan-alasan tertentu, baik politas maupun ekonomis adalah sebagai berikut:
1 Kerja sama dalam bentuk joint venture. Dalam hal ini para pihak tidak
membentuk suatu badan hukum yang baru badan hukum Indonesia. 2
Kerja sama dalam bentuk joint enterprise. Di sini para pihak bersama-sama dengan modalnya modal asing dan modal nasional membentuk badan hukum
baru, yakni badan hukum Indonesia. 3
Kerja sama dalam bentuk kontrak karya, serupa dengan perjanjian kerja sama dalam bidang pertambangan minyak dan gas bumi. Dalam bentuk kerja sama
tersebut, pihak asing investor asing membentuk badan hukum Indonesia. Badan hukum Indonesia dengan modal asing inilah yang menjadi pihak pada perjanjian
tersebut, sedangkan pihak lainnya adalah badan hukum Indonesia dengan modal nasional.
7
Ruchyat, Kedudukan Tanah Dalam Rangka Penanaman Modal, Jakarta, Bina cipta, hlm. 20.
8
Ismail Sunny, Tinjauan dan Pembahasan Undang-Undang Penanaman Modal Asing dan Kredit Luar Negeri
, Jakarta: Pradnya Paramita, 1976,hlm. 108
Universitas Sumatera Utara
6
Penanaman modal asing harus sejalan dengan program pembangunan nasional yang mengutamakan sektor-sektor produksi yang belum mencukupi kebutuhan dalam
negeri yang memperluas ekspor dengan tidak mengabaikan kepentingan rakyat dan perkembangan perusahaan nasional. PMA harus benar benar memenuhi syarat-syarat
yang telah ditentukan memberikan hak atas tanah kepada perusahaan, yang luasnya cukup besar harus melibatkan beberapa instansi. Hal ini diperlukan untuk mencegah
timbulnya penggunaan dan penguasaan tanah yang tumpang tindih, demikian pula perlu dihindari apa yang diharapkan dari PMA dengan apa yang terjadi dilapangan.
Seperti pemberian hak guna usaha bisa aja melibatkan Dinas Perkebunan, Pemerintah Daerah, Badan Pertanahan Nasional, Departemen Kehutanan, Kependudukan dan
Lingkungan Hidup, dan sebagainya. PMA yang melaksanakan usahanya di Indonesia dengan mempergunakan
tanah hak guna usaha, harus diberikan syarat syarat tertentu seperti
9
1. Bentuk perusahaan
2. Lama perusahaan
3. Jumlah investasi
4. Pemanfaatan tenaga kerja
5. Daerahtempat berusaha
6. Jenis usaha
7. Jangka waktu penggunaan tanah
8. Syarat-sayarat teknis dan juridis lainnya.
Pembangunan yang diinginkan bangsa Indonesia adalah pembangunan yang berorintasi
kepada kepentingan
rakyat banyak.
Pembanguna harus
dapat
9
Chadidjah Dalimunte, Suatu Tinjauan Tentang Pemberian Hak Guna Usaha Dalam Rangka Penanaman Modal As
ing, Medan Usu Press, 1994.hlm. 7
Universitas Sumatera Utara
7
mengantarkan Rakyat Indonesia ketingkat yang lebih baik. Dalam pemanfaatan tanah untuk usaha pertanian harus tetap dijaga keseimbangan produksi tanah dan
kelestarian alam dan lingkungan serta kelestarian dan keseimbangan secara keseluruhan.
Kekayaan alam, baik yang ada dipermukaan ataupun yang terkandung didalamnya yang merupakan kekuatan ekonomi potensial, terdapat banyak diseluruh
tanah air. Kekuatan ekonomi potensial ini masih banyak yang belum diolah untuk dijadikan kekuatan ekonomi riil. Karena tidak tersedianya modal, keahlian,
pengalaman dan teknologi. Kebijaksanaan pemanfaatan modal asing, harus mempertimbangkan segala aspek, terutama aspek sosialnya, agar jangan sampai
menimbulkan hal hal yang dapat merugikan Rakyat yang rata-rata masih termasuk ekonomi lemah.
Dalam rangka
meningkatkan gairah
dan iklim
investasi, pemerintah
memberikan fasilitas hak atas tanah kepada modal asing. Hal ini diatur dalan Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1980 tentang Pemanfaatan Tanah Guna Usaha
dan Hak Guna Bangunan Untuk Usaha Patungan dalam Rangka Penanaman Modal Asing. Keputusan ini menyebutkan bahwa, hak guna usaha dalam rangka penanaman
modal asing di pegang oleh peserta Indonesia atas nama badan hukum peserta Indonesia dalam usaha patungan yang bersangkutan. Jika dalam usaha patungan
terdapat lebih dari satu peserta Indonesia, maka hak guna usaha diberikan atas nama salah satu dari peserta tersebut. Permohonan untuk memperoleh hak guna usaha harus
Universitas Sumatera Utara
8
diajukan oleh peserta Indonesia yang dapat diperoleh dalam jangka waktu 35 tahun dengan kemungkinan diperpanjang paling lama menjadi 60 tahun.
Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1980 dicabut dengan Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1992 tentang Pemanfaatan Tanah Hak Guna Usaha dan Hak Guna
Bangunan Untuk Usaha Patungan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing. Dalam Pasal 1 ayat 4 disebutkan bahwa, hak guna usaha diberikan untuk jangka waktu
paling lama 35 tiga puluh lima tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 25 dua puluh lima tahun sepanjang perusahaan yang bersangkutan
masih menjalankan usahanya dengan baik dan dapat diperbaharui. Selanjutnya, Pasal 2 ayat 1 menyebutkan bahwa Hak Guna Usaha yang
dipegang oleh perusahaan patungan dapat dijadikan jaminan hutang dengan dibebani hak tanggungan. Pasal 3 ayat 1 menyebutkan bahwa, dalam hal perusahaan
patungan memerlukan tanah untuk keperluan bangunan pabrik, gudang, perumahan karyawan dan bangunan-bangunan lainnya, maka kepada usaha patungan tersebut
dapat diberikan hak guna bangunan atas tanah yang bersangkutan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan ketentuan tanah yang dimohon
tersebut terletak di luar areal yang sudah ada Hak Guna Usahanya. Pelaksanaan lebih lanjut mengenai hak guna usaha ini telah ada sejak
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas Tanah. Diketahui bahwa pemberian
hak atas tanah berkaitan dengan subjek dan objek serta proses yang terjadi dalam pemberian hak tersebut, termasuk dalam pemberian HGU. Menyangkut subjek HGU,
Universitas Sumatera Utara
9
diatur dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996, dinyatakan bahwa: yang dapat mempunyai Hak Guna Usaha adalah: a warga Negara Indonesia; b
badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
Berkaitan dengan ketentuan dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 di atas, Sudargo Gautama dan Ellyda T. Soetiarto
10
mengatakan bahwa di Indonesia diperlukan sistem inkorporasi dan juga prinsip legal seat dan real seat
tempat kedudukan menurut hukum atau menurut keadaan sebenarnya. Menyangkut tanah yang dapat diberikan dengan HGU telah diatur dalam Pasal
4 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996, sebagai berikut: 1 Tanah yang dapat diberikan dengan Hak Guna Usaha adalah tanah Negara.
2 Dalam hal tanah yang akan diberikan dengan HGU itu adalah tanah Negara yang merupakan kawasan hutan, maka pemberian HGU dapat dilakukan setelah tanah
yang bersangkutan dikeluarkan dari statusnya sebagai kawasan hutan. 3 Pemberian HGU atau tanah yang telah dikuasai dengan hak tertentu sesuai
ketentuan yang berlaku, pelaksanaan ketentuan HGU tersebut baru dapat dilaksanakan setelah pelepasan hak tersebut sesuai dengan tata cara yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4 Dalam hal diatas tanah yang akan diberikan dengan HGU itu terdapat tanaman dan atau bangunan milik pihak lain yang berkeberadaanya berdasarkan atas hak
yang sah, pemilik bangunan dan tanaman tersebut diberi ganti kerugian yang dibebankan pada pemegang HGU baru.
5 Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian ganti rugi sebagaiman dimaksud dalam ayat 4, ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
Dalam pemberian HGU kepada perorangan dan badan hukum, maka hal ini sangat berkaitan pula dengan luas tanah yang akan diberikan HGU tersebut.
10
Sudargo Gautama Ellyda T. Soetiarto, Komentar Atas Peraturan-Peraturan Pokok Undang-Undang Pokok Agraria 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak
Pakai, Hak Tanggungan, Rumah Tinggal Untuk Orang Asing dan Rumah Susun, Bandung, Citra
Aditya Bahkti, 1997. Hlm. 3
Universitas Sumatera Utara
10
Hal ini sesuai ketentuan Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 dinyatakan sebagai berikut.
1 Luas minimum tanah yang dapat diberikan dengan HGU adalah 5 hektar. 2 Luas maksimum yang dapat diberikan dengan HGU kepada perorangan adalah 25
hektar. 3 Untuk penetapan luas tanah yang akan diberikan kepada badan hukum ditetapkan
oleh Menteri
dengan memperhatikan
pertimbangan dari
pejabat yang
berwewenang di bidang usaha yang bersangkutan dengan mengingat luas yang diperlukan untuk melaksanakan suatu usaha yang paling berdaya guna di bidang
yang bersangkutan.
Dalam kenyataanya, HGU merupakan hak atas tanah yang mengalami perkembangan pesat. Hai ini dipengaruhi oleh perkembangan dunia usaha bisnis
yang begitu pesat, seiring dengan adanya kebijakan pemerintanh yang memberi rangsangan terhadap pengembangan usaha agrobisnis dan agroindustri.
Dalam hal mengembangkan usaha-usaha dalam sektor agrobisnis dan agroindustri dimaksud, maka salah satu persyaratan yang harus tersedia adalah
adanya tanah luas yang mendukung lokasi usaha tersebut. Adanya pengaturan HGU ini telah memberikan kemudahan kepada pemegang HGU untuk melakukan
perpanjangan apabila jangka waktu HGU telah akan berakhir. Perlu diperhatikan bahwa, pemberian HGU atau HGB sekaligus antara
perpanjangan dengan pembaruannya, tidak berarti mengubah ketentuan dalam UUPA, yang diberikan adalah jaminan Menyerahkan kembali tanah yang diberikan
dengan HGU kepada Negara sesudah HGU tersebut hapus untuk diperpanjang danatau diperbaharui dan sebelum perpanjangan atau pembaruan itu diberikan, akan
dievaluasi apakah syarat-syarat yang ditentukan dalam pemberian haknya dipenuhi
Universitas Sumatera Utara
11
Apabila syarat-syarat ternyata dipenuhi, maka tata cara perpanjangan atau perbaruan hak disederhanakan,
yaitu cukup dengan cara mencatat perpanjangan dan pembahruan tersebut dalam buku tanah dan sertifikat hak atas tanah.
Undang-Undang Penanaman Modal, UU No. 25 Tahun 2007 tidak mengatur mengenai bentuk kerja sama penanaman modal asing. Namun, karena dalam
kaitannya dengan penanaman modal asing dilakukan dalam bentuk-bentuk kerja sama tertentu, pembahasan mengenai hal tersebut tidaklah dapat ditinggalkan Apalagi
dalam era globalisasi di mana di dalamnya terdapat liberalisasi perdagangan dan investasi, kehadiran bentuk kerja sama dalam menjalankan usaha sangatlah
dibutuhkan demi kelangsungan usaha,
11
Terutama dalam bidang penanaman modal asing, di mana perkembangan kerjasama dengan pihak asing dengan Negara
Indonesia baik dengan pihak pemerintah maupun dengan pihak swasta sangatlah penting terutama dalam kaitannya dengan alih teknologi dan alih keterampilan.
Bentuk kerjasama tersebut tidak terbatas kepada kerja sama dagang, tetapi juga kerja sama dibidang penanaman modal, baik untuk sektor jasa, perdagangan, maupun
sektor industri. Bentuk kerja sama dalam kaitannya dengan penanaman modal dilakukan dalam
bentuk joint venture, joint enterprise, kontrak production sharing, dan lain-lain, dimana bentuk-bentuk kerjasama tersebut memiliki perbedaan, keunggulan, dan
kekurangan masing-masing.
11
Ruchyat, Kedudukan Tanah Dalam Rangka Penanaman Modal, Jakarta, Bina cipta, hlm. 20
Universitas Sumatera Utara
12
Menurut Ismail Suny
12
, bentuk kerja sama berdasarkan klasifikasi danatau alasan-alasan tertentu, baik politas maupun ekonomis adalah sebagai berikut:
1 Kerja sama dalam bentuk joint venture. Dalam hal ini para pihak tidak membentuk suatu badan hukum yang baru badan hukum Indonesia.
2 Kerja sama dalam bentuk joint enterprise. Di sini para pihak bersama-sama dengan modalnya modal asing dan modal nasional membentuk badan hukum
baru, yakni badan hukum Indonesia. 3 Kerja sama dalam bentuk kontrak karya, serupa dengan perjanjian kerja sama
dalam bidang pertambangan minyak dan gas bumi. Dalam bentuk kerja sama tersebut, pihak asing investor asing membentuk badan hukum Indonesia.
Badan hukum Indonesia dengan modal asing inilah yang menjadi pihak pada perjanjian tersebut, sedangkan pihak lainnya adalah badan hukum Indonesia
dengan modal nasional.
Masalah pembenahan
proses perizinan
penanaman modal
diIndonesia merupakan pekerjaan rumah home work yang tampaknya tidak pernah selesai
dikerjakan dengan baik. Birokrasi perizinan usaha sering kali bahkan menimbulkan biaya tinggi dalam dunia usaha, dikarenakan adanya biaya-biaya tidak resmi dalam
pengurusan perizinan usaha tersebut. Hal ini tentu sangatlah memengaruhi iklim investasi di Indonesia, dimana sering kali survei-survei yang dilakukan menunjukkan
bahwa ternyata melakukan suatu kegiataan usaha yang proses pengurusannya dari segi waktu serta biaya masih terbilang tidak efisien dan sangat birokratis.
13
Bagi Indonesia, kegiatan penanaman modalinvestasi langsung, baik dalam bentuk investasi asing maupun investasi dalam negeri mempunyai kontribusi secara
langsung bagi pembangunan.
Penanaman modal
akan semakin
mendorong pertumbuhan ekonomi, ahli teknologi dan pengetahuan, serta menciptakan lapangan
12
Ibid, hlm. 7
13
David Kairupan, Op.Cit. hlm. 31
Universitas Sumatera Utara
13
kerja baru untuk mengurangi angka pengangguran dan mampu meningkatkan daya beli masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang hanya mampu pada konsumsi akan
berjalan lambat pada akhirnya akan memunculkan persoalan peningkatan angka pengangguran yang tentunya akan berimbas pada meningkatnya jumlah mayarakat
miskin dan berimbas pada terciptanya in-stabilitas politik dan keamanan. Atas dasar hal tersebut, hal yang menjadi suatu keharusan yang tidak dapat
dipungkiri dan dihindari adalah upaya untuk mendorong investasi harus dilakukan. Hanya dengan mendorong investasi, maka pertumbuhan ekonomi dapat terus dipacu
yang pada akhirnya diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran, dan mengentaskan kemiskinan.
14
berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat di ambil sebuah kesimpulan bahwa kegiataan yang menyangkut Pemberian Hak Guna Usaha Terhadap perusahaan
Asing Dalam Bentuk Joint Venture Setelah Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, sehingga perlu pengembangan yang lebih mendalam
yang terkait dengan bagaimana mengetahui kebutuhan kebutuhan dan masalah masalah yang ada di Indonesia sehingga investor melakukan penanaman modal. Oleh
karena hal tersebutlah yang menjadi dasar pemikiran untuk melakukan analisisi yuridis lebih lanjut mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan Pemberian Hak
Guna Usaha Terhadap Perusahaan asing yang dilakukan oleh pemerintah serta
14
Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2007. hlm. 58
Universitas Sumatera Utara
14
dampak dampaknya yang dirasakan oleh masyarakat, terutama oleh orang asing yang melakukan penanaman modal asing di Indonesia.
Dan karenanya, dalam hal ini sangat menarik sekali untuk melakukan penelitian mengenai bentuk, “Analisis Yuridis Pemberian Hak Guna Usaha Terhadap
Perusahaan Asing Dalam Bentuk Joint Venture Setelah Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal “
Isu hukum inilah yang menjadi fokus penelitian ini dan itulah sebabnya perlu dilakukan penelitian terhadap Pemberian Hak Guna Usaha Terhadap perusahaan
Asing Dalam Bentuk Joint Venture Setelah Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dalam mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat Indonesia.
B. Perumusan Masalah