pangan nasional terhadap stabilitas politik, ekonomi dan keamanan. Dari program kerja tersebut, Pemkab Asahan menyusun program kerja, yakni perbaikan jaringan irigasi sepanjang 82.000
meter lebih, perbaikan jalan usaha tani sepanjang 33.000 meter lebih yang diikuti dengan intensifikasi pola peningkatan IP sehingga dapat menambah luas areal tanaman padi sawah
sebesar 2.635 hektare dengan rencana peningkatan tambahan produksi sebesar 21.000 ton GKP Gabah Kering Panen atau menambah produksi beras lebih kurang 10 ton lebih. Kemudian
untuk memenuhi target, Pemkab Asahan mulai tahun 2012 juga mengadakan posko desa yang tujuannya memberikan informasi pertanian seluas-luasnya kepada petani dan masyarakat, guna
peningkatan produksi dan produktifitas pertanian dan sebagai sarana pembelajaran bagi petani untuk dapat mengembangkan diri serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dengan
menghidupkan kembali perlombaan antara petani serta sebagai wadah untuk menyampaikan aspirasi dan apresiasi yang ada di masyarakat. Sebagai hasilnya, Kelompok Tani Desa Serdang,
Kecamatan Meranti, Kabupaten Asahan merupakan desa yang pertama kali di Sumatera Utara yang mampu meningkatkat produksi padi dari 6 ton menjadi 9,8 ton per hektare dengan pola
tanam sistim legowo 41 hasil ubinan Denpam. Strategi dan arah kebijakan terkait upaya peningkatan produksi padi yang dilakukan
Pemkab Asahan melalui pelaksanaan kerja Dinas Pertanian adalah:
1. Penerapan Teknologi Budidaya Tepat Guna
Peningkatan produksi dan produktifitas mensyaratkan penerapan teknologi budidaya tepat guna dengan tetap mempertahankan kelestarian alam. Komponen teknologi yang perlu
mendapat perhatian mencakup penggunaan benih unggulhibrida, penggunaan pupuk berimbang spesifik lokasi, penggunaan pupuk organik, pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman
OPT secara terpadu kimiawi dan alami serta metode budidaya. Saat ini animo petani terhadap benih bermutu dirasakan relatif rendah, umumnya petani
masih menggunakan benih Jabal Jalur benih antar lapangan-hasil panen sebelumnya. Pemupukan oleh petani masih berdasarkan kemampuan modal, belum berdasarkan kebutuhan
tanaman, sehingga tidak sesuai dengan pola pemupukan berimbang. Karena itu perlu dilanjutkan efektifitas distribusi pupuk bersubsidi, serta pemanfaatan pupuk organik untuk mempertahankan
Universitas Sumatera Utara
kesuburan tanah. Untuk mengamankan produksi, maka perlu diterapkan pengendalian OPT secara terpadu dengan memanfaatkan pestisida kimiawi maupun agensia hayati.
Keseluruhan komponen teknologi tersebut perlu dirangkum dalam sebuah metode berupa paket-paket teknologi budidaya. Saat ini telah tersedia berbagai paket teknologi budidaya, yang
telah dan akan dilanjutkan penerapannya secara spesifik lokasi, diantaranya sistem tanam legowo, System of Rice Intensification SRI, Sekolah Lapang Iklim SLI, Sekolah Lapangan
Pengelolaan Tanaman Terpadu SL-PTT. Tahun 2011 dilaksanakan SRI 2 unit 20 Ha, SLI 12 unit, SL-PTT 160 unit 4.050 Ha. Tahun 2012 dilaksanakan SRI 300 Ha, SL-PTT 386 unit
9.150 Ha.
2. Peningkatan Mekanisasi Pertanian
Penerapan pertanian berwawasan agribisnis mutlak membutuhkan dukungan peralatan mekanisasi untuk meningkatkan efisiensi, terutama hand traktor dan pompa air. Dengan asumsi
satu unit hand traktor mampu melayani 20 Ha sawah, maka dibutuhkan 585 unit untuk memenuhi kebutuhan secara optimal, padahal jumlah yang tersedia di lapangan hanya 267 unit
Laporan AlatMesin Pertanian Tahun 2011. Untuk itu masih diperlukan ketersedian hand traktor guna memenuhi kebutuhan lahan sawah. Demikian juga halnya pompa air, masih sangat
dibutuhkan, terutama pada areal persawahan tadah hujan di Kecamatan Sei Kepayang maupun areal persawahan irigasi yang pasokan airnya masih belum lancar.
3. Penguatan Institusi Perbenihan Lokal