Durasi tidur Kedalaman tidur

41

1. Durasi tidur

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapati adanya durasi tidur yang berbeda dari masing-masing anak sebelum masuk rumah sakit dan setelah masuk rumah sakit. Untuk lebih mempermudah dalam melihat perbedaannya, peneliti mencoba menggambarkan durasi tidur anak secara jelas berdasarkan hasil wawancara dengan partisipan lewat tabel berikut ini. Anak dari Partisipan Durasi tidur Sebelum sakit Setelah sakit Anak P1 - Tidur siang sekitar 2 jam - Tidur malam sekitar 10-11 jam P1 6 - Tidur siang sekitar 1-2 jam - Tidur malam sekitar 8 jam P1 11-24 Anak P2 - Tidur pagi sekitar 1-2 jam - Tidur sore sekitar 1 jam - Tidur malam sekitar 10-11 jam P2 6 - Tidur malam 10- 11 jam P2 36-38 Anak P3 - Tidur malam sekitar 11 jam P3 6 - Tidur malam 11- 12 jam P3 36 Anak P4 - Tidur malam sekitar 10 jam P4 8 - Tidur malam 11- 12 jam P4 22,26 Anak P5 - Tidur pagi sekitar 1 jam - Tidur siang atau sore sekitar 1 jam - Tidur malam sekitar 10- 11 jam P5 6-8 - Tidur malam 7 jam P5 34-36 Anak P6 - Tidur siang sekitar 2 jam - Tidur siang 42 - Tidur malam sekitar 10- 11 jam P6 8,10 sekitar 30 menit - Tidur malam sekitar 9 jam P6 34,40 Berdasarkan tabel diatas yang dibuat berdasarkan keterangan dari partisipan, dapat dilihat dengan jelas terjadi perubahan durasi tidur anak sebelum dan setelah masuk rumah sakit. Anak dari P1, P2, P5 dan P6 mengalami durasi tidur yang kurang setelah masuk rumah sakit. Sedangkan anak dari P3 dan P4 mengalami durasi tidur malam yang lebih lama dari durasi tidur saat dirumah. Saat siang hari anak dari P3 dan P4 yang biasanya dirumah tidak pernah tidur siang setelah masuk rumah sakit malah sering tidur siang. Durasi tidur siang mereka tidak dicantumkan pada tabel diatas karena P3 dan P4 mengatakan durasi tidur siang anak tidak menentu.

2. Kedalaman tidur

Kedalaman tidur anak menurut masing-masing partisipan tidak terpenuhi. Tidak terpenuhinya kedalam tidur anak ini dapat terlihat dari tingkah laku anak mereka saat tidur. Partisipan mengeluh anak terlihat tidak tenang dan gelisah saat tidur. Keluhan partisipan diutarakan dalam kutipan kalimat dibawah ini : 43 “Ia mbak, dia ga nyaman gitu mbak. Mungkin mau bolak-balik tidurnya tu kayaknya terbatas ya, disesuaikan sama ininya infusnya kan mbak. Takut lepas mungkin atau gimana gitu kan.. ” P3 “Dia ga ngigau cuman gelisah, mungkin agak susah seperti yang tadi saya ceritakan tadi, kebiasaan banyak gerak kalo tidur ini malah terbatas kan. ” P6 Selain kelihatan gelisah, partisipan juga mengatakan bahwa anak mereka selalu menangis setiap kali terbangun. “Ia dia ga nyaman, dia ga mau. Tiap kali dia bangun dia nangis. Yang saya tau itu … Mungkin karna dia ngerasa ga nyaman suasananya ditambah traumanya dia jadi ya gitu.. ” P2 “Ya kalo ngompol kejaga dia.. ga ngompol juga tiba-tiba udah bangun gitu, nangis kan.. di tidurin sama ibunya lagi.. Ya bisa 3 sampai 4 kali lah. ” P5 P1 dan P6 mengeluhkan bahwa anak mereka tidak nyenyak saat tidur dikarenakan spalk yang dipakaikan pada infus anak. P1 dan P6 menceritakan anak mereka memiliki kebiasaan khusus saat tidur yaitu kebiasaan mengisap jempol P1 dan kebiasaan tidur miring ke kanan P6 yang mana saat terpasang infus dan spalk menyebabkan ketidaknyamanan pada anak sehingga anak menjadi sulit tidur dan gelisah saat tidur. Anak tidak bisa mendapatkan posisi yang nyaman baginya untuk bisa tidur dengan nyenyak. Dapat dilihat lebih jelas lewat pernyataan-pernyataan partisipan berikut : “Apalagi diakan ngemut jempol kiri ini kalo tidur jadinya agak susah. Ini kemarin jari-jarinya ditutupin semua ni, ini baru di buka jempolnya yang lain masih ketutup jempolnya aja yg ndak kan biar dia bisa ngemut. Kalo ndak ngemut kan ndak bisa tidur … Terus di buka yang jempolnya jadi udah mulai bisa tidur tapi gerak-gerakinnya tu kan 44 masih terbatas jadi ga nyenyak ih. Istilahnya kalo tidur suka gelisah.. ” P1 “Maunya dia tidur pake pola tidurnya dia, kebiasaan tidur miring ke kanan tapi kan ini infusnya sebelah kiri jadi mungkin agak ga nyaman buat dia kan, sempat minta dilepas.. Dia ga ngigau cuman gelisah, mungkin agak susah seperti yang tadi saya ceritakan tadi, kebiasaan banyak gerak kalo tidur ini malah terbatas kan. ” P6

3. Frekuensi terbangun

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Koping pada Penderita Tuberkulosis dalam Menghadapi Penyakitnya di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga T1 462012026 BAB IV

0 1 45

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Akumulasi Stafilokokus pada Linen Tempat Tidur Pasien di Ruang High Care Unit (HCU) Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga T1 462010094 BAB IV

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Tidur pada Anak Usia Balita yang Terpasang Infus di Rumah Sakit Paru dr Ario Wirawan Salatiga

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Tidur pada Anak Usia Balita yang Terpasang Infus di Rumah Sakit Paru dr Ario Wirawan Salatiga T1 462007036 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Tidur pada Anak Usia Balita yang Terpasang Infus di Rumah Sakit Paru dr Ario Wirawan Salatiga T1 462007036 BAB II

0 3 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Tidur pada Anak Usia Balita yang Terpasang Infus di Rumah Sakit Paru dr Ario Wirawan Salatiga T1 462007036 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Tidur pada Anak Usia Balita yang Terpasang Infus di Rumah Sakit Paru dr Ario Wirawan Salatiga

0 0 36

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Respon Kedukaan Pasien Saat Terdiagnosa HIV Positif di Rumah Sakit Paru Dr Ario Wirawan Salatiga T1 462009004 BAB IV

0 0 25

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Pelaksanaan Metode Keperawatan Tim Di Ruang Dahlia Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga T1 462009032 BAB IV

0 0 21

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor Penyebab MDR (Multi Drugs Resistance) pada Pasien TB di Rumah Sakit Paru dr Ario Wirawan Salatiga T1 BAB IV

0 0 37