Saponin Kandungan Kimia Daun Binahong

12 Beberapa ribu senyawa fenol telah diketahui strukturnya. Flavonoid merupakan golongan terbesar, tetapi fenol monosiklik sederhana, fenil propanoid, dan kuinon fenolik juga terdapat dalam jumlah yang besar. Beberapa golongan bahan polimer penting dalam tumbuhan seperti lignin, melanin, dan tanin adalah senyawa polifenol Harborne, 1987.

4. Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik alkaloid sering kali beracun pada manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol, jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Umumnya alkaloid tidak berwarna, bersifat optis aktif dan sedikit yang berupa cairan pada suhu kamar Harborne, 1987. Fungsi senyawa alkaloid adalah mengahambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif. Mekanisme kerjanya adalah mengganggu terbentuknya jembatan seberang silang komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel Robinson, 1995.

C. Ekstrak Daun Binahong

Ekstrak adalah cairan kental yang diperoleh dengan cara ekstraksi zat aktif simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai. Setelah 13 itu, semua pelarut diuapkan dan masa yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa, sehingga memenuhi standar baku yang digunakan Depkes RI, 2000 Metode ekstraksi daun binahong dapat dilakukan dengan cara perendaman maserasi selama 5 hari. Perbandingan yang digunakan untuk ekstraksi antara daun binahong dengan air adalah 1:10. Selama penyimpanan wadah yang digunakan berbahan gelas dan setiap hari di kocok beberapa menit. Setelah itu, dilakukan penyaringan dengan kertas saring Wathmann. Perendaman ini termasuk ektraksi yang dingin sehingga tidak merusak kandungan senyawa tanaman binahong Setiaji, 2009. Faktor-faktor yang menentukan hasil ekstraksi adalah jangka waktu sampel kontak dengan cairan pengekstraksi waktu ekstraksi, perbandingan antara jumlah sampel terhadap jumlah cairan pengekstraksi jumlah bahan pengekstraksi, ukuran bahan dan suhu ekstraksi. Lama waktu ekstraksi berpengaruh terhadap kontak dengan sampel, sehingga titik jenuh larutan akan bertambah. Perbandingan jumlah pelarut dengan jumlah bahan berpengaruh terhadap efisiensi ekstraksi. Jumlah pelarut yang berlebihan tidak akan mengekstrak lebih banyak, namun dalam jumlah tertentu pelarut dapat bekerja optimal. Ekstraksi akan lebih cepat dilakukan pada suhu tinggi, tetapi hal ini dapat mengakibatkan beberapa komponen mengalami kerusakan. Penggunaan suhu 50° C menghasilkan ekstrak yang optimum dibandingkan dengan suhu 40°C dan 60° C Voight, 1994. 14

D. Bobot Hidup Unggas

Menurut Soeparno 1998, bobot hidup adalah hasil penimbangan ayam setelah dipuasakan selama ± 6 jam. Tujuan ayam dipuasakan adalah mengosongkan saluran pencernaan agar terhindar dari pencemaran atau kontaminasi bakteri Salmonella selama prosesing Nova dkk, 2002. Bobot hidup broiler yang dipanen pada umur panen 5 minggu adalah 1.132 g, sedangkan menurut Siswanto 2004, pada umur panen 6 minggu bobot hidup broiler rata-rata 1.950--2.150 g. Menurut Rasyaf 2011, bobot hidup merupakan impelemtasi dari konsumsi ransum, sehingga bobot hidup yang tinggi diakibatkan oleh konsumsi ransum yang tinggi pula. North dan Bell 1990 menyatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi bobot hidup broiler adalah pakan nutrisi, genetik, jenis kelamin, suhu, dan tata laksana. Menurut Soeparno 1998, faktor genetik dan lingkungan juga memengaruhi laju pertumbuhan komposisi tubuh yang meliputi distribusi bobot, komposisi kimia, dan komponen karkas.

E. Karkas

Karkas merupakan hasil pemotongan unggas yang yang telah dibuang darah, bulu, kepala dan leher, kaki, serta isi perut dan isi rongga Aksi Agraris Kanisius, 2003. Menurut Soeparno 1998, bagian karkas terdiri dari tulang, daging, dan lemak yang terbentuk dari bagian hasil pencernaan makanan yang tidak terbuang. Selanjutnya menurut Priyanto 2003, persentase bobot karkas yang dihasilkan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Kolkhisin Terhadap Morfologi dan Jumlah Kromosom Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis)

0 28 89

Penganrh Salep Ekstrak I)aun Binahong (Anredera cordifulia (Tenore) Steenis) terhadap Pembentukan Jaringan Granulasi pada Luka Bakar Tikus Sprngue dawley (Studi Pendahuluan Lama Paparan Luka Bakar 30 Detik dengan Plat Besi

1 19 89

Uji aktivitas ekstrak Etanol 70% daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) terhadap penurunan kadar asam urat dalam darah tikus putih jantan yang diinduksi dengan Kafeina

1 42 73

Pengaruh pemberian salep ekstrak daun Binahong (anredera cordifolia (tenore) steenis) terhadap re-epitelisasi pada luka bakar tikus sprague dawley : studi pendahuluan lama paparan luka bakar 30 detik dengan plat besi

0 20 70

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) DALAM AIR MINUM TERHADAP PERFORMA BROILER

4 65 58

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 70% DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP WAKTU PERDARAHAN Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 70% Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis) Terhadap Waktu Perdarahan (Bleeding Time) Pada Men

0 3 13

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 70% DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP WAKTU PERDARAHAN Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 70% Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis) Terhadap Waktu Perdarahan (Bleeding Time) Pada Men

0 3 13

PENGARUH JUS DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) TERHADAP KADAR KREATININ DARAH MENCIT Pengaruh Jus Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) Terhadap Kadar Kreatinin Darah Mencit (Mus musculus) Swiss Webster.

0 0 14

Identifikasi senyawa dalam fraksi IV ekstrak N-Heksana daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis).

1 43 169

PENGARUH PEMBERIAN JAMU TRADISIONAL TERHADAP BOBOT HIDUP, BOBOT KARKAS, BOBOT GIBLET DAN LEMAK ABDOMINAL BROILER

0 1 6