Kerangka Teori Penerapan Konsep Cyber Notary Di Indonesia Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014

9

2. Manfaat Praktis.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi berupa masukan bagi kalangan praktisi, masyarakat luas, dan pelaku usaha dalam memahami aturan- aturan dalam penerapan konsep cyber notary, serta pemerintah dalam pengembangan infrastruktur hukum dan pengaturannya.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan baik di lingkungan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara maupun perpustakaan Fakultas Hukum Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, bahwa penelitian mengenai “Penerapan Konsep Cyber Notary di Indonesia ditinjau dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014” belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, karena senantiasa memperhatikan ketentuan- ketentuan atau etika penelitian yang harus dijunjung tinggi baik peneliti atau akademis.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Menurut M. Solly Lubis yang menyatakan konsep teori merupakan: “Kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, mengenai suatu kasus ataupun permasalahan problem yang bagi si pembaca menjadi bahan perbandingan, pegangan teori, yang mungkin ia setuju ataupun tidak disetujuinya merupakan Universitas Sumatera Utara 10 masukan eksternal bagi peneliti.” 10 Selain itu, Bruggink mengartikan teori hukum adalah : “suatu keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan berkenaan dengan sistem konseptual aturan-aturan hukum dan putusan-putusan hukum, dan sistem tersebut untuk sebagian penting dipositifkan.” 11 Teori merupakan bagian yang sangat penting dari penelitian ini. Dengan demikian, tentunya akan memudahkan penulis dalam menyusun arah dan tujuannya. Teori bertujuan menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi, dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannya. 12 Kerangka teori dalam penelitian hukum sangat diperlukan untuk membuat jelas nilai-nilai oleh postulat-postulat hukum sampai kepada landasan filosofisnya yang tertinggi. 13 Teori hukum sendiri boleh disebut sebagai kelanjutan dari mempelajari hukum positif, setidak-tidaknya dalam urutan yang demikian itulah kita merekonstruksikan kehadiran teori hukum secara jelas. 14 Pada umumnya, bagi masyarakat yang mengalami perubahan, khususnya perubahan yang bersumber dari kemajuan teknologi akan lebih mudah menghadapi masalah-masalah sosial karena masyarakat itu sendiri belum siap menerima 10 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Sofmedia, Medan, 2012, hal 80. 11 H. Salim H.S., Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2010, hal. 53. 12 J.J.J.M. Wuisman, Penyunting M. Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1996, hal. 203. 13 Satjipto Rahardjo, llmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, cet. ke-7, 2010, hal 254. 14 Satjipto Rahardjo, Ibid., hal. 253. Universitas Sumatera Utara 11 perubahan tersebut sebagai akibat nilai-nilai masyarakat yang telah berubah menilai kondisi lama sebagai kondisi yang tidak lagi dapat diterima 15 Menurut Soerjono Soekanto, proses pembangunan merupakan suatu perubahan yang harus diupayakan agar berjalan teratur dan berkelanjutan sustainable development disetiap sektor antara lain politik, ekonomi, demografi, phisikologi, hukum, intelektual maupun teknologi 16 Apabila kita perhatikan lebih dalam, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam arti luas, yaitu: 17 1. Pemikiran manusia. Akal budi yang diberikan Tuhan pada manusia akan selalu berkembang dari waktu ke waktu, kondisi ini mengakibatkan manusia untuk senantiasa mempergunakan pemikirannya dalam segala aspek kehidupannya. 2. Kebutuhantuntutan manusia. Disatu sisi manusia selalu menginginkan agar kebutuhannya selalu terpenuhi, sementara dilain sisi manusia tidak pernah akan terpuaskan, kondisi ini menyebabkan manusia dengan berbagai usahanya berupaya agar kebutuhannya secara relatif dapat terpenuhi. 3. Cara hidup manusia. Perkembangan jaman selalu berdampak pada timbulnya berbagai perubahan dalam kehidupan manusia, termasuk di dalamnya cara hidup. 15 Paul B. Horton dan Chester L.Hunt, Sosiologi, Erlangga, Jakarta, ed. ke-6, 1992, hal. 85. 16 Soerjono Soekanto, Kegunaan Sosiologi hukum Bagi Kalangan Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, cet. ke-6, 1991, hal. 11. 17 Dikdik M. Arief Mansur Elisaris Gultom, Cyber Law, Aspek Hukum Teknologi Informasi, Refika Aditama, Bandung, cet. ke-2, 2009, hal. 16-17. Universitas Sumatera Utara 12 4. Teknologi kemampuan cipta sarana. Semakin maju kehidupan manusia semakin meningkat pula kemampuan manusia dalam melahirkan teknologi. 5. Komunikasi dan transportasi. Kemajuan sarana komunikasi dan transportasi berakibat pada mudahnya interaksi antara satu tempat dengan tempat lain, negara-negara tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu, semuanya terhubung dalam suatu jaringan global. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini hukum dilihat untuk difungsikan sebagai sarana untuk pembaharuan masyarakat Law as a tool of social engineering agar pembangunan benar-benar berjalan menurut garis kebijaksanaan yang diamanatkan oleh UUD Tahun 1945, seperti yang dikemukakan oleh Mochtar Kusumaatmadja dengan menyesuaikan konsep dari Roscoe Pound terhadap hukum di Indonesia, kemudian oleh Romli Atmasasmita dikembangkan lagi dengan konsep Bureucratic and Social Engineering. sebagaimana dikemukakan Romli Atmasasmita, hukum harus memegang peranan dalam memberdayakan masyarakat dan birokrasi untuk mewujudkan masyarakat madani. 18 Pandangan Mochtar Kusumaatmadja tentang fungsi dan peranan hukum dalam pembangunan nasional, kemudian dikenal sebagai Teori Hukum Pembangunan, diletakkan di atas premis yang merupakan inti ajaran atau prinsip sebagai berikut: 19 18 Romli Atmasasmita, Menata Kembali Masa depan Pembangunan Hukum Nasional, Makalah pada Prapascasarjana Unpad, September 2005. 19 Romli Atmasasmita, Teori Hukum Integratif, Rekonstruksi Terhadap Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif, Genta Publishing, Yogyakarta, 2012, hal. 65-66. Universitas Sumatera Utara 13 a. Semua masyarakat yang sedang membangun selalu dicirikan oleh perubahan dan hukum berfungsi agar dapat menjamin bahwa perubahan itu terjadi dengan cara yang teratur. Perubahan yang teratur menurut Mochtar, dapat dibantu oleh perundang-undangan atau keputusan pengadilan atau kombinasi dari keduanya. Beliau menolak perubahan yang tidak teratur dengan menggunakan kekerasan semata-mata. b. Baik perubahan maupun ketertiban atau keteraturan merupakan tujuan awal dari masyarakat yang sedang membangun, maka hukum menjadi suatu sarana bukan alat yang tidak dapat diabaikan dalam proses pembangunan. c. Fungsi hukum dalam masyarakat adalah mempertahankan ketertiban melalui kepastian hukum dan juga sebagai kaidah sosial harus dapat mengatur membantu proses perubahan dalam masyarakat. d. Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup the living law dalam masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat itu. e. Implementasi fungsi hukum tersebut di atas hanya dapat diwujudkan jika hukum dijalankan oleh suatu kekuasaan, akan tetapi kekuasaan itu sendiri harus berjalan dalam batas rambu-rambu yang ditentukan di dalam hukum itu. Untuk menutupi kelemahan pemberdayaan birokrasi dalam Teori Hukum Pembangunan yang lebih mengutamakan peranan hukum, maka dilengkapi dengan pendekatan bureucratic engineering BE. Pendekatan BE ini mengutamakan konsep “panutan” dan “kepemimpinan” untuk mewujudkan konsep hukum sebagai sarana Universitas Sumatera Utara 14 pembaharuan masyarakat, karena konsep BE menciptakan persepsi dan sikap yang sama antara elemen birokrasi dan elemen masyarakat ke dalam suatu wadah yang disebut “Bureucratic and Social Engineering” BSE. Pendekatan BSE ini oleh Romli Atmasasmita disebut Teori Hukum Pembangunan Generasi II 1980, yang merupakan revisi atas Teori Hukum Pembangunan Generasi I 1970. 20 Selanjutnya, melalui teori Hukum Integratifnya, Romli Atmasasmita menggabungkan teori Hukum Pembangunan Mochtar yang merupakan sistem norma system of norms dan teori Hukum Progresif Satjipto yang merupakan sistem perilaku systems of behavior dengan teori hukumnya yang merupakan sistem nilai system of values. Ketiga hakikat Hukum dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia harus dipandang sebagai satu kesatuan pemikiran yang sesuai dalam menghadapi dan mengantisipasi kemungkinan terburuk abad globalisasi saat ini dengan tidak melepaskan diri dari sifat tradisional masyarakat Indonesia yang masih mengutamakan nilai value moral dan sosial. Ketiga hakikat hukum dalam pemikiran Romli disebut dengan “tripatite character of the Indonesian legal theory of Social and Bureaucratic Engineering SBE.” Rekayasa birokrasi dan rekayasa masyarakat yang dilandaskan pada sistem norma, sistem perilaku dan sistem nilai yang bersumber pada Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia, itulah yang kemudian disebut Teori Hukum Integratif. 21 20 Romli Atmasasmita, Op. Cit., hal. 82-83. 21 Op. Cit., hal. 96-97 Universitas Sumatera Utara 15

2. Konsepsi