Deskripsi Permasalahan Penelitian
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
Untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan, manusia harus melakukan kerjasama, karena pada dasarnya manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Sebagian besar kebutuhan hidup manusia hanya dapat terpenuhi apabila yang bersangkutan mengadakan hubungan dengan orang lain. Hampir setiap orang tidak dapat melepaskan diri dari kebutuhan berkelompok karena keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri. Dengan masuk ke dalam suatu kelompok maka keterbatasan yang ada pada diri manusia akan dapat teratasi.
Manusia mendirikan organisasi dengan alasan organisasi dapat mencapai sesuatu yang tidak dapat dicapai secara perseorangan. Organisasi dicirikan oleh perilakunya yang terarah pada tujuan. Tujuan dan sasaran organisasi dapat dicapai lebih efektif dan efisien melalui tindakan-tindakan individu dan kelompok yang diselenggarakan dengan persetujuan bersama. Organisasi juga sebagai tempat berkarya dan mengembangkan diri menjadi kebanggaan setiap individu yang pada gilirannya akan menumbuhkan citra baik organisasi.
commit to user
membentuk kebudayaan yang kuat, yang akan menuntun perilaku dan memberi makna pada kegiatan organisasi. Para pekerja akan merasa puas dan memegang teguh komitmennya jika nilai-nilai mereka sesuai dengan nilai-nilai organisasi.
Bahwa selama penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka ditemukan PMI Kota Surakarta belum mempunyai budaya organisasi yang bersifat secara tertulis. Namun, PMI Kota Surakarta mempunyai nilai-nilai bersama yang kemudian menjadi budaya organisasi. Nilai-nilai bersama tersebut adalah profesional, tanggap dan dicintai masyarakat.
Berdasarkan hal diatas, maka untuk memberi gambaran yang berkaitan dengan permasalahan budaya organisasi dapat dilihat dari pelaksanaan budaya organisasi PMI Kota Surakarta, apa saja faktor penghambat dalam pelaksanaannya dan upaya-upaya apa sajakah yang dilakukan dalam mengatasi hambatan dalam pelaksanaan budaya organisasi. Mengenai gambaran data penelitian pelaksanaan budaya organisasi dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Budaya Organisasi di PMI Kota Surakarta
Budaya organisasi merupakan sebuah sistem yang terbentuk dari nilai- nilai bersama. Nilai-nilai yang dibentuk merupakan cerminan spesifikasi dari suatu organisasi sehingga sumber daya manusia memiliki kesamaan pandangan. Dengan demikian nilai-nilai tersebut diimplementasikan dalam organisasi karena dengan budaya organisasi yang jelas setiap anggota organisasi dapat lebih bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya, sehingga upaya untuk mewujudkan cita-cita atau tujuan perusahaan akan lebih terarah.
Nilai-nilai bersama yang kemudian menjadi budaya organisasi di PMI Kota Surakarta adalah profesional, tanggap dan dicintai masyarakat. Profesional mempunyai arti melayani masyarakat yang membutuhkan dengan penuh rasa tanggung jawab, ikhlas, tidak membeda-bedakan dan sepenuh hati. Tanggap mempunyai arti menolong dan melayani masyarakat dengan cepat dan tepat, cepat
commit to user
mempunyai arti bahwa masyarakat sangat membutuhkan PMI dengan segala aktivitasnya sebagai mitra dalam kehidupan terutama menyangkut kehidupan manusia itu sendiri. Nilai-nilai tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :
a. Profesional Profesional di PMI Kota Surakarta mempunyai pengertian yaitu „bekerja 24 jam‟. Pengertian tersebut bukan dalam arti sebenarnya, tetapi seluruh Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di PMI Kota Surakarta bekerja dengan tidak memandang waktu. Dimana seluruh SDM harus siap jika sewaktu-waktu tenaga mereka dibutuhkan baik di lapangan maupun di kantor.
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Informan I pada wawancara tanggal 3 Mei 2012, “Di sini kita bekerja seperti jam kantor, ada pergantian jam juga.
Tapi meskipun ada pergantian jam kita itu seperti bekerja seharian penuh. Kenapa? Ya karena kita semua harus siap setiap waktu jika terjadi hal- hal di luar kendali kita, seperti bencana alam.”
Keprofesionalan mereka juga diuji pada waktu mereka sedang sakit. Jika sakit mereka masih ditoleransi dalam arti sakit mereka masih terbilang ringan, mereka tetap bekerja sepenuh hati. Berdasarkan hasil observasi, menunjukkan bahwa ada beberapa pegawai yang sedang tidak enak badan, tapi masih melaksanakan tugas mereka dengan baik.
Pernyataan yang hampir sama dikemukakan oleh Informan III pada wawancara tanggal 8 Mei 2012,
“Di sini itu kerjanya shift-shift-an ya mbak. Meskipun ada pergantian jam tapi jika ada yang membutuhkan bantuan kita, kita juga harus siap. Namanya juga organisasi kemanusiaan apalagi PMI sendiri adalah bank darah. Yang mana kadang malam-malam sekalipun pihak rumah sakit membutuhkan bantuan kita jika mereka tidak ada persediaan kantong darah. Jadi ya kita benar-benar bekerja seperti 24 jam. Sedangkan kalau misal pegawai ada yang sakit terus sakitnya tidak terlalu berat, tidak mengganggu pekerjaan mereka dan mereka masih bisa bekerja ya mereka akan melanjutkan pekerjaan mereka.
tapi kalau mereka sudah tidak kuat mereka boleh ijin.”
commit to user
tanggal 3 Mei 2012, “Dari sisi pandang saya dalam bekerja PMI selalu mengutamakan
kepentingan orang lain. Karena kita harus siap dalam 24 jam, bukan berarti 24 jam kita bekerja. Tapi jika ada yang membutuhkan bantuan, semua personel harus siap. Contohnya waktu bencana alam. Tapi misal pegawai ada yang sakit, dalam arti sakit ringan, mereka tetap bekerja kok. Seperti yang saya bilang tadi, PMI mengutamakan kepentingan orang lain.”
Seluruh SDM PMI Kota Surakarta dalam melayani masyarakat dituntut secara profesional. Karena setiap hari selama 24 jam mereka harus siap setiap saat siap menghadapi berbagai macam situasi. Keprofesionalan mereka benar-benar diuji pada waktu terjadi bencana (banjir, tanah longsor, gunung meletus), di mana mereka terjun ke daerah bencana yang dapat dikatakan membahayakan nyawa mereka. Selain memperhatikan keselamatan mereka sendiri, mereka juga memperhatikan keselamatan orang lain di mana orang tersebut terkena musibah bencana alam.
b. Tanggap Tanggap di PMI Kota Surakarta mempunyai pengertian bahwa seluruh SDM yang ada di PMI Kota Surakarta harus mengerti, cepat, cekatan dan tepat dalam melayani masyarakat. Mengerti akan permasalahan yang dialami oleh masyarakat/apa yang sedang terjadi. Cepat dalam bertindak/mengambil keputusan. Dan cekatan dalam bekerja baik itu di lapangan maupun di kantor. Serta tepat dalam cara menangani.
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Informan II pada wawancara tanggal 3 Mei 2012, “Sudah jelas ya mbak, bahwa kita di PMI ini selain profesional juga
harus tanggap dan dicintai masyarakat. Profesional sendiri kita harus siap setiap saat. Tanggap berarti kita harus benar-benar mengerti akan permasalahan yang sedang dihadapi. Tidak hanya mengerti tapi juga cepat dan tepat dalam penanganan. Dicintai masyarakat sendiri mempunyai arti meski kita sibuk tapi setidaknya kita meluangkan waktu untuk lebih mendekatkan dengan masyarakat yaitu dengan jalan sehat dan donor darah.”
commit to user
Selain profesional, tanggap juga menjadi bagian yang sangat penting dalam pekerjan di PMI Kota Surakarta. Contohnya waktu bencana alam terjadi. Mereka harus cepat mempersiapkan segala sesuatu yang akan menjadi keperluan dalam menolong masyarakat di tempat bencana alam. Cekatan dalam menangani korban juga penting untuk diperhatikan. Terlebih lagi jumlah korban yang dapat dikatakan tidak sedikit. Tepat dalam penanganan juga diperhatikan oleh seluruh pegawai PMI. Apalagi mereka sudah mendapat pelatihan cara-cara menangani korban sakit.
Pernyataan yang senada juga diungkapkan oleh Informan IV pada wawancara tanggal 17 Mei 2012,
“Nah, untuk tanggap sendiri berarti kita harus tahu permasalahan yang dihadapi. Setelah itu kita harus bertindak gimana, kita harus tahu dan kita harus cepat dan tepat. Selain itu kita juga berkoordinasi dengan bagian lain. Tidak bisa bertindak sendiri. Pelatihan yang kita dapatkan selama bekerja juga sangat berguna di tempat terjadinya bencana alam. Jadi penanganan terhadap korban bencana alam tersebut dapat ditangani dengan tepat. ”
Pernyataan tersebut juga didukung oleh Informan V pada wawancara tanggal 3 Mei 2012, “Di sini itu kita tidak hanya ikhlas, mampu dan mau tapi kita juga
harus tanggap terhadap permasalahan atau peristiwa yang sedang terjadi. Tanggap tidak hanya cepat saja tapi juga tepat cara menanganinya. Dan kita juga harus berkoordinasi dengan bidang lain. Karena kan ada keterkaitan juga bidang satu dengan yang lain. Contohnya waktu bencana alam.”
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, seluruh pegawai PMI Kota Surakarta memang sangat tanggap dalam menangani masyarakat. Baik itu di poliklinik maupun bagian donor darah. Jika ada pegawai yang keluar dari ruangan, baik itu untuk istirahat atau untuk urusan yang lain masih ada pegawai lain yang siap di ruangan tersebut. Ikhlas, mampu, mau dan tanggung jawab menjadi bagian penting dalam diri seluruh pegawai PMI Kota Surakarta. Selain tuntutan pekerjaan, mereka juga sadar akan hal tersebut sewaktu menjadi bagian dari PMI Kota Surakarta.
commit to user
Dicintai masyarakat mempunyai pengertian bahwa PMI Kota Surakarta yang merupakan organisasi kemanusiaan juga menjalin hubungan dengan masyarakat Kota Surakarta. Yaitu dengan mempunyai poliklinik dan pelayanan ambulans gratis serta mengadakan donor darah di sekolah, universitas, instansi pemerintah dan instansi swasta. Selain itu juga mengadakan jalan sehat yang diikuti oleh masyarakat Kota Surakarta.
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Informan II pada wawancara tanggal 3 Mei 2012, “Ya. PMI sering mengadakan donor darah di sekolah, kampus,
instansi pemerintah maupun swasta. Tetapi itu permintaan dari pihak yang terkait. Kita diundang dan tinggal datang saja. Selain itu jika mereka rutin donor darah mereka akan mendapatkan kartu yang berisi catatan kapan mereka donor darah.”
Selain donor darah, PMI Kota Surakarta juga mengadakan jalan sehat untuk masyarakat umum. Hal tersebut menjadi program kerja PMI Kota Surakarta setiap 6 bulan sekali. Program kerja tersebut berganti terus. Jika jalan sehat sudah pernah diadakan maka akan berganti fun bike dan senam massal. Dalam setiap acara tersebut, PMI juga memasukkan donor darah sebagai bagian dari acara.
Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Informan III pada wawancara tanggal 8 Mei 2012, “Ya memang kita sering keliling untuk mengadakan donor darah.
Selain itu juga jalan sehat yang kita adakan antara 3-6 bulan sekali, seperti contohnya yang baru-baru ini diadakan di Lapangan Kota Barat. Masyarakat tinggal mendaftar dan membayar sekitar Rp 25.000 - Rp 40.000 dan itu sudah mendapatkan baju, snack dan doorprize . Dan kita juga menyiapkan area untuk donor darah jadi apabila mereka berminat untuk donor darah mereka bisa donor darah di situ.”
Dalam kegiatan yang dilakukan di masyarakat, PMI Kota Surakarta tidak lupa untuk memasukkan donor darah ke dalam kegiatan tersebut. Tetapi untuk musibah bencana alam, PMI tidak mungkin melakukan donor darah. yang ada hanyalah cek kesehatan seperti memberikan pertolongan
commit to user
kesehatan serta memberikan obat yang sesuai dengan sakit yang sedang diderita.
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Informan IV pada wawancara tanggal 17 Mei 2012, “Dalam program kerja kita, PMI tidak lupa untuk memasukkan unsur
donor darah. Karena kita kan sebagai pusatnya ya mbak. Siapapun kalau butuh darah pasti datang ke sini, apalagi kalau rumah sakit kehabisan persediaan kantong darah golongan darah tertentu. Jadi ya kita di PMI harus stock banyak. Untuk memenuhi permintaan di masyarakat maupun rumah sakit.”
Masyarakat pun juga sangat terbantu dengan adanya poliklinik dan ambulans gratis. Karena mereka tidak perlu jauh-jauh ke rumah sakit hanya untuk berobat dalam arti di sini adalah berobat untuk penyakit yang tidak terlalu berat. Terutama bagi masyarakat yang tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari PMI Kota Surakarta.
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Informan IX pada wawancara tanggal 28 Agustus 2012,
“Iya mbak. Kebetulan rumah saya belakang PMI jadi sangat terbantu dengan adanya poliklinik ini. Selain petugas dan dokter yang ramah, obat yang diberikan pun sangat manjur mbak. Dan kita tinggal membayar resep obatnya saja. Jadi cukup terjangkau untuk
masyarakat seperti saya ini.”
Poliklinik di PMI Kota Surakarta berusaha memberikan layanan yang baik kepada masyarakat. Yang mempunyai fasilitas lumayan lengkap seperti tempat tidur pasien, lemari obat dan ruang konsultasi dokter. Biaya yang terjangkau juga menjadi salah satu keuntungan masyarakat di poliklinik PMI Kota Surakarta.
Pernyataan serupa diungkapkan oleh Informan X pada wawancara tanggal 28 Agustus 2012, “Saya sering periksa di sini mbak. Memeriksakan anak saya.
Kebetulan rumah saya juga di belakang sini jadi dekat kalau mau periksa. Pelayanannya baik mbak, petugasnya juga ramah, dokternya juga. Fasilitasnya juga lumayan komplit kalau menurut saya mbak. Kadang saya sering konsultasi sama dokternya juga kalau ada hal-hal
commit to user
poliklinik PMI ini sangat membantu masyarakat di sekitar sini.”
Selain poliklinik, PMI Kota Surakarta juga mempunyai ambulans gratis yang dapat digunakan masyarakat. Masyarakat tinggal datang atau menghubungi melalui telepon. Dan masyarakat sangat antusias dengan pelayanan ambulans gratis tersebut.
Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Informan XI pada wawancara tanggal 29 Agustus 2012, “Kan selain poliklinik, di sini ada ambulans gratis yang disediakan
oleh PMI. Jadi masyarakat sangat terbantu dengan adanya pelayanan ambulan gratis ini. Dulu saya pernah membantu teman saya yang sedang kebingungan mencari transport ke rumah sakit untuk membawa salah satu keluarganya yang sedang sakit. Lantas saya menghubungi ambulans gratis ini. Tinggal kasih alamat lengkap dan nomor yang dapat dihubungi. Ya sudah ambulans tersebut yang mengantarkan sampai ke rumah sakit. Meskipun namanya pelayanan gratis, tapi kita sebagai manusia kan juga punya rasa ewuh perkewuh terhadap orang lain ya mbak. Jadi setelah bantuan ambulans tersebut datang dan mengantar sampai rumah sakit. Keluarga teman saya memberikan sejumlah uang untuk pelayanan ambulans itu, istilahnya membayar dengan sukarela sebagai ucapan terima kasih karena telah membantu mengantarkan keluarganya.”
PMI Kota Surakarta benar-benar sangat mementingkan hal-hal yang bersifat sosial seperti menolong masyarakat tanpa memandang siapa mereka. Dengan adanya poliklinik dan pelayanan ambulans gratis juga sangat membantu masyarakat dalam periksa kesehatan. Poliklinik yang mempunyai fasilitas yang lumayan lengkap dan biaya yang terjangkau dapat membantu masyarakat dalam memeriksakan kesehatan mereka. Pelayanan ambulans gratis juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang membutuhkan transport ke rumah sakit. PMI Kota Surakarta juga sangat bekerja keras untuk mendapatkan persediaan kantong darah guna memenuhi permintaan yang dapat dikatakan sangat tinggi. PMI Kota Surakarta juga mendorong masyarakat agar lebih sadar untuk mendonorkan darah mereka bagi orang lain yang membutuhkan. Selain untuk kepentingan orang banyak, donor
commit to user
darah maka di tubuh akan terasa segar.
Peneliti memperoleh 3 (tiga) nilai diatas menjadi budaya organisasi di PMI Kota Surakarta yaitu profesional, tanggap dan dicintai masyarakat. Meskipun budaya organisasi di PMI Kota Surakarta belum dinyatakan secara tertulis tetapi 3 (tiga) nilai tersebut sangat melekat dalam pelaksanaan pekerjaan mereka dan pegawai sangat menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut.
Dalam pelaksanaannya, PMI Kota Surakarta menanamkan nilai-nilai yang ditentukan dalam budaya organisasi melalui 3 (tiga) hal, yaitu melalui perilaku tokoh panutan, pendidikan dan pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM) dan rapat rutin yang diadakan setiap 2 minggu sekali. Pelaksanaan budaya organisasi tersebut dibahas sebagai berikut :
a. Tokoh panutan Dimana tokoh panutan tersebut dalam tugasnya di PMI Kota Surakarta juga sangat baik. Yang mana tokoh tersebut tidak segan-segan turun langsung dalam melayani masyarakat. Para pengurus inilah yang dilihat sebagai tokoh panutan oleh bawahannya baik dalam kinerjanya maupun perilakunya. Dan jiwa sosial yang pengurus miliki dijadikan teladan oleh seluruh pegawai PMI Kota Surakarta. Dengan demikian budaya organisasi tersebut diperkenalkan kepada para kepala bagian.
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Informan I, pada wawancara tanggal 3 Mei 2012, “Ya awalnya itu tadi, pimpinan (pengurus) dijadikan teladan dalam
kita bekerja. Pimpinan (pengurus) meskipun beliau-beliau semua sibuk tapi mereka tetap meluangkan waktu yang ada buat PMI. Beliau-beliau tetap memperhatikan PMI dan masyarakat yang membutuhkan bantuan. Kadang beliau-beliau (pengurus) pula yang menyerahkan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan pertolongan. Pegawai-pegawai di sini itu sampai menyebut beliau- beliau itu dengan istilah tidak jaim (jaga image) dan jiwa sosial beliau-beliau tersebut pa ntas untuk dijadikan teladan.”
commit to user
tanggal 8 Mei 2012, “...Selain itu juga mengacu pada pimpinan kami. Kami menjadikan
pimpinan kami sebagai panutan. Dalam artian menjadi contoh untuk para karyawan yang lain. Seperti misalnya pimpinan kami juga ikut ambil bagian menangani masalah bencana yang terjadi.”
Sebagai pengurus PMI Kota Surakarta bukanlah pekerjaan yang mudah. Mereka (pengurus) memperhatikan diri sendiri terlebih dahulu sebelum mereka menjadi teladan bagi bawahannya. Istilahnya siap atau tidak untuk menjadi pengurus organisasi sosial. Karena PMI Kota Surakarta bergerak di bidang sosial yang mengutamakan kepentingan masyarakat. Jadi, orang-orang yang benar-benar mempunyai jiwa sosial, keikhlasan dan tanggung jawab yang bisa memimpin sebuah organisasi sosial. Tidak ada artinya kalau orang yang memimpin itu tidak mempunyai kesadaran lebih dalam bermasyarakat dan tidak bertanggungjawab.
Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Informan VI pada wawancara tanggal 3 Mei 2012, “Otomatis kepala markas dan kepala UDD kita. Tanpa beliau kita
tidak tahu mau ke mana. Para bawahan mengacu pada atasan. Meskipun mereka beruang tapi kepada yang membutuhkan bantuan, mereka tidak memandang sebelah mata. Mereka juga peduli dengan orang lain.”
Meskipun peneliti baru bertemu sekali dengan pengurus PMI Kota Surakarta, tetapi peneliti dapat menilai beliau-beliau dari cara mereka (pengurus) melihat dan menerima orang lain. Cara mereka (pengurus) menerima orang lain sangat ramah. Mereka (pengurus) tidak memandang sebelah mata orang lain meski dapat dikatakan kehidupan mereka (pengurus) menengah ke atas tapi ternyata jiwa sosial mereka (pengurus) sangat tinggi.
b. Pendidikan dan pelatihan SDM Untuk pendidikan dan pelatihan Sumber Daya Manusia di PMI Kota Surakarta dibawahi Bidang PPSDM (Pendidikan dan Pengembangan
commit to user
menerima pendidikan dan pelatihan tapi juga pegawai yang sudah lebih dulu masuk di PMI Kota Surakarta. Berlaku untuk seluruh pegawai PMI Kota Surakarta.
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Informan II pada wawancara tanggal 3 Mei 2012, “Di sini pendidikan dan pelatihan SDM tidak hanya untuk pegawai
baru tapi juga pegawai lama. Dimana pendidikan difokuskan pada siswa yang belajar di LPK PMI selama 1 tahun, pelatihan juga diberikan di sela-sela masa pendidikan. Sedangkan pelatihan diberikan pada saat dibutuhkan terutama jika ada alat-alat baru yang datang dan penanganan bencana alam. Untuk pegawai lama sendiri banyak juga yang melanjutkan pendidikan. ”
Bidang PPSDM (Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia) mempunyai peran yang sangat besar dalam hal ini. Karena berkaitan langsung dengan SDM di PMI Kota Surakarta.
Pernyataan tersebut juga didukung oleh Informan VII pada wawancara tanggal 15 Mei 2012, “Ya mbak, di sini kita sebagai bidang PPSDM memberikan
pendidikan dan pelatihan kepada seluruh pegawai baik yang baru maupun yang lama. Untuk pendidikan sendiri kita fokuskan pada siswa yang mendaftar di LPK PMI. Mereka belajar selama 1 tahun. Sedangkan untuk pelatihan kalau ada alat baru dan penanganan bencana alam atau pada saat dibutuhkan ”
Pendidikan di PMI Kota Surakarta difokuskan pada siswa yang belajar di LPK PMI Kota Surakarta. Tidak lupa pula pelatihan juga diberikan pada saat pendidikan tersebut. Untuk pegawai lama diberikan pelatihan pada saat dibutuhkan terutama waktu alat-alat baru yang datang dan penanganan bencana alam. Banyak pula pegawai yang juga melanjutkan pendidikan untuk karir mereka. Hal tersebut dapat dilihat oleh peneliti, seluruh pegawai bisa bekerja dengan baik dan memberikan pelayanan yang baik. Dan pegawai dapat menggantikan pegawai yang lain jika ada pegawai yang sedang sibuk atau ada urusan di lapangan.
commit to user
Rapat rutin yang diadakan 2 minggu sekali di mana rapat tersebut tidak hanya membahas evaluasi kerja dan program kerja tetapi juga lebih diingatkan lagi tentang budaya organisasi di PMI Kota Surakarta.
Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Informan III pada wawancara tanggal 8 Mei 2012, “Ada rapat koordinasi yaitu setiap 2 minggu sekali. Entah itu rapat
antar bagian atau per bagian. Dari rapat itu kita mengingatkan lagi visi, misi, tujuan dan budaya organisasi yang kita miliki. Agar bisa memacu kerja mereka supaya lebih giat lagi dan bisa mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”
Dalam rapat tersebut, sebelum masuk ke bagian inti baik itu membahas evaluasi kerja maupun program kerja yang akan datang, terlebih dahulu diingatkan tentang visi, misi dan tujuan serta nilai-nilai yang menjadi budaya organisasi.
Pernyataan tersebut juga didukung oleh Informan IV pada wawancara tanggal 17 Mei 2012, “Melalui rapat rutin setiap 2 minggu sekali. Yang dibahas tidak
hanya evaluasi dan program kerja tapi juga diingatkan lagi visi, misi dan tujuan serta budaya organisasi. Jadi sebelum masuk ke rapat, didahului 4 hal tadi. Supaya kita (pegawai) lebih mengerti dan memahami lagi pekerjaan kita di sini. ”
Rapat rutin 2 minggu sekali menjadi bagian yang sangat penting di PMI Kota Surakarta. Pada saat peneliti melakukan penelitian pada Kamis,
17 Mei 2012 tepat pada hari itu ada rapat rutin 2 minggu sekali. Yang dimulai tepat pada pukul 10.00 WIB. Waktu itu peneliti berada di Ruang TU. Pengurus yang akan rapat pun terlihat begitu disiplin. Sebelum rapat dimulai pengurus mulai menyiapkan berkas-berkas yang akan dibahas pada waktu rapat. Rapat rutin tersebut membahas mulai program kerja, evaluasi kerja, serta masalah yang sedang dihadapi, semuanya dibahas dalam rapat tersebut. Termasuk diingatkan kembali tentang visi, misi dan tujuan. Di mana mulai pengurus sampai karyawan yang terbawah yang masuk dalam kepengurusan PMI Kota Surakarta ikut serta dalam rapat tersebut.
commit to user
aspek tujuan, aspek konsensus, aspek keunggulan, aspek kesatuan, aspek prestasi, aspek empirik, aspek keakraban dan aspek integritas. Aspek-aspek tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :
a. Aspek Tujuan Yaitu seberapa jauh karyawan memahami tujuan yang hendak dicapai perusahaan. Pegawai sangat memahami tujuan PMI yaitu meringankan penderitaan sesama manusia apapun sebabnya dengan tidak membedakan agama, bangsa, suku, warna kulit, jenis kelamin dan bahasa. Mereka sangat peduli dan ikhlas dalam menolong sesama.
Pernyataan tersebut juga diungkapkan oleh Informan VI pada tanggal 3 Mei 2012, “Tujuan PMI sendiri seperti yang sudah tercantum dalam visi dan misi ya. Konkritnya meringankan beban orang lain.”
Selain ikhlas dalam menolong sesama, pegawai PMI Kota Surakarta dituntut mempunyai tanggungjawab yang besar. Karena PMI Kota Surakarta tidak ingin mempunyai pegawai yang seenaknya sendiri dalam melayani masyarakat tanpa memperhatikan visi dan misi serta etika.
Pernyataan senada juga diungkapkan oleh Informan VII pada wawancara tanggal 15 Mei 2012, “Tujuan PMI sendiri adalah organisasi kemanusiaan yang
profesional, tanggap dan dicintai masyarakat. Yang nantinya kita dalam bidang pelayanan harus bisa memberikan yang terbaik untuk mereka yang datang ke sini.”
Tujuan PMI Kota Surakarta sendiri sudah sangat jelas yaitu meringankan penderitaan sesama manusia apapun sebabnya dengan tidak membedakan agama, bangsa, suku, warna kulit, jenis kelamin dan bahasa. Untuk bisa mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut seluruh SDM di PMI Kota Surakarta dituntut untuk mempunyai jiwa sosial yang besar, keikhlasan, kemampuan, kemauan yang kuat dalam melayani, tanggung jawab yang besar dan kerjasama yang sangat tinggi. Hal tersebut sangat diperlukan seluruh SDM agar dapat memberikan pelayanan dengan baik di masyarakat.
commit to user
Yaitu seberapa jauh perusahaan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk turut serta dalam proses pengambilan keputusan.
Berdasarkan hasil observasi peneliti, PMI Kota Surakarta memberikan kesempatan karyawan dalam pengambilan keputusan. Tetapi keputusan akhir tetap ada di tangan para pimpinan atau pengurus inti. Hal tersebut terjadi pada waktu rapat rutin.
Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Informan IV pada wawancara tanggal 17 Mei 2012, “Kalau pengambilan keputusan itu nanti yang memutuskan atasan ya
mbak yaitu pengurus inti. Sedangkan kita pada saat rapat hanya dimintai pendapat masing-masing. Semua pendapat dikumpulkan setelah itu didiskusikan lagi baiknya gimana.”
Semua karyawan yang mengikuti rapat dimintai pendapat masing- masing. Dan para karyawan berhak mengeluarkan pendapatnya demi kepentingan bersama.
Pernyataan tersebut didukung oleh Informan VIII pada wawancara tanggal 17 Mei 2012,
“Di sini itu lingkungan kerjanya sangat kekeluargaan ya mbak. Begitu pula pada saat rapat. Semua karyawan yang ikut rapat akan dimintai pendapat satu per satu. Setelah itu dipilih pendapat mana yang paling baik kemudian didiskusikan lagi. Keputusan akhir tetap
ada di pengurus inti.”
PMI Kota Surakarta sangat menghargai para karyawan. Maka dari itu, para karyawan juga diikutkan dalam pengambilan keputusan. Para karyawan PMI Kota Surakarta juga senang dengan mereka dapat diajak dalam proses pengambilan keputusan tidak hanya sebagai petugas yang melayani masyarakat.
commit to user
Yaitu seberapa besar kemampuan perusahaan menumbuhkan sikap untuk selalu menjadi yang terbaik dan berprestasi lebih baik dari apa yang telah dilakukan sebelumnya.
PMI Kota Surakarta selalu berusaha memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat. Dan sangat mengutamakan masyarakat dalam setiap tugasnya. PMI Kota Surakarta juga berusaha menjadi yang terbaik dengan cara memperbaiki pelayanan yang mungkin kurang di mata masyarakat.
Pernyataan tersebut didukung oleh Informan II pada wawancara tanggal 3 Mei 2012, “PMI sendiri selalu berusaha menjadi yang terbaik di tengah-tengah
masyarakat terutama pelayanannya. Karena pelayanan yang terbaik di masyarakat yang kita utamakan. Jadi kita berusaha memperbaiki pelayana n yang kita punya. Terus dan terus, berlanjut istilahnya.”
Dengan perbaikan pelayanan yang dilakukan secara terus-menerus, PMI juga menerima Sertifikat ISO 9001:2008 yang mana sertifikat tersebut penghargaan tentang Quality Service Management (Manajemen Pelayanan yang Berkualitas). Meskipun PMI Kota Surakarta telah meneriman ISO 9001:2008, PMI Kota Surakarta tetap berusaha memperbaiki pelayanannya kepada masyarakat. Agar masyarakat juga merasa puas dengan pelayanan yang diberikan.
Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh Informan III pada wawancara 8 Mei 2012,
“Kita sangat mengutamakan pelayanan kita kepada masyarakat ya mbak. Karena kita sebagai organisasi sosial yang tidak mencari keuntungan. Masyarakat juga sangat terbantu dengan poliklinik dan ambulans gratis yang kita sediakan. Kita juga sudah menerima sertifikat ISO 9001:2008 tentang pelayanan yang berkualitas. Meskipun begitu kita tetap memperbaiki pelayanan kita agar lebih
baik lagi.”
PMI Kota Surakarta sangat mengunggulkan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan kepada masyarakat sangat diutamakan. Oleh karena
commit to user
Dan PMI Kota Surakarta tetap berusaha memperbaiki pelayanan yang diberikan kepada masyarakat agar masyarakat juga puas dengan pelayanan tersebut.
d. Aspek Kesatuan Yaitu sikap yang dilakukan perusahaan terhadap karyawannya.
Dalam hal ini perusahaan bersikap adil dan tidak memihak pada kelompok tertentu dalam perusahaan.
Berdasarkan hasil observasi peneliti, PMI Kota Surakarta sangat menghargai pegawainya. Tidak hanya adil tapi juga membantu para pegawai untuk bisa lebih belajar tentang hal yang belum diketahui.
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Informan I pada wawancara tanggal 3 Mei 2012, “Jadi saya sebagai kepala bagian juga harus sabar dalam mengajari para staf yang mungkin masih belum mengerti/paham sepenuhnya terutama jika ada alat- alat baru yang datang.”
Kepala bagian juga ikut turun tangan dalam memberikan pengajaran alat-alat baru dengan dibantu bidang PPSDM. Tapi untuk mengajari penggunaan alat-alat baru lebih banyak dilakukan oleh kepala bagian karena kebanyakan dari mereka berpendidikan dokter.
Pernyataan yang hampir sama diungkapkan oleh Informan V pada wawancara tanggal 3 Mei 2012, “Waktu itu saya belum begitu mengerti cara menggunakan alat-alat
kedokteran tapi dokter yang bertugas di Bagian Yansoskesmas yaitu dr. Kristin dan dr. Betty mengajarkan saya cara bagaimana menggunakannya. Dan saya sendiripun juga berlatih terus sampai benar- benar bisa.”
Sangat terlihat jelas bahwa PMI Kota Surakarta sangat menghargai para pegawainya. Dapat dilihat dari cara pimpinan memberikan pengajaran kepada pegawai yang belum mengerti bagaimana cara kerja alat-alat yang sudah ada maupun alat-alat baru.
commit to user
Yaitu sejauh mana sikap perusahaan terhadap prestasi karyawannya. PMI sangat menghargai kerja keras para pegawainya yang harus siap setiap saat dengan istilah tidak kenal waktu jika terjadi bencana. PMI memberikan hadiah dan mengadakan refreshing bagi seluruh pegawainya.
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Informan I pada wawancara tanggal 3 Mei 2012,
“Di sini dalam memberikan apresiasi terhadap perkerjaan karyawan selama ini berupa pemberian hadiah dan refreshing seperti tour. Pemberian hadiah sendiri diberikan setelah melakukan penghitungan jumlah hari kerja selama 1 tahun dan hasil kerja mereka. Hadiah itu sendiri berupa televisi (TV). Sedangkan untuk refreshing sendiri dilakukan 2-3 tahun sekali. Ini program kerja sekaligus pemberian apresiasi terhadap seluruh karyawan PMI.”
Selain pemberian hadiah berupa televisi (TV), PMI juga mengadakan refreshing bagi seluruh karyawannya. Refreshing ini tidak hanya menjadi program kerja PMI tetapi juga memberikan apresiasi untuk seluruh karyawan dalam pelaksanaan pekerjaan mereka.
Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Informan VII pada wawancara tanggal 15 Mei 2012, “Bentuknya itu refreshing seperti tour wisata. Itu merupakan
program kerja PMI, karena kan kejenuhan kerja kita dari pagi sampai sore. Kegiatan sehari-hari jangan sampai stres. Tapi tour wisata itu sendiri juga tidak cuma tour tapi juga studi banding. Dan semua pegawai harus mengikuti. Ini dilakukan 2- 3 tahun sekali.”
Refreshing tersebut diharapkan mampu menyenangkan para pegawai sekaligus menyegarkan pikiran mereka untuk sementara waktu sebelum mereka kembali bekerja. Tour ini tidak langsung dilakukan dalam sekali perjalanan dalam arti PMI diliburkan tetapi tour tersebut dilakukan 2 kali keberangkatan.
Pernyataan senada diungkapkan oleh Informan VIII pada wawancara tanggal 17 Mei 2012, “Iya mbak. PMI juga mengadakan tour sebagai refreshing untuk para
pegawai. Agar pegawai juga tidak merasa stres karena pekerjaan dan
commit to user
Tapi itu tidak langsung sekali keberangkatan karena PMI tidak mungkin libur. Tour tersebut dilakukan 2 kali keberangkatan. Jadi misal kelompok A berangkat tanggal 5 kan tour-nya seminggu jadi pulangnya tanggal 11. Terus nanti yang kelompok B berangkatnya setelah kelompok A tiba di Solo dan mula i bekerja lagi.”
Refreshing ini sebagai salah satu bentuk penghargaan yang diberikan PMI Kota Surakarta untuk para pegawainya. Diharapkan setelah refreshing, mereka kembali bekerja dalam keadaan yang segar dan semangat lagi.
f. Aspek Empirik Yaitu sejauh mana perusahaan mau menggunakan bukti-bukti empirik dalam pengambilan keputusan. Dalam pengambilan keputusan, PMI Kota Surakarta tidak hanya meminta pendapat dari para karyawan dalam rapat rutin tetapi juga menggunakan bukti yang ada dalam mencari solusi atau pengambilan keputusan.
Pernyataan serupa diungkpakan oleh Informan I pada wawancara tanggal 3 Mei 2012, “Dalam pengambilan keputusan, PMI tidak hanya mengumpulkan
pendapat dari para karyawan. Tapi juga dari bukti yang ada. Sangat diperhitungkan sekali kalau dalam pengambilan keputusan itu mbak. Karena pengurus inti atau pimpinan tidak ingin terjadi keputusan yang salah.”
Bukti-bukti yang ada sangat berpengaruh terhadap hasil keputusan yang akan diambil. Jadi pengambilan keputusan pada saat rapat sangat hati- hati supaya tidak terjadi kesalahan.
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Informan II pada wawancara tanggal 3 Mei 2012,
“Untuk pengambilan keputusan sendiri kita juga menggunakan bukti-bukti yang ada yaitu berupa kritik dan saran. Nah, kritik dan saran itu ada di dalam kota yang letaknya di poliklinik dan di front office . Biasanya sebelum rapat, kita ambil kertas-kertas tersebut dan didiskusikan pada waktu rapat. Dari situ kita mengetahui kekurangan
commit to user
yang tepat.”
Menurut hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, PMI Kota Surakarta dalam mengambil keputusan juga menggunakan bukti-bukti dan sangat hati-hati serta sangat diperhatikan supaya keputusan yang diambil tepat dalam mengatasi permasalahan yang ada.
g. Aspek Keakraban Yaitu gambaran kondisi pergaulan sosial dalam perusahaan dan antar
karyawan perusahaan. Hubungan karyawan PMI Kota Surakarta terjalin sangat erat, kompak dan kekeluargaan. Hal tersebut dapat dilihat oleh peneliti ketika penelitian berlangsung. Atmosfer tersebut sangat begitu terasa sehingga peneliti pun juga terbawa ke dalam atmosfer tersebut. Dalam melakukan penelitian, peneliti juga dianggap sebagai bagian dari mereka.
Pernyataan tersebut juga diungkapkan oleh Informan VI pada wawancara tanggal 3 Mei 2012, “Baik-baik saja meskipun ada percekcokan tapi bisa diselesaikan.
Kalau hari ini berantem ya saat itu juga harus selesai. Karena kalau sampai lama akan mengganggu konsentrasi kerja kita. Kalau di rapat kita berantem ya berantem tapi kalau sudah selesai rapat ya sudah
bubar. Istilahnya sersan (serius tapi santai).”
Kekompakan dan kekeluargaan juga menjadi bagian yang penting dalam suasana kerja di sebuah perusahaan maupun organisasi. Hal itu pula yang sangat terasa di PMI Kota Surakarta. Apalagi mereka secara langsung berhubungan dengan masyarakat. Dengan suasana yang kompak dan kekeluargaan maka semua bisa berjalan dengan baik. Termasuk dalam pelayanan kepada masyarakat.
Pernyataan senada juga dikemukakan oleh Informan VIII pada wawancara tanggal 17 Mei 2012, “Hubungan antar karyawan di sini sangat baik, kompak,
kekeluargaan. Ya karena karyawan dapat kesana kemari dikarenakan
commit to user
lain sangat sigap membantu. ”
Suasana kerja yang mendukung akan berpengaruh pada pegawai dan pekerjaan mereka. Baik suasana kerja yang baik maupun buruk. Suasana kerja yang baik akan menghasilkan pekerjaan yang baik pula dan pegawai pun juga merasa nyaman. Berbeda halnya dengan suasana kerja yang buruk yang juga berdampak pada pekerjaan dan pegawai. Selain itu juga akan berpengaruh kepada masyarakat yang datang ke PMI Kota Surakarta, sehingga masyarakat pun juga bisa ikut merasakan suasana kerja yang ada di PMI Kota Surakarta.
h. Aspek Integritas Yaitu sejauh mana anggota organisasi mau bekerja sama dengan
sungguh-sungguh dalam mencapai tujuan perusahaan. Dimana tujuan PMI Kota Surakarta adalah meringankan penderitaan sesama manusia apapun sebabnya dengan tidak membedakan agama, bangsa, suku, warna kulit, jenis kelamin dan bahasa. Dan dalam melaksanakan tugas-tugasnya di masyarakat, PMI Kota Surakarta menganut budaya organisasi yang masih bersifat lisan dan 7 (tujuh) prinsip dasar gerakan Palang Merah Internasional.
Para pegawai PMI Kota Surakarta sangat menyadari tugas mereka tidak hanya di kantor tapi juga di lapangan. Terlebih jika ada bencana alam, mereka benar-benar terjun sepenuh hati meskipun bencana tersebut juga dapat membahayakan nyawa mereka. Jadi meskipun mereka lebih mementingkan masyarakat yang membutuhkan pertolongan tetapi mereka tidak lupa untuk memperhatikan keselamatan diri sendiri.
Pernyataan tersebut juga diungkapkan oleh Informan V pada wawancara tanggal 3 Mei 2012, “Tujuan PMI sendiri juga sangat mulia ya mbak. Membantu dan
meringankan beban orang lain. Terlebih lagi waktu bencana alam. Karyawan sendiri pun bener-bener total dalam melayani. Yang mereka pikirin hanya membantu dan membantu saja.”
commit to user
Para pegawai PMI Kota Surakarta juga mempunyai kerjasama yang baik dengan pegawai di bidang lain. Hal tersebut dapat dilihat oleh peneliti, di mana waktu ada pihak yang membutuhkan ambulans PMI Kota Surakarta tetapi pada waktu yang bersamaan pula pengemudi/sopir yang biasanya membawa ambulans sedang bertugas di tempat lain. Jadi, pengemudi/sopir tersebut kemudian digantikan oleh pegawai yang sedang mempunyai waktu luang atau sedang tidak bertugas.
Pernyataan senada juga diungkapkan oleh Informan VI pada wawancara tanggal 3 Mei 2012, “Semuanya bahu-membahu. Kalau tim yang di sini membutuhkan
bantuan, yang di sana siap membantu. Misal petugas sopir pada sibuk semua sementara ada yang membutuhkan, semua harus siap untuk menggantikan tugas si sopir sementara waktu. Jadi sebagian besar personel di PMI terutama yang pria bisa membawa mobil.”
Dengan kerjasama yang terjalin baik antar pegawai dan bekerja dengan total dalam melayani, PMI Kota Surakarta dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan baik. Peneliti melihat di mana saat ada pegawai yang dibutuhkan di bidang lain dan apabila pekerjaan pegawai tersebut sudah selesai, pegawai tersebut langsung membantu. Bahkan pegawai yang dipanggil atasan pada saat masih ada tugas yang harus dikerjakan, pegawai tersebut langsung menghadap atasan. Jadi para pegawai PMI Kota Surakarta sangat cekatan, tanggung jawab dan disiplin dalam bekerja. Begitu pula pada saat mereka terjun di tengah-tengah masyarakat yang membutuhkan pertolongan, mereka semangat, cekatan, dan sukarela dalam menolong. Sehingga masyarakat juga merasa puas akan pelayanan yang diberikan oleh PMI Kota Surakarta baik itu di lingkungan sekitar PMI Kota Surakarta maupun di temapat terjadinya bencana alam.
3. Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Budaya Organisasi di
PMI Kota Surakarta
commit to user
menemui beberapa hambatan. Dilihat dari pengamatan yang peneliti lakukan di PMI Kota Surakarta menemui beberapa hambatan, yaitu :
a. Individu Pelaksanaan budaya organisasi juga sangat tergantung oleh masing- masing individu/pegawai. Karena individu sendiri berbeda satu dengan yang lain. Ada yang mudah menerima dan ada pula yang sulit dalam menerima penjelasan.
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Informan I pada wawancara tanggal 3 Mei 2012,
“Semua orang itu berbeda-beda ya, ada orang yang gampang menerima penjelasan tapi ada pula orang yang agak susah dalam menerima penjelasan. Jadi saya sebagai kepala bagian juga harus sabar dalam mengajari para staf yang mungkin masih belum mengerti/paham sepenuhnya terutama jika ada alat-alat baru yang
datang”.
Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Informan II pada wawancara tanggal 3 Mei 2012, “Hambatannya ya masing-masing orang
kan berbeda ya mbak. Ya sifatnya, perilakunya. Jadi ya harus sabar.”
Pernyataan tersebut juga diungkapkan oleh Informan IV pada wawancara tanggal 17 Mei 2012, “Untuk hambatan sendiri ada pada
masing-masing individu. Kan orang itu beda- beda ya mbak.”
Individu pada dasarnya tidaklah selalu sama. Dalam hal ini pula individu menjadi hambatan. Mulai dalam tingkah laku, cara berpikir dan menerima suatu ajaran di PMI Kota Surakarta. Tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan memberi pendidikan dan pelatihan bagi sumber daya masyarakat (SDM).
b. Kurangnya media yang memuat visi, misi dan tujuan Dalam hal ini tidak semua ruangan terdapat media yang memuat tulisan tersebut. Jadi kurangnya media tersebut juga mempengaruhi pegawai tentang ingatan mereka terhadap visi, misi dan tujuan.
commit to user
tanggal 8 Mei 2012, “Iya mbak selain hambatan pada individu juga kurangnya poster yang memuat tentang visi, misi dan tujuan. Kadang kita-
kita sendiri yang inisiatif memasang media tersebut.” Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Informan IV pada
wawancara tanggal 17 Mei 2012, “Ya selain individu tadi. Di sini juga masih kurangnya media yang memuat tulisan visi, misi dan tujuan.
Tempelan ini saja atas inisiatif teman- teman di sini.” Kurangnya media yang memuat visi, misi dan tujuan menjadi salah satu hambatan dalam pelaksanaan budaya organisasi di PMI Kota Surakarta. Masih ada ruangan yang belum menempelkan media tersebut.
3. Upaya-upaya dalam Mengatasi Hambatan Pelaksanaan Budaya
Organisasi di PMI Kota Surakarta
Dalam menghadapi hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan budaya organisasi, PMI mencari solusi dengan menggunakan 2 (dua) cara yaitu :
a. Rapat rutin 2 minggu sekali Untuk mengatasi hambatan yang terdapat pada individu/pegawai, PMI Kota Surakarta mencari solusi dengan rapat rutin 2 minggu sekali.
Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Informan II pada wawancara tanggal 4 Mei 2012, “Solusinya ya lewat pertemuan rutin. Entah itu antar bagian atau per bagian sendiri. Dari situ kita bisa membahasnya dan dapat masukan-masukan yang lebih baik lagi .”
Rapat rutin menjadi bagian yang penting, karena di dalam rapat tersebut membahas evaluasi, program kerja, masalah dan solusinya serta membahas budaya organisasi yang ada meskipun belum tertulis.
Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Informan III pada wawancara tanggal 8 Mei 2012,
commit to user
“Solusinya semua masalah ya lewat pertemuan atau rapat rutin 2 minggu sekali itu. Kan mulai dari pengurus sampai karyawan semua berkumpul dan berhak mengeluarkan pendapat. pendapat yang tepat sesuai dengan masalahnya itulah yang akan menjadi solusinya. Tapi tentu saja sesuai deng an persetujuan para pengurus.”
Dari rapat rutin inilah dapat menjadi salah satu cara dalam mencari solusi untuk masalah yang sedang dihadapi PMI Kota Surakarta.
b. Menambah media yang memuat visi, misi dan tujuan Solusi yang lain adalah meletakkan media yang memuat visi, misi dan tujuan di masing-masing ruangan. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Informan II pada wawancara tanggal 3 Mei 2012, “Untuk solusi sendiri kita harus meletakkan media- media visi, misi dan tujuan di setiap ruangan yang ada. Orang kan ada lupanya ya mbak, jadi kalau lupa tinggal baca dan dipahami lebih lagi.”
Media yang memuat visi, misi, dan tujuan sangat kurang. Masih ada ruangan yang tidak menempel media tersebut. Dan diharapkan pula untuk segera membuat budaya organisasi secara tertulis.