Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
12
dijadikan pemuas nafsu tentara Jepang atau yang dikenal dengan Jugun Ianfu
. Orang-orang Jepang yang akan menggunakan jasa Jugun Ianfu harus membeli karcis pada penjaga asrama, tanpa bisa memberontak para
Jugun Ianfu dengan terpaksa melayani orang-orang Jepang. Siksaan fisik
dan luka batin tidak bisa terhindarkan oleh para Jugun Ianfu. Kemerdekaan Indonesia menghadapkan nasib baru yang tidak pasti
akan di alami para Jugun Ianfu. Mardiyem harus berpindah-pindah tempat untuk menari perlindungan karena untuk kembali ke Yogyakarta sangat
susah. Sampai akhirnya Mardiyem di pinang oleh Ahmad Mingun. Mereka menikah dan di karuniai seorang anak laki-laki. Mardiyem dan
keluarganya memutuskan untuk kembali ke Yogyakarta dan memulai hidup dengan uang pensiunan Ahmad Mingun.
Tahun 1993 Mardiyem melaporkan diri ke Lembaga Bantuan Hukum Yogyakarta sebagai mantan Jugun Ianfu. Meskipun mendapat
tudingan jelek dan pengucilan dari masyarakat dengan berat hati Mardiyem menerima. Mardiyem berjuang menuntut pemerintah Jepang
untuk meminta maaf dan memberikan dana kompensasi kepada mantan Jugun Ianfu
. Selain itu perjuangan Mardiyem menuntut keadilan tidak lain untuk menjaga martabat bangsa. Perjuangan Mardiyem tidak di bantu oleh
pemerintah Indonesia, bantuan justru datang dari Lembaga Bantuan Hukum Yogyakarta. Perjuangan Mardiyem sempat membuahkan hasil
dengan adanya dana dari AWF sebuah lembaga swasta Jepang. Dana yang seharusnya diperuntukan bagi mantan Jugun Ianfu namun oleh Menteri
13
Sosial waktu itu Inten Suwono di alokasikan untuk pembangunan panti jompo dan sampai sekarang belum ada rincian penggunaan dana.
Buku dari A. Budi Hartono dan Dadang Juliantoro yang berjudul Derita Paksa Perempuan
Kisah Mantan Jugun Ianfu pada Masa Penjajahan Jepang, 1942-1945
. Buku tersebut diterbitkan oleh Pustaka Sinar Harapan tahun 1997 di Jakarta. Buku tersebut mengisahkan secara
rinci bagaimana kehidupan Mardiyem sejak kecil sampai direkrut dan menjalani kehidupan paksa sebagai Jugun Ianfu di asrama Telawang.
Setelah menjadi mantan Jugun Ianfu Mardiyem membuka luka masa lalunya di tahun 1993 ketika Lembaga Bantuan Hukum Yogyakarta
membuka ruang pengaduan. Mardiyem mengakui dirinya sebagai mantan Jugun Ianfu
dan mendedikasikan diri untuk memperjuangkan hak-hak mantan Jugun Ianfu. Mulai dari tuntutan yang di layangkan Mardiyem
untuk pemerintah Jepang, perjalanan perjuangan Mardiyem untuk mencari keadilan, hasil tuntutan dan akhir perjuangan Mardiyem di bahas dalam
buku ini. Buku kedua adalah Momoye Mereka Memanggilku. Buku Karya
Eka Hindra dan Koichi Kimura yang diterbitkan Esensi Erlangga Group tahun 2007. Hampir sama dengan buku yang pertama namun buku karya
Eka Hindra dan Koichi Kimura lebih mengedepakan wawancara dengan narasumber yaitu Mardiyem. Perjalanan hidup Mardiyem sejak kecil dan
kehidupan Mardiyem dijelaskan lebih rinci dalam buku ini. Dalam buku ini juga didapat pengalaman perjalanan Mardiyem ke negara-negara