Kerangka Teori Kerangka Teori dan Konsepsi

16 a Sebagai pedoman masukan bagi pemerintah dalam menetukan kebijakan maupun regulasi dalam menyusun peraturan pelaksana lebih lanjut terkait pelaksanaan Penanaman Modal asing. b Sebagai informasi bagi praktisi bisnis para pelaku usaha, pemegang saham dan komisaris dan investor untuk memahami peraturan penanaman modal dan pelaksanaannya. c Memberikan pemahaman yang dianggap tepat bagi masyarakat agar memahami perusahaan asing dan penanaman modal di Indonesia. d Sebagai bahan kajian bagi para akademisi untuk pengembangan lebih lanjut mengenai hal hal tentang penanaman modal di Indonesia.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan, khususnya dilingkungan universitas sumatera utara umumnya dan kepustakaan kenotariatan universitas sumatera utara, penelitian mengenai “Pemberian Hak Guna Usaha Terhadap Perusahaan Asing Dalam Bentuk Joint Venture setelah Undang Undang nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal” belum pernah dilakukan penelitian.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis sipenulis mengenai sesuatu kasus ataupun permasalahan problem yang bagi Universitas Sumatera Utara 17 sipembaca menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin ia setuju ataupun tidak disetujuinya. Ini merupakan masukan eksternal bagi peneliti 15 . Teori itu sendiri adalah serangkaian proposisi atau keterangan yang saling berhubungan dan tersusun dalam sistem deduksi yang mengemukakan suatu penjelasan atau suatu gejala. 16 Sementara itu teori menurut Kerlinger adalah “A set of interrelated constructs concepts, definitions, and propositions that present a systematic view of phenomena by specifying relations among variables, with the purpose of explaining predicting the phenomena” 17 Jadi teori adalah seperangkat proposisi yang berisi konstruksi konsep abstrak ataupun konsep yang sudah didefenisikan dan saling berhubungan antar variabel sehingga menghasilkan pandangan sistematis dari fenomena yang digambarkan oleh satu variabel dengan variabel lainnya dan menjelaskan bagaimana hubungan antara variabel tersebut. Sedangkan fungsi teori dalam penelitian adalah untuk mensistematiskan penemuan-penemuan penelitian, membuat ramalan atau prediksi atas dasar penemuan dan menyajikan penjelasan yang dalam hal ini untuk menjawab pertanyaan “mengapa? Artinya teori merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesusaian dengan objek empiris untuk dapat dinyatakan benar. Didalam formulasi Radbruch, 15 M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: Mandar Maju, 1994, hlm. 80 16 Duane R. monette, Thomas J.Sullivan, Cornell R. Deyong, Applied Social Research, New York , Cicago, Sanfrancisco: Holt, Rinehart and Winston, Inc. 1986, hlm. 2 17 F.N. Kerlinger, Foundation of Behavioral Research, New Yotk: Holt, Rinehart and Winston Inc, 1973, hlm. 9 Universitas Sumatera Utara 18 tugas teori hukum adalah untuk membuat jelas nilai-nilai hukum dan postulat- postulatnya sehingga sampai pada dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam. 18 Berdasarkan pengertian teori dan fungsi serta daya kerja teori tersebut diatas dihubungkan dengan judul penelitian ini tentang Pemberian Hak Guna Usaha Terhadap Perusahaan Asing Dalam Bentuk Joint Venture Setelah Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, maka teori yang dipergunakan 3 tiga teori , yaitu 1,1 Teori Kesejahteraan Negara Pada hakikatnya, Negara yang menganut paham kesejahteraan modern welfare state modern juga merupakan Negara hukum modern atau Negara hukum dalam arti materil yang selanjutnya dikenal dengan Negara kesejahteraan modern. Negara kesejahteraan ini lahir sebagai reaksi terhadap gagalnya konsep Negara hukum liberal dalam mewujudkan kesejahteraan warganya. Ajaran Negara hukum liberal berpandangan bahwa, fungsi Negara harus dibatasi secara minimal, sehingga kebebasan penguasa untuk melakukan tindakan sewenang-wenang. Konsep Negara kesejahteraan, selain mengharuskan setiap tindakan Negara berdasarkan hukum juga Negara diberikan tugas dan tanggung jawab untuk mensejahterakan masyarakat. Ciri-ciri Negara kesejahteraan adalah sebagai berikut. 19 18 W. Friedmann, Legal Teory: Teori dan Filsafat Hukum Telaah Kritis Atas Teori-Teori Hukum, Susunan I, Terjemahan: Mohamad Arifin, Jakarta: CV. Rajawali. 1984 ,hlm. 2 19 Mustamin Dg. Matutu, Selayang Pandang Tentang Tipe-Tipe Negara Modern, Makasar, Orasi Ilmiah Fakultas Hukum Unhas, 1992. hlm. 16-20 Universitas Sumatera Utara 19 a Dalam Negara kesejahteraan yang diutamakan adalah terjaminnya hak-hak asasi sosial ekonomi rakyat. b Pertimbangan-pertimbangan efisiensi dan manajemen lebih diutamakan daripada pembagian kekuasaan yang berorientasi politis, sehingga peranan eksekutif lebih besar daripada legislatif c Hak milik tidak bersifat mutlak d Negara tidak hanya menjaga ketertiban dan keamanan atau sekedar penjaga malam, melainkan Negara turut serta dalam usaha-usaha sosial dan ekonomi e Peranan hukum publik condong mendesak hukum privat, sebagai konsekuensi semakin luasnya peranan Negara f Lebih bersifat Negara hukum materil yang mengutamakan keadilan yang materil pula. Konsep Negara kesejahteraan dalam perkembangannya dibedakan antara Negara kesejahteraan terdifereniasi differensiated welfare state biasanya disebut sebagai Negara kesejahteraan welfare state saja dan Negara kesejahteraan yang terintegrasi integrated welfare state dikenal dengan Negara koorporatis corporatist welfare state sebagai pengembangan yang pertama. 20 Dalam koorporasi, pemerintah bekerjasama dengan komunitas bisnis dan serikat pekerja dalam mengatur ekonomi dan mengintegrasikan kesejahteraan sosial ke dalam kebijakan ekonomi dan sosial yang menyeluruh. 21 Idealnya Indonesia masuk dalam kategori Negara kesejahteraan yang koorporasi, karena didasarkan pada tujuan Negara yang terdapat dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945 yang menekankan pada tanggung jawab Negara terhadap kesejahteraan rakyatnya. 20 Rames Mishra, The Welfare State in Crisis, Helfelster Wheatsheaf, 1984, hlm. 180 21 Irawan Suhartono, Negara Kesejahteraan Welfare State: Harapan atau Hayalan, Bandung, Al MizLemlit Unpas No. 125Mei 2004. hlm. 3-6 Universitas Sumatera Utara 20 Secara kontemporer, konsep Negara hukum yang banyak diterapkan adalah Negara kesejahteraan welfare state, welvaarstaat atau sosiale rechsstaat. 22 Dalam konsep Negara hukum modern, kapasitas tugas dan fungsi pemerintahan bukan lagi hanya sebagai penjaga malam nachwalkerstaats, melainkan lebih luas dari itu. Pemerintah dalam hal ini diserahi tugas dan tanggung jawab untuk menyelenggarakan kesejahteraan umum bestuurzorg. 23 Tugas Negara yang di lapangan adalah penyelanggaraan kesejahteraan umum untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur, baik secara materil maupun secara spiritual dan dilakukan melalui public service pelayanan publik. Pelayanan umum yang demikian luasya mencakup pelayanan dalam bidang pertanahan, termasuk pengaturan Regulasi, pelaksanaan kewewenangan aparat pertanahan sampai pada penegak hukum pertanahan. Esping-Andersen yang dikutip oleh Darmawan Triwibowo dan Sugeng Bahgijo, 24 memberikan ruang lingkup yang tegas tentang Negara kesejahteraan, bahwa: bukan hanya suatu mekanisme untuk melakukan intervensi terhadap atau mengkoreksi, struktur ketidaksetaraan yang ada, namun merupakan suatu sistem stratifikasi sosial yang khas. Negara kesejahteraan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam penataan ulang relasi sosial. 22 DHM. Meuwissen, Pengembanan Hukum, Jurnal Projustitia, tahun XII No. 1, Januari 1994, hlm. 48 23 SF. Marbun dan Moh. Mahfud M, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta, Liberty, 2004. hlm. 45 24 Sjachran Basah, Eksisten dan Tolak Ukur Badan Peradilan Administrasi di Indonesia, Bandung, Spasi Alumni, 1985, hlm. 11 Universitas Sumatera Utara 21 Selanjutnya Sunaryati Hartono 25 menegaskan, bahwa Negara kesejahteraan adalah Negara hukum dalam arti materil, yaitu Negara hukum yang dapat membawa keadilan sesuai dan berdasar nilai-nilai Pancasila. 1.2 Teori Kepastian Hukum Kepastian hukum mengandung dua pengertian, pertama adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua, berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu. Kepastian hukum bukan hanya berupa Pasal-Pasal dalam undang-undang, melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim untuk kasus serupa yang telah diputus. 26 Kepastian hukum adalah merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang-wenang, yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu. 27 Menurut Scheltema, adanya unsur-unsur dalam kepastian hukum, meliputi: 1 asas legalitas; 2 adanya undang-undang yang mengatur tindakan yang berwenang sedemikian rupa, sehingga warga dapat 25 Nisa Istiani, “Teori Ketergantungan Dependency Theory dan Teori Liberal LiberalTheory”, dalam Modul Hukum Investasi , dikumpulkan oleh Ridwan Khairandy, Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, 2006, hlm 260 26 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2008, hlm 158 27 Sudikno Mertokusumo,Mengenal Hukum Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Liberty, 1999, hlm. 145 Universitas Sumatera Utara 22 mengetahui apa yang diharapkan; 3 undang-undang tidak boleh berlaku surut; 4 pengadilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan yang lain 28 . 1.3 Teori Keadilan John Rawls berpendapat, keadilan sebagai fairness, 29 yang subjek utamanya adalah struktur dasar masyarakat, atau lebih tepatnya cara lembaga-lembaga sosial utama mendistribusikan hak dan kewajiban fundamental serta menentukan pembagian keuntungan dari kerja sama sosial. Dengan kata lain, keadilan sebagai fairness mengandung asas-asas, bahwa orang-orang yang merdeka dan rasional yang berkehendak untuk mengembangkan kepentingan-kepentingannya, hendaknya memperoleh suatu kedudukan yang sama pada saat akan memulainya, dan itu merupakan syarat yang fundamental bagi mereka untuk memasuki perhimpunan yang mereka kehendaki 30 Disatu sisi keadilan merupakan nilai yang mengarahkan setiap pihak untuk memberikan perlindungan atas hak-hak yang dijamin oleh hukum unsur hak, sedangkan di sisi lain, perlindungan ini pada akhirnya harus memberikan manfaat kepada setiap individu unsur manfaat. Menurut Andre Ata Ujan, dalam membangun teori keadilan ini diharapkan mampu menjamin distribusi yang adil antara hak dan kewajiban dalam suatu masyarakat yang teratur. Kondisi ini dapat dicapai atau dirumuskan apabila ada 28 Ida Bagus Putu Kumara Adi Adnyana, Penjabaran Nilai-nilai Pancasila dalam Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan, Malang: Disertasi Program Doktor Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitar Brawijaya, 2010, hlm. 95 29 Jhon Rawls, A Theory of Justice, Cambridge, Massachusetts: The Belknap Press of Harvard University Press, 1971, hlm. 3 30 E. Fernando M. Manullang, Menggapai Hukum Berkeadilan, Tinjauan Hukum Kodrat dan Antinomi Nilai, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, Januari 2007, hlm. 99 Universitas Sumatera Utara 23 kondisi awal yang menjamin berlangsungnya suatu proses yang fair yang disebut “posisi asali”, yaitu yang ditandai oleh prinsip kebebasan, rasionalitas dan kesamaan, atau yang disebut rasional dan sama-sama netral. Dengan kata lain posisi asali sebagai status quo awal yang menegaskan, bahwa kesepakatan fundamental dicapai secara fair. 31 Dengan demikian kadilan berkaitan dengan hak. Hanya saja dalam konseptual keadilan, hak ini tidak dapat dipisahkan dengan pasangan antinominya, yaitu kewajiban. Seperti Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, dengan tegas mengamanatkan keserasian antara hak dan kewajiban sebagai manusia yang hidup dalam masyarakat. Keadilan hanya dapat tegak dalam masyarakat yang beradab, atau sebaliknya, hanya dalam masyarakat yang beradab keadilan dihargai. Jadi keadilan yang dimaksud adalah dalam konteks keseimbangan dari nilai-nilai antinomi yang ada yang meliputi semua bidang, baik dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Hanya dengan demikian akan dapat dipenuhi tujuan nasional, menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan. 32

2. Konsepsi

Dokumen yang terkait

Joint Venture Agreement Dalam Tinjauan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.

8 96 109

Tinjauan Yuridis Joint Venture Agreement Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Dan Dikaitkan Dengan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

2 57 158

Pemberian Hak Atas Tanah Dalam Rangka Penanaman Modal Setelah Diundangkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

7 102 32

Analisis Yuridis Pemberian Hak Guna Usaha Terhadap Perusahaan Asing Dalam Bentuk Joint Venture Setelah Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

0 33 121

Tinjauan Hukum Perjanjian Nominee Terhadap Pemberian Kuasa Penanam Modal Asing Dalam Kepemilikan Perseroan Terbatas

2 28 0

Tinjauan hukum perjanjian nominee terhadap pemberian kuasa penanam modal asing dalam kepemilikan saham perseroan terbatas

8 75 87

Analisis Yuridis Pemberian Hak Guna Usaha Terhadap Perusahaan Asing Dalam Bentuk Joint Venture Setelah Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

0 0 13

Analisis Yuridis Pemberian Hak Guna Usaha Terhadap Perusahaan Asing Dalam Bentuk Joint Venture Setelah Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

0 0 2

Analisis Yuridis Pemberian Hak Guna Usaha Terhadap Perusahaan Asing Dalam Bentuk Joint Venture Setelah Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

0 0 32

Analisis Yuridis Pemberian Hak Guna Usaha Terhadap Perusahaan Asing Dalam Bentuk Joint Venture Setelah Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

0 0 4