TA : Pembuatan Film Naratif Animasi 2D Berjudul "The Postman Story" (Animasi Karakter 2D dan Konsep Cerita).

(1)

(ANIMASI KARAKTER 2D DAN KONSEP CERITA)

TUGAS AKHIR

Oleh :

Nama : Ratna Indah S.

NIM : 07.51016.0023

Program Studi : DIV Komputer Multimedia

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA


(2)

PEMBUATAN FILM NARATIF ANIMASI 2D BERJUDUL

”THE POSTMAN STORY”

(ANIMASI KARAKTER 2D DAN KONSEP CERITA)

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Sain Terapan

Oleh :

Nama : Ratna Indah S.

NIM : 07.51016.0023

Program Studi : DIV Komputer Multimedia

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

2011


(3)

Kata Kunci: Animasi, karakter 2D , sinopsis cerita, treatment, storyboard

Animasi pada umumnya hanya menggunakan satu teknik saja seperti animasi dengan teknik 2D atau 3D. Animasi di Indonesia yang diterapkan ke dalam layanan komersial ataupun film cukup jarang yang menggunakan teknik gabungan 2D dan 3D. Film animasi ini mencoba menerapkan teknik tersebut. Penampilan film animasi ini sekilas tampak seperti animasi 2D namun sebenarnya karakter dibuat dengan teknik 2D sedangkan environtment dibuat dengan teknik 3D.

Animasi 2D dan 3D memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Animasi 2D selalu tampil dengan bentuk maupun warna yang sederhana sedangkan animasi 3D selalu tampil realistik yang menyamai bentuk nyata. Namun kedua animasi tersebut juga memiliki kekurangan. Pergerakan yang terlalu kaku pada animasi 2D dan kerumitan pembuatan karakter atau environment yang kompleks pada animasi 3D. Tetapi kekurangan tersebut dapat saling menutupi apabila kedua teknik digabungkan. Selain itu dengan penggabungan teknik tersebut dapat menghasilkan sebuah animasi yang berbeda.

Proses pembuatan animasi ini dilakukan secara terpisah dikarenakan film ini dikerjakan secara berkelompok yang terdiri dari dua orang. Proses pra produksi dan produksi yang meliputi pengembangan ide dan konsep, pembuatan treatment, storyboard, desain karakter serta animasi karakter 2D dilakukan oleh penulis II (Ratna Indah S.). Sedangkan proses pasca produksi dan pembuatan environtment dengan teknik 3D dilakukan oleh penulis I (Adinda Miftania).

Film animasi ini menggunakan berbagai macam software dari proses pra produksi sampai pasca produksi. Diharapkan laporan tugas akhir ini menjadi panutan bagi para animator muda baik secara teknis, konsep maupun moral yang terkandung di dalamnya.


(4)

Halaman

ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI……… DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR TABEL... ix x xi xiii xv BAB I PENDAHULUAN...

1.1 Latar Belakang... 1.2 Rumusan Masalah... 1.3 Batasan Masalah... 1.4 Tujuan... 1.5 Manfaat... 1 1 3 4 4 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

2.1 Sejarah Tukang Pos... 2.2 Psikologi Anak Umur 4 Sampai 7 Tahun... 2.3 Narasi dan Penceritaan Narasi... 2.4 Proses Pra-Produksi...

6 6 7 10 11 2.4.1 Sinopsis... 2.4.2 Treatment... 2.4.3 Storyboard... 11 14 15 2.5 Teknik Pewarnaan... 2.6 Karakter...

15 17 2.6.1 Jenis-Jenis Karakter... 2.6.2 Desain Karakter... 2.6.3 Karakter dalam Animasi...

17 18 20 2.7 Film Animasi... 22

2.7.1 Jenis-Jenis Animasi... 2.7.2 Teknik Animasi... 2.7.3 Prinsip-Prinsip Animasi...

23 26 28


(5)

2.8 Langkah-Langkah Animasi... 2.9 Pengaturan Waktu Animasi...

34 35 BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA...

3.1 Metodologi... 3.2 Eksisting... 37 37 39 3.2.1 Karakter... 3.2.2 Cerita... 39 43 3.3 Karakter... 3.4 Cerita... 3.5 Sinopsis, Treatment dan Storyboard...

47 56 58 3.5.1 Sinopsis... 3.5.2 Treatment... 3.5.3 Storyboard... 58 59 60 3.6 Animasi... 61

3.6.1 Produksi... 3.6.2 Pasca Produksi...

61 63 BAB IV IMPLEMENTASI KARYA...

4.1 Karakter... 4.2 Treatment... 4.3 Storyboard... 4.4 Animasi Karakter... 4.5 Publikasi... 68 68 77 83 125 128 BAB V PENUTUP...

5.1 Kesimpulan... 5.2 Saran... 130 130 131 DAFTAR PUSTAKA... BIODATA PENULIS... LAMPIRAN... 132 134 135 xii


(6)

1.1 Latar Belakang

Animasi merupakan film yang dibuat frame per frame, dan diberikan ilusi gerakan dengan cara mengganti masing masing frame dengan sangat cepat. Charles Solomon, salah seorang kritikus animasi dalam bukunya (Solomon, 1994) mengatakan bahwa 'animasi bukanlah seni gambar bergerak, melainkan seni gerakan-gerakan yang diambil, mencatat "apa yang terjadi antara setiap frame lebih penting daripada apa yang terjadi pada setiap frame'.

Charles menunjukkan bahwa arti dasar animasi adalah manipulasi gerakan antara frame. Animasi memberikan alternatif perspektif baru pada dunia film untuk menciptakan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan dalam live-shoot menjadi mungkin dilakukan dalam animasi. Animasi dapat menentang hukum gravitasi, keluar dari hukum ruang dan waktu, dan memberikan gerakan dinamis pada benda-benda yang dijadikan objek. Singkatnya, animasi dapat mengubah dunia dan membuat efek fantasi, tapi yang paling penting, dapat menggerakkan imajinasi yang tidak dapat dipahami sebelumnya menjadi bisa dipahami.

Industri perfilman di Indonesia masih dikuasai oleh film-film yang diproduksi secara live shoot seperti sinetron dan FTV. Film animasi 2D maupun 3D yang ditayangkan di televisi juga merupakan film impor. Film animasi hasil produksi Indonesia juga sedikit sekali yang diputar di televisi. Animasi 2D mau pun 3D produksi lokal mayoritas ditayangkan dalam bentuk iklan komersial yang


(7)

berdurasi beberapa detik. Hingga saat ini masih belum ada film animasi Indonesia yang berdurasi panjang.

Teknik-teknik untuk membuat animasi hingga saat ini terus menerus dikembangkan, mulai teknik manual hingga menjadi digital seperti sekarang ini. Animasi telah berkembang dan tumbuh menjadi industri hiburan yang besar. Animasi berdasarkan tekniknya terbagi menjadi tiga, yaitu animasi 2D atau animasi hand-drawn, stop motion yang biasa dikenal dengan animasi clay, dan animasi 3D yang pembuatannya mengandalkan komputer.

Animasi 2D dan 3D pada dasarnya dapat dibedakan dari tampilan visual. Animasi 2D tampak seperti gambar yang bergerak dengan pewarnaan sederhana serta pergerakan yang kaku. Animasi 3D menampilkan karakter kompleks dan pergerakan yang halus. Dalam hal kedetailan dan pergerakan, animasi 2D tidak dapat melebihi animasi 3D, namun animasi 2D memiliki penggemar sendiri. Dalam pengembangan lebih lanjut, gerakan animasi 2D dapat dibuat tampak menyerupai 3D. Pengembangan ini berguna untuk mengatasi kelemahan animasi 3D dalam hal shade pada karakter yang terlalu nyata.

Permasalahan lain yang menjadi latar belakang Tugas Akhir ini adalah tukang pos. Pekerjaan seorang tukang pos menjadi fokus utama dalam film animasi ini. Peran tukang pos yang mulai memudar di mata anak-anak akibat perkembangan zaman dan teknologi, menjadi penyebab digunakan penokohan tukang pos dalam film ini. Nilai-nilai moral keteguhan hati, keiklasan dan tanggung jawab disisipkan dalam cerita untuk memberi contoh kepada anak-anak sebagai penonton.


(8)

Berdasarkan perbedaan yang dijabarkan, muncul sebuah ide untuk membuat film animasi 2D yang dapat digabungkan dengan environment 3D. Pembuatan film animasi secara utuh dikerjakan dalam dua bagian. Pertama adalah bagian yang dibahas dalam Tugas Akhir ini, yaitu membuat animasi karakter 2D yang dapat disatukan dengan lingkungan 3D. Bagian kedua adalah mempersiapkan lingkungan 3D yang dapat disatukan dengan animasi karakter 2D yang dilanjutkan pada Tugas Akhir Dinda yang berjudul Pembuatan Film Animasi 3D Berbasis 2D Menggunakan Teknik Cell Shading Berjudul “The Postman Story”.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah utama pada tugas akhir ini dititik beratkan pada pembuatan tokoh tukang pos dan cerita. Animasi tokoh tukang pos dibuat dalam format 2D yang berikutnya akan diberikan environment 3D pada Tugas Akhir Dinda yang berjudul Pembuatan Film Animasi 3D Berbasis 2D Menggunakan Teknik Cell Shading Berjudul “The Postman Story”. Adapun poin permasalahan pada Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana membuat film yang memvisualisasikan narasi tentang tokoh tukang pos pada animasi 2D yang sesuai dengan anak usia 4 sampai 7 tahun. 2. Bagaimana membuat cerita yang dapat memperkenalkan tokoh tukang pos dan

menyampaikan pesan moral tanggung jawab, keikhlasan dan keteguhan hati kepada anak-anak.


(9)

3. Bagaimana membuat animasi 2D yang dapat digabungkan dengan environment 3D yang dikerjakan oleh pada Tugas Akhir Adinda selaku penulis I.

1.3 Batasan Masalah

Tugas Akhir ini membahas tentang pembuatan tokoh, cerita, dan animasi tukang pos. Detil batasan pada Tugas Akhir ini tertera pada poin-poin sebagai berikut:

1. Membuat film yang memvisualisasikan narasi tentang tokoh tukang pos Indonesia yang sesuai dengan anak usia 4 sampai 7 tahun.

2. Membuat cerita tentang tukang pos yang menyampaikan pesan tentang tanggung jawab, keikhlasan dan keteguhan hati.

3. Setting tempat yang dipakai adalah imajinasi yang tidak terkait dengan negara mana pun.

4. Membuat animasi 2D tokoh tukang pos Indonesia yang dapat diberikan environment 3D pada Tugas Akhir Adinda selaku penulis I.

1.4 Tujuan

Tujuan umum dari tugas akhir ini adalah memperkenalkan profesi tukang pos dalam sebuah cerita yang dianimasikan kepada anak-anak. Tujuan khusus yang ingin di capai dalam Tugas akhir ini antara lain:

1. Mempelajari tokoh animasi tukang pos yang sesuai dengan anak berusia 4 sampai 7 tahun.


(10)

2. Mempelajari cara membuat cerita yang dapat menyampaikan pesan tanggung jawab, keikhlasan dan keteguhan hati kepada anak-anak.

3. Mengetahui cara pembuatan animasi 2D yang dapat digabungkan dengan environment 3D yang dikerjakan oleh Adinda selaku penulis I.

1.5 Manfaat

Hasil Tugas akhir ini adalah animasi yang merupakan penggabungan environment 3D dan tokoh 2D. Adapun manfaat yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

1. Mengenalkan kepada anak-anak di Indonesia tentang profesi tukang pos. 2. Menyampaikan pesan tanggung jawab, keikhlasan dan keteguhan hati kepada

anak.

3. Memberikan kesan baru dengan menggunakan penggabungan teknik 2D dan 3D di bidang animasi Indonesia khususnya di STIKOM Surabaya.


(11)

2.1 Sejarah dan Perkembangan Tukang Pos

Komunikasi adalah hal yang penting dalam membangun sebuah hubungan antar individu. Komunikasi dalam jarak dekat pada umumnya dapat dilakukan dengan saling berbicara. Namun komunikasi jarak jauh seperti antar kota, pulau bahkan negara, hal tersebut sulit untuk dilakukan. Berbeda dengan sekarang dimana teknologi telah merebak ke seluruh penjuru dunia sehingga komunikasi jarak jauh dapat dilakukan hanya dengan menelepon atau mengirim pesan elektronik. Pada zaman dahulu komunikasi jarak jauh dilakukan dengan mengirim surat yang diantarkan oleh tukang pos.

Pada awal mulanya lari estafet yang menjadi salah satu cabang olah raga sebenarnya adalah sistem mengantar surat dan paket yang didirikan oleh Kaisar Julius pada tahun 100 SM. Suatu ketika saat Kaisar Julius tinggal di Inggris, beliau ingin mengirimkan surat kepada Cicero, pujangganya yang berada di Roma. Jarak yang ditempuh selama 26 hari saat mengirim surat pertama dan 28 hari pada surat kedua tersebut dilakukan oleh para budak atau penduduk negeri yang ditaklukan. Mulanya mereka mengirimnya dengan berjalan kaki yang kemudian dilanjutkan dengan mengendarai kuda yang ditempatkan pada semacam pangkalan. Maka dari itulah muncul istilah pos yang berasal dari bahasa Latin positus yang berati ditempatkan. Sistem ini mulai menyebar luas dari kekaisaran Roma sampai runtuhnya kekaisaran tersebut di tahun 400, diterapkan oleh


(12)

pemimpin Mongolia, Kubilai Khan, sampai bangsa Aztec serta Inca di Amerika Selatan (Franky, 2006).

Sistem pengantar surat itu pun mulai berkembang dan berubah dari abad ke abad. Permintaan pengiriman pesan makin banyak dan membutuhkan pengantar surat yang banyak pula. Maka kantor pos mulai berdiri untuk melayani permintaan tersebut. Sesuai dengan perkembangan zaman, pengantar surat yang dahulu mengantar surat dengan berjalan kaki mulai menggunakan kendaraan untuk mempersingkat waktu pengiriman.

2.2 Psikologi Anak Umur 4 Sampai 7 Tahun

Pelajaran dasar seperti bahasa, membaca dan menulis dapat dikenalkan dan diajarkan kepada anak-anak pada usia dini. Tapi tingkat kerumitannya masih dalam tahap paling awal dan hanya bisa meniru perkataan yang diucapkan orang lain (Design Studio, 2009). Menurut John W. Santrock dalam bukunya yang berjudul Adolescence: Perkembangan Remaja (2003: 50), ada 4 teori Piaget, seorang psikolog terkenal dari Swiss, yaitu diantaranya:

1. Tahap sensorimotorik.

Tahap Piaget yang pertama. Tahap yang berlangsung dari lahir sampai umur kira-kira 2 tahun. Pada tahap ini anak mengkonstruksi pemahaman mengenai dunia dengan mengkoordinasi pengalaman sensoris (yang dilihat dan didengar) dengan motorik (fisik).


(13)

2. Tahap praoperasional

Tahap Piaget yang kedua. Pada tahap ini anak-anak mulai memprestasikan dunia dengan kata-kata, citra dan gambar. Tahap ini berlangsung pada anak-anak pada usia 2 sampai 7 tahun.

3. Tahap operasional konkrit

Tahap Piaget yang ketiga ini anak dapat melakukan operasi dan penalaran logis, menggantikan intuitif sepanjang penalaran dapat diaplikasi pada contoh khusus atau konkrit. Tahap ini berlangsung pada anak umur 7 sampai 11 tahun.

4. Tahap operasional formal.

Tahap Piaget yang keempat. Tahap ini berlangsung pada anak usia 11 sampai 15 tahun. Pada tahap ini anak bergerak melebihi dunia pengalaman yang aktual dan konkrit serta berpikir lebih abstrak dan logis.

Sesuai dengan yang telah dijabarkan, anak-anak pada umur 4 sampai 7 tahun, yang termasuk dalam tahap praoperasional, adalah masa dimana seorang anak mempelajari dan mempraktekkan hal-hal yang dilihat dan didengarnya dengan menggunakan pemikirannya (Makalah Psikologi dan Anak Pra Sekolah #2: Makalah Pengaruh Musik Bagi perkembangan Kecerdasan Emosi Anak Prasekolah, 2010). Pada masa ini pula seorang anak mengembangkan kemampuannya untuk menggunakan simbol namun masih belum mengetahui tentang ukuran, kecepatan dan sebab-akibat (Henslin, 2007).

Menurut M. Baitu Alim dalam situs web-nya


(14)

http://www.psikologizone.com/perkembangan-kognitif-masa-awal-anak-anak/06511407 yang berjudul Perkembangan Kognitif Masa Awal Anak-Anak pemikiran praoperasional terbagi dalam 2 subtahap yaitu:

1. Subtahap fungsi simbolis

Subtahap pertama pemikiran yang terjadi saat berumur 2 sampai 4 tahun. Pada tahap ini anak-anak membayangkan secara mental objek benda yang tidak ada dan kemampuan tersebut mengembangkan dunia mental anak secara cepat. Egosentrisme sebagai bentuk ketidakmampuan melihat perspektif dari sudut pandang orang lain adalah pemikiran yang paling menonjol. Begitu juga dengan animisme yang merupakan keyakinan bahwa objek yang tidak bergerak memiliki kehidupan dan dapat bertindak.

2. Subtahap pemikiran intuitif

Subtahap kedua yang terjadi pada umur 4 sampai 7 tahun. Pada tahap ini anak-anak yakin akan pengetahuan dan pemahamannya walau pun tidak begitu mengerti bagaimana mereka mendapatkannya atau dengan kata lain mereka mendapatkannya secara irrasional. Salah satu karakteristiknya adalah conservation yang merupakan keyakinan akan keabadian atribut objek atau situasi tertentu terlepas dari perubahan yang bersifat dangkal. Karakteristik lainnya adalah serentetan pertanyaan yang diajukannya. Namun pertanyaan-pertanyaan mereka menunjukkan perkembangan mental anak dan mencerminkan rasa keingintahuan intelektual mereka.

Pada usia dini ini pembelajaran sudah dapat diberikan seperti pelajaran bahasa Inggris. Pembelajaran bahasa Inggris pada usia dini sangat bagus karena pada usia tersebut seorang anak dapat menyerap ilmu lebih cepat dan dengan kebiasaan mendengarkan bahasa Inggris tanpa disadari hal tersebut akan menjadi


(15)

bekal saat dewasa kelak (English Time Club, 2011). Pembelajaran bahasa Inggris untuk usia dini umumnya dilakukan dengan cara-cara yang menyenangkan seperti membacakan dongeng, bermain games atau dengan menonton film kartun yang menggunakan bahasa Inggris sehingga anak-anak mudah mengingatnya. Namun perlu diperhatikan film kartun yang akan ditonton dikarenakan film yang ditayangkan terkadang mengandung unsur kekerasan. Anak yang menonton film yang mengandung unsur kekerasan, walaupun film tersebut lucu, cenderung akan membuat anak bersikap kasar pada anak lain pada saat bermain, suka berargumen, tidak taat serta sikap negatif lainnya (Gunarsa, 2004).

2.3 Narasi dan Penceritaan Narasi

Pembuatan awal sebuah cerita tak lepas dari narasi. Semua bentuk cerita yang dibuat saat pertama kali adalah berbentuk narasi. Menurut Didin Widyartono dalam situ web-nya http://endonesa.wordpress.com/bahasan-bahasa/keterampilan-berbahasa/ yang berjudul Keterampilan Berbahasa, narasi bertujuan untuk menunjukkan suatu pokok permasalahan. Umumnya disampaikan secara kronologis atau mengandung plot cerita dan ada tokoh yang diceritakan. Narasi terbagi dua jenis yaitu:

1. Narasi sugesti atau runtun peristiwa.

Umumnya pesan atau amanat yang terkandung disampaikan secara tersirat. Menggugah imajinasi, penalaran difungsikan sebagai alat pengungkap makna serta bahasa yang digunakan cenderung figuratif dan menitikberatkan penggunaan konotasi.


(16)

2. Narasi ekspositoris atau runtun kejadian.

Narasi ini menyampaikan informasi yang memperluas pengetahuan. Penalaran digunakan sebagai sarana untuk mencapai kesepakatan rasional. Bahasa yang digunakan pun cenderung informatif dan menitikberatkan penggunaan denotasi.

Narasi yang dibuat tidak akan begitu menarik jika penceritaan yang digunakan tidak menarik pula, terutama untuk anak-anak. Sebuah cerita narasi atau dongeng untuk anak pada umumnya mengandung alur cerita yang ringan dan menyenangkan. Penceritaannya pun baik gaya bercerita, intonasi, ekspresi serta pelafalan yang jelas dapat memudahkan penyerapan dan pemahaman anak akan nilai yang terkandung dalam cerita serta mengembangkan imajinasi anak (Hidayati, 2009).

2.4 Proses Pra-Produksi

Dalam pembuatan sebuah film pasti melewati berbagai macam tahap dan proses. Proses paling awal adalah proses pra-produksi. Proses ini merupakan tahap awal penyusunan dari sebuah film. Dimulai dari ide dan konsep, treatment, storyboard, penulisan skenario dan berbagai macam tahap yang persiapan.

2.4.1 Sinopsis

Sinopsis merupakan perkembangan cerita dari ide dan konsep yang telah ada. Struktur cerita dapat berkembang menjadi cerita yang realistik atau imajinatif. Terdapat 3 babak besar dalam struktur cerita (Tirtha), yaitu:


(17)

1. Babak 1

a. Ordinary world

Cerita dimulai dari dunia biasa dimana tokoh utama berkecimpung. Biasanya sang tokoh utama sudah nyaman dengan keadaannya dan tidak ingin mencari petualangan.

b. Call to adventure

Merupakan titik dimana tokoh utama keluar dari dunianya yang nyaman. c. Refusing the call

Panggilan untuk keluar umumnya disambut dengan penolakan dari sang tokoh utama. Penolakan tersebut dapat disesuaikan dengan jenis cerita atau karakteristik tokoh.

d. Meeting with the mentor

Mentor merupakan karakter guru yang mengajak sang tokoh utama untuk sekali lagi mengambil keputusan keluar dari dunianya.

e. Crossing the first threshold

Merupakan titik dimana sang tokoh utama mengambil keputusan untuk meninggalkan dunianya yang nyaman.

2. Babak 2: Special world

Special world dalam penjelasan merupakan sebuah simbol dimana sang tokoh utama menapaki ”dunia baru” yang berbeda dengan dunianya.

a. Meeting with

Dalam struktur ini selain tokoh utama ada sifat-sifat karakter yang lainnya. Mentor atau karakter guru dapat berubah menjadi teman atau musuh,


(18)

begitu pula pada karakter musuh atau antagonis. Perubahan seperti itu dapat disebut dengan shapeshifter.

1) Tests

Ujian atau rintangan yang harus dihadapi oleh tokoh utama yang mana makin lama menjadi lebih sulit dan semakin pula mengupas karakteristik tokoh utama yang sebenarnya.

2) Allies

Sang tokoh utama akan bertemu teman-teman dalam perjalanannya. 3) Enemies

Musuh-musuh pun juga bermunculan untuk menghadang perjalanan sang tokoh utama.

b. Approach to the inmost cave

Merupakan puncak dari segala rintangan yang telah dilewati sang tokoh utama.

c. Ordeal

Titik dimana tokoh utama melawan rintangan yang paling berat dan keluar sebagai pemenang, atau berakhir tragis jika jalan cerita mempunyai sad ending.

d. Reward

Merupakan titik dimana sang tokoh utama telah melewati rintangan terberat dan mendapatkan ”upah” dari perjalanannya selama ini. ”Upah” tersebut dapat berbeda tergantung dari jenis cerita.


(19)

3. Babak 3

Umumnya merupakan bagian terpendek dalam film , seperti kembali dari perjalanannya dan merayakan kemenangannya.

a. The road back

Sang tokoh utama kembali ke dunia asalnya yang nyaman dan menemui tokoh-tokoh yang tadinya meragukannya atau mendukungnya. Sebagian besar pesta kemenangan dan pesan nasehat terpapar dalam bagian ini. b. Master of the two worlds

Sang tokoh utama dinyatakan atau menyatakan diri sebagai tuan dari dunia asalnya dan dunia tempat dia bertualang. Contohnya seperti tokoh pahlawan yang menjadi pahlawan dunia namun juga pahlawan bagi keluarganya.

c. Freedom to live

Pada bagian ini umumnya menggambarkan sang tokoh utama yang telah terbebas dari ikatannya yang semula dan kembali hidup bahagia. Bagian ini merupakan penutup dari sebuah cerita.

2.4.2 Treatment

Treatment merupakan tahap penentuan lokasi, property, teknik produksi dan berbagai unsur lainnya untuk membuat sebuah cerita berdasarkan naskah. Namun umumnya treatment dibutuhkan oleh produser untuk mendapatkan bayangan film tentang apa tanpa harus membaca skenario, mendapatkan ide serta apakah akan memakan biaya yang sedikit atau tidak. Biasanya treatment dibuat jika produser mendapatkan ide yang sama sekali baru (Sony Set, 2007).


(20)

2.4.3 Storyboard

Storyboard merupakan tahap rancangan adegan per scene yang akan dibuat. Skenario dan treatment yang telah selesai kemudian dibuat dalam bentuk visual sementara dengan storyboard untuk mendapatkan bayangan dari film tersebut. Storyboard memberikan “nyawa” bagi script bagaimana sebuah cerita berjalan dan mudah untuk dipahami (Suyanto, 2006).

Dalam sebuah studio animasi profesional, storyboard didiskusikan dengan orang-orang kunci dalam produksi animasi seperti penulis cerita, sutradara dan animator senior. Diskusi tersebut bertujuan untuk membahas adegan mana yang bagus atau dikerjakan dan adegan mana yang sebaiknya dihilangkan. Perombakan storyboard tersebut dilakukan untuk mendapatka hasil yang benar-benar pasti agar dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya. Dalam film live shoot, perubahan cerita atau adegan dapat dilakukan take ulang. Namun dalam produksi animasi, perubahan storyboard dapat menyebankan membengkaknya biaya dan waktu (Suyanto, 2006).

Format storyboard terdiri dari 3 bagian yaitu note and direction, satu kolom gambar dan satu kolom dialog. Tetapi dapat juga dengan menggunakan format gambar yang sederhana pada tiap key frame.

2.5 Teknik Pewarnaan

Dalam sebuah karya seni, sebuah karya dapat tampak sangat menarik apabila diberi warna yang sesuai serta teknik pewarnaan yang unik. Warna dari sebuah karya lukis atau ilustrasi umumnya penuh dengan berbagai warna dan penggabungan warna yang sulit. Pada karya dengan teknik pewarnaan tersebut


(21)

sangat cocok apabila hanya berfungsi sebagai ilustrasi atau gambar diam. Namun apabila diterapkan pada gambar bergerak seperti animasi, teknik tersebut sangat menyulitkan dan memakan waktu yang lama. Maka dari itu teknik pewarnaan animasi dibuat lebih sederhana dengan hanya menggunaka warna dasar, bayangan dan pantulan cahaya. Teknik tersebut disebut dengan istilah cell shading. Teknik cell shading dapat dilakukan secara manual maupun digital. Namun sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi, mayoritas teknik tersebut dilakukan secara digital.

Dalam buku yang berjudul How to Coloring Manga – Digital Coloring dengan menggunakan Adobe CS4 oleh Jule Kimui (2010: 5), terdapat 2 jenis teknik pewarnaan cell shading, antara lain:

1. Solid cell shading

Teknik yang dilakukan dengan menggunakan warna-warna pekat atau flat. 2. Soft cell shading

Teknik ini menggunaka warna-warna pada beberapa bagian atau seluruhnya dibuat bergradasi.

Berdasarkan kedua jenis teknik tersebut, teknik yang paling sering digunakan dalam pewarnaan film animasi adalah teknik solid cell shading. Hal tersebut dikarenakan dengan adanya perubahan posisi atau bentuk suatu karakter, warna pekat lebih mudah diubah dan disesuaikan daripada warna yang bergradasi.


(22)

2.6 Karakter

2.6.1 Jenis-Jenis Karakter

Dalam sebuah cerita, selain karakter-karakter yang berperan di dalamnya, sifat-sifat karakter juga membuat karakter lebih berwarna. Menurut Sony Set dan Sita Sidharta dalam bukunya yang berjudul Menjadi Penulis Skenario Profesional (....: 74), jenis-jenis karakter adalah sebagai berikut:

1. Protagonis

Sering disebut sebagai karakter utama. Karakter ini mewakili sisi kebaikan dan mewakili sifat-sifat kebaikan dalam cerita.

2. Sidekick

Karakter pendamping dari protagonis. Tugasnya adalah membantu tugas yang diemban oleh karakter protagonis.

3. Antagonis

Karakter yang selalu berlawanan dengan karakter protagonis. Karakter ini digambarkan selalu berusaha menggagalkan upaya dari karakter protagonis. 4. Kontagonis

Sama seperti karakter sidekick, namun karakter ini membantu karakter antagonis.

5. Skeptis

Karakter yang tidak peduli dengan tindakan dari karakter protagonis. Namun karakter ini bukan lawan dari protagonis. Selalu menganggap karakter protagonis sebagai pecundang dan muncul sebagai pengacau rencana.


(23)

2.6.2 Desain Karakter

Dalam setiap film atau animasi pasti terdapat karakter yang berperan di dalamnya. Karakter-karakter tersebutlah yang membawakan cerita kepada penonton serta yang membuat cerita lebih menarik dengan karakter yang telah divisualisasikan.

Seperti yang tertulis dalam buku Exploring Character Design karangan Kevin Hedgpeth dan Stephen Missal (2006: 4), definisi karakter adalah sebagai berikut:

“A character is an individual entity-man, woman, beast, alien, or the like-that can be derived from the story, but sometimes stand alone from an overall storyline. Characters can be living beings, inanimated (like carpets or salt shaker), robotic, or undead (like Dracula) and are usually the central focus of story development.”

Terjemahan:

“Karakter adalah kesatuan individu-pria, wanita, makhluk buas, alien dan sebagainya-yang berasal dari cerita, namun terkadang berdiri sendiri dari keseluruhan jalan cerita. Karakter dapat berupa makhluk hidup, benda mati (seperti karpet atau garam meja), robot atau mayat hidup (seperti Drakula) dan umumnya adalah fokus utama dalam pembangunan cerita.”

Pembuatan sebuah karakter tidaklah asal membuat. Karakter harus disesuaikan dengan cerita yang dikembangkan. Karakteristik dari karakter pun juga harus disesuaikan dengan peran dalam cerita. Menurut Kevin Hedgpeth dan Stephen Missal dalam bukunya yang berjudul Exploring Character Design (2006: 58) bahwa stereotip- dimana fisik, emosi dan elemen kultural dibangun dalam bentuk yang jelas untuk mendirikan pengenalan spesifik kepada penonton-adalah pokok dari karakterisasi.

Proses pembuatan karakter dapat dengan cara membuat konsep sendiri yang kemudian dibangun menjadi karakter. Namun dapat juga dengan cara memilih spesifikasi karakter untuk digunakan sebagai bentuk dasar dari


(24)

pembuatan. Kedua proses tersebut dapat menjadi motivasi melalui self-interest dan project-driven. Self-interest lebih mengarah pada pembangunan karakter berdasarkan pilihan dan ide secara individu. Sedangkan project-driven mengarah pada karakter dikembangkan sebagai bagian dari ide cerita khusus, konsep game, atau ide pembuatan mainan (Kevin Hedgpeth, Exploring Character Design, 2006). Selain itu pembuatan sebuah karakter dapat dilakukan dengan character mapping yang dilakukan dengan mengambil diri sendiri sebagai contohnya. Menurut Christian Tirtha (Tirtha) character mapping dapat membantu memetakan kepribadian dari sebuah karakter. Pemetaan tersebut diartaranya:

1. Mask

Tentang miskonsepsi terbesar yang dimiliki orang lain terhadap diri sendiri. 2. Fear

Hal yang paling ditakuti. 3. Stronger traits

Sifat yang selalu menopang pada saat-saat susah. 4. Admired traits

Sifat dari orang lain yang dikagumi. 5. Trouble traits

Sifat yang selalu membuat jatuh ke dalam berbagai masalah. 6. Dark side

Sifat dari orang lain yang tidak disukai.

Awal penggambaran sebuah karakter tidak dibuat utuh secara keseluruhan. Pada umumnya ilustrator akan membuat “gesture” untuk menentukan karakter tubuh dan pose agar pada saat penyelesaian karakter tampak lebih “hidup” dan


(25)

“berkarakter”. Menurut buku yang berjudul Exploring Character Design oleh Kevin Hedgpeth dan Stephen Missal (2006: 95), definisi gesture adalah:

“Gesture drawings, sometimes called quick sketches, scribble sketches or preliminary drawings, involve a kind of shorthand visual notation of what the artist intends to finish later in a more polished form.”

Terjemahan:

“Gambar sikap badan, terkadang disebut dengan sketsa cepat, sketsa asal-asalan atau gambar persiapan, melibatkan catatan visual sederhana dari apa yang pelukis ingin selesaikan nanti dalam bentuk sempurna.”

Selain gesture sebagai penentu “karakter” dan pose awal, ekspresi emosional juga penting dalam pembuatan karakter. Karakter yang tidak memiliki ekspresi akan tampak tidak menarik dan “datar”. Ekspresi, selain menunjukkan emosi dari karakter juga berfungsi untuk menyampaikan pesan dari karakter. Menurut buku berjudul Exploring Character Design yang ditulis oleh Kevin Hedgpeth dan Stephen Massil (2006: 179), penyampai informasi yang dimaksud adalah:

“Human and related character types have certain intrinsic body signal for emotion expresions, all are used to convey emotional expressions. Body posture (including arms and hands), head posture and movement, and facial expression all are used to convey emotional information.”

Terjemahan:

Manusia dan tipe karakter yang terkait mempunyai sinyal tubuh intrinsik tertentu, semuanya digunakan untuk menyampaikan ekspresi emosi. Sikap badan (termasuk tangan dan lengan), sikap kepala dan gerakan, dan ekspresi wajah semua digunakan untuk menyampaikan informasi emosional.

2.6.3 Karakter dalam Animasi

Karakter yang dibuat pada saat character development berbeda dengan karakter yang akan digunakan pada saat animasi. Karakter dalam character development diperbolehkan dibuat secara detil dan rumit namun saat penganimasian karakter tersebut tidak dapat digunakan. Hal tersebut dikarenakan desain yang rumit dan tidak mungkin diterapkan ke dalam animasi yang


(26)

mengharuskan menggambar ribuan gambar. Kevin Hedgpeth dan Stephen Missal dalam bukunya yang berjudul Exploring Drawing for Animation (2004: 199) menyebutkan:

“Let’s define simplification for animation before we go further. It is the process by which animation artist refine a character design by strengthening line quality and reducing unnecessary figurative details.” Terjemahan:

“Mari mendefinisikan penyederhanaan untuk animasi sebelum kita melangkah lebih jauh. Ini adalah proses dimana pelukis animasi memurnikan desain karakter dengan memperkuat kualitas garis dan mengurangi detil figuratif yang tidak diperlukan.”

Pengurangan detil tersebut akan mempermudah animator untuk menggambar karakter. Umumnya bagian dari karakter yang mengalami pengurangan detil adalah:

a. Detil otot. b. Detil rambut.

c. Kerutan dan lipatan baju d. Tekstur kulit atau permukaan.

Selain penyederhanaan karakter, warna yang digunakan pun juga disederhanakan. Dalam animasi hanya ada tiga warna yang digunakan yaitu warna dasar, warna pantulan cahaya dan warna bayangan (Kevin Hedgpeth, Exploring Drawing for Animation, 2004). Bila tidak menggunakan warna tersebut maka animator harus mewarnai dengan detil dan secara terus menerus. Teknik tersebut sangat sulit karena tidak mudah menjaga kontinuitas warna yang detil. Namun sejalan dengan perkembangan teknologi pewarnaan digital, kemungkinan animasi dengan pewarnaan yang kompleks dapat diciptakan.

Karakter yang digunakan dalam animasi dapat pula diberi kesan “berlebihan” dengan bentuk tubuh yang ekstrim. Seperti halnya karakter


(27)

berperawakan gemuk. Dengan kesan “berlebih”, karakter tersebut dapat digambar dengan tubuh bulat seperti bola. Hal tersebut untuk memberikan karakterisasi yang unik pada karakter (Kevin Hedgpeth, Exploring Drawing for Animation, 2004)

Tipe karakter memiliki berbagai macam. Karakter pahlawan super, badut komedi dan lain sebagainya. Setiap karakter tersebut memiliki garis kontur yang berbeda-beda. Menurut Kevin Hedgpeth dan Stephen Missal dalam bukunya yang berjudul Exploring Drawing for Animation (2004: 203) definisi garis kontur adalah sebagai berikut:

“Contour is a convention tht allows us to desribe form and folume through an exterior line and is of great importance in simplification and editing information about characters and other animation elements.”

Terjemahan:

“Kontur adalah konvensi yang membolehkan kita untuk mendeskripsikan bentuk dan volume melalui garis luar dan merupakan hal yang sangat penting dalam penyederhanaan dan edit informasi tentang karakter dan elemen animasi lainnya.”

Garis kontur memiliki tugas tertentu. Pertama adalah memberi bentuk, dimana batasan-batasan yang tampak jelas dalam kaitannya dengan background. Kedua adalah untuk mengindikasi perubahan struktural seperti garis tepi pada kubus yang memisahkan dua persegi empat.

2.7 Film Animasi

Animasi adalah suatu seni untuk memanipulasi gambar menjadi seolah-olah hidup dan bergerak. Sedangkan definisi animasi yang diambil dari Kamus Oxford berarti film yang seolah hidup, terbuat dari fotografi, gambaran, boneka dan sebagainya dengan perbedaan tipis antar frames, untuk memberi kesan pergerakan saat diproyeksikan (Shadrina, 2009).


(28)

Animasi terdiri dari animasi dua dimensi (2D) dan tiga dimensi (3D). Animasi 2D lebih cenderung seperti gambar yang bergerak, berkesan datar dan karakter maupun latar belakang tampak tidak nyata. Sedangkan animasi 3D lebih terlihat realistik dengan bentuk karakter yang dapat dilihat dari segala arah, hampir menyerupai manusia serta pemandangan latar belakang yang hampir tampak seperti nyata.

2.7.1 Jenis-Jenis Animasi

Dalam website http://dodyandanimation.wordpress.com/2011/03/27/jenis-animasi/, jika dilihat dari segi visual, animasi memang hanya dibedakan menjadi animasi 2D dan animasi 3D, tetapi jika ditinjau dari teknik pembuatannya, animasi dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Animasi traditional

Dikenal sebagai traditional animation atau CEL animation dikarenakan animasi ini dilakukan secara manual dan dikerjakan di atas lembaran celluliod. Animasi ini adalah yang pertama di dunia namun sudah tidak digunakan lagi sejak tahun 1990 sejak munculnya animasi dengan komputer.

2. Animasi komputer

Animasi ini juga bisa disebut CGI (Computer Generated Imagery). Namun animasi komputer dapat berwujud 2 dimensi dan 3 dimensi tergantung software yang digunakan, seperti Autodesk 3Dmax untuk animasi 3D dan Adobe Flash untuk animasi 2D.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam pembuatan animasi menggunakan komputer, yaitu:


(29)

a. Manual

Metode ini mengandalkan kemampuan animator secara penuh. Seluruh gerakan dibuat dengan insting dan skill animator. Biasanya digunakan untuk jenis animasi bergaya kartun, seperti Cars, Nemo, Toy Story, dan lainnya karena sifat gerak dari karakter yang ada disitu adalah hasil rekaan manusia dan tentu sudah dilebih-lebihkan (juga prinsip animasi yang lain). b. Motion Capture

Metode animasi yang menggunakan bantuan gerak karakter aslinya dan dipindahkan geraknya dengan alat motion capture, kemudian diaplikasikan ke objek digital. Teknik ini tentu akan membuat gerakan yang sama dengan aslinya. misalnya pada film Avatar, Final Fantasy, Polar Express, Beowulf, dan beberapa film dengan spesial efek, seperti Lord of the ring, Last samurai (animasi kuda).

c. Dynamic Simulation

Metode ini menggunakan penghitungan secara fisika pada objek yang akan dianimasikan lalu disimulasikan secara realtime. Terdapat beberapa penghitungan sebelum objek dianimasikan, misalnya berat/massa benda, gaya gravitasi, benturan, kekuatan angin dan lain sebagainya. Contoh animasi yang menggunakan metode ini adalah animasi bola jatuh, kain, percikan air, benda hancur, rambut dan lain-lain.

d. Particle

Sekumpulan objek yang dapat dianimasikan secara bersamaan membentuk sebuah pola. Misalnya asap, daun berguguran, api, hujan, salju, segerombolan burung, dan sebagainya.


(30)

3. Animasi stopmotion

Jenis animasi ini menggabungkan unsur fotografi dan gerak. Bagi orang yang tidak bisa menggambar namun memahami prinsip animasi maka bisa membuat animasi dengan teknik stopmotion karena yang diperlukan hanya memotret objek secara berurutan dan teratur.

Berikut adalah beberapa contoh animasi stopmotion: a. Clay

Disebut clay karena bahan utama yang digunakan untuk membentuk objek/karakter adalah lilin/malam. Lalu lilin tersebut digerakkan sedikit demi sedikit sambil direkam dalam bentuk foto.

b. Cutout

Teknik animasi stopmotion dengan menggunakan kertas yang dipotong-potong dan di rangkai seperti halnya wayang kulit.

c. Lain-lain

Seperti puppet animation/boneka, menggambar pada papan tulis atau media lain.

4. Hybrid

Dikenal juga dengan mix media. Percampuran dari beberapa teknis animasi yang sudah disebutkan di atas. Misalnya animasi komputer dipadu dengan animasi tradisional.


(31)

2.7.2 Teknik Animasi

Berdasarkan materi atau bahan dasar objek animasi yang dipakai, secara umum jenis teknik film animasi digolongkan dua bagian besar, film animasi dwi-matra (flat animation/2D) dan film animasi tridwi-matra (object animation/3D) (PT. Rumah Animasi Indonesia, 2009).

Beberapa film dwi matra adalah: 1. Film animasi sel (Cel Technique)

Jenis film animasi ini merupakan teknik dasar dari film animasi kartun (cartoon animation). Teknik animasi ini memanfaatkan serangkaian gambar yang dibuat di atas lembaran plastik tembus pandang yang disebut sel. Figur animasi digambar sendiri-sendiri di atas sel untuk tiap perubahan gambar yang bergerak. Selain itu ada bagian yang diam yaitu latar belakang (background), dibuat untuk setiap adegan, digambar memanjang lebih besar dari lembaran sel. Lembaran sel dan latar diberi lubang pada salah satu sisinya untuk dudukan standar page pada meja animator sewaktu digambar dan meja dudukan sewaktu dipotret.

2. Penggambaran langsung pada film

Tidak seperti pada film animasi lainnya, jenis film animasi ini menggunakan teknik penggambaran objek animasi langsung pada pita seluloid baik positif atau negatif, tanpa melalui runtun pemotretan kamera stop frame, untuk suatu kebutuhan karya seni yang bersifat pengungkapan atau yang bersifat percobaan, mencari sesuatu yang baru.

Sedangkan animasi tri matra secara keseluruhan menggunakan teknik runtun kerja yang sama dengan film animasi dwi matra, bedanya objek animasi


(32)

yang dipakai dalam wujud tri matra dengan memperhitungkan karakter objek animasi, sifat bahan yang dipakai, waktu, cahaya dan ruang. Berdasarkan bentuk dan bahan yang digunakan, yang termasuk dalam jenis film animasi tri matra ini adalah:

1. Film animasi boneka (puppet animation)

Objek animasi yang dipakai dalam jenis animasi ini adalah boneka dan figur lainnya. Objek merupakan penyederhanaan dari bentuk alam benda yang ada, terbuat dari bahan-bahan yang mempunyai sifat lentur (plastik) dan mudah untuk digerakkan sewaktu melakukan pemotretan bingkai per bingkai, seperti bahan kayu yang mudah ditatah dan diukir, kain, kertas, lilin, tanah lempung dan lain-lain untuk mendapatkan karakter yang tidak kaku dan terlalu sederhana.

2. Film animasi model

Objek dalam jenis film ini berupa macam-macam bentuk animasi yang bukan boneka dan sejenisnya seperti bentuk-bentuk balok, prisma, piramida, silinder, kerucut dan lain sebagainya. Disebut juga film animasi non figure karena keseluruhan cerita tidak membutuhkan tokoh atau figur lainnya.

3. Film animasi potongan

Jenis film animasi ini termasuk penggunaan teknik yang sederhana dan mudah. Figur atau objek animasi dirancang, digambar pada lembaran kertas lalu dipotong sesuai bentuk yang telah dibuat dan diletakkan pada bidang datar sebagai latar belakangnya. Pemotretan dilakukan dengan menganalisis langsung tiap gerakan dengan tangan, sesuai dengan urutan cerita. Karena menggunakan teknik yang sederhana maka gerak figur atau objek menjadi


(33)

terbatas sehingga karakternya pun terbatas pula. Umumnya karakter figur dibuat terpisah, terdiri dari tujuh bagian yang berbeda yaitu kepala, leher, badan, dua tangan dan dua kaki. Untuk menggerakkan dan menghidupkan karakter, pemisahan itu bisa disesuaikan dengan tuntutan cerita.

4. Film animasi bayangan

Seperti halnya wayang kulit, jenis film animasi ini menggunakan cara yang hampir sama dengan film animasi potongan namun bedanya kertas yang dipakai berupa kertas berwarna gelap atau warna hitam, baik itu figur atau objek animasi lainnya.

5. Film animasi kolase

Sebuah teknik yang bebas mengembangkan keinginan untuk menggerakkan objek animasi sesuka hati di meja dudukan kamera. Tekniknya cukup sederhana dan mudah dengan beberapa bahan yang bisa dipakai, seperti potongan koran, potret, gambar-gambar, huruf atau penggabungan dari semuanya. Gambar dan berbagai bahan yang dipakai disusun sedemikian rupa lalu dirubah secara berangsur menjadi bentuk susunan baru dimana tiap perubahan penempelan dipotret dengan kamera menjadi suatu bentuk film animasi yang bebas.

2.7.3 Prinsip-Prinsip Animasi

Sebagai seorang animator, selain kemampuan menggambar atau membuat sebuah karakter, modal utamanya adalah kemampuan meng-capture momentum ke dalam runtutan gambar sehingga seolah-olah menjadi bergerak atau hidup. Sedikit berbeda dengan komikus, ilustrator atau kartunis yang menangkap suatu momentum ke dalam sebuah gambar diam (still). Animator harus mempunyai


(34)

‘kepekaan gerak’ daripada ‘hanya’ sekedar kemampuan menggambar. Gambar yang bagus akan percuma tanpa didukung kemampuan yang meng-‘hidup’-kan.

Membuat sebuah animasi yang ‘hidup’ harus memenuhi 12 prinsip animasi yang meliputi dasar-dasar gerak, pengaturan waktu, peng-kaya-an visual sekaligus teknis pembuatan sebuah animasi (Ardiyansah, 2010). Prinsip-prinsip tersebut antara lain:

1. Solid Drawing

Menggambar sebagai dasar utama animasi memegang peranan yang signifikan dalam menentukan sebuah animasi, terutama animasi klasik. Seorang animator harus memiliki kepekaan terhadap anatomi, komposisi, berat, keseimbangan, pencahayaan dan sebagainya. Meskipunn kini peran gambar manual sudah bisa digantikan dengan komputer tetapi pemahaman dasar dari prinsip menggambar akan menghasilkan animasi yang lebih peka.

2. Timing dan Spacing

Timing adalah tentang menentukan waktu kapan sebuah gerakan harus dilakukan. Contohnya adalah menentukan pada detik ke berapa sebuah bola yang meluncur kemudian menghantam kaca. Sementara spacing adalah tentang menentukan percepatan dan perlambatan dari bermacam-macam jenis gerak. Contohnya seperti menentukan kepadatan gambar ketika bola tersebut sebelum menghantam kaca, tepat menghantam kaca dan setelahnya. Spacing akan mempengaruhi kecepatan, percepatan dan perlambatan bola sehingga membuat sebuah gerakan lebih realistis.


(35)

3. Squash dan Stretch

Upaya penambahan efek lentur pada objek atau figur sehingga seolah-olah memuai atau menyusut, memberikan efek gerak yang lebih hidup. Penerapan squash dan stretch pada obyek hidup seperti manusia atau binatang akan memberikan enhancement sekaligus efek dinamis terhadap gerakan tertentu, sementara pada benda mati seperti gelas atau kursi akan membuat mereka tampak atau berlaku seperti benda hidup.

4. Anticipation

Dianggap sebagai persiapan atau awalan gerak. Seseorang yang bangkit dari duduk harus membungkukkan badan terlebih dahulu sebelum benar-benar berdiri.

5. Slow In dan Slow Out

Prinsip ini menegaskan kembali bahwa setiap gerakan memiliki percepatan dan perlambatan yang berbeda-beda. Slow in terjadi jika sebuah gerakan diawali secara lambat kemudian menjadi cepat sedangkan slow out terjadi jika sebuah gerakan yang relatif cepat kemudian melambat.

6. Arcs

Dalam animasi, sistem pergerakan tubuh manusia, binatang atau makhluk hidup lainnya bergerak mengikuti pola atau jalur (maya) yang disebut arcs. Hal ini memungkinkan pergerakan lebih halus dan realistik karena mengikuti suatu pola yang berbentuk lengkung (termasuk lingkaran, elips atau parabola).


(36)

7. Secondary Action

Gerakan-gerakan tambahan yang dimaksudkan untuk memperkuat gerakan utama supaya sebuah animasi tampak lebih realistik. Kemunculannya lebih berfungsi sebagai pemberi emphasize untuk memperkuat gerakan utama. 8. Follow Through dan Overlapping Action

Follow through adalah tentang bagian tubuh tertentu yang tetap bergerak meskipun seseorang telah berhenti bergerak. Contohnya rambut yang masih bergerak sesaat setelah berhenti berlari. Sedangkan overlapping action secara mudah bisa dianggap sebagai gerakan saling–silang. Maksudnya adalah serangkaian gerakan yang saling mendahului seperti pergerakan kaki dan tangan.

9. Straight Ahead dan Pose to Pose

Straight ahead yaitu membuat animasi dengan cara seorang animator menggambar satu per satu, frame by frame, dari awal sampai selesai seorang diri. Kelebihannya adalah kualitas gambar yang konsisten karena dikerjakan oleh satu orang saja. Tetapi kekurangannya adalah pengerjaan yang lama. Sedangkan pose to pose adalah pembuatan animasi oleh seorang animator dengan cara menggambar hanya pada keyframe-keyframe tertentu saja, selanjutnya in-between atau interval antar keyframe dilanjutkan oleh asisten atau animator lain. Prinsip pose to pose lebih cocok diterapkan dalam industri karena memiliki kelebihan yaitu waktu pengerjaan yang lebih cepat karena melibatkan lebih banyak sumber daya.


(37)

10. Staging

Staging meliputi bagaimana ‘lingkungan’ dibuat untuk mendukung suasana atau ‘mood’ yang ingin dicapai dalam sebagian atau keseluruhan scene. 11. Appeal

Appeal berkaitan dengan keseluruhan look atau gaya visual dalam animasi. Sebagaimana gambar yang telah menelurkan banyak gaya, animasi juga memiliki gaya yang sangat beragam. Animasi Jepang atau Disney dapat dibedakan dan diidentifikasi dari kekhasan animasinya.

12. Exaggeration

Merupakan upaya untuk mendramatisir sebuah animasi dalam bentuk rekayasa gambar yang bersifat hiperbolis. Dibuat untuk menampilkan ekstrimitas ekspresi tertentu dan lazimnya dibuat secara komedik. Contohnya seperti bola mata yang melompat keluar karena kaget.

Selain itu menurut Christian Tirtha (Tirtha) terdapat beberapa prinsip penting yang dalam menganimasikan sebuah karakter, diantaranya:

1. Thinking tends to lead to conclucions. Emotion tends to lead to action.

Apa yang dipikirkan cenderung mengarah kepada suatu kesimpulan. Tetapi apa yang dirasakan justru lebih mengarah kepada suatu tindakan. Menurut Walt Disney pikiran adalah pilot. Pemikiran dari karakter merupakan sumber, pusat dan pengendali reaksi dari segala tindakan. Sedangkan emosi merupakan hasil dari apa yang disimpulkan pikiran. Suatu tanggapan otomatis dari nilai yang dianut.


(38)

2. Character animation is reacting. A character needs to be doing something 100% of all time.

Apa yang karakter lakukan harus merupakan reaksi dari sesuatu. Reaksi dapat bersifat internal seperti perkataan dalam batin dan bersifat eksternal seperti perubahan kondisi fisik.

3. A character must have an objective while overcoming an obstacle.

Setiap gerakan karakter harus mempunyai tujuan. Rintangan yang dimaksud juga bersifat internal dan eksternal. Theaterical reality yang berfungsi untuk memajukan sebuah cerita harus dibedakan dengan regular reality yang merupakan detail hidup karakter yang tidak signifikan. Regular reality hanya dimunculkan bila mempunyai konsekuensi pada pengembangan karakter dan cerita. Namun ada satu pengecualian dimana terjadi sesuatu yang nampaknya bagian dari regular reality tetapi dengan tujuan menghubungkan scene satu dengan lainnya.

4. A character should act until something happens to make him perform a different action.

Sebuah karakter harus bergerak dari action satu ke action lainnya. Tidak ada karakter yang statis yang tanpa tujuan kecuali disengaja untuk efek komedi. 5. The audience must emphatize with the character.

Penonton harus bisa merasakan secara pribadi perasaan dari karakter. 6. Every scene is negotiation.

Setiap negosiasi mengandung konflik namun bukan dalam arti negatif. Dalam karakter, konflik bisa terjadi dengan diri sendiri, orang lain maupun situasi. Karakter harus melewati konflik dengan menemukan solusi sepositif mungkin.


(39)

2.8 Langkah-Langkah Animasi

Dalam pembuatan animasi, animasi dasar dibuat terlebih dahulu untuk menentukan gerak animasi yang sesuai. Langkah utama yang harus diperhatikan adalah cerita. Kemudian cerita keseluruhan diubah menjadi skenario dan storyboard pun diproduksi. Dalam buku yang berjudul Exploring Drawing for Animation yang ditulis oleh Kevin Hedgpeth dan Stephen Missal (2004: 211), terdapat langkah-langkah yang disebut Seven Steps for Animating a Scene, yaitu: 1. Plan

Semua deskripsi dari scene animasi termasuk karakter dasar, background, dan informasi aksi ditulis di atas kertas.

2. Sketch

Menggambar thumbnail yang mendefinisikan layout scenic dan interaksi karakter untuk key shot di antara sekuen.

3. Key

Membuat gambar keyframe untuk sequence yang dianimasikan dengan memperbesar gambar thumbnail dan memanfaatkan sketsa tersebut sebagai referensi langsunguntuk pergerakan karakter dan bloking. Keyframe dapat diatur sesuai kebutuhan namun harus tetap memperhatikan ketepatan waktu. 4. Shoot

Mengambil gambar dan menganimasikan keyframe secara sederhana. Hal tersebut penting untuk meneliti secara seksama ketepatan waktu, aksi dan kualitas gambar apabila terjadi kesalahan.

5. Refine


(40)

6. Repeat

Kembali ke langkah pertama dan mengulangi proses sampai animasi keyframe berhasil. Setelah selesai dapat melanjutkan membuat gambar breakdown dan in-between.

2.9 Pengaturan Waktu Animasi

Dalam sebuah film ataupun animasi, setiap ide harus dapat dipahami oleh penonton karena hal tersebut tidak dapat diulang kembali seperti membaca buku. “keterbacaan” ide dalam film animasi ditentukan oleh dua faktor:

1. Teknik staging dan layout yang bagus memungkinkan setiap adegan dan aksi yang penting dapat disajikan secara jelas dan efektif.

2. Pengaturan waktu atau timing yang efektif agar penonton memiliki cukup waktu untuk mengantisipasi apa yang akan terjadi, menyaksikan aksi tersebut, dan bereaksi terhadap aksi itu. Jika waktu yang disediakan terlalu banyak, maka adegan film akan terasa lambat dan kosentrasi penonton bisa terpecah. Sebaliknya, bila waktu yang dialokasikan tidak cukup, salah-salah akan ada aksi yang berlangsung dan selesai terlalu cepat sebelum penonton memahaminya, akibatnya ide yang dihadirkan menjadi sia-sia (Harold Whitaker, John Halas. 2002:10).

Pada animasi karakter berjalan, posisi saat tumit menyentuh tanah adalah gerakan kunci yang menentukan banyaknya langkah yang diperlukan untuk mencapai jarak tertentu. Standar satuan waktu yang digunakan dalam setiap animasi adalah 24 frame per second. Namun berbeda dengan animasi karakter yang berlari atau bergerak cepat. Apabila satu langkah dibuat dalam 24 frame


(41)

maka hasilnya akan berlari sangat lambat. Maka dari itu dalam 24 frame tersebut beberapa langkah disisipkan sekaligus dan bila dianimasikan gerakan tersebut juga cepat.

Berlari atau gerakan yang cepat membutuhkan gerakan antisipasi agar penonton juga siap untuk mengikutinya walau pun gerakannya sangat cepat. Namun tidak semua aksi harus didahului dengan antisipasi karena akan berkesan bertele-tele dan membosankan, terutama bila ingin menampilkan aksi cepat untuk menimbulkan efek dramatis atau ingin mengejutkan penonton (Harold Whitaker, 2002).

Pengaturan waktu dapat juga untuk menciptakan mood. Meskipun animasi merupakan medium unik yang melebih-lebihkan gerakan dan ekspresi, sebaiknya jangan menampilkan ekspresi yang tersamar. Pada umumnya efek mood orang yang sedang mengalami depresi, sedih atau patah hati dapat diciptakan dengan mengatur timing yang lambat. Sedangkan mood orang yang bergembira, bahagia atau menang dapat diciptakan efeknya dengan mengatur timing yang cepat. Mood-mood lain seperti ekspresi heran, bingung atau curiga dapat diciptakan dengan menonjolkan ekspresi wajah dan postur tubuh yang sesuai (Harold Whitaker, 2002). Musik sebagai lagu latar bila disesuaikan dengan mood yang sedang dibangun dapat mendramatisir efek mood tersebut.


(42)

Dalam bab ini akan dijelaskan metode dan teknik yang digunakan dalam pembuatan film animasi ini.

3.1 Metodologi

Multimedia sebagai ilmu yang merupakan gabungan dari beberapa ilmu seni yang sudah ada, tergolong disiplin ilmu yang baru. Maka dari itu metode pembuatan Tugas Akhir ini merupakan gabungan dari ilmu-ilmu yang sudah ada tersebut.

Dalam Tugas Akhir ini proses pembuatan difokuskan pada pengembangan ide cerita dan karakter. Bagan proses pengembangan film animasi ini adalah sebagai berikut:

Ide cerita berawal dari literatur sejarah tentang tukang pos. Pada mulanya masih banyak masyarakat yang mengandalkan tukang pos sebagai media

Literatur Permasalahan

Sketsa karakter

Tokoh Cerita

Sinopsis, treatment

Storyboard Animasi

Hasil animasi 2D

Gambar 3.1 Bagan pengembangan film animasi 2D


(43)

perantara komunikasi jarak jauh. Namun sejalan dengan perkembangan zaman dan teknologi, jasa tukang pos sudah mulai sedikit digunakan. Masyarakat saat ini, terutama anak-anak, menjadi tidak terlalu mengenal pekerjaan tukang pos karena banyaknya alat dan fasilitas canggih yang memungkinkan komunikasi jarak jauh. Maka dari itu kehidupan tentang tukang pos kembali dihidupkan melalui film animasi ini.

Setelah ide cerita dan permasalah didapat, tahap selanjutnya adalah menyusun cerita. Sinopsis cerita pun mulai dibentuk. Kemudian treatment dibuat untuk membuat jalan cerita, dari setting tempat dan waktu, menjadi lebih jelas. Disamping membuat sinopsis cerita dan treatment, sketsa karakter juga dibuat berdasarkan cerita. Storyboard kemudian dibuat berdasarkan treatment untuk mendapatkan sudut pengambilan gambar yang sesuai pada setiap scene.

Setelah tahap pra-produksi yang meliputi pembuatan cerita hingga storyboard selesai, tahap produksi mulai dikerjakan. Karakter yang telah dibuat mulai dianimasikan menjadi sebuah scene animasi yang sesuai dengan storyboard.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, beberapa sumber buku dan literatur digunakan sebagai dasar penguat. Berikut adalah sumber buku dan literatur yang digunakan:

1. Ajarkanlah Mereka Melakukan: Kumpulan Karangan Seputar Pendidikan Agama Kristen oleh Cleement Suleeman dan Andar Ismail yang menjelaskan tentang karakteristik sifat anak-anak pada rentang usia 7 sampai 11 tahun. 2. Adolescence: Perkembangan Remaja oleh John W. Santrock yang


(44)

3. Exploring Character Design oleh Kevin Hedgpeth dan Stephen Missal yang menjelaskan desain karakter secara keseluruhan.

4. Exploring Drawing for Animation oleh Kevin Hedgpeth dan Stephen Missal yang menjelaskan hal-hal penting dari karakter yang perlu diketahui dalam membuat animasi.

5. How to Coloring Manga – Digital Coloring dengan Adobe Photohop CS4 oleh Jule Kimui yang menjelaskan tentang jenis teknik pewarnaan cell shading.

6. Menjadi Penulis Skenario Profesional oleh Sony Set dan Sita Sidharta yang menjelaskan tentang treatment dan jenis karakter.

7. Merancang Film Kartun Kelas Dunia oleh M. Suyanto yang menjelaskan tentang storyboard.

8. Timing for Animation oleh Harold Whitaker dan John Halas yang menjelaskan secara rinci proses dan teknik pengaturan waktu dalam pembuatan animasi.

3.2 Existing 3.2.1 Karakter

Untuk memperdalam pemahaman akan model karakter yang sesuai dengan image seorang tukang pos, maka dikajilah beberapa karakter tukang pos, diantaranya:


(45)

1. Frank The Postman dari film animasi Bod

Bod adalah serial film animasi yang dipublikasikan di televisi di UK pada tahun 1975. Dalam film ini terdapat karakter tukang pos yang bernama Frank. Tabel 3.1 Analisis karakter Frank The Postman

Kekurangan Kelebihan

• Bentuk karakter terlalu sederhana.

• Seragam karakter berdasarkan bentuk seragam tukang pos luar negeri atau tempat asal pembuat karakter.

• Secara keseluruhan, karakter sudah terlihat seperti tukang pos. Gambar 3.2 Frank The Postman


(46)

2. Pat dari film animasi Postman Pat

Karakter tukang pos yang ada pada film animasi Postman Pat. Karakter ini selalu ditemani oleh seekor kucing.

Tabel 3.2 Analisis karakter Postman Pat

Kekurangan Kelebihan

• Seragam yang digunakan berdasarkan bentuk seragam dari tempat asal pembuat karakter.

• Bentuk karakter lebih menarik. Gambar 3.3 Postman Pat


(47)

Berikut ini merupakan analisis SWOT dari kedua karakter film animasi asing tersebut:

Tabel 3.3 Analisis SWOT karakter Frank The Postman dan Postman Pat

Analisis SWOT Frank The Postman Postman Pat

a. Strenght Kesederhanaan karakter dapat membuat animasi karakter semakin mudah.

Bentuk karakter yang lebih menarik.

b. Weakness Karakter yang terlalu sederhana tampak kurang menarik.

Karakter yang sedikit kompleks akan membuat proses animasi lebih lama. c. Opportunity Karakter dapat diperindah

dari segi pewarnaan.

Bentuk karakter dapat dibuat dalam bentuk yang menarik.

d. Threat Karakter yang terlalu sederhana tidak terlalu menarik minat anak-anak saat ini.

Animasi karakter tidak menjadi “hidup” karena pergerakan masih kaku.

Dari analisis SWOT kedua karakter animasi Bod dan Postman Pat, disimpulkan bahwa karakteristik karakter dapat dibuat berdasarkan tempat asal sang pembuat karakter. Selain itu karakter yang lebih kompleks lebih menarik perhatian anak-anak saat ini.

Berdasarkan analisis tersebut ditarik kesimpulan bahwa untuk menciptakan sebuah karakter tertentu diperlukan sebuah penelitian. Karakter


(48)

berdasarkan contoh nyata dapat membuat image-nya lebih kental dan lebih dikenal oleh penonton.

3.2.2 Cerita

Cerita yang mengangkat tema “memunculkan kembali yang terlupakan” banyak menghiasai jalan cerita dalam sebuah film. Cerita tersebut mengingatkan penonton kembali akan hal-hal yang umumnya terlupakan karena waktu. Pesan-pesan yang terkandung merupakan Pesan-pesan sederhana namun bermakna dan merupakan pesan moral yang cukup mendasar. Untuk memahami lebih dalam pesan-pesan moral dalam cerita tersebut, maka dikajilah beberapa cerita anak diantaranya:

1. Kakek Pemekar Bunga

Sebuah dongeng dari Jepang yang menceritakan sepasang kakek nenek yang memelihara seekor anak anjing yang merusak ladang tetangga mereka. Mereka memeliharanya hingga tumbuh besar. Berkat kebaikan kakek nenek , anjing yang diberi nama Shiro tersebut membalas budi mereka dengan menunjukkan tempat yang apabila digali akan mengeluarkan emas. Tetangga mereka yang mengetahui hal tersebut merasa iri dan meminjam Shiro dari mereka. Tetangga tersebut ingin Shiro menuntun mereka ke tanah yang juga mengeluarkan emas. Namun saat mengetahui yang mereka dapat hanya hewan dan serangga menjijikkan, mereka membunuh Shiro karena kesal dan menguburnya di tanah yang digalinya tadi. Kakek nenek yang baik hati tersebut sedih mendengar kematian Shiro. Kakek pun mengunjungi makam Shiro namun terkejut karena tumbuh pohon yang besar di atas makamnya. Setelah mendengar suara Shiro yang memintanya untuk menebang pohon itu, kakek membawa pulang kayu dari pohon


(49)

tersebut dan menjadikannya lesung. Setiap kakek membuat kue mochi, kue tersebut berubah menjafi emas. Sekali lagi tetangga mereka mengetahui hal tersebut dan iri lalu meminjam lesung mereka. Tetapi setelah mereka mendapati kotoran-kotoran binatang dari mochi yang mereka buat, mereka menghancurkan lesung tersebut dan membakarnya. Kakek yang ingin meminta kembali lesung miliknya sedih setelah mengetahui lesungnya telah berubah menjadi abu. Kakek pun membawa pulang abu tersebut namun tiba-tiba angin bertiup dan menerbangkan sedikit abu ke pohon yang telah mati. Namun ajaib, bunga sakura tumbuh dari pohon tersebut. Kakek pun menghidupkan kembali pohon tersebut. Kemudian rombongan raja lewat dan kagum dengan apa yang dilakukan kakek. Maka raja memberikan hadiah yang banyak kepadanya. Lagi-lagi, tetangga yang mengetahuinya merasa iri dan mengambil sisa abu lesung di rumahnya. Saat rombongan raja lewat, tetangga tersebut menebar abu ke pohon yang sudah mati. Namun bukannya memekarkan bunga, abu itu justru membuat mata raja dan pengawalnya perih. Karena murka, raja pun mengutus pengawalnya untuk memenjarakan tetangga tersebut.

Tabel 3.4 Analisis cerita Kakek Pemekar Bunga

Kekurangan Kelebihan

• Sifat dari tetangga si kakek nenek baik hati terlalu kejam.

• Sifat kakek nenek yang terlalu polos dan jujur menunjukkan dengan jelas bahwa mereka mudah ditipu.

• Pesan moral tentang kejujuran dan kebaikan hati tersirat dengan jelas.

• Jalan cerita yang sederhana dapat dengan mudah dipahami oleh anak-anak.


(50)

2. Gadis Kecil Penjual Korek Api

Sebuah dongeng mancanegara yang mengisahkan tentang seorang gadis kecil yang menjual korek api pada musim dingin. Apabila dia tidak dapat menjual habis korek tersebut maka ayahnya akan menghukumnya. Dengan gigih gadis tersebut menawarkan korek apinya kepada orang yang lewat namun tidak ada yang membelinya. Suatu ketika dia diserempet oleh kereta kuda dan kedua sepatunya menghilang. Dalam musim dingin yang membeku dan tidak satu pun korek apinya yang terjual, gadis tersebut menyalakan korek yang dijualnya satu per satu untuk menghangatkan diri. Nyala api kecil yang hangat tersebut membuatnya melamun dan membayangkan hangatnya perapian, lezatnya makanan yang tersedia dimeja dan kehangatan keluarga. Tiba-tiba bayangan neneknya yang telah meninggal muncul dan gadis tersebut ingin ikut pergi bersamanya dan tidak ingin pulang ke ayahnya yang kejam. Maka pergilah gadis kecil itu bergandengan tangan dengan neneknya menuju cahaya yang hangat. Tabel 3.5 Analisis cerita Gadis Kecil Penjual Korek Api

Kekurangan Kelebihan

• Kisah dan jalan ceritanya terlalu tragis.

• Pesan moral yang terkandung sedikit sulit “terlihat” karena tertutup dengan kisah tragisnya.

• Karakter tersebut memunculkan empati dari pembaca.


(51)

Berikut adalah analisis SWOT dari kedua cerita anak tersebut:

Tabel 3.6 Analisis SWOT cerita Kakek Pemekar Bunga dan Gadis Kecil Penjual Korek Api

Analisis SWOT Kakek Pemekar Bunga Gadis Kecil Penjual Korek Api a. Strenght Membuat cerita yang

sederhana dan mudah dipahami.

Menarik empati pada karakter melalui cerita.

b. Weakness Penokohan karakter yang terlalu baik dan polos.

Kisah yang tragis akan membuat pesan moral yang terkandung dalam cerita menjadi tersamarkan.

c. Opportunity Membuat cerita yang memiliki unsur fantasi.

Membuat cerita yang lebih menarik dengan disisipi adegan sedih.

d. Treat Memunculkan karakter antagonis yang terlalu kejam.

Kesulitan untuk membuat karakteristik tokoh yang mampu menarik empati.

Berdasarkan analisis yang telah dijabarkan, maka dapat disimpulkan bahwa penyampaian pesan moral dalam sebuah cerita tergantung dari jenis serta cara menceritakan kisah tersebut. Pesan moral yang disisipkan merupakan pesan sederhana namun tidak banyak orang yang menerapkannya seperti kesabaran dan


(52)

kerendahan hati yang dimiliki kakek nenek baik hati walau pun telah berkali-kali dirugikan oleh tetangganya serta kegigihan dan pantang menyerah seperti yang dimiliki gadis kecil saat menjajakan korek apinya pada musim dingin yang menggigil.

Dari analisis tersebut maka dapat dipetik sebuah kesimpulan yaitu untuk menyampaikan pesan moral, walau pun sederhana, dapat dibuat lebih menarik dengan jenis cerita yang berbeda-beda. Baik cerita tersebut berkesan ceria atau tragis.

3.3 Karakter

Pada pembuatan tokoh terdapat berbagai sketsa penampilan awal sebagai alternatif. Hal ini diperlukan untuk mendapatkan karakter yang cocok dan sesuai dengan tema animasi. Berikut adalah sketsa karakter awal dari tokoh-tokoh yang ada dalam film animasi The Postman Story:

1. Lui


(53)

Tabel 3.7 Tabel analisis alternatif karakter Lui

Gambar A Gambar B Gambar C

Appearance 1 2 3

Look 1 3 2

Charming 1 2 3

Total 3 7 8

Berdasarkan analisis tersebut maka diputuskan karakter Lui menggunakan karakter gambar C. Hal tersebut dikarenakan semua karakter dalam “The Postman Story” memiliki karakteristik fisik yang hampir sama. Maka untuk membedakan karakter Lui dengan tokoh lainnya, Lui diberi kumis. Selain itu untuk menambahkan kesan tua dan berwibawa padanya. Sedangkan seragam kerjanya dibuat tidak terlalu formal namun juga tidak terlalu santai. Seragam yang digunakan sebagai referensi adalah seragam kerja tukang pos Indonesia.

2. Sera


(54)

Tabel 3.8 Tabel analisis alternatif karakter Sera

Gambar A Gambar B Gambar C

Appearance 2 1 3

Look 2 1 3

Charming 2 1 3

Total 6 3 9

Berdasarkan analisis tersebut maka ditentukan bahwa gambar C yang akan digunakan. Hal tersebut disesuaikan dengan environtment yang menggunakan konsep sederhana dan tidak terlalu mengusung daerah.

3. Rey

Tabel 3.9 Tabel analisis alternatif karakter Rey

Gambar A Gambar B Gambar C

Appearance 1 2 3

Look 1 2 3

Charming 1 2 3

Total 3 6 9


(55)

Berdasarkan analisis maka gambar C yang akan digunakan sebagai karakter Rey. Dari segi pakaian tampak lebih sederhana dan cocok dengan karakter anak-anak.

4. Nenek

Tabel 3.10 Tabel analisis alternatif karakter Nenek

Gambar A Gambar B Gambar C

Appearance 2 1 3

Look 2 1 3

Charming 2 1 3

Total 6 3 9

Berdasarkan analisis maka karakter pada gambar C yang akan digunakan. Dari segi penampilan tampak lebih sederhana dan karakter nenek tampak tidak cocok bila menggunakan kaus.


(56)

5. Penjual sayur

Tabel 3.11 Tabel analisis alternatif karakter penjual sayur

Gambar A Gambar B Gambar C

Appearance 2 1 3

Look 2 1 3

Charming 2 1 3

Total 6 3 9

Berdasarkan analisis tersebut maka karakter pada gambar C yang digunakan. Dari segi penampilan tampak lebih cocok dibandingkan gamba A dan B yang lebih berkesan seperti pekerja bertopi caping dan penduduk biasa.


(57)

6. Anak tersesat

Tabel 3.12 Tabel analisis alternatif karakter anak tersesat

Gambar A Gambar B Gambar C

Appearance 3 2 1

Look 2 3 1

Charming 3 2 1

Total 8 7 3

Berdasarkan analisis tersebut maka gambar A yang digunakan. Bila dilihat dari segi penampilan jauh lebih cocok dan sesuai dengan kesan seorang anak laki-laki yang suka bermain dan suka bertualang.


(58)

7. Ibu tuna wicara

Tabel 3.13 Tabel analisis alternatif karakter ibu tuna wicara

Gambar A Gambar B Gambar C

Appearance 1 3 2

Look 1 3 2

Charming 1 3 2

Total 3 9 6

Berdasarkan analisis tersebut maka karakter pada gambar B yang digunakan. Seperti pada analisis karakter Sera, penampilan disesuaikan dengan konsep environtment yang sederhana.


(59)

8. Gadis kecil

Tabel 3.14 Tabel analisis alternatif karakter gadis kecil

Gambar A Gambar B Gambar C

Appearance 1 2 3

Look 1 3 2

Charming 1 2 3

Total 3 7 8

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka karakter pada gambar C yang digunakan. jika dilihat dari segi penampilan tampak lebih sederhana namun modern serta sesuai dengan konsep.


(60)

9. Ibu muda

Tabel 3.15 Tabel analisis alternatif karakter ibu muda

Gambar A Gambar B Gambar C

Appearance 1 2 3

Look 1 2 3

Charming 1 2 3

Total 3 6 9

Berdasarkan analisis maka gambar C yang digunakan sebagai karakter ibu muda. Dibandingkan dengan gambar A, penampilan karakter terlalu terbuka dan berkesan mewah. Sedangkan gambar B lebih berkesan seperti baju sehari-hari.

Setelah analisis selesai dan telah menentukan karakter maka tahap selanjutnya adalah membuat character sheet yang diimplementasikan ke dalam software untuk memperjelas bentuk dan warna (karakter terlampir).


(61)

3.4 Cerita

Konsep dan ide cerita film animasi ini berasal dari penulis I (Adinda Miftania). Kemudian bersama dengan penulis I (Adinda Miftania), penulis II (Ratna Indah S.) menyusun konsep tersebut menjadi cerita yang utuh.

Sebelum mendapatkan cerita “The Postman Story”, beberapa sinopsis cerita yang berbeda telah dibuat sebagai pilihan. Berikut adalah beberapa alternatif cerita The Postman Story:

Gambar 3.13 Pembuatan outline karakter


(62)

Ketiga alternatif cerita tersebut kemudian dianalisis untuk mendapatkan cerita yang menarik. Berikut adalah hasil analisis cerita:

Tabel 3.16 Analisis cerita alternatif untuk animasi The Postman Story

Cerita 1 Cerita 2 Cerita 3

Interest 1 2 3

Plot 1 3 2

Cause 1 2 3

Total 3 7 8

Cerita 1: Lui sangat menyukai pekerjaannya dan selalu mengantarkan surat dengan penuh semangat. Lui selalu menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu. Namun berbagai rintangan seperti menolong anak kecil untuk mengambilkan balon miliknya yang tersangkut, mengantarkan nenek yang membawa barang bawaan dan lain sebagainya. Walaupun begitu Lui tetap semangat menghadapi hari-hari berikutnya.

Cerita 2: Lui mengirimkan sebuah paket penting ke tempat yang jauh dan tidak dapat ditunda sehingga Lui harus mengorbankan janji yang telah dibuat dengan keluarganya. Selain itu berbagai rintangan seperti hujan dan sebagainya membuatnya harus menjaga paket tersebut sebaik-baiknya.

Cerita 3: Lui berniat memberi kejutan ulang tahun pada putrinya namun pada keesokan harinya Lui terpaksa menundanya karena harus mengantarkan surat dari seorang nenek.


(63)

Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka cerita 3 terpilih sebagai cerita dari animasi The Postman Story. Hal tersebut dikarenakan konflik yang ditunjukkan lebih menarik.

3.5 Sinopsis, Treatment dan Storyboard 3.5.1 Sinopsis

Film animasi The Postman Story ini menceritakan seorang tukang pos bernama Lui yang sangat menyayangi keluarga serta pekerjaannya. Pada hari ulang tahun Rey, putrinya, rencana Lui untuk merayakan ulang tahunnya tertunda oleh permintaan seorang nenek yang meminta tolong untuk segera mengantarkan surat kepada putri dan cucunya di kota yang jauh. Walaupun waktu bertugasnya telah usai, Lui tetap bertanggung jawab pada pekerjaannya dan bersedia mengantar surat itu.

Dalam perjalanannya mengantar surat berbagai rintangan menguji kegigihan hatinya. Termasuk hujan yang mengguyurnya serta menolong anak lelaki yang tersesat. Akhirnya Lui sampai di kota tujuan saat malam dengan hujan yang kembali turun. Ternyata cucu sang nenek tersebut sedang berulang tahun, sama seperti Rey, dan tidak dapat menghadiri pesta ulang tahun yang diselenggarakan. Setelah selesai mengantar surat, Lui pun pulang dan tiba di rumah saat tengah malam. Lui mendapati Rey sudah tertidur sambil mengenakan topi ulang tahun yang dibuatnya sendiri. Diam-diam Lui meletakkan sebuah kado di samping Rey, yang ternyata diberikan gadis kecil yang berulang tahun tersebut. Keesokan harinya ulang tahun Rey pun diselenggarakan.


(64)

3.5.2 Treatment

Setelah sinopsis cerita telah disusun, selanjutnya adalah pembuatan treatment untuk mengatur setting tempat dan waktu. Berikut adalah sepenggal treatment dari film animasi The Postman Story yang dibuat:

1. OUTDOOR. PEMANDANGAN GREENVILLE. SORE

Greenville adalah sebuah desa yang dikelilingi oleh bukit yang berhiaskan pohon-pohon cemara.

2. OUTDOOR. PEMANDANGAN PERUMAHAN GREENVILLE. SORE Penduduk desa adalah orang yang ramah serta ada pula orang-orang yang pekerja keras.

3. OUTDOOR. JALAN DESA GREENVILLE. SORE

Lui adalah salah satu pekerja keras tersebut. Lui adalah seorang tukang pos. tampak Lui sedang mengayuh sepedanya.

4. OUTDOOR. JALAN DESA GREENVILLE. SORE

Lui mengambil surat di dalam tasnya dan melihat alamat yang tertera di amplop.

5. OUTDOOR. DEPAN RUMAH SALAH SATU PENDUDUK. SORE Lui menghentikan laju sepedanya. Dia memarkirkan sepedanya dan menghampiri orang yang sedang menyiram tanaman di halaman rumah yang dituju Lui.Pada awal cerita, setting waktu yang digunakan adalah sore hari saat Lui selesai bekerja. Hal tersebut bertujuan sebagai scene pengenalan tokoh utama beserta keluarganya karena jalan ceritanya akan saling berhubungan antara ketiga tokoh tersebut. Untuk setting tempat, telah disepakati bersama bahwa lokasi tidak


(65)

berasal dari negara mana pun dan merupakan desa imajinatif. Selanjutnya setting tempat dan waktu disesuaikan dengan jalan cerita.

3.5.3 Storyboard

Setelah seluruh treatment selesai, storyboard dibuat untuk menentukan sudut pandang dan komposisi pengambilan gambar pada setiap scene. Berikut adalah sepenggal storyboard dari film animasi “The Postman Story” (storyboard terlampir):

Gambar 3.15 Sepenggal storyboard dari animasi “The Postman Story”


(66)

3.6 Animasi 3.6.1 Produksi

Pada tahap ini hal pertama yang dilakukan menyiapkan beberapa peralatan, antara lain:

a. Kertas HVS A4 dan alat tulis pensil serta penghapus. Digunakan untuk membuat sketsa karakter.

b. Scanner. Digunakan untuk menye-scan hasil sketsa ke dalam komputer untuk pemberian outline secara digital.

c. Notebook dengan spesifikasi sebagai berikut: 1) Prosesor 1.60GHz 798 MHz

2) RAM 1.99 Gb 3) Harddisk 200 Gb

d. Program animasi 2D untuk membuat animasi karakter. 1. Membuat Karakter

Bagian tubuh karakter dibuat dalam layer yang berbeda-beda agar pada saat penganimasian akan lebih mudah karena bagian yang tidak perlu dianimasikan tidak terganggu. Selain karakter yang dianimasikan, ada juga karakter diam yang hanya berupa gambar. Karakter yang akan dianimasikan dibuat di software animasi 2D sedangkan karakter diam yang berupa gambar dibuat di program ilustrasi, bagian outline, dan program edit foto dan warna, bagian pewarnaan.


(67)

2. Animasi

Setelah pembuatan karakter selesai, karakter mulai dianimasikan. Teknik animasi yang digunakan adalah frame by frame dimana posisi objek animasi berbeda dari satu frame ke frame yang lain sehingga membentuk sebuah gerakan saat dianimasikan.

Gambar 3.16 Pembuatan karakter per bagian tubuh pada proses produksi


(68)

3. Design Environtment

Setting tempat dalam film animasi ini dibuat dengan animasi 3D menggunakan software animasi 3D. Teknik pewarnaan pada environtment menggunakan teknik cell shading untuk menyesuaikan metode yang digunakan dalam pembuatan film ini yaitu gabungan animasi 2D dan 3D. Tahap ini telah dikerjakan oleh penulis I (Adinda Miftania).

3.6.2 Pasca Produksi

1. Editing dan Compositing

Setelah semua animasi karakter selesai, maka tahap selanjutnya adalah editing dan compositing (penggabungan) animasi karakter 2D dengan environtment 3D yang merupakan setting tempat. Tahap ini diserahkan kepada penulis I (Adinda Miftania).

2. Rendering

Animasi karakter yang telah digabungkan dengan environtment 3D dalam software animasi 3D kemudian dirender untuk menghasilkan adegan per scene yang selanjutnya akan disusun kembali sesuai dengan storyboard dalam software editing video. Kemudian film diberi dubbing narasi berbahasa Inggris dan dirender untuk menghasilkan film secara utuh. Tahap ini diserahkan kepada penulis I (Adinda Miftania).

3. Adding Subtitle

Film yang sudah utuh tersebut masih memiliki kekurangan yaitu tidak adanya subtitle bahasa Indonesia yang memudahkan penonton untuk memahami


(69)

jalan cerita. Maka dari itu subtitle diberikan dengan software editing video. Tahap ini diserahkan kepada penulis I (Adinda Miftania).

4. Final Rendering

Setelah diberikan subtitle, film di-render kembali dan menghasilkan film yang benar-benar utuh. Tahap ini diserahkan kepada penulis I (Adinda Miftania). 6. Publikasi

Tahap ini dilakukan sebagai syarat presentasi Tugas Akhir. Adapun media yang digunakan adalah poster dan DVD (cover depan dan cover cakram). Tahap ini memerlukan beberapa proses diantaranya menentukan konsep dan membuat sketsa poster dan cover. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan:

a. Konsep

Lui sebagai tokoh utama diletakkan di tengah dengan latar belakang perumahan dan alam sekitar. Sudut pandang diambil dari worm angle untuk menunjukkan kesan Lui sebagai point of view serta pesan bahwa Lui sebagai seorang pengendali dimana di dalam cerita Lui adalah pengendali atas keputusan yang dia ambil. Font yang digunakan sebagai judul memiliki kesan yang “santai” dan “tulisan tangan” disesuaikan dengan tema tentang tukang pos serta surat-surat yang identik dibuat dengan tulisan tangan.

b. Sketsa poster

Berdasarkan konsep yang telah dijabarkan di atas, maka sketsa dan cover depan serta cakram akan tampak seperti gambar berikut:


(70)

Gambar 3.18 Sketsa Poster


(71)

7. Peralatan

Peralatan yang digunakan adalah sebuah unit komputer serta notebook dengan spesifik sebagai berikut:

a. Personal Computer 2.93GHz 1) RAM 1.00 Gb

2) Harddisk 300 Gb b. Notebook 1.60GHz 798 MHz

1) RAM 1.99 Gb 2) Harddisk 200 Gb c. Pen tablet


(72)

1. Anggaran

2. Jadwal Kerja

Juni Juli Agustus

I II III IV I II III IV I II III IV Pra

Produksi Produksi Add Subtitle Rendering

Komputer A Rp 5.000.000,00

Notebook Rp 3.000.000,00

Pet tablet Rp 450.000,00

Listrik Rp 1.000.000,00

Koneksi Internet Rp 300,.000,00

Kertas 3 rim Rp 30.000,00

Biaya print Rp 400.000,00

Biaya konsumsi Rp 350.000,00

Total Rp 10.530.000,00

Table 3.17 Anggaran


(73)

4.1 Karakter

Sebagaimana yang telah tertulis dalam Bab I Rumusan Masalah bahwa Tugas Akhir ini adalah membuat konsep cerita, sinopsis seperti yang telah diuraikan dalam Bab III serta karakter 2D yang dapat ditempatkan pada environtment 3D. Pada bab ini akan dijelaskan lebih rinci tentang karakter yang terkait. Berikut gambar 4.1 – 4.9 adalah karakter-karakter yang ada dalam film animasi yang berjudul ”The Postman Story”:

1. Lui

Gambar 4.1 Karakter Lui tampak depan, samping dan belakang


(74)

Lui merupakan karakter utama dalam film animasi The Postman Story. Lui adalah seorang pekerja keras dan penuh tanggung jawab. Lui sangat menyukai pekerjaannya, baik hati dan selalu murah senyum. Selain itu Lui juga sangat menyayangi keluarganya terutama putrinya, Rey.

Warna yang digunakan pada karakter ini adalah warna abu-abu dikarenakan mengadaptasi seragam tukang pos di Indonesia yang pada umumnya berwarna abu-abu atau jingga. Kumis yang diberikan juga untuk menambahkan kesan lebih tua dan berwibawa.

2. Sera

Sera adalah seorang yang penyayang dan penyabar. Selain itu Sera adalah istri dari Lui. Penampilan Sera terutama rambutnya dibuat bergelung untuk menampilkan kesan sederhana dan keibuan.

Gambar 4.2 Karakter Sera tampak depan, samping dan belakang


(75)

3. Rey

Rey adalah putri dari Lui dan Sera. Rey seorang anak yang ceria dan penuh semangat. Rey menyayangi keluarganya dan selalu menunggu ayahnya pulang bekerja setiap sore.

Desain Rey, terutama penampilannya, dibuat berambut pendek sebahu untuk menyesuaikan dengan sifatnya yang ceria dan bersemangat. Sedangkan dari segi pakaian menggunakan warna-warna cerah yang umumnya disukai oleh anak-anak serta desain yang sederhana namun manis.


(76)

4. Nenek

Karakter nenek yang meminta tolong pada Lui untuk mengantarkan surat ke Flower City adalah ibu dari karakter ibu muda serta nenek dari karakter gadis kecil yang tinggal di Flower City. Karena faktor usia lanjut nenek tersebut tidak kuat berjalan ke kantor pos untuk mengirimkan surat pada putri serta cucunya di kota. Kemudian nenek meminta tolong kepada Lui untuk mengantarkannya segera karena hari tersebut merupakan hari penting yaitu ulang tahun cucunya.

Desain nenek digambarkan menggunakan tongkat untuk menguatkan kesan orang tua yang berjalan lambat. Warna pakaian yang dikenakan juga menggunakan warna muda untuk menguatkan kesan tenang.

Gambar 4.4 Karakter nenek tampak depan, samping dan belakang


(1)

dibuat oleh penulis I (Adida Miftania) dan tahap pasca produksi tersebut termasuk dalam lingkup kerja penulis I (Adinda Miftania).

4.5 Publikasi

Setelah selesai mengolah seluruh hasil karya maka tahap selanjutnya yang dilakukan adalah publikasi. Media yang digunakan adalah poster dan DVD. Konsep dari poster disesuaikan dengan tema film animasi kemudian diimplementasikan ke dalam bentuk cetak berupa poster dan DVD (cover wajah dan cover cakram) seperti gambar berikut:


(2)

129

Gambar 4.16 Cover depan DVD


(3)

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari laporan ini dapat penulis simpulkan, bahwa:

1. Film animasi “The Postman Story” menggunakan teknik gabungan dimana animasi karakter dibuat secara 2D sedangkan environtmen dibuat secara 3D. Konsep cerita yang menggunakan tukang pos sebagai tokoh utama diharapkan agar anak-anak saat ini dapat mengenal tokoh ini lebih jauh. 2. Tahap awal yang dilakukan dalam proses produksi adalah mengembangkan

ide dan konsep cerita dari penulis I (Adinda Miftania). Kemudia membuat sketsa karakter, treatment serta storyboard.

3. Teknik frame by frame sangat membantu proses penganimasian karakter. 4. Masa produksi untuk pembuatan animasi ini memakan waktu 1,5 bulan maka

dalam pengaplikasiannya terjadi beberapa perubahan untuk mempersingkat waktu.

5. Konsep dan ide cerita diperkuat dengan adanya literatur sejarah tukang pos serta psikologi anak untuk dapat membuat animasi yang mengena pada target penonton.

5.2 Saran

Film animasi yang telah diproduksi adalah sebuah karya Tugas Akhir yang dikerjakan oleh dua orang. Proses produksi yang dimulai dari pra produksi sampai pasca produksi memerlukan waktu sekitar tiga bulan saja, sehingga tidak dapat


(4)

131

dibandingkan dengan karya animasi manapun. Film animasi ini menampilkan beberapa teknik yang mungkin masih belum begitu sering digunakan oleh masyarakat umum. Segala sesuatu yang berhubungan dengan detailnya konsep hingga pelaksanaan editing, tidak hanya diperlukan pengetahuan secara teknis namun juga ketekunan dan niat yang cukup tinggi.

Dalam segi konsep cerita, dasar atau alasan terbentuknya cerita tersebut harus kuat sehingga tidak akan berkesan asal membuat. Nilai moral, target penonton juga harus diperhatikan.

Bagi teman-teman sesama animator ataupun seniman multimedia lain yang ingin berkarya, masalah-masalah non teknis seperti yang telah disebutkan dan dialami, harus memiliki tingkat perhatian yang seimbang dengan permasalahan teknis lainnya, sehingga mampu menghasilkan karya yang lebih baik dari apa yang telah penulis buat. Komputer hanyalah sebuah alat yang membantu dalam pembuatan suatu karya digital tetapi bagaimana menyampaikan pesan yang dapat dimengerti dan dipahami khalayak merupakan hal penting utama dalam berkarya.


(5)

Sumber Buku:

Clement Suleeman, Andar Ismail. (1998). Ajarlah Mereka Melakukan: Kumpulan Karangan Seputar Pendidikan Agama Kristen. BPK Gunung Mulia.

Harold Whitaker, J. H. (2002). Timing for Animation (Pengaturan waktu untuk animasi). Singapore: Elsevier.

Kevin Hedgpeth, S. M. (2004). Exploring Drawing for Animation. Canada: Delmar Learning.

Kevin Hedgpeth, S. M. (2006). Exploring Character Design. Canada: Delmar Learning.

Kimui, J. (2010). How to Coloring Manga - Digital Coloring dengan Menggunakan Adobe CS4. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Santrock, J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Sony Set, S. S. (2007). Menjadi Penulis Skenario Profesional. Jakarta: Grasindo.

Suyanto, M. (2006). Merancang Film Kartun Kelas Dunia. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Sumber Internet:

Ardiyansah. (2010, April 14). 12 Prinsip Animasi. Retrieved Juli 25, 2011, from http://dkv.binus.ac.id/12-prinsip-animasi/

Design Studio. (2009, Juni 28). Belajar Bahasa Inggris untuk Anak. Retrieved Agustus 19, 2011, from Cara Mudah Belajar Membaca: http://belajarmembaca.com/belajar-bahasa-inggris-untuk-anak


(6)

133

Franky. (2006, September 30). Asal Usul Pengantar Surat. Retrieved Agustus 19, 2011, from Cermin Asal Usul: http://matanoku-asal.blogspot.com/2006/09/asal-usul-pengantar-surat.html

PT. Rumah Animasi Indonesia. (2009, Februari 6). Teknik Film Animasi.

Retrieved Juli 24, 2011, from http://raispictures.com/main/index.php?option=com_content&task=view&

id=39&Itemid=26

Shadrina, M. (2009, Oktober 31). Pengertian Animasi. Retrieved Juli 25, 2011, from Rinie: http://marinishadrina.blogspot.com/2009/10/pengertian-animasi.html