PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) DALAM AIR MINUM TERHADAP BOBOT HIDUP, BOBOT KARKAS DAN GIBLET BROILER

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) DALAM AIR MINUM

TERHADAP BOBOT HIDUP, BOBOT KARKAS DAN GIBLET BROILER

Oleh Imam Wahyudi

Binahong merupakan tanaman obat yang tumbuh di daratan rendah maupun dataran tinggi yang mempunyai banyak khasiat dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit ringan maupun berat. Salah satu bagian dari tanaman ini sangat bermanfaat adalah bagian daun, karena mengandung beberapa senyawa aktif yang berguna bagi kesehatan seperti flavonoid, alkaloid, triterpenoid dan saponin. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun binahong dalam air minum terhadap bobot hidup, bobot karkas dan giblet broiler; 2) mengetahui dosis ekstrak daun binahong dalam air minum yang terbaik

terhadap bobot hidup, bobot karkas, giblet broiler. Penelitian ini dilaksanakan pada 10 Juni--8 Juli 2014 di kandang ayam Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Metode penelitian yang digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan. Masing-masing ulangan terdiri dari 5 ekor ayam tiap petaknya. Perlakuan yang diberikan adalah : 1) R0 : 0 mg/kg berat badan; 2) R1 : 100 mg/kg berat badan; 3) R2 : 150 mg/kg berat badan; 4) R3 : 200 mg/kg berat badan; 5) R4 : 250 mg/kg berat badan. Data yang diperoleh dianalisis ragam pada taraf 5%. Jika hasil analisis menunjukkan hasil yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji Beta Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 1% dan atau 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) pengaruh pemberian ekstrak daun binahong 100--250 mg/kg berat badan dalam air minum berbeda nyata (P<0,05) terhadap bobot hidup dan giblet broiler, tetapi tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap bobot karkas (2) pemberian ekstrak daun binahong dalam air minum pada 100-250 mg/kg berat tubuh menurunkan bobot hidup, karkas dan giblet broiler dibandingkan dengan kontrol.

Kata kunci : ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis), bobot hidup, bobot karkas, giblet, broiler


(2)

(3)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) DALAM AIR MINUM

TERHADAP BOBOT HIDUP, BOBOT KARKAS DAN GIBLET BROILER

(Skripsi)

Oleh

IMAM WAHYUDI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Kegunaan Penelitian ... 3

D. Kerangka Pemikiran ... 3

E. Hipotesis ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A.Deskripsi Binahong ... 8

B.Kandungan Kimia Daun Binahong ... 9

C.Ekstrak Daun Binahong ... 12

D.Bobot Hidup Unggas ... 13

E. Karkas ... 14

F. Giblet ... 16

1. Hati ... 16

2. Jantung ... 17


(5)

iv

III. METODE PENELITIAN ... 19

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

B. Bahan Penelitian ... 19

1. Ayam ... 19

2. Ekstrak daun binahong ... 19

3. Ransum ... 20

4. Air minum ... 21

5. Vaksin dan vitamin ... 21

C. Alat Penelitian ... 22

D. Metode Penelitian ... 23

E. Analisis Data ... 23

F. Pelaksanaan Penelitian ... 24

G. Peubah yang Diamati ... 26

1. Bobot hidup ... 26

2. Bobot Karkas ... 26

3. Bobot Giblet ... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Hidup Broiler... 28

B. Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Karkas Broiler ... 30

C. Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Giblet Broiler... 32

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 35

A. Simpulan ... 35

B. Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Formulasi ransum ... ... 20

2. Kandungan nutrisi ransum ... ... 20

3. Standar kebutuhan nutrisi broiler ... ... 21

4. Analisis proksimat bahan pakan ... ... 21

5. Vaksin dan vitamin yang akan diberikan ... ... 22

6. Alat yang akan digunakan penelitian ... ... 22

7. Bobot hidup broiler pada umur 28 hari ... ... 28

8. Bobot karkas broiler pada umur 28 hari ... ... 30

9. Bobot giblet broiler pada umur 28 hari ... ... 33

10. Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap bobot hidup broiler ... 42

11. Analisis uji BNT pengaruh perlakuan terhadap bobot hidup broiler.... 43

12. Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap bobot karkas broiler ... 44

13. Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap bobot giblet broiler ... 45

14. Analisis uji BNT pengaruh perlakuan terhadap bobot giblet broiler.... 46

15. Rata-rata konsumsi ransum broiler ... ... 46

16. Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap konsumsi ransum broiler 48

17. Rata-rata konsumsi serat kasar broiler ... ... 48


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(8)

(9)

(10)

MOTO

Orang yang tidak mengenal kata-kata kegagalan adalah orang yang tahu cara untuk menikmatinya, walaupun pada kenyataannya ia telah gagal

(Hitam Putih)

Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara. Bisa jadi anda rasakan dalam semenit, sejam, sehari atau setahun. Namun jika menyerah, rasa

sakit itu akan terasa selamanya

Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang

disertai dengan do’a, karena sesungguhnya nasib seseorang manusia

tidak akan berubah dengan sendirinya tanpa berusaha…

Berangkat dengan penuh keyakinan, berjalan dengan penuh keikhlasan, istiqomah dalam menghadapi cobaan. Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk

diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanyalah sekali. Ingat hanya pada Allah apapun dan di manapun kita berada kepada Dia-lah tempat


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bandar Lampung 29 Oktober 1991. Penulis merupakan anak kedua dari tiga saudara, putra pasangan Bapak Alm. Mujiman, SE.Akt., MS.Ak. CA dan Ibu Emmy Cory.

Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Al-Azhar Way Halim Permai (1999), SD Al-Azhar 2 Way Halim Permai (2005), SMP Muhammadiyah 3 Labuhan Ratu (2007), SMA Muhammadiyah 2 Labuhan Ratu (2010). Pada 2010, penulis diterima di Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Peternakan dan koordinator badan pengarah Himpunan Mahasiswa Peternakan. Penulis juga menjadi pelatih kareta-ka di SMP dan SMA Muhammadiyah Labuhan Ratu. Penulis

melakukan Kuliah Kerja Nyata Tematik di Desa Sriwaylangsep, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Selatan pada Januari--Februari 2014 dan melaksanakan Praktik Umum di Adi Mulyo II Farm desa Adi Mulyo II, Kecamatan Negeri Katon,


(12)

SANWACANA

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dalam Air Minum terhadap Bobot Hidup, Bobot Karkas, dan Giblet Broiler.”

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan andil yang cukup besar. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Riyanti, M.P., selaku pembimbing utama atas kebaikan, saran, nasehat, arahan, bekal ilmu, semangat, dan motivasi yang telah diberikan;

2. drh. Purnama Edy Santosa, M.Si., selaku pembimbing anggota atas arahan, saran, kritik, dan bimbingan selama penulisan skripsi;

3. Ir. Tintin Kurtini, M.S., selaku pembahas atas kritik dan saran yang menyempurnakan tulisan ini;

4. Veronica Wanniatie, S.Pt., M.Si., selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan dan arahan selama menjalankan studi;

5. Sri Suharyati, S.Pt., M.P., selaku sekertaris Jurusan Peternakan; 6. Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S., selaku ketua Jurusan Peternakan;


(13)

8. Bapak ibu dosen Jurusan Peternakan atas bekal ilmu yang diberikan; 9. Ayahanda dan ibunda terimakasih untuk semangat, motivasi, doa, dan

segalanya yang sangat berarti bagi penulis;

10. Mbakku Desi Afitriati, dan adikku Zainul Muttaqin, terimakasih untuk kebersamaan dan semangatnya;

11. Tim penelitian, Etha, Febi dan Lolita terimakasih atas bantuannya;

12. Teman-teman PTK 2010 Edo, Agung, Dewi, Dwi, Afrizal, Ari, Ayu, Ayyub, Amrina, Anggiat (Alm), Aini, Ajrul, Andri, Anung, Janu, Sherly, Tiwi, Silvi, Dewa, Dian, Fajar, Fandi, Fara, Geby, Heru, Irma, Putra, Kunai, Rohmat, Rizki, Rahmad, Miranti, Nani, Nano, Niko, Nova, Nurma, Fauzan, Oto, Harowi, Rangga, Repi, Repki, Rosa, Sekar, Yuli, dan Widi;

13. Keluarga sepengabdian, Solidarity Of Schiesu, IX A 2008, adik-adikku 2011, 2012, 2013, dan keluarga mahasiswa Jurusan Peternakan.

14. Seluruh pihak yang membantu dalam penyelesaiaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

Bandar Lampung, 13 Januari 2015 Penulis,


(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Daging unggas merupakan pilihan utama bagi konsumen dalam pemenuhan protein hewani yang berasal dari ternak. Hal ini karena harga daging unggas yang relatif lebih murah dibandingkan dengan harga daging dari ternak lain. Menurut Wahyudi (2012), produksi ayam pedaging di Lampung untuk 2012 sudah

mencapai 5—6 juta ekor per bulan dengan konsumsi daging yang masih tinggi tetapi, 30% produksi ayam pedagingnya harus diekspor ke luar daerah. Konsumsi yang tinggi ini harus diimbangi dengan produksi daging yang semakin meningkat untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Seiring dengan meningkatnya produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumen, terjadi pula peningkatan kesadaran masyarakat akan kesehatan pangan. Saat ini masyarakat menyadari bahwa penyakit yang ditimbulkan akibat mengkonsumsi daging ayam broiler yang mengandung residu antibiotik dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan efek teratogenic, carcinogenic, mutagenic dan resisten terhadap antibiotik. Untuk mengatasi keadaan tersebut perlu dicari alternatif bahan antimikroba alami yang bisa ditambahkan ke dalam air minum serta tidak menimbulkan residu pada daging ayam broiler. Salah satu bahan yang


(15)

2 ditambahkan dalam air minum yaitu ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis).

Ekstrak daun binahong memiliki senyawa aktif, antara lain flavonoid, alkaloid, triterpenoid, saponin, dan minyak atsiri yang bisa digunakan dan diambil manfaatnya. Senyawa aktif flavonoid sebagai inflamasi, analgesik, anti-oksidan (Harbone, 1987). Mekanisme anti-inflamasi terjadi melalui efek penghambatan pada jalur metabolisme asam arakhidonat, pembentukan prostaglandin, pelepasan histamin pada radang (Noorhamdani dkk., 2010).

Asam oleanolik merupakan golongan triterpenoid yang merupakan antioksidan pada tanaman (Robinson, 1995). Mekanisme perlindungan oleh asam oleanolik adalah dengan mencegah masuknya racun ke dalam sel dan meningkatkan sistem pertahanan sel. Asam oleanolik juga memiliki zat anti inflamasi. Kandungan nitrit oksida pada asam oleanolik juga menjadi anti oksidan, yang dapat berfungsi sebagai toksin yang kuat untuk membunuh bakteri (Shabella, 2013). Jadi dengan adanya asam oleanolik ini akan memperkuat daya tahan sel terhadap infeksi dan memperbaiki sel sehingga sel dapat beregenerasi dengan baik. Senyawa saponin dan triterpenoid pada daun binahong dapat menurunkan gula darah (Francis dkk., 2002). Dengan adanya penurunan kadar gula darah pada luka, maka dapat pula menurunkan terjadinya infeksi.

Berbagai kandungan senyawa aktif dalam ekstrak daun binahong akan dapat meningkatkan kesehatan broiler, sehingga pertumbuhan tidak terhambat dan


(16)

3 berdampak pada bobot karkas menjadi lebih tinggi. Namun, hal tersebut masih perlu dibuktikan pengaruhnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun binahong dalam air minum terhadap bobot hidup, bobot karkas, dan giblet broiler.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun binahong dalam air minum terhadap bobot hidup, bobot karkas, dan giblet broiler,

2. mengetahui dosis ekstrak daun binahong dalam air minum yang terbaik terhadap bobot hidup, bobot karkas, dan giblet broiler.

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi tentang manfaat pemberian ekstrak daun binahong dalam meghasilkan bobot hidup, bobot karkas, dan giblet pada broiler.

D. Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan adalah suatu proses peningkatan dalam ukuran tulang, otot, organ dalam dan bagian tubuh yang terjadi sebelum lahir (prenatal) dan setelah lahir (postnatal) sampai mencapai dewasa (Ensminger dkk., 1980). Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan menurut North dan Bell (1990) yaitu galur ayam,


(17)

4 jenis kelamin, dan faktor lingkungan yang mendukung. Lingkungan yang sehat bagi ternak adalah suatu kondisi dimana di dalam tubuh ternak berlangsung proses-proses normal, baik proses fisis, kimiawi, biokimiawi dan fisiologis yang normal, sedangkan lingkungan yang tidak sehat mengakibatkan kondisi ternak yang sebaliknya. Timbulnya penyakit pada ternak merupakan proses yang berjalan secara dinamis dan merupakan hasil interaksi tiga faktor, yaitu ternak, agen penyakit (pathogen) dan lingkungan. Lingkungan memegang peran yang sangat penting dalam menentukan pengaruh positif atau negatif terhadap hubungan antara ternak dengan agen penyakit. Interaksi ketiga faktor yang normal dan seimbang sebagaimana akan menghasilkan ternak yang sehat dan tidak ada wabah penyakit.

Keseimbangan ketiga faktor di atas tidak selalu stabil, pada keadaan tertentu akan berubah. Jika hal ini terjadi maka ternak yang diperlihara akan sakit dan

menunjukkan tampilan (performance) yang tidak memuaskan. Terdapat beberapa kondisi yang mampu menciptakan perubahan keseimbangan ketiga faktor

tersebut. Kondisi-kondisi tersebut antara lain adalah (1) perubahan-perubahan yang terjadi pada ternak, misalnya penurunan kondisi tubuh yang mungkin disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : kualitas dan kuantitas zat-zat gizi dalam pakan yang kurang, faktor-faktor yang mampu menekan timbulnya

kekebalan (immunosupressif) dalam tubuh ternak, sehingga akan terjadi kegagalan dalam program vaksinasi. Di lain pihak terjadi peningkatan tantangan terhadap ternak oleh mikroorganisme yang hidup dan berkembang di sekeliling ternak akibat sistem biosekuritas yang tidak konsisten, waktu istrirahat kandang yang


(18)

5 minim, kegagalan program vaksinasi dan pengobatan (2) terjadi perubahan hanya pada aspek lingkungan, sedangkan kondisi hewan ternak dan mikroorganisme tidak berubah. Perubahan lingkungan ini mungkin disebabkan oleh perubahan iklim, perubahan suhu, dan kelembapan lingkungan yang ekstrim, ketinggian tempat, kesalahan manajemen. Kondisi-kondisi lingkungan demikian akan berdampak negatif bagi ternak yang berakibat penurunan kondisi tubuh ternak, sebaliknya menguntungkan bagi mikroorganisme untuk berkembang biak, baik jumlah maupun jenisnya.

Binahong adalah tanaman obat yang tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi yang mempunyai banyak khasiat dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit ringan maupun berat. Salah satu bagian dari tanaman ini sangat

bermanfaat adalah bagian daun, karena mengandung beberapa senyawa aktif yang berguna bagi kesehatan (Shabella, 2013). Senyawa aktif yang terdapat pada daun binahong adalah flavonoid, alkaloid, triterpenoid, dan saponin (Astuti, 2012).

Flavonoid merupakan senyawa polar yang umumnya mudah larut dalam pelarut polar seperti etanol, methanol, butanol, dan aseton (Purbowati, 2011). Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol, senyawa fenol mempunyai sifat efektif menghambat pertumbuhan virus, bakteri dan jamur. Senyawa aktif

flavonoid berperan langsung sebagai antibakteri dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme bakteri (Manoi, 2009).

Saponin merupakan glukosida yang larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter. Saponin bekerja sebagai antibakteri dengan mengganggu stabilitas


(19)

6 membran sel bakteri sehingga menyebabkan sel bakterilisis, jadi mekanisme kerja saponin termasuk dalam kelompok antibakteri yang mengganggu permeabilitas membran sel bakteri, yang mengakibatkan kerusakan membran sel dan

menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel bakteri yaitu protein, asam nukleat dan nukleotida (Purbowati, 2011). Saponin memiliki sifat seperti busa (sabun) yang dapat membersihkan materi-materi yang menempel pada dinding usus. Usus yang telah bersih akan memudahkan penyerapan molekul-molekul besar dalam tubuh dan terjadi peningkatan zat nutrisi yang dideposit dalam tubuh, sehingga berpengaruh terhadap pertambahan berat tubuh (Francis dkk., 2002). Laju pertumbuhan yang bertambah akan memengaruhi perkembangan jaringan tubuh, organ tubuh, dan bobot hidup serta berpengaruh terhadap kualitas karkas. Persentase bobot karkas mempunyai hubungan erat dengan bobot hidup broiler. Semakin tinggi bobot hidup, semakin tinggi bobot karkas yang dihasilkan (Daryanti, 1982). Bobot karkas sangat ditentukan oleh bagian tubuh ayam seperti daging, tulang, dan lemak. Peningkatan bobot hidup akan diikuti dengan peningkatan bobot karkas yang dihasilkan.

Parakkasi (1998) menyatakan bahwa pencapaian bobot karkas sangat berkaitan erat dengan bobot potong dan pertambahan berat tubuh. Semakin besar bobot potong dan pertambahan berat tubuh maka bobot karkas akan semakin meningkat.

Hasil penelitian Makalalag dkk. (2013) menunjukkan bahwa ekstrak daun binahong dengan dosis 1,80 g/berat tubuh dapat menurunkan kadar gula darah tikus galur jantan putih. Penelitian Purbowati (2011) menggunakan ekstrak daun binahong dengan dosis 250 mg/bobot tubuh dapat menurunkan kadar glukosa


(20)

7 darah tikus putih jantan. Oleh karena itu, dosis pemberian ekstrak daun binahong didasarkan secara analog terhadap hewan monogastrik untuk memenuhi kualitas dan kuantitas serta mencapai pertumbuhan yang terbaik sehingga akan

berpengaruh terhadap bobot tubuh, bobot karkas, dan bobot giblet broiler.

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

1. terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun binahong dalam air minum terhadap bobot hidup, karkas dan giblet broiler,

2. terdapat salah satu dosis perlakuan yang terbaik dalam pemberian ekstrak daun binahong dalam air minum terhadap bobot hidup, karkas dan giblet broiler.


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Binahong

Tanaman binahong adalah tanaman asli yang berasal dari Amerika Selatan yang disebut juga Anredera cordifolia (Ten) steenis. Binahong merupakan tumbuhan menjalar yang berumur panjang (perennial) dan panjangnya bisa mencapai ± 5m. Tanaman ini tumbuh baik di cuaca tropis dan subtropis (Pink, 2004).

Bentuk daun binahong adalah tunggal, bertangkai pendek (subsessile),

susunannya berseling, berwarna hijau, berbentuk jantung (cordata), panjangnya 5--10 cm, lebar 3--7 cm helaian daun tipis lemas, ujung runcing, pangkal berlekuk (emerginatus), tepi rata, permukaan licin dan bisa dimakan. Batang dari tanaman binahong lunak, berbentuk silindris, saling membelit, permukaan halus dan berwarna merah. Tanaman binahong memiliki bunga yang berbentuk majemuk rimpang, bertangkai panjang, muncul di ketiak daun, mahkota berwarna krem keputih-putihan berjumlah lima helai tidak berlekatan dan panjang helai mahkota 0,5--1 cm serta berbau harum. Bentuk dari akarnya rimpang dan berdaging lunak (Manoi, 2009).

Manfaat tanaman binahong adalah mempercepat pemulihan kesehatan setelah operasi, melahirkan, khitan, segala luka-luka dalam, radang usus, melancarkan


(22)

9 dan menormalkan peredaran darah dan tekanan darah, mencegah stroke, asam urat, maag, menambah dan mengembalikan vitalitas daya tahan tubuh, wasir (ambeien), melancarkan buang air kecil dan buang air besar, diabetes, dan lain-lainnya (Robinson, 1995).

B. Kandungan Kimia Daun Binahong

Berdasarkan hasil penelitian daun binahong mengadung saponin, flavonoid, alkaloid, dan polifenol (Astuti, 2011). Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun. Penyarian senyawa saponin akan

memberikan hasil yang lebih baik sebagai antibakteri jika menggunakan pelarut polar seperti etanol 70% (Harborne, 1987).

1. Saponin

Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang telah terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuan membentuk busa dan menghemolisis sel darah (Robinson, 1995). Sifat sabun yang baik, beracun bagi hewan berdarah dingin akan tetapi tidak beracun bagi hewan

berdarah panas (Syamsuhidayat dan Robinson, 1991). Triterpena tertentu terkenal karena rasanya, terutama kepahitannya. Saponin digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis yang diperoleh dari beberapa tumbuhan dengan hasil yang baik dan digunakan dalam bidang kesehatan.


(23)

10 Saponin dan glikosida sapogenin adalah salah satu tipe glikosida yang tersebar luas dalam tumbuhan (Harborne, 1987). Dikenal dua macam saponin, yaitu glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida dengan struktur steroid. Kedua saponin ini larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter (Robinson, 1995). Pada ternak ruminansia dan ternak domestikasi lain, saponin pakan mempunyai pengaruh terhadap semua fase metabolisme, mulai dari konsumsi pakan hingga pengeluaran kotoran (Syamsuhidayat dan Robinson, 1991).

Kelemahan dari saponin dapat menghambat kerja enzim proteolitik yang menyebabkan penurunan kecernaan dan penggunaan protein (Johnson., dkk, 1986). Saponin alfalfa secara invitro menghambat enzim yang terlibat dalam metabolisme crebs cycle sehingga berefek pada penghambatan pertumbuhan (Cheeked and Oldfield, 1970). Saponin termasuk dalam kelompok antibakteri yang mengganggu permeabilitas membran sel bakteri, yang mengakibatkan kerusakan membrane sel dan menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel bakteri yaitu protein, asam nukleat dan nukleotida (Purbowati, 2011).

Keuntungan saponin dapat menurunkan kolesterol, mempunyai sifat sebagai antioksidan, antivirus, anti karsinogenik, dan manipulator fermentasi rumen (Klita dkk., 1996). Saponin memiliki sifat seperti sabun yang dapat membersihkan materi-materi yang menempel pada dinding usus (Astuti, 2012).


(24)

11 2. Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa polar yang mudah larut dalam pelarut polar seperti etanol, methanol, butanol, aseton, dan lainnya. Flavonoid memiliki cincin

benzene dan gugus gula yang reaktif terhadap radikal bebas, serta bertindak sebagai senyawa penangkap radikal bebas (Shabella, 2013). Flavonoid dalam tumbuhan berperan sebagai glikosida dan aglikogen flavonoid. Hasil penelitian Astuti (2012) menunjukkan bahwa bagian daun binahong yang diekstraksi dengan etanol mengandung flavonoid berkisar 20--70 mg/l.

Menurut Astuti (2012), senyawa flavonoid mempunyai aktivitas fitokimia yang berfungsi menghancurkan mikroba, terutama bakteri gram positif. Selain itu, senyawa aktif flavonoid berperan sebagai antibiotik dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme. Aktivitas farmakologi dari flavonoid adalah sebagai anti inflamasi, analgesik, dan antioksidan (Shabella, 2013).

3. Polifenol

Senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua penyulih hidroksil. Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air karena umumnya sering kali berikatan dengan gula sebagai glikosida, dan biasanya terdapat dalam vakuola sel. Polifenol berperan dalam memberi warna pada suatu tumbuhan seperti warna daun, antioksidan yang baik untuk kesehatan.

Antioksidan polifenol dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah dan kanker (Robinson, 1995).


(25)

12 Beberapa ribu senyawa fenol telah diketahui strukturnya. Flavonoid merupakan golongan terbesar, tetapi fenol monosiklik sederhana, fenil propanoid, dan kuinon fenolik juga terdapat dalam jumlah yang besar. Beberapa golongan bahan polimer penting dalam tumbuhan seperti lignin, melanin, dan tanin adalah senyawa

polifenol (Harborne, 1987).

4. Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik alkaloid sering kali beracun pada manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol, jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Umumnya alkaloid tidak berwarna, bersifat optis aktif dan sedikit yang berupa cairan pada suhu kamar (Harborne, 1987).

Fungsi senyawa alkaloid adalah mengahambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif. Mekanisme kerjanya adalah mengganggu terbentuknya jembatan seberang silang komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel (Robinson, 1995).

C. Ekstrak Daun Binahong

Ekstrak adalah cairan kental yang diperoleh dengan cara ekstraksi zat aktif


(26)

13 itu, semua pelarut diuapkan dan masa yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa, sehingga memenuhi standar baku yang digunakan (Depkes RI, 2000)

Metode ekstraksi daun binahong dapat dilakukan dengan cara perendaman (maserasi) selama 5 hari. Perbandingan yang digunakan untuk ekstraksi antara daun binahong dengan air adalah 1:10. Selama penyimpanan wadah yang digunakan berbahan gelas dan setiap hari di kocok beberapa menit. Setelah itu, dilakukan penyaringan dengan kertas saring Wathmann. Perendaman ini termasuk ektraksi yang dingin sehingga tidak merusak kandungan senyawa tanaman binahong (Setiaji, 2009).

Faktor-faktor yang menentukan hasil ekstraksi adalah jangka waktu sampel kontak dengan cairan pengekstraksi (waktu ekstraksi), perbandingan antara jumlah sampel terhadap jumlah cairan pengekstraksi (jumlah bahan

pengekstraksi), ukuran bahan dan suhu ekstraksi. Lama waktu ekstraksi berpengaruh terhadap kontak dengan sampel, sehingga titik jenuh larutan akan bertambah. Perbandingan jumlah pelarut dengan jumlah bahan berpengaruh terhadap efisiensi ekstraksi. Jumlah pelarut yang berlebihan tidak akan

mengekstrak lebih banyak, namun dalam jumlah tertentu pelarut dapat bekerja optimal. Ekstraksi akan lebih cepat dilakukan pada suhu tinggi, tetapi hal ini dapat mengakibatkan beberapa komponen mengalami kerusakan. Penggunaan suhu 50° C menghasilkan ekstrak yang optimum dibandingkan dengan suhu 40°C dan 60° C (Voight, 1994).


(27)

14 D. Bobot Hidup Unggas

Menurut Soeparno (1998), bobot hidup adalah hasil penimbangan ayam setelah dipuasakan selama ± 6 jam. Tujuan ayam dipuasakan adalah mengosongkan saluran pencernaan agar terhindar dari pencemaran atau kontaminasi bakteri Salmonella selama prosesing (Nova dkk, 2002). Bobot hidup broiler yang dipanen pada umur panen 5 minggu adalah 1.132 g, sedangkan menurut Siswanto (2004), pada umur panen 6 minggu bobot hidup broiler rata-rata 1.950--2.150 g.

Menurut Rasyaf (2011), bobot hidup merupakan impelemtasi dari konsumsi ransum, sehingga bobot hidup yang tinggi diakibatkan oleh konsumsi ransum yang tinggi pula. North dan Bell (1990) menyatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi bobot hidup broiler adalah pakan (nutrisi), genetik, jenis kelamin, suhu, dan tata laksana.

Menurut Soeparno (1998), faktor genetik dan lingkungan juga memengaruhi laju pertumbuhan komposisi tubuh yang meliputi distribusi bobot, komposisi kimia, dan komponen karkas.

E. Karkas

Karkas merupakan hasil pemotongan unggas yang yang telah dibuang darah, bulu, kepala dan leher, kaki, serta isi perut dan isi rongga (Aksi Agraris Kanisius, 2003). Menurut Soeparno (1998), bagian karkas terdiri dari tulang, daging, dan lemak yang terbentuk dari bagian hasil pencernaan makanan yang tidak terbuang. Selanjutnya menurut Priyanto (2003), persentase bobot karkas yang dihasilkan


(28)

15 ayam merupakan parameter yang digunakan untuk menentukan keberhasilan produksi ayam.

Persentase karkas broiler berkisar 65—75% dari bobot hidupnya (Soeparno, 1998), Sementara North dan Bell (1990) menyatakan, persentase karkas pada ayam umur 7 minggu sekitar 65,7% untuk ayam betina dan 65% untuk ayam jantan. Menurut Kurtini dkk. (2011), seekor broiler dengan bobot hidup 1.500 g memiliki persentase karkas 73% dan perentase non karkas (offal) 27%.

Menurut Yuwanta (2004), persentase bagian-bagian karkas adalah persentase karkas dada sekitar 23,45 -25,5% dan dada merupakan bagian yang banyak mengandung daging, persentase karkas paha sekitar 21,80%, persentase karkas punggung sekitar 20%, dan persentase karkas sayap 8,6%.

Bentuk-bentuk pemprosesan karkas biasanya berbentuk New York Dressed (NYD), Ready To Cook (RTC), dan karkas serta potongan-potongan karkas. New York Dressed (NYD) yaitu karkas yang telah dibersihkan dari darah dan bulu, tetapi kepala, kaki, dan organ dalamnya lengkap. Ready To Cook (RTC) adalah karkas NYD tanpa kepala, kaki, dan jeroan, kadang tanpa giblet (jantung, hati, dan gizzard). Penyusutan bobot hidup untuk NYD adalah 10--15%, sedangkan RTC 25--35% (Kurtini dkk., 2011).

Soeparno (1998) menyatakan faktor yang memengaruhi karkas adalah faktor genetik dan lingkungan. Genetik memengaruhi karakteristik laju pertumbuhan seiring dengan pertambahan umur dan bobot hidup ayam. Faktor lingkungan berpengaruh adalah fisiologi dan nutrisi. Kondisi fisiologis akan mempengaruhi


(29)

16 bobot hidup, umur, dan jenis kelamin, sedangkan nutrisi akan berpengaruh

terhadap pertumbuhan ayam yang akan berdampak terhadap bobot hidup. F. Giblet

Giblet merupakan hasil ikutan pada unggas yang terdiri dari hati, jantung dan gizzard (Kurtini dkk., 2011). Menurut Soeparno (1998), giblet merupakan

jaringan tubuh yang lebih awal terbentuk serta berperan penting dalam menunjang awal kehidupan. Bobot giblet akan meningkat seiring dengan meningkatnya bobot karkas. Selain itu, bobot giblet antara ayam jantan dan betina berbeda. Bobot giblet ayam betina lebih tinggi daripada ayam jantan. Rata-rata persentase giblet pada ayam umur panen 7 minggu adalah 4,8%, yang terdiri dari hati (1,2%), jantung (0,6%), dan gizzard (3,0%).

1. Hati

Hati merupakan jaringan berwarna cokelat kemerahan yang terdiri dari dua lobus besar, terletak pada lengkungan duodenum dan gizzard. Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh yang berfungsi untuk mensekresikan getah empedu yang disalurkan di duodenum (North dan Bell, 1990).

Menurut Kurtini dkk. (2011), fungsi fisiologis hati adalah sekresi empedu, detoksifikasi pesenyawaan racun bagi tubuh, metabolisme protein, penyimpanan vitamin, penyimpanan karbohidrat, destruksi sel-sel darah merah, pembentukan protein plasma, dan inaktivasi hormone polipeptida. Empedu memiliki peranan yang penting dalam proses penyerapan lemak pakan dan ekskresi limbah produk, seperti kolesterol dan hasil sampingan degradasi hemoglobin.


(30)

17 Blakely dan Bade (1998) berpendapat bahwa rataan bobot hati broiler betina adalah 36,2 g atau 1,9% dari bobot hidup dan broiler jantan sebesar 36,9 g atau 1,9% dari bobot hidup pada umur panen 42 hari. Menurut Kurtini dkk. (2011), hati memiliki berat sebesar 3% dari bobot tubuh. Berdasarkan hasil penelitian Purba (1990), bobot hati broiler adalah 38,39±3,41 g, sedangkan persentase bobot hatinya sebesar 2,52±0,19%.

2. Jantung

Jantung merupakan organ komponen sistem vaskular. Jantung bertindak sebagai pompa darah, yaitu memompa darah yang mengandung karbodioksida yang masuk menuju jantung melalui sistem vena (North dan Bell, 1990).

Menurut Blakely dan Bade dkk. (1998), rata-rata bobot jantung broiler betina adalah 8,5 g atau 0,5% dari bobot hidup dan broiler jantan sebesar 10,6 g atau 0,6% dari bobot hidup pada umur 42 hari. North dan Bell (1990) menyatakan bahwa besar jantung tergantung dari jenis kelamin, umur, bobot badan, dan aktivitas hewan.

3. Gizzard

Gizzard adalah organ terbesar dalam sistem pencernaan unggas. Gizzard

merupakan organ terpenting karena memiliki otot tebal yang selalu berkonstruksi untuk menghancurkan makanan (Tillman dkk, 1998). Fungsi gizzard adalah menghancurkan makanan yang dilakukan dengan cara memecahkan ikatan hemiselulosa secara fisik (Jull, 1979).


(31)

18 Pemberian makanan yang lebih besar akan mengakibatkan beban gizzard akan lebih tebal sehingga memengaruhi ukuran gizzard. Oleh karena itu, bobot gizzard sangat dipengaruhi oleh aktivitas otot dalam mencerna makanan (Akoso, 1998). Persentase gizzard terhadap bobot tubuh menurun dengan bertambahnya umur pemotongan (Kurtini dkk., 2011). Bobot gizzard broiler umur 6 minggu panen sebesar 44,76 g atau 3,12% (Purba, 1990).


(32)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 02 Juni 2014--09 Juli 2014 selama 37 hari di Instalasi kandang percobaan Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Analisis proksimat ransum dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

B. Bahan Penelitian

1. Ayam

Ayam yang digunakan pada penelitian ini adalah broiler strain Lohmann dengan merk MB 202® sebanyak 100 ekor berasal dari PT. Multi Breeder Adirama Indonesia, Tbk yang dipelihara selama 28 hari. Rata-rata bobot tubuh DOC adalah 49,00±2,24 g dengan koefisien keragaman 4,56%. Rata-rata bobot ayam umur 2 minggu yang digunakan pada saat perlakuan dilaksanakan adalah 295,99±11,03 g dengan koefisien keragaman 3,73%.

2. Ekstrak Daun Binahong

Eksrak daun binahong dibuat dengan menggunakan metode maserasi. Daun binahong sebanyak 750 g, dipotong dalam ukuran yang kecil-kecil 2 cm,


(33)

20

kemudian dioven dengan suhu 600C selama 5 jam. Setelah dioven, daun binahong digiling hingga halus. Tahap ekstraksi dilakukan melalui perendaman daun

binahong yang telah digiling menggunakan methanol selama 4 hari. Tahap

selanjutnya dilakukan evaporasi dengan evaporator sampai terpisah antara ekstrak dan methanol. Hasil yang terpisah akan menghasilkan 60 mg ekstrak daun

binahong (Astuti, 2011).

3. Ransum

Ransum yang digunakan pada penelitian ini tediri dari tepung jagung, dedak, bungkil kelapa sawit, bungkil kedelai, dan tepung ikan. Berikut formulasi ransum dan kandungan nutrisi ransum pada Tabel 1 dan Tabel 2, sedangkan analisis proksimat bahan pakan pada Tabel 4.

Tabel 1. Formulasi ransum penelitian

Bahan pakan Formulasi I*) (%) Formulasi II**) (%)

Dedak kasar 4,50 6,50

Tepung jagung 54,00 55,00

Bungkil kopra 4,00 27,50

Bungkil kedelai 29,50 5,00

Tepung ikan Premix 7,00 1,00 5,00 1,00

Total 100,00 100,00

Keterangan : *) pemberian ransum umur 1--18 hari **) pemberian ransum umur 19--28 hari Tabel 2. Kandungan nutrisi ransum

Kandungan Nutrisi Formulasi I Formulasi II

Protein kasar(%) 22,15 20,42

Lemak kasar (%) 6,08 6,22

Serat kasar (%) 1,31 1,32

Ca (%) 1,30 1,13

P (%) 0,68 0,48


(34)

21

Tabel 3. Standar kebutuhan nutrisi broiler (Lesson dan Summer, 2005)

Kandungan Nutrisi Umur 1--18 hari Umur 19--28 hari

Protein kasar(%) 22,00 20,00

Methionin (%) 0,22 0,44

Ca (%) 0,95 0,92

P (%) 0,45 0,41

Energi Metabolis (kkal/kg) 3.050 3.100

Tabel 4. Analisis proksimat bahan pakan

Kadar Nutrisi Tepung jagung Dedak halus Bungkil kopra Tepung ikan Bungkil Kedelai Bahan kering (%) 88,75 91,68 92,11 86,47 88,74 Protein kasar (%) 7,92 8,53 15,53 63,61 42,17

Lemak kasar (%) 7,73 15,86 7,63 5,05 7,63

Serat kasar (%) 1,25 13,55 1,49 1,92 1,92

Abu (%) 1,92 10,78 7,96 16,55 16,55

BETN (%) 82,8 51,00 40,75 9,08 9,08

EM (kkal/kg) 3.370 2.980 3.394 3.300 2.280

Sumber : Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2014.

4. Air minum

Air minum yang digunakan dalam penelitian berupa air sumur yang diberikan secara ad libitum ketika broiler berumur 1--14 hari tanpa perlakuan, sedangkan umur 15-28 hari diberikan larutan ekstrak daun binahong sesuai dengan perlakuan yang diberikan P0 : 0 mg/kg berat badan; P1 : 100 mg/kg berat badan; P2 : 150 mg/kg berat badan; P3 : 200 mg/kg berat badan; dan P4 : 250 mg/kg berat badan.

5. Vaksin dan vitamin

Vaksin dan vitamin yang diberikan pada penelitian ini disajikan dalam Tabel 5 sebagai berikut.


(35)

22

Tabel 5. Program vaksinasi dan vitamin yang dilakukan selama pemeliharaan dan jenis vaksin yang diberikan.

Umur (hari)

Program vaksinasi

Dosis Aplikasi Program vitamin

Aplikasi

1 Larutan Gula Minum

2-5 Vitachicks® Minum

5 Medivac ND® Medivac AI®

1 tetes 0,2 cc

Tetes Injeksi

intramuskuler

6-7 Vitastress ® Minum

8-9 Vitachicks ® Minum

10 Medivac gumboro B®

1 tetes Oral melalui mulut

11-13 Vitastress ® Minum

14 ND Lasota® 0,2 cc Minum

C. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini tertera pada Tabel 6 Tabel 6. Alat yang digunakan penelitian.

No (1) Alat (2) Spesifikasi Penggunaan (3) Jumlah (4)

1 Bambu Membuat sekat-sekat kandang -

2 Sekam Alas (litter) kandang -

3 Koran Pelapis sekam

4 Plastik terpal Tirai penutup kandang -

5 Brooder Pemanas area brooding 1 set 6 Tempat ransum baki

(chick feeder tray)

Tempat ransum ayam umur 1--12 hari 2 buah 7 Tempat ransum gantung

(hanging feeder)

Tempat ransum ayam umur 12--24 hari

20 buah 8 Tempat air minum

berbentuk tabung

Tempat air minum 20 buah

9 Timbangan kapasitas 2 kg dengan ketelitian 10 g

Menimbang day old chick (DOC) 1 buah 10 Timbangan kapasitas 10

kg dengan ketelitian 50 g

Menimbang ransum dan ayam 1 buah 11 Timbangan elektrik

dengan ketelitian 0,01 g

Menimbang ekstrak daun binahong 1 buah 12 Thermohygrometer Mengukur suhu dan kelembaban

kandang


(36)

23

(1) (2) (3) (4)

13 Hand sprayer Alat sanitasi 1 buah

14 Karung dan plastik Tempat ransum 20 buah

15 Alat tulis dan kertas Mencatat data yang diperoleh 1 set 16 Pisau dan talenan Memotong daun binahong 1 set

17 Baskom Merendam dalam proses maserasi 1 buah

18 Tabung reaksi Mereaksikan larutan 5 buah

19 Saringan Menyaring larutan 1 buah

20 Gelas ukur Mengukur volume larutan 5 buah

21 Pipet tetes Mengambil larutan 5 buah

22 Timbangan elektrik Menimbang sampel 1 buah

23 Kertas saring Menyaring larutan 1 set

24 Penangas Memanaskan larutan 1 buah

25 Spatula Mengaduk larutan 2 buah

D. Metode Penelitian

Metode penelitian dilakukan secara eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan. Masing-masing ulangan terdiri atas 5 ekor ayam. Perlakuan dosis ekstrak daun binahong terdiri atas, 1. P0 : 0 mg/kg berat badan

2. P1 : 100 mg/kg berat badan 3. P2 : 150 mg/kg berat badan 4. P3 : 200 mg/kg berat badan 5. P4 : 250 mg/kg berat badan

E. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis ragam pada taraf 1% dan atau 5%. Jika hasil analisis menunjukkan hasil nyata, maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5% (Steel dan Torrie, 1993).


(37)

24

F. Pelaksanaan Penelitian

1. Tahapan pembuatan ekstrak daun binahong

Tahapan persiapan pembuatan ekstrak yang dilakukan :

1) mengambil bagian daun binahong yang sudah dipisahkan dengan batangnya; 2) memotong daun dalam ukuran yang kecil-kecil 2 cm;

3) mengoven daun dengan suhu 600 C selama 5 jam; 4) menggiling daun yang telah kering hingga halus;

5) merendam daun dengan menggunakan metanol selama 4 hari;

6) mengevaporasi dengan evaporator sampai terpisah antara ekstrak dan metanol (Astuti, 2011).

2. Tahapan persiapan kandang

Kandang dibersihkan seminggu sebelum DOC datang (chick in), kemudian didesinfeksi dengan desinfektan. Tahapan yang dilakukan :

1) membuat sekat kandang dari bambu berukuran 1x1x0,5 m untuk kepadatan kandang 10 ekor m2 sebanyak 20 petak;

2) mencuci peralatan kandang (feeder tray, hanging feeder, dan tempat air minum);

3) menyemprot kandang dengan desinfektan;

4) mengapur dinding, tiang, sekat kandang, dan lantai kandang; 5) memasang sekat;

6) menaburi lantai kandang dengan sekam setebal 5--10 cm apabila kapur telah kering.


(38)

25

3. Tahap pelaksanaan penelitian

DOC yang telah tiba ditimbang untuk mengetahui bobot tubuh awalnya,

kemudian memasukkan kedalam area brooding dan memberikan larutan gula 5%. DOC berada dalam area brooding selama 14 hari. Setelah lepas dari area

brooding, maka DOC dibagi ke dalam 20 petak kandang percobaan secara acak. Setiap unit percobaan terdiri dari 5 ekor ayam. Semua petak kandang diberi nomor untuk memudahkan pelaksanaan penelitaan.

Air minum yang digunakan dalam penelitian ini adalah air sumur yang diberikan secara ad libitum dan larutan ekstrak daun binahong. Air minum diberikan ad libitum ketika broiler berumur 1--14 hari, sedangkan umur 15--28 hari diberikan larutan ekstrak daun binahong pada jam 9 setelah dipuasakan selama 2 jam. Kemudian setelah habis, diberikan air minum secara ad libitum dan pengukuran sisa air minum pada pukul 07.00 WIB. Ransum diberikan secara ad libitum dan sisa konsumsinya diukur setiap seminggu sekali.

Pengukuran suhu dan kelembapan kandang sebagai data penunjang dilakukan pada pukul 08.00, 12.00, dan 17.00 WIB. Alat yang digunakan adalah

thermohygometer yang digantung di dinding kandang. Program vaksinasi yang dilakukan adalah Medivac ND Clone® dan Medivac ND® menyesuaikan jadwal vaksinasi dari breeder®. Vitamin yang diberikan adalah Vitachicks® dan

Vitastress® melalui air minum.

Pengukuran peubah dilakukan setelah broiler berumur 28 hari, sebelum dipotong ayam dipuasakan 6 jam lalu ditimbang bobot hidupnya. Tujuan pemuasaan adalah


(39)

26

untuk mempermudah pengolahan, mencegah karkas dan giblet tercemar feses. Untuk pengambilan sampel diambil 10% dari jumlah ayam per petak. Menurut Nova dkk. (2002), pengambilan sampel 10% telah mewakili populasi. Setiap petak kandang diambil sampel sebanyak satu ekor. Jumlah ayam yang dipotong adalah 20 ekor.

Pemotongan dilakukan dengan metode kosher yaitu dengan memotong vena jugularis, arteri carotis, esophagus, dan trachea. Pengeluaran darah dilakukan selama 2 menit, kemudian ayam dicelupkan ke dalam air panas (65--800C) selama 5--30 detik (Soeparno, 1998). Pembersihan bulu dilakukan dengan tangan, organ dalam dan isi saluran pencernaan dikeluarkan kemudian dibersihkan, dilanjutkan dengan penimbangan bobot karkas dan giblet yang terdiri dari hati, jantung dan gizzard.

G. Peubah yang diamati

1. Bobot hidup

Pengukuran bobot hidup (g/ekor) dilakukan dengan cara penimbangan ayam percobaan setelah dipuasakan selama 6 jam (Soeparno, 2005).

2. Bobot karkas

Bobot karkas (g) ditimbang berdasarkan ayam tanpa darah, bulu, kepala sampai batas pangkal leher, kaki sampai batas lutut, dan organ dalam (Rasyaf, 1992).


(40)

27

3. Bobot giblet

Bobot giblet (g) ditimbang berdasarkan bobot hati, jantung, dan gizzard yang telah dibersihkan dari kotoran (Kurtini, dkk., 2011).


(41)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

(1) pengaruh pemberian ekstrak daun binahong 100--250 mg/kg berat badan dalam air minum berbeda nyata (P<0.05) terhadap bobot hidup dan giblet broiler, tetapi tidak tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap bobot karkas. (2) pemberian ekstrak daun binahong dalam air minum pada 200--250 mg/kg

berat badan secara nyata menurunkan bobot hidup, bobot karkas dan giblet broiler dibandingkan dengan kontrol.

B. SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pemberian tepung daun binahong dalam ransum komersial.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, J. O. 1957 Effect Of Alfalfa Saponin On The Performance Of Chicks And Laying Hens. Poult. Sci. 36: 873-876.

Andriani, D. 2012. Pengaruh Kepadatan Kandang terhadap Performans Broiler di Semi Closed House. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia. Jakarta.

Akoso, T. 1998. Kesehatan Unggas Panduan Bagi Petugas Teknis Penyuluhan dan Peternak. Cetakan ke-4. Kanisius. Yogyakarta.

Astuti, S.M. 2011. Skrining Fitokimia Dan Uji Aktifitas Antibiotika Ekstrak Etanol Daun, Batang, Bunga dan Umbi Tanaman Binahong (Anredera Cordifolia (Ten) Steenis. Balai Besar Pengujian Mutu Dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH). Bogor. dan Fakulti Kejuteraan Kimia dan Sumber Asli (Bioproses), Universiti Malaysia Pahang. Malaysia.

Badan Pusat Statistik. 2013. Populasi Ternak.

http://bps.go.id/tab-sub/view.php?kat=3&tabel=&daftar=1&id-subjek=24&notab=12. 27 Januari 2014.

Blakely, J. dan D.H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Cetakan ke-3. Diterjemahkan oleh Srigandono, B. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.

Cheeke, P. R. and Oldfield, J. E. 1970. In Vitro Inhibition Of Succinate Oxidation by Alfalfa Saponin. Can. J. Anim. Sci. 50: 107-112.

Daryanti. 1982. Perbandingan Komposisi Tubuh Antara Ayam Jantan Petelur Dekalb dan Harco Dengan Ayam Jantan Broiler. Karya Ilimiah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tanaman Obat. Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.

Ensminger. 1980. Feed Nutrition Complete. The Enminger Publishing Company. Clovis. California.


(43)

37 Food and Agriculture Organization. 2005. Endogeneous and Exogeneous Feed

toxins.

http://fao.or/docrep/article/Agrippa/659_en_10.htm3TopOfPage2005. 21 Februari 2014

Francis, G., Z. Keren, H.P.S. Makkar, and K. Backer. 2002. The Biological Action of Saponin in Anymal System. A riview. Journal Nutrition British. 88. 587-605.

Heywang, B. W. and Bird, H. R. 1954. The Effect Of Alfalfa Saponin On The Growth, Diet Consumption and Efficiency Of Diet Utilization Of Chicks. Poult. Sci. 33: 239-241.

Harbone. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Terjemahan : K. Padmawinata dan I. Sudira. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Ishaaya, I. and Birk, Y. 1965. Soybean Saponins. IV. The Effect Of Proteins On The Inhibitory Activity Of Soybean Saponins On Certain Enzymes. J. Food Sci. 30: 118-120.

Jull, M.A. 1979. Poultry Husbandry. 3rd edition. McGraw Hill Publishing Company. New Delhi.

Klita, P.T., G.W. Mathison and T.W. Fenton. 1996. Effect of Alfalfa root saponin on digestive function in sheep. Journal Of Animal Science 74: 1144-1156. Kurtini, T., K. Nova, dan D. Septinova. 2011. Produksi Ternak Unggas. AURA

Printing dan Publishing. Bandar Lampung.

Lesson, D.J. and Summer, M.C. 2005. Poultry Feeds and Nutrision. The AVI Publishing Co. Inc. Westport, Conecticut.

Liman dan N. Purwaningsih. 2002. Nutrisi Ternak Dasar. Buku Ajar. Jurusan Produksi Ternak. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.

Makalalag, I.W., A. Wullur, dan W. Wiyana. 2013. Uji Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) terhadap Kadar Gula Darah pada Tikus Putih Jantan GAlur Wilstar (Rattus norvegius) yang Diinduksi Sukrosa. Jurnal Ilmiah Farmasi-Unsrat. Vol. 2 no. 01. ISSN 2302-2493. Manoi, F. 2009. Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Sebagai Obat.

Jurnal Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri.Volume 15 Nomor 1. ISSN 0853 – 8204.

McLelland, J. 1990. A Colour Atlas of Avian Anatomy. Wolfe Publishing Ltd., London.


(44)

38 Medion. 2012.

http://ayamkampung.org/artikel/penyakit-pernapasan-yang-tak-pernah-tuntas-.html. diakses pada 20 Agustus 2014.

Noorhamdani, .A.S., Sudiarto, dan V. Uxiana. 2010. Uji Ekstrak Daun Binahong (Anredera Cordifolia) sebagai Antimikroba terhadap Staphylococcus Aureus Secara In Vitro. Program Studi Pendidikan Dokter. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Malang.

North, M.O. and D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th edition. Van Nostrand Rainhold. New York.

Nova, K., T. Kurtini, dan Riyanti. 2002. Buku Ajar Menejemen Usaha Ternak Unggas. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Parakkasi, A. 1998. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik. Cetakan Ke-1. Angkasa. Bandung.

Poedjiadi, A. dan F.M.T. Supriyanti. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. UI Press. Jakarta.

Purbowati, O. 2011. Pengaruh Campuran Ekstrak Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dan Sambiloto (Andrographins paniculata Nees) terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Jantan. Departemen Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia.

Rasyaf. 2011. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta. Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tingkat Tinggi.

Edisi ke-6. Terjemahan : K. Padmawanita. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Setiaji A. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Petroleum Eter, Etil, Asetat dan Etanol, 70% Rhizoma Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 11229 serta Skrining Fitokimianya. Skripsi Fakultas Farmasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Indonesia.

Shabella, R. 2013. Terapi Daun Binahong. Cetakan 1. Cable Book. Jakarta. Siswanto, P. 2004. Pengaruh Persentase Pemberian Ransum pada Siang dan

Malam Hari terhadap Persentase Karkas, Giblet dan Lemak Abdominal Broiler pada Frekuensi Pemberian Ransum Empat Kali. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.

Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging Edisi ke-2. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.


(45)

39 ________. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging Edisi ke-4. Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta.

Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika.

Diterjemahkan oleh Bambang Sumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sturkie, P.D. 1976. Avian Physiology. 3rd Ed. Spinger-verlag, New York. Syamsuhidayat, S. S. dan H. J. Robinson. 1991. Inventaris Tanaman Obat

Indonesia II. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Voight, R.. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah Soendari, N.S.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-3. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Wahyudi, A. 2012. Ketua Umum Perhimpunan Industri Peternakan Ayam Ras (Pintar). http://lampung.tribunnews.com/2012/12/12/konsumsi-daging-ayam-ditarget-7-kgkapita. diakses pada 2 Juli 2014.


(1)

27 3. Bobot giblet

Bobot giblet (g) ditimbang berdasarkan bobot hati, jantung, dan gizzard yang telah dibersihkan dari kotoran (Kurtini, dkk., 2011).


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

(1) pengaruh pemberian ekstrak daun binahong 100--250 mg/kg berat badan

dalam air minum berbeda nyata (P<0.05) terhadap bobot hidup dan giblet broiler, tetapi tidak tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap bobot karkas.

(2) pemberian ekstrak daun binahong dalam air minum pada 200--250 mg/kg

berat badan secara nyata menurunkan bobot hidup, bobot karkas dan giblet broiler dibandingkan dengan kontrol.

B. SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pemberian tepung daun binahong dalam ransum komersial.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, J. O. 1957 Effect Of Alfalfa Saponin On The Performance Of Chicks And Laying Hens. Poult. Sci. 36: 873-876.

Andriani, D. 2012. Pengaruh Kepadatan Kandang terhadap Performans Broiler di Semi Closed House. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia. Jakarta.

Akoso, T. 1998. Kesehatan Unggas Panduan Bagi Petugas Teknis Penyuluhan dan Peternak. Cetakan ke-4. Kanisius. Yogyakarta.

Astuti, S.M. 2011. Skrining Fitokimia Dan Uji Aktifitas Antibiotika Ekstrak

Etanol Daun, Batang, Bunga dan Umbi Tanaman Binahong (Anredera

Cordifolia (Ten) Steenis. Balai Besar Pengujian Mutu Dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH). Bogor. dan Fakulti Kejuteraan Kimia dan Sumber Asli (Bioproses), Universiti Malaysia Pahang. Malaysia.

Badan Pusat Statistik. 2013. Populasi Ternak.

http://bps.go.id/tab-sub/view.php?kat=3&tabel=&daftar=1&id-subjek=24&notab=12. 27 Januari 2014.

Blakely, J. dan D.H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Cetakan ke-3. Diterjemahkan oleh Srigandono, B. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.

Cheeke, P. R. and Oldfield, J. E. 1970. In Vitro Inhibition Of Succinate Oxidation by Alfalfa Saponin. Can. J. Anim. Sci. 50: 107-112.

Daryanti. 1982. Perbandingan Komposisi Tubuh Antara Ayam Jantan Petelur Dekalb dan Harco Dengan Ayam Jantan Broiler. Karya Ilimiah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tanaman Obat. Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.

Ensminger. 1980. Feed Nutrition Complete. The Enminger Publishing Company. Clovis. California.


(4)

37 Food and Agriculture Organization. 2005. Endogeneous and Exogeneous Feed

toxins.

http://fao.or/docrep/article/Agrippa/659_en_10.htm3TopOfPage2005. 21 Februari 2014

Francis, G., Z. Keren, H.P.S. Makkar, and K. Backer. 2002. The Biological Action of Saponin in Anymal System. A riview. Journal Nutrition British. 88. 587-605.

Heywang, B. W. and Bird, H. R. 1954. The Effect Of Alfalfa Saponin On The Growth, Diet Consumption and Efficiency Of Diet Utilization Of Chicks. Poult. Sci. 33: 239-241.

Harbone. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Terjemahan : K. Padmawinata dan I. Sudira. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Ishaaya, I. and Birk, Y. 1965. Soybean Saponins. IV. The Effect Of Proteins On The Inhibitory Activity Of Soybean Saponins On Certain Enzymes. J. Food Sci. 30: 118-120.

Jull, M.A. 1979. Poultry Husbandry. 3rd edition. McGraw Hill Publishing Company. New Delhi.

Klita, P.T., G.W. Mathison and T.W. Fenton. 1996. Effect of Alfalfa root saponin on digestive function in sheep. Journal Of Animal Science 74: 1144-1156. Kurtini, T., K. Nova, dan D. Septinova. 2011. Produksi Ternak Unggas. AURA

Printing dan Publishing. Bandar Lampung.

Lesson, D.J. and Summer, M.C. 2005. Poultry Feeds and Nutrision. The AVI Publishing Co. Inc. Westport, Conecticut.

Liman dan N. Purwaningsih. 2002. Nutrisi Ternak Dasar. Buku Ajar. Jurusan Produksi Ternak. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.

Makalalag, I.W., A. Wullur, dan W. Wiyana. 2013. Uji Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) terhadap Kadar Gula Darah pada Tikus Putih Jantan GAlur Wilstar (Rattus norvegius) yang Diinduksi Sukrosa. Jurnal Ilmiah Farmasi-Unsrat. Vol. 2 no. 01. ISSN 2302-2493. Manoi, F. 2009. Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Sebagai Obat.

Jurnal Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri.Volume 15 Nomor 1. ISSN 0853 – 8204.

McLelland, J. 1990. A Colour Atlas of Avian Anatomy. Wolfe Publishing Ltd., London.


(5)

38 Medion. 2012.

http://ayamkampung.org/artikel/penyakit-pernapasan-yang-tak-pernah-tuntas-.html. diakses pada 20 Agustus 2014.

Noorhamdani, .A.S., Sudiarto, dan V. Uxiana. 2010. Uji Ekstrak Daun Binahong (Anredera Cordifolia) sebagai Antimikroba terhadap Staphylococcus Aureus Secara In Vitro. Program Studi Pendidikan Dokter. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Malang.

North, M.O. and D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th

edition. Van Nostrand Rainhold. New York.

Nova, K., T. Kurtini, dan Riyanti. 2002. Buku Ajar Menejemen Usaha Ternak Unggas. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Parakkasi, A. 1998. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik. Cetakan Ke-1. Angkasa. Bandung.

Poedjiadi, A. dan F.M.T. Supriyanti. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. UI Press. Jakarta.

Purbowati, O. 2011. Pengaruh Campuran Ekstrak Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dan Sambiloto (Andrographins paniculata Nees) terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Jantan. Departemen Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia.

Rasyaf. 2011. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta. Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tingkat Tinggi.

Edisi ke-6. Terjemahan : K. Padmawanita. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Setiaji A. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Petroleum Eter, Etil, Asetat dan Etanol, 70% Rhizoma Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 11229 serta Skrining Fitokimianya. Skripsi Fakultas Farmasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Indonesia.

Shabella, R. 2013. Terapi Daun Binahong. Cetakan 1. Cable Book. Jakarta. Siswanto, P. 2004. Pengaruh Persentase Pemberian Ransum pada Siang dan

Malam Hari terhadap Persentase Karkas, Giblet dan Lemak Abdominal Broiler pada Frekuensi Pemberian Ransum Empat Kali. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.

Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging Edisi ke-2. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.


(6)

39 ________. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging Edisi ke-4. Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta.

Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika.

Diterjemahkan oleh Bambang Sumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sturkie, P.D. 1976. Avian Physiology. 3rd Ed. Spinger-verlag, New York. Syamsuhidayat, S. S. dan H. J. Robinson. 1991. Inventaris Tanaman Obat

Indonesia II. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Voight, R.. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah Soendari, N.S.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-3. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Wahyudi, A. 2012. Ketua Umum Perhimpunan Industri Peternakan Ayam Ras (Pintar). http://lampung.tribunnews.com/2012/12/12/konsumsi-daging-ayam-ditarget-7-kgkapita. diakses pada 2 Juli 2014.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Kolkhisin Terhadap Morfologi dan Jumlah Kromosom Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis)

0 28 89

Penganrh Salep Ekstrak I)aun Binahong (Anredera cordifulia (Tenore) Steenis) terhadap Pembentukan Jaringan Granulasi pada Luka Bakar Tikus Sprngue dawley (Studi Pendahuluan Lama Paparan Luka Bakar 30 Detik dengan Plat Besi

1 19 89

Uji aktivitas ekstrak Etanol 70% daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) terhadap penurunan kadar asam urat dalam darah tikus putih jantan yang diinduksi dengan Kafeina

1 42 73

Pengaruh pemberian salep ekstrak daun Binahong (anredera cordifolia (tenore) steenis) terhadap re-epitelisasi pada luka bakar tikus sprague dawley : studi pendahuluan lama paparan luka bakar 30 detik dengan plat besi

0 20 70

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) DALAM AIR MINUM TERHADAP PERFORMA BROILER

4 65 58

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 70% DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP WAKTU PERDARAHAN Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 70% Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis) Terhadap Waktu Perdarahan (Bleeding Time) Pada Men

0 3 13

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 70% DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP WAKTU PERDARAHAN Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 70% Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis) Terhadap Waktu Perdarahan (Bleeding Time) Pada Men

0 3 13

PENGARUH JUS DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) TERHADAP KADAR KREATININ DARAH MENCIT Pengaruh Jus Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) Terhadap Kadar Kreatinin Darah Mencit (Mus musculus) Swiss Webster.

0 0 14

Identifikasi senyawa dalam fraksi IV ekstrak N-Heksana daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis).

1 43 169

PENGARUH PEMBERIAN JAMU TRADISIONAL TERHADAP BOBOT HIDUP, BOBOT KARKAS, BOBOT GIBLET DAN LEMAK ABDOMINAL BROILER

0 1 6