Periode Pertama 465-478 H, sebelum wafatnya Imam al-H{aramain Periode Kedua 478-488 H

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id kemudian melahirkan penafsiran dalam berbagai permasalahan dan di antaranya permasalahan akidah, fiqih dan tashawwuf. 2. Penafsiran al-Ghazali tentang masalah akidah, al-Ghazali tercatat sebagai pengikut pemikiran madhhab imam Ash’ari. Selain bukti bahwa karya-karya al-Ghazali tentang masalah akidah selalu membela paham Ash’ari, fakta tersebut juga terbukti benar jika meneliti penafsiran-penafsiran al-Ghazali terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara masalah-masalah akidah. Pembuktian paham al-Ghazali dalam dalam Tafsir al-Imam al-Ghazali tersebut akan lebih otoritatif, karena bersumber dari pokok agama, yaitu Al-Qur’an. Bahkan, Dalam pemikiran akidah, al- Ghazali adalah seorang yang dikenal sebagai figur penting dalam penyebaran dan perkembangan madhhab Imam ‘Ash’ari setelah al-Baqilani dan Imam al- H{aramain al-Juwaini. al-Ghazali dalam tafsirnya juga berijtihad dalam masalah disiplin ilmu fiqih. Dalam sejarahnya, fiqih al-Ghazali menganut madhhabnya Imam Shafi’i, dengan bukti bahwa di dalam silsilah tokoh-tokoh madhhab Shafi’i, al-Ghazali adalah tokoh penting dan mempunyai kontribusi besar dalam penyebarannya. Karya-karya al- Ghazali juga sangat berpengaruh di dalam silsilah madhhab Shafi’i. Aliran madhhab fiqih yang dianut oleh al-Ghazali tidak terlepas dari pengaruh gurunya, Imam al- Haramain al-Juwaini, yang pengikut madhhab imam Shafi’I dengan karya bukunya yang fenomenal, al-Nihayah Nihayah al-Mat}lab. Kitab al-Nihayah terbukti menjadi kitab dengan madhhab Shafi’i, sebab kitab tersebut adalah kitab yang meringkas empat buku Imam Shafi’i, yaitu kitab al-Um, al-Imla’, al-Buwait}i dan digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Mukhtasar al-Muzani. Empat kitab tersebut adalah kitab pokok dalam madhhab imam Shafi’i yang otentik. Selain itu, penafsiran-penafsiran al-Ghazali di dalam kitab tafsir al-Imam al-Ghazali juga membuktikan bahwa al-Ghazali sesuai dengan imam Shafi’i dalam masalah kaidah dan hukum-hukum fiqih. Walaupun juga, dengan kapasitas keilmuan al-Ghazali, tentu dalam masalah tertentu, al-Ghazali berbeda pendapat dengan Imam Shafi’i. Tidak hanya menjadi tokoh penting dan berpengaruh di dalam disiplin ilmu akidah dan fiqih, dalam sejarah kehidupan al-Ghazali, sudah tidak diragukan lagi bahwa kehidupan al-Ghazali selalu berhubungan dengan dunia tashawwuf yang kental. Kemudian al-Ghazali menjadi tokoh sufi yang berpengaruh di dalam dunia pemikiran Islam. Tasawwuf, di masa al-Ghazali, berada dalam keadaan yang tidak jelas dan diragukan kemurnian sumbernya. Bersama Imam al-Qushairi, al-Ghazali disebut-sebut sebagai seorang yang berusaha mengembalikan ajaran-ajaran tashawwuf yang murni bersandarkan Al-Qur’an dan hadis, setelah di abad sebelumnya ajaran- ajaran tashawwuf disinyalir telah menyimpang dari ajaran pokok agama karena mengalami akulturasi dengan ajaran-ajaran agama dan pemikiran lain. Upaya yang telah dilakukan oleh al-Ghazali terbukti berhasil. Dari pengalaman perjalanan spritualnya, al-Ghazali mampu menghasilkan sebuah metode dalam disiplin ilmu tashawwuf yang kemudian disebut dengan tashawwuf sunni. Pengalaman spiritual al-Ghazali didapat setelah pergulatannya dalam ilmu akidah dan filsafat tidak membuat kedamaian dalam jiwa al-Ghazali. Al-Ghazali juga merasa tidak menemukan keyakinan tentang hakikat kebenaran. Tashawwuf sunni yang diusung al-Ghazali juga sesuai dengan