PENGARUH GENDER, ETHICAL JUDGEMENT DAN MORAL REASONING TERHADAP PERILAKU ANGGARAN SLACK DI SEKTOR PUBLIK DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi pada Puskesmas di DIY)

(1)

THE INFLUENCE OF GENDER, ETHICAL JUDGEMENT AND MORAL REASONING ON BUDGETARY SLACK BEHAVIOR IN PUBLIC SECTOR WITH ORGANIZATION

COMMITMENT AS MODERATING VARIABLE (Study on Health Centers in DIY)

Oleh:

ULVA DWI HIDAYATI 20130420333

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

i

PENGARUH GENDER, ETHICAL JUDGEMENT DAN MORAL REASONING

TERHADAP PERILAKU ANGGARAN SLACK DI SEKTOR PUBLIK DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI

VARIABEL PEMODERASI (Studi pada Puskesmas di DIY)

THE INFLUENCE OF GENDER, ETHICAL JUDGEMENT AND MORAL REASONING ON BUDGETARY SLACK BEHAVIOR IN PUBLIC SECTOR WITH ORGANIZATION

COMMITMENT AS MODERATING VARIABLE (Study on Health Centers in DIY)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

ULVA DWI HIDAYATI 20130420333

HALAMAN JUDUL SKRIPSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(3)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Ulva Dwi Hidayati Nomor Mahasiswa : 20130420333

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “PENGARUH GENDER,

ETHICAL JUDGEMENT DAN MORAL REASONING TERHADAP

PERILAKU ANGGARAN SLACK DI SEKTOR PUBLIK DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi pada Puskesmas di Daerah Istimewa Yogyakarta)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 25 Januari 2017


(4)

v

Motto

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai ( dari suatu urusan) kerjakan dengan

sesungguhnya (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”

(QS. Al-Insyirah 6-8)

“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat

mereka menyerah” (Thomas Alva Edison)

“Allah menitipkan kelebihan di setiap kekurangan, menitipkan kekuatan di setiap kelemahan, menitipkan sukacita di setiap dukacita, menitipkan harapan di setiap keraguan. Allah berjanji

semua itu akan indah pada waktunya” (Annoymous)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Persembahan

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

 Orang Tua tercinta, Bapak Muji Hartono dan Mama Siti Wahyuningsih Terima kasih tak terhingga untuk kasih sayang yang tak pernah usai, do’a yang tak pernah terputus, kesabaran yang tak pernah lelah, pengorbanan, dan dukungan, serta semangat yang tiada henti.

 Kakak dan Adekku tersayang, Ade Gilang Luki Adi dan Lanang Wijaya Mukti. Terimakasih atas doa yang selalu di panjatkan selama ini.

 Semua teman-temanku Dwi, Retno, Rika, Yani, Annisa, Alun, Mahardika, Mumu, Ardi, Teguh, Faisal, Condro, dll yang telah menyemangati dan memberi dukungan.


(5)

x DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL SKRIPSI ... i LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING...Error! Bookmark not defined. LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ...Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN ...iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v INTISARI ...Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ...Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ...Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... x DAFTAR TABEL ... xii DAFTAR GAMBAR ... xiii BAB I ...Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang ...Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah ...Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ...Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian ...Error! Bookmark not defined. BAB II ...Error! Bookmark not defined. A. Landasan Teori ...Error! Bookmark not defined. 1. Teori Keagenan ...Error! Bookmark not defined. 2. Anggaran Slack ...Error! Bookmark not defined. 3. Ethical Judgement dan Moral Reasoning Theory ... Error! Bookmark not

defined.

4. Gender ...Error! Bookmark not defined. 5. Komitmen Organisasi ...Error! Bookmark not defined. B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis ...Error! Bookmark not defined. 1. Pengaruh gender terhadap perilaku anggaran slack ... Error! Bookmark not

defined.

2. Pengaruh ethical judgement terhadap perilaku anggaran slack Error! Bookmark not defined.

3. Pengaruh moral reasoning terhadap perilaku anggaran slack . Error! Bookmark not defined.


(6)

xi

4. Hubungan ethical judgement terhadap perilaku anggaran slack dengan

komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi ... Error! Bookmark not defined.

5. Hubungan moral reasoning terhadap perilaku anggaran slack dengan

komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi ... Error! Bookmark not defined.

C. Model Penelitian ...Error! Bookmark not defined. BAB III ...Error! Bookmark not defined. A. Objek/ Subyek Penelitian ...Error! Bookmark not defined. B. Jenis Data ...Error! Bookmark not defined. C. Teknik Pengambilan Sampel ...Error! Bookmark not defined. D. Teknik Pengumpulan Data ...Error! Bookmark not defined. E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...Error! Bookmark not defined. 1. Variabel Dependen ...Error! Bookmark not defined. 2. Variabel Independen ...Error! Bookmark not defined. 3. Variabel Moderasi ...Error! Bookmark not defined. F. Uji Kualitas Instrumen dan Data ...Error! Bookmark not defined. 1. Statistik Deskriptif ...Error! Bookmark not defined. 2. Uji Validitas ...Error! Bookmark not defined. 3. Uji Reliabilitas ...Error! Bookmark not defined. 4. Uji Asumsi Klasik ...Error! Bookmark not defined. G. Uji hipotesis dan analisis data ...Error! Bookmark not defined. BAB IV ...Error! Bookmark not defined. A. Gambaran Umum Obyek/ Subyek Penelitian ...Error! Bookmark not defined. 1. Deskripsi Penelitian ...Error! Bookmark not defined. 2. Analisis Karakteristik Responden ...Error! Bookmark not defined. B. Uji Kualitas Instrumen dan Data ...Error! Bookmark not defined. 1. Statistik Deskriptif ...Error! Bookmark not defined. 2. Pengujian Validitas ...Error! Bookmark not defined. 3. Pengujian Reliabilitas ...Error! Bookmark not defined. 4. Uji Asumsi Klasik ...Error! Bookmark not defined. C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ...Error! Bookmark not defined. D. Pembahasan (Interpretasi) ...Error! Bookmark not defined. BAB V ...Error! Bookmark not defined. A. Simpulan ...Error! Bookmark not defined.


(7)

xii

B. Saran ...Error! Bookmark not defined. C. Keterbatasan Penelitian ...Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Sampel dan Tingkat Pengembalian ... 33

Tabel 4.2 Karakteristik Responden ... 34

Tabel 4.3 Hasil Statistik Deskriptif... 35

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Variabel Ethical Judgement ... 36

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Moral Reasoning ... 36

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Komitmen Organisasi ... 37

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Anggaran Slack ... 37

Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas ... 38

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas ... 39

Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinearitas ... 40

Tabel 4.11 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 41

Tabel 4.12 Hasil Uji Analisis Uji Beda H1 ... 42

Tabel 4.13 Hasil Uji Analisis Regresi Sederhana H2 ... 43

Tabel 4.14 Hasil Uji Analisis Regresi Sederhana H3 ... 43

Tabel 4.15 Hasil Uji Analisis Regresi Berganda H4 ... 44


(8)

xiii

DAFTAR GAMBAR


(9)

(10)

vii ABSTRACT

This study aims to analyze the influence of gender on the influence of ethical judgement and moral reasoning on budgetary slack behavior in public sector with organization commitment as moderating variable. In this study, sample of 60 respondents were selected using purposive sampling. The analysis used was differential, simple regression and multiple regression.

Based on the analysis that have been made the results that higher budgetary slack is done by men than women, ethical judgement and moral reasoning had negative effect on budgetary slack behavior, organization commitment moderated significantly the effect of ethical judgement on budgetary slack behavior, but organization commitment did not moderate the moral reasoning relationship with budgetary slack behavior.

Keywords: Gender, Ethical Judgement, Moral Reasoning, Organization Commitment, Budgetary Slack


(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam melaksanakan tugasnya organisasi sektor publik pasti membutuhkan suatu manajemen yang baik. Menurut Welsch (2000) mengartikan bahwa manajemen adalah suatu proses untuk mendefinisikan tujuan perusahaan serta menerapkan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan guna mencapai tujuan suatu perusahaan, selain itu juga menggunakan sumber daya manusia, bahan baku dan juga modal secara efisien. Suatu organisasi atau perusahaan tidak dapat menjalankan visi dan misinya tanpa suatu manajemen yang baik.

Menurut Nouri dan Robert (1996) menjelaskan tujuan utama dari organisasi sektor publik yaitu memberikan pelayanan dan kesejahteraan semaksimal mungkin kepada masyarakat, sehingga rencana dari pemerintah sejalan dengan kenginan masyarakat. Dengan demikian organisasi membutuhkan pedoman perencanaan untuk melaksanakan tugasnya. Pada organisasi pemerintah khususnya bidang kesehatan, terdapat pihak yang mengatur sebuah instansi tersebut, diantaranya adalah pimpinan atau atasan dari tiap masing-masing bagian dari instansi tersebut. Perencanaan yang matang harus dilaksanakan agar suatu organisasi


(12)

mampu mewujudkan tujuannya dalam mensejahterakan masyarakat, maka suatu instansi diharapkan memiliki sistem pengendalian manajemen.

Anggaran dalam sistem pengendalian manajemen memegang peranan penting sebagai alat pengendalian operasi perusahaan agar strategi yang ditetapkan dapat digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan. Proses penganggaran yang dilakukan mulai dari tahap perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan dalam menjalankan tugas serta fungsinya guna mewujudkan tujuan organisasi dengan hasil berupa laporan anggaran yang bisa dipertanggungjawabkan. Dari hal tersebut maka pemerintah membuat berbagai kebijakan yang diatur dalam bentuk anggaran. Dari anggaran yang telah direncanakan dan dialokasikan maka akan terlihat keberhasilan suatu organisasi dalam menjalankan tanggungjawabnya.

Menurut Anthony dan Govindarajan (2005) anggaran adalah suatu alat pengendalian paling efektif dan sangat penting dalam perencanaan dan pengendalian jangka pendek sebuah organisasi. Selain itu menurut Bradshaw et al (2007) menjelaskan bahwa dengan anggaran maka akan membuat pihak penyusun anggaran lebih bertanggungjawab untuk mengalokasikan rencana, mengalokasikan sumberdaya serta menentukan tujuan dan juga berguna untuk acuan dalam suatu organisasi. Menurut Kenis (1979) anggaran dikatakan penting karena anggaran tidak hanya digunakan sebagai suatu rencana keuangan dalam organisasi namun juga


(13)

digunakan sebagai alat kontrol komunikasi, evaluasi, koordinasi serta motivasi dalam bekerja.

Anthony dan Govindarajan (2007) menjelaskan anggaran slack

adalah perbedaan antara anggaran yang dilaporkan dengan anggaran yang sesuai dengan estimasi terbaik bagi organsasi itu. Estimasi dalam hal ini adalah suatu anggaran yang sesungguhnya terjadi sesuai dengan kemampuan perusahaan.

Anggaran slack dapat terjadi karena ada keterlibatan manajer tingkat atas, menengah atau bawah dalam penyusunan anggaran. Perilaku tidak etis yang dilakukan oleh manajer tingkat atas, menengah/bawah dalam menciptakan senjangan anggaran yaitu dengan membuat suatu anggaran yang tidak sesuai dengan potensi yang sebenarnya seperti membuat anggaran pendapatan yang lebih rendah dari potensi atau membuat anggaran belanja yang lebih tinggi dari kebutuhan (Schiff dan Lewin,1970). Menurut Damrongsukniwat et al (2011) anggaran slack

umumnya dilakukan oleh manajer yang dapat menyembunyikan beberapa informasi pribadi dari atasan mereka serta sengaja menggambarkan informasi yang hanya dapat menguntungkan diri mereka sendiri melalui perilaku anggaran slack. Cyert dan March (1963) menjelaskan bahwa penciptaan senjangan anggaran yang biasanya dilakukan oleh manajer cenderung untuk tujuan individu atau pribadi mereka yaitu seperti untuk melindungi karir dan agar hasil pekerjaan mereka terihat baik untuk jangka waktu pendek.


(14)

Suatu keberhasilan dalam penyusunan anggaran salah satunya dipengaruhi oleh etika atau sikap yang yang baik dalam proses penyusunan anggaran. Etika dibutuhkan untuk mendorong siapa yang bertanggungjawab atas penyusunan dan pelaksanaan anggaran guna mencapai tujuan organisasi (Blocher dkk, 2000). Penelitian yang dilakukan oleh Andika (2014) menemukan hasil bahwa etika berpengaruh negatif terhadap senjangan anggran. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan teori yang dipaparkan oleh Blocher dkk (2000) yang menjelaskan bahwa etika sangat diperlukan untuk mendorong individu untuk bertanggungjawab atas penyusunan dan pelaksanaan anggaran guna mencapai tujuan organisasi. Maskun (2009) berpendapat bahwa etika berpengaruh terhadap anggaran slack.

Anggaran juga berkaitan erat dengan komitmen organisasi. Komitmen merupakan sebuah sikap dan perilaku antara individu satu dengan individu yang lain. Karyawan yang komitmen tinggi terhadap organisasinya maka akan menujukkan sikap yang positif terhadap organisasinya dan akan selalu membela organisasinya dalam keadaan apapun guna mewujudkan tujuan organisasi. Karyawan dikatakan memiliki komitmen pada organisasinya apabila setia terhadap organisasi tersebut yang akan berakibat menumbuhkan loyalitas karyawan.

Menurut Wiener (1982) komitmen organisasi yaitu dorongan dari individu itu sendiri untuk melakukan sesuatu yang dapat menunjang keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan dan


(15)

lebih mengutamakan kepentingan organisasi. Oleh karena itu komitmen organisasi sangat berpengaruh terhadap individu dalam melakukan suatu hal. Komitmen organisasi berpengaruh positif pada individu untuk melakukan yang terbaik bagi organisasi sehingga anggaran slack dapat dihindari.

Masalah dalam penelitian ini yaitu berkaitan dengan perilaku individu dalam membuat anggaran slack di organisasi sektor publik. Selanjutnya membahas apakah gender mempengaruhi keputusan etis dan perilaku moral individu untuk membuat slack anggaran. Penelitian ini berfokus pada perilaku etis dan moral untuk menjelaskan perilaku individu dalam membuat anggaran slack. Dengan adanya variabel moderasi yang akan memperkuat ataupun memperlemah keputusan etis dan perilaku moral dalam melakukan anggaran slack. Penelitian ini juga bertujuan untuk menjelaskan perbedaan jenis kelamin (pria dan wanita) untuk menentukan keputusan etis dan moral reasoning pada individu dalam mengambil tindakan slack anggaran. Perbedaan gender dapat mempengaruhi perbedaan pertimbangan ethical judgement dan moral reasoning terhadap individu dalam melakukan tindakan anggaran slack.

Penelitian Rahim (2013) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

gender dari dua kelompok tentang pengaruh ethical judgement dan moral reasoning pada perilaku individu dalam membuat anggaran slack. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa wanita lebih kuat dari pria dalam


(16)

hal pengaruh ethical judgement dan moral reasoning terhadap individu untuk melakukan anggaran slack.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan perilaku anggaran

slack yang terjadi di sektor publik khususnya Puskesmas yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal tersebut berkaitan dengan perilaku individu dalam membuat anggaran slack dengan maksud untuk keuntungan dirinya sendiri (Onsi 1973).

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Rahim (2013) dengan judul: “Pengaruh Perbedaan Gender, Ethical Judgement, dan Moral reasoning terhadap Perilaku Anggaran Slack di Sektor Publik”. Faktor yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penulis menambahkan komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi.

Pertimbangan penambahan komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi adalah diharapkan dengan menambah variabel pemoderasi dapat dijelaskan lebih baik variabel gender, ethical judgement dan moral reasoning pada model regresi saat pengujian hipotesis dilakukan. Penambahan variabel komitmen organisasi didasarkan pada alasan bahwa semakin tinggi moral reasoning dan ethical judgement yang dimiliki individu maka untuk melakukan anggaran slack akan semakin rendah, apalagi di dukung dengan komitmen organisasi yang baik. Dengan individu memiliki komitmen organisasi yang baik maka akan membuat anggaran slack juga rendah.


(17)

Berdasarkan penjelasan diatas maka judul yang diajukan dalam penelitian adalah “Pengaruh Gender, Ethical Judgement dan Moral

Reasoning terhadap Perilaku Anggaran Slack di Sektor Publik

dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Pemoderasi”. Dengan perbedaan objek penelitian yang berbeda diharapkan dapat menyempurnakan penelitian sebelumnya.

B. Rumusan Masalah

Gender, ethical judgement dan moral reasoning menjadi hal yang sangat penting dalam penentuan perilaku anggaran slack. Karena keberhasilan organisasi pemerintah bidang kesehatan dilihat dari kinerja organisasi tersebut dalam menjalankan penganggaran. Salah satu variabel yang dianggap akan mempunyai pengaruh adalah variabel pemoderasi. Variabel pemoderasi di penelitian ini adalah komitmen organisasi. Oleh karena itu rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah anggaran slack cenderung lebih tinggi dilakukan oleh pria dibanding wanita ?

2. Apakah ethical judgement berpengaruh negatif terhadap perilaku anggaran slack?

3. Apakah moral reasoning berpengaruh negatif terhadap perilaku anggaran slack?

4. Apakah komitmen organisasi memperkuat pengaruh negatif hubungan


(18)

5. Apakah komitmen organisasi memperkuat pengaruh negatif hubungan

moral reasoning terhadap perilaku anggaran slack?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Memperoleh data, menguji dan menganalisis bukti empiris, apakah anggaran slack cenderung lebih tinggi dilakukan oleh pria dibanding wanita.

2. Memperoleh data, menguji dan menganalisis bukti empiris, apakah

ethical judgement berpengaruh negatif terhadap perilaku anggaran

slack.

3. Memperoleh data, menguji dan menganalisis bukti empiris, apakah

moral reasoning berpengaruh negatif terhadap perilaku anggaran

slack.

4. Memperoleh data, menguji dan menganalisis bukti empiris, apakah komitmen organisasi memperkuat pengaruh negatif hubungan ethical judgement terhadap perilaku anggaran slack.

5. Memperoleh data, menguji dan menganalisis bukti empiris, apakah komitmen organisasi memperkuat pengaruh negatif hubungan moral reasoning terhadap perilaku anggaran slack.

D. Manfaat Penelitian

Dari beberapa hal yang telah dijelasakan diatas, maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:


(19)

1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi pelengkap referensi mengenai pengaruh perbedaan gender, ethical judgement dan moral reasoning terhadap perilaku slack anggaran dengan komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi.

2. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperluas pengetahuan dalam penganggaran di bidang kesehatan.

3. Sebagai bahan pertimbangan dalam melihat faktor yang mempengaruhi anggaran slack sehingga hal-hal yang dapat menciptakan anggaran slack dapat dihindari.


(20)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Keagenan

Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa teori keagenan adalah suatu konsep yang menjelaskan hubungan antara atasan dan bawahan. Menurut Anthony dan Govindarajan (1980) fenomena teori keagenan terjadi apabila atasan melimpahkan wewenang kepada bawahan untuk membantu pengambilan keputusan. Konflik kepentingan umumnya terjadi karena bawahan tidak melaksanakan tugasnya sesuai dengan kepentingan atasan, sehingga dapat menimbulkan anggaran slack dan umumnya terjadi karena individu hanya mementingkan dirinya sendiri.

2. Anggaran Slack

Anggaran slack telah banyak dipelajari dengan perspektif yang berbeda dalam akuntansi manajemen dan akuntansi perilaku. Definisi yang dibuat pada sektor swasta oleh Young (1985) anggaran slack

adalah suatu tindakan dimana agen melebihkan kemampuan produktif dengan mengestimasikan pendapatan lebih rendah dan biaya lebih tinggi ketika diberi kesempatan untuk memilih standar kerja sehingga dapat meningkatkan kinerjanya. Lubis (2011) mendefinisikan


(21)

anggaran slack sebagai selisih antara sumber daya yang sebenarnya diperlukan secara efisien dan jumlah sumber daya yang lebih besar untuk menyelesaikan suatu tugas tersebut.

Sesuai dengan prinsip hukum ekonomi islam, anggaran slack

termasuk dalam salah satu prinsip yaitu prinsip pertanggungjawaban. Prinsip tersebut menjelaskan bahwa penyusunan anggaran harus bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Prinsip tersebut diperjelas dalam QS. Al-Isra ayat 36 :

“ Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”. Selain itu juga diperjelas QS. Al Ahzab ayat 15 yang artinya “ Dan sesungguhnya mereka sebelum itu telah berjanji kepada Allah: Mereka tidak akan berbalik ke belakang (mundur). Dan adalah perjanjian dengan Allah akan diminta pertangggungjawabnya”. Dari ayat tersebut terlihat jelas bahwa perilaku anggaran slack tidak baik untuk dilakukan, karena kelak semua perilaku yang kita lakukan akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT.

3. Ethical Judgement dan Moral Reasoning Theory

Etika adalah proses tentang apa yang dilakukan individu pada situasi tertentu yang dipengaruhi oleh pengalaman dan pembelajaran dari masing-masing individu. Onsi (1973) menjelaskan bahwa perilaku individu dalam menciptakan anggaran slack dapat dijelaskan


(22)

menggunakan teori perilaku individu itu sendiri. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa etis atau tidak sikap individu tergantung dari individu dalam menanggapi situasi etis dalam organisasi. Forsyth (1992) menemukan bahwa pertimbangan etis dari situasi etis yang dihadapi dalam organisasi mempengaruhi suatu keputusan etis individu.

4. Gender

Menurut pendekatan sosilisasi, wanita lebih cenderung berperilaku etis dalam melaksanakan pekerjaannya karena wanita lebih menitikberatkan pada pelaksanaan tugas dengan baik. Perbedaan perilaku etis antara pria dan wanita adalah adanya perbedaan pembawaan nilai-nilai moral kedalam pekerjaan dimana wanita lebih cenderung berfikir untuk melakukan sesuatu sesuai norma yang telah ditetapkankan karena naluri seorang wanita akan cenderung menentang apabila yang dilakukan berada diluar norma yang ada, sedangkan pria lebih bersaing dalam mencapai kesuksesan dan untuk mencapai kesuksesan tersebut pria cenderung untuk melanggar aturan yang ada (Febrianty, 2010).

5. Komitmen Organisasi

Wiener (1982) menjelaskan bahwa komitmen organisasi adalah suatu dorongan dari dalam individu untuk berbuat sesuatu agar dapat mendorong keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan organisasi dan lebih mengutamakan kepentingan organisasi. Jika


(23)

individu mementingkan kepentingan pribadinya berarti komitmen organisasinya rendah maka individu tersebut dalam partisipasi penganggaran cenderung akan melakukan anggaran slack dengan tujuan agar kinerjanya terlihat baik. Sebaliknya, jika individu memiliki komitmen organisasi yang tinggi maka partisipasinya dalam melakukan anggaran slack akan cenderung rendah.

B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis

1. Pengaruh gender terhadap perilaku anggaran slack

Pria dan wanita memiliki kepribadian yang berbeda. wanita secara umum adalah individu yang lebih menggunakan hati dalam melakukan suatu tindakan. Ia cenderung lebih berhati-hati dalam memutuskan tindakan. Hastuti (2007) berpendapat bahwa gender

adalah suatu konsep kultural yang membedakan antara pria dan wanita dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional dikalangan masyarakat. Perbedaan ini yang mengakibatkan pria dan wanita memiliki perbedaan penilaian dalam mengelola, mencatat, dan mengkomunikasikan hal atau informasi menjadi suatu hasil.

Perbedaan nilai dan sifat berdasarkan gender biasanya akan mempengaruhi pria dan perempuan dalam membuat keputusan. Pria bersaing untuk mencapai kesuksesan dan lebih cenderung untuk mengabaikan aturan-aturan yang ada, karena mereka memandang pencapaian prestasi sebagai suatu persaingan, sedangkan perempuan


(24)

lebih menitikberatkan pada pelaksanaan tugas dengan baik sesuai aturan-aturan yang berlaku dan hubungan kerja yang harmonis.

Penjelasan tersebut sejalan dengan beberapa penelitian yang mengungkapkan bahwa wanita memiliki perilaku yang etik dalam menentukan anggaran. Penelitian tersebut diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan Rahim (2013) yang menjelaskan bahwa pria dan wanita memiliki perilaku yang berbeda dalam situasi etika dan moral. Richmond (2001) menjelaskan bahwa terdapat perbedaan gender

dalam berperilaku etik antara pria dan wanita. Penelitian Stedham et al (2007) juga menemukan perbedaan gender antara pria dan wanita dalam pertimbangan etika. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa wanita memiliki perilaku yang lebih etis dari pria.

Yuhertiana (2011) menemukan bahwa wanita lebih memiliki keputusan etis yang baik dari kecenderungan pria untuk menciptakan anggaran slack. Gender mempunyai nilai koefisien negatif, artinya wanita memiliki pengaruh yang lebih kuat dibanding pria (Fithrie, 2015).

Berdasarkan penjelasan diatas maka dibangun hipotesis sebagai berikut:

H1: Anggaran slack cenderung lebih tinggi dilakukan oleh pria dibanding wanita.


(25)

2. Pengaruh ethical judgement terhadap perilaku anggaran slack Penyusunan dan pelaksanaan anggaran dalam organisasi pada dasarnya di pengaruhi oleh nilai-nilai etika dalam beperilaku. Secara rasional individu yang baik dan beretika tinggi pasti tidak akan melakukan perilaku anggaran slack. Penjelasan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni dan Sugiri (2004) menemukan hasil bahwa etika berpengaruh pada kesenjangan anggaran, kesenjangan anggaran yang diciptakan oleh individu yang mempunyai etika tinggi akan lebih rendah daripada kesenjangan anggaran yang diciptakan oleh bawahan yang mempunyai etika rendah. Individu cenderung lebih berpikiran secara ekonomi dan semata-mata melakukan anggaran slack untuk kepentingan individu sendiri.

Andika (2014) menjelaskan bahwa etika termasuk bagian dari etika sosial. Hubungan etika dengan anggaran slack karena adanya hubungan sosial antar pegawai, jika pegawai memiliki etika yang baik maka tidak akan membuat anggaran yang sangat rendah dari yang seharusnya sehingga akan terjadi kesenjangan anggaran pendapatan yang tinggi. Sebaliknya jika pegawai memiliki etika yang buruk atau kurang baik maka mereka akan menyusun anggaran untuk mendapatkan bonus yang menguntungkan dirinya sendiri. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Blocher dkk (2000) menjelaskan bahwa etika berpengaruh negatif terhadap senjangan anggaran.


(26)

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Maskun (2009) menjelaskan bahwa etika memiliki pengaruh terhadap senjangan anggaran.

Penelitian dari Lowe (1968), Young (1985), Lukha (1988) menjelaskan apabila bawahan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam penyusunan anggaran maka manajer tingkat bawah akan berlaku disfungsional, karena dengan dasar bahwa anggaran digunakan sebagai dasar dalam penilaian kinerja mereka, maka bawahan cenderung membuat anggaran yang tidak sesuai dengan potensi yang mereka miliki.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dibangun hipotesis sebagai berikut:

H2: Ethical judgement berpengaruh negatif terhadap perilaku anggaran

slack.

3. Pengaruh moral reasoning terhadap perilaku anggaran slack Model Kohlberg adalah salah satu teori perkembangan moral yang banyak digunakan dalam penelitian etika. Kohlberg (1969) menyatakan bahwa moral berkembang melakui tiga tahap, yaitu tahapan pre-conventional, tahapan conventional dan tahapan post-conventional. Welton et al. (1994) menjelaskan bahwa kemampuan individu dalam menyelesaikan dilema etika dipengaruhi oleh level

moral reasoning yang dimiliki. Penelitian Liyanarachi (2009) menunjukkan hasil bahwa level moral reasoning individu mereka


(27)

akan berpengaruh terhadap perilaku etis mereka. Rest (2000) berpendapat bahwa semakin tinggi level penalaran moral individu makan dia akan semakin mungkin untuk berperilaku etis.

Dalam menghadapi dilema etika, individu yang memiliki level

moral reasoning rendah berbeda dengan individu yang memiliki level

moral reasoning tinggi. Semakin tinggi level moral reasoning

individu, maka semakin mungkin untuk melakukan hal yang benar. Sebaliknya apabila level moral reasoning individu rendah maka akan cenderung melakukan hal yang salah seperti penganggaran yang tidak sesuai.

Kohlberg (1969) menjelaskan bahwa perkembangan moral wanita lebih baik dari pria dalam perilaku anggaran slack. Hasil penelitian Gilligan (1977) menjelaskan tentang perkembangan moral dari pria dan wanita dan menyatakan bahwa wanita memiliki moral reasoning yang lebih baik dari pria dalam hal tanggung jawab.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dibangun hipotesis sebagai berikut:

H3: Moral reasoning berpengaruh negatif terhadap perilaku anggaran

slack.

4. Hubungan ethical judgement terhadap perilaku anggaran slack dengan komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi

Etika adalah sikap positif yang wajib dimiliki oleh setiap individu untuk melakukan suatu tindakan, tanpa memiliki etika yang


(28)

baik maka individu akan cenderung melakukan hal-hal yang negatif dalam penciptaan anggaran pada suatu organisasi. Hal tersebut dilakukan karena tidak memikirkan dampak buruk yang akan dialami oleh organisasi tersebut. Namun apabila individu memiliki etika yang baik maka akan memperkecil kemungkinan melakukan anggaran

slack.

Penjelasan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahim (2013) yang menjelaskan bahwa ethical judgement

berpengaruh positif terhadap perilaku anggaran slack. Selain itu Angle dan Perry (1981) menjelaskan bahwa komitmen organisasi yang kuat dalam diri individu akan membuat individu berusaha keras untuk mencapai tujuan organisasi, serta akan melakukan hal yang positif untuk mengembangkan organisasi tersebut kearah yang lebih baik. Hal tersebut berkaitan dengan etika yang dimiliki tiap-tiap individu.

Beberapa penelitian lain juga membuktikan bahwa komitmen organisasi berpengaruh terhadap perilaku anggaran slack. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Latuheru (2006); Dewi dan Sudana (2013) menunjukkan hasil bahwa komitmen organisasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap anggaran slack. Artinya bahwa komitmen organisasi yang tinggi akan memperkecil kemungkinan individu melakukan anggaran slack.

Yuliastuti (2014) juga membuktikan bahwa komitmen organisasi berpengaruh terhadap anggaran slack. Menurut penelitian


(29)

Rahmiati (2013) pada konteks pemerintah daerah menjelaskan bahwa komitmen orgaisasi yang tinggi akan menggunakan informasi yang dimiliki untuk membuat suatu anggaran menjadi lebih tepat. Dengan adannya komitmen organisasi yang tinggi maka akan memungkinkan senjangan anggaran dapat dihindari.

Dapat disimpulkan dari penjelasan diatas bahwa individu yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi serta etika yang baik maka akan cenderung lebih mengutamakan kepentingan organisasi dan akan setia memberikan hasil kerja yang baik kepada organiasi untuk kesuksesan organisasi sehingga komitmen organisasi yang tinggi akan mengurangi individu dalam melakukan anggaran slack.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dibangun hipotesis sebagai berikut:

H4: Ethical judgement berpengaruh negatif terhadap perilaku anggaran


(30)

5. Hubungan moral reasoning terhadap perilaku anggaran slack dengan komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi

Moral merupakan sikap mental dan emosional yang dimiliki oleh individu sebagai anggota kelompok sosial dalam melakukan tugas-tugas serta loyalitas pada kelompok. Secara rasional individu yang memiliki etika baik pasti memiliki moral yang baik. Oleh karena itu anggaran slack akan cenderung dilakukan apabila inidividu memiliki moral yang buruk dan sebaliknya apabila individu memiliki moral yang baik maka akan mengurangi perilaku anggaran slack.

Penelitian yang dilakukan oleh Hobson et al (2011) menghasilkan bahwa moral reasoning yang dimiliki oleh individu berpengaruh terhadap penyusunan anggaran. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahim (2013) yang menjelaskan moral reasoning mempengaruhi anggaran slack. Artinya individu dengan persepsi moral reasoning yang baik maka akan cenderung memikirkan kembali apabila akan melakukan perilaku anggaran slack. Karena ia memiliki komitmen terhadap organisasi yang baik maka akan berfikir lebih rasional untuk kesejahteraan organisasi tersebut.

Welton et al. (1994) menyatakan bahwa kemampuan individu dalam menyelesaikan dilema etika dipengaruhi oleh level moral reasoningnya. Hasil studi Liyanarachi (2009) menunjukkan bahwa tingkat moral reasoning individu akan mempengaruh perilaku etis


(31)

mereka. Artinya apabila seseorang memiliki tingkat moral reasoning

yang tinggi maka dia tidak akan melakukan anggaran slack, namun sebaliknya apabila individu dengan tingkat moral reasoning yang rendah akan cenderung melakukan penganggaran yang tidak sesuai. Lahaya (2007) juga menjelaskan bahwa terdapat perbedaan antara individu dengan level moral reasoning yang rendah dengan individu yang memiliki level moral reasoning yang tinggi, mereka dapat melakukan kecurangan dilihat dari kepemilikan moral mereka.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dibangun hipotesis sebagai berikut:

H5: Moral reasoning berpengaruh negatif terhadap perilaku anggaran

slack diperkuat komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi.

C. Model Penelitian

H1 H2 (-)

H3 (-) H4 (+) H5 (+)

GAMBAR 2.1 Kerangka Model Penelitian Ethical

Judgement

Moral Reasoning

Komitmen Organisasi

Anggaran Slack Gender


(32)

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek/ Subyek Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Subjek penelitian yaitu bagian keuangan yang ikut serta dalam penganggaran pada setiap puskesmas di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Alasan pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan yaitu untuk membuktikan apakah memang terjadi pengaruh perbedaan gender, ethical judgement dan moral reasoning terhadap anggaran slack dengan pertimbangan komitmen organisasi sebagai variabel moderasi di Daerah Istimewa Yogyakarta.

B. Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer, yaitu berupa kuesioner atau angket untuk memperoleh data dari lapangan. Data yang diperoleh adalah data kuantitatif. Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2012).

C. Teknik Pengambilan Sampel

Metode sampel dalam penelitian ini menggunakan metode


(33)

sebagai sampel maka teknik ini digunakan dengan maksud memasukkan kriteria sebagai syarat dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah Ka Sub Bag TU, pengadministrasi keuangan, bendahara gaji, bendahara penerimaan, bendahara pengeluaran, serta yang terlibat dalam proses penyusunan dan pelaporan anggaran di puskesmas.

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket/ kuesioner. Angket merupakan suatu pertanyaan-pertanyaan tentang topik yang diberikan pada subyek, baik secara individu maupun kelompok untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan (Tukiran dan Hidayati, 2012).

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional variabel penelitian didasarkan dari satu atau lebih referensi atau sumber dengan disertai alasan yang mendasari penggunaan definisi tersebut, kemudian juga disertai cara pengukuran variabel yang digunakan agar dapat diterima secara akademis. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Dependen

Menurut Sugiyono (2012) variabel dependen atau sering disebut dengan variabel terikat. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya


(34)

variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah anggaran Slack.

Anggaran slack adalah perbedaan antara jumlah anggaran yang diajukan oleh bawahan dengan jumlah estimasi terbaik yang telah diajukan dan dilakukan pada saat penyusunan anggaran (Anthony & Govindarajan, 2007). Sedangkan menurut Yuhertiana (2005), anggaran slack adalah kecenderungan berperilaku tidak produktif dengan melebihkan biaya saat seorang pegawai mengajukan anggaran belanja. anggaran slack diukur dengan menggunakan instrumen yang digunakan oleh Karsam (2013), terdiri dari enam pertanyaan dengan skala likert 1 – 5, mulai dari 1 (Sangat Setuju / SS), 2 (Setuju/ S)), 3 (Netral/ N), 4 (Tidak Setuju/ TS), 5 (Sangat Tidak Setuju/ STS). Skala rendah menunjukkan individu memiliki perilaku anggaran slack yang rendah dan skala tinggi menunjukkan individu memiliki perilaku anggaran slack yang tinggi.

2. Variabel Independen

Menurut Sugiyono (2012) variabel independen atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen dalam penelitian ini adalah gender.

Variabel independen pertama yaitu gender. Gender adalah suatu sifat yang ada pada pria maupun wanita yang dikontruksikan


(35)

secara sosial maupun kultural (Nugrahaningsih, 2005). Gender diukur dengan menggunakan instrumen kuesioner terdiri dari dua pertanyaan pilihan yaitu pria atau wanita. Gender merupakan variabel dummy dimana menggunakan skala nominal 1-2. Pria diberi skor 1 dan wanita diberi skor 2.

Variabel independen kedua yaitu ethical judgement. Menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995), etika didefinisikan sebagai studi bagaimana keputusan yang kita ambil akan mempengaruhi orang lain. Selain itu, etika juga didefinisikan sebagai studi mengenai hak dan kewajiban manusia, moral reasoning yang diterapkan orang dalam membuat keputusan, dan sifat alami hubungan antar manusia. Ethical judgement diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Steinberg, S.S, & Austern, D.T, (1998), terdiri dari tujuh pertanyaan dengan skala likert 1-5, mulai dari 1 (Sangat Tidak Setuju/ STS), 2 (Tidak Setuju/ TS), 3 (Netral/ N), 4 (Setuju/ S), 5 (Sangat Setuju/ SS). Skala rendah menunjukkan individu memiliki etika yang rendah, sedangkan skala yang tinggi menunjukkan individu memiliki etika yang tinggi.

Variabel independen ketiga yaitu moral reasoning. Kohlberg (1969) menjelaskan bahwa perkembangan moral adalah salah satu cara untuk menilai moral reasoning. Moral adalah sikap mental dan emosional yang dimiliki individu. Model Kohlberg penalaran banyak digunakan oleh para peneliti untuk menjelaskan tindakan moral


(36)

individu berdasarkan persepsi moral reasoning (Colby et al, 1983;. Weber, 1990; Lovell, 1997, dan Monga, 2007). Hobson et al ( 2011) melakukan studi eksperimental untuk menilai faktor penentu moral anggaran slack. Hasil tes moral reasoning yang dimiliki oleh individu adalah nilai-nilai personal dan norma-norma sosial yang membentuk frame moral individual yang terlibat dalam penyusunan anggaran.

Moral reasoning juga mempengaruhi kecenderungan individu untuk menciptakan anggaran slack. Moral reasoning diukur dengan instrumen kuesioner yang dikembangkan oleh Noviardy (2014), terdiri atas 9 pertanyaan dengan skala likert 1-5, mulai dari 1 (Sangat Setuju / SS), 2 (Setuju/ S)), 3 (Netral/ N), 4 (Tidak Setuju/ TS), 5 (Sangat Tidak Setuju/ STS). Skala rendah menunjukkan individu memiliki moral yang rendah dan skala tinggi menunjukkan individu memiliki moralyang tinggi.

3. Variabel Moderasi

Menurut Sugiyono (2012) variabel moderasi adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah komitmen organisasi. Komitmen organisasi merupakan dorongan dari dalam individu untuk berbuat sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan dan lebih nengutamakan kepentingan organisasi (Wiener, 1982). Menurut Rahman (2003) menjelaskan bahwa pegawai yang


(37)

mempunyai komitmen tinggi pada suatu organisasi mereka berupaya mempergunakan anggaran untuk mengerjakan tujuan pada organisasi, sehingga suatu perusahaan akan memiliki kecenderungan yang rendah untuk memunculkan anggaran slack.

Instrumen untuk mengukur komitmen organisasi yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan oleh Cook dan Wall (1980). Instrumen komitmen organisasi ini menggunakan 9 item pertanyaan dengan menggunakan skala likert 1 sampai 5, mulai dari 1 (Sangat Tidak Setuju/ STS), 2 (Tidak Setuju/ ST)), 3 (Ragu-Ragu/ R), 4 (Setuju/ S), 5 (Sangat Setuju/ SS). Skala yang rendah menunjukkan individu memiliki komitmen organisasi yang rendah dan skala yang tinggi menunjukkan individu memiliki komitmen organisasi yang tinggi.

F. Uji Kualitas Instrumen dan Data

1. Statistik Deskriptif

Menurut Nazaruddin dan Basuki (2016) analisis deskriptif digunakan untuk memberikan suatu gambaran mengenai demografis data. Gambaran tersebut meliputi gender, etika, moral dan komitmen organisasi. Analisis deskriptif juga digunakan untuk mengukur mean, standart deviasi, range dan lainnya selain juga dilengkapi dengan visualisasi data berupa Chart yang sesuai untuk data kuantitatif, yaitu histogram.


(38)

2. Uji Validitas

Uji validitas data merupakan alat ukur mengenai tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur yang digunakan, artinya pada uji validitas ini digunakan untuk menguji valid atau tidaknya alat yang digunakan dalam pengukuran. Pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji faktor analisis yaitu apabila nilai faktor loadingnya > 0,4 maka pertanyaan tersebut dikatakan valid (Santoso, 2006).

3. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah suatu pengujian yang digunakan untuk mengukur sejauh mana hasil dari pengukuran tersebut konsisten apabila dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang sama. Penelitian ini menggunakan cronbach’s alpha untuk masing-masing instrumen pada satu variabel. Suatu instrument yang digunakan dalam pengukuran satu variabel dikatakan andal (reliable) apabila memiliki

cronbach’s alpha <0,5 maka reliabel rendah, >0,5–0,7 maka reliabel moderate dan apabila >0,7 maka reliabel tinggi (Nazaruddin dan Basuki, 2016).

4. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Nazaruddin dan Basuki (2016) menjelaskan uji normalitas digunakan untuk menentukan data yang telah dikumpulkan


(39)

berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Uji statistik normalitas dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu menggunakan uji Kolmogrof-Smirnov (Uji K-S), grafik histogram, serta Kurva penyebaran P-Plot.

Jika nilai sig > 5% maka dapat disimpulkan bahwa residual menyebar normal dan jika nilai sig < 5% maka dapat disimpulkan bahwa residual menyebar tidak normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui atau membuktikan apakah terdapat hubungan linear atau tidak antara variabel independen. Multikolinearitas dilihat pada tolerance value atau Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance > 0,10 atau nilai VIF <10 maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas (Nazaruddin dan Basuki, 2016).

c. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Nazaruddin dan Basuki (2016) menjelaskan uji heteroskedastisitas adalah adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Model regresi yang baik adalah yang homoskedatisitas atau tidak terjadi heteroskedatisitas. Asumsi non-heteroskedastisitas terpenuhi apabila pada table coefficient dimana output menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara seluruh variabel independen terhadap nilai absolute residual.


(40)

G. Uji Hipotesis dan Analisis Data

Pengujian dalam penelitian ini menggunakan uji beda, analisis regresi sederhana dan regresi berganda.

1. Uji Beda

Uji beda digunakan untuk mencari perbedaan, baik antara dua sampel data atau antara beberapa data. Jika nilai probabilitas atau signifikansi > 0,05, maka hipotesis diterima. Sedangkan apabila nilai probabilitas atau signifikansi <0,05 maka hipotesis ditolak (Nazaruddin dan Basuki, 2016).

2. Analisis Regresi Sederhana

Analisis regresi sederhana bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh ethical judgement dan moral reasoning terhadap perilaku anggaran slack. Persamaan matematis untuk hubungan yang dihipotesiskan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Persamaan hipotesis kedua: Y= α+b1X2+e Keterangan:

Persamaan matematis untuk hubungan yang dihipotesiskan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y : Anggaran Slack

X2 : Ethical judgement

b1 : Koefisien beta e : Eror


(41)

Pada persamaan tersebut menguji apakah variabel ethical judgement

berperan sebagai variabel independen untuk menguji apakah ethical judgement dapat mempengaruhi perilaku anggaran slack.

Persamaan hipotesis ke tiga: Y= α+b1X3+e Keterangan:

Y : Anggaran Slack

X3 : Moral reasoning

b1 : Koefisien beta e : Eror

Pada persamaan tersebut menguji apakah variabel moral reasoning

berperan sebagai variabel independen untuk menguji apakah moral reasoning dapat mempengaruhi perilaku anggaran slack.

3. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh ethical judgement dan moral reasoning terhadap perilaku anggaran slack yang mempunyai hubungan dengan komitmen

Persamaan hipotesis keempat: Y= α+b1X2+ b2Z+ b3X2.Z+e Keterangan:

Y : Anggaran Slack

X2 : Ethical judgement Z : Komitmen organisasi


(42)

b : Koefisien beta e : Eror

Pada persamaan tersebut menguji apakah variabel komitmen organisasi yang berperan sebagai variabel moderating yaitu dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh ethical judgement

terhadeap perilaku anggaran slack.

Persamaan hipotesis kelima:

Y= α+b1X3+ b2Z+ b3X3.Z+e Keterangan:

Y : Anggaran Slack

X3 : Moral reasoning

Z : Komitmen organisasi b : Koefisien beta

e : Eror

Pada persamaan tersebut menguji apakah variabel komitmen organisasi berperan sebagai variabel moderating yaitu dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh moral reasoning terhadap perilaku anggaran slack.


(43)

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek/ Subyek Penelitian

1. Deskripsi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dengan menyebar kuesioner sebanyak 80 kuesioner.

TABEL. 4.1

Sampel dan Tingkat Pengembalian

Keterangan Jumlah Presentase Jumlah kuesioner yang disebar 80 100 % Jumlah kuesioner yang kembali 63 78,75% Jumlah kuesioner yang tidak kembali 17 21,25% Jumlah kuesioner yang tidak diisi lengkap

(cacat) 3

3,75% Total kuesioner yang dapat diolah 60 75% Sumber: Data kuesioner penelitian

Berdasarkan table 4.1 menunjukkan bahwa dari 80 kuesioner yang tersebar, hanya 63 kuesioner yang kembali dengann sisanya 17 kuesioner tidak kembali. Sebanyak 60 kuesioner telah diisi dengan baik dan 3 kuesioner tidak diisi dengan lengkap oleh responden, sehingga jumlah kuesioner yang dapat diolah sebagai bahan penelitian sebanyak 60 kuesioner. .


(44)

2. Analisis Karakteristik Responden

Profil responden dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur, jabatan, dan tingkat pendidikan. Profil responden disajikan pada table 4.2 berikut:

TABEL. 4.2

Karakteristik Responden

Profil Kategori Jumlah Presentase

Jenis kelamin  Pria  Wanita 30 30 50% 50% Jabatan  Ka Sub Bag TU

 Pengadministrasi Keuangan  Bendahara penerimaan  Bendahara pengeluaran  Bendahara Gaji

10 25 9 12 4 16,67% 41,67% 15% 20% 6,67% Lama bekerja

 < 1 tahun  1 - 3 tahun  3 - 5 tahun  > 5 tahun

8 25 13 14 13,33% 41,67% 21,67% 23,33% Pendidikan  D3

 S1  S2 4 51 5 6,67% 85% 8,3% Umur  < 30 tahun

 > 30 tahun - 40 tahun  > 40 tahun - 50 tahun  > 50 tahun

16 12 22 10 26,67% 20% 36,67% 16,67% Data primer diolah tahun 2016

Table 4.2 menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin wanita sebesar 50 % dan pria 50 %. Jabatan responden di Puskesmas kebanyakan adalah pengadministrasi keuangan sebesar 41,67 %. Responden yang bekerja di Puskesmas selama < 30 tahun 26,67 %


(45)

pendidikan responden kebanyakan S1 sebesar 85%. Umur responden kebanyakan > 40 tahun-50 tahun sebesar 36,67 %.

B. Uji Kualitas Instrumen dan Data

1. Statistik Deskriptif

Hasil tatistik deskriptif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

TABEL 4.3 Statistik Deskriptif

Variabel N Kisaran Aktual Kisaran Realisasi Min Max Mean Min Max Mean Ethical

Judgement (X2)

60 25 35 29,77 14 35 29,77 Moral

Reasoning (X3)

60 26 39 32,77 9 45 32,78 Komitmen

Organisasi (Z) 60 27 38 31,83 12 30 22,13 Anggaran

Slack (Y) 60 19 27 22,13 9 45 31,83

Valid N 60

Sumber: Data diolah tahun 2016

Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa variabel ethical judgement memiliki rata-rata aktual sebesar 29,77, moral reasoning

memiliki rata-rata aktual 32,77, anggaran slack memiliki rata-rata 22,13, komitmen organisasi memiliki rata-rata aktual 31,83

2. Pengujian Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana kevalidan suatu pertanyaan dari penyebaran kuesioner. Pengujian validitas dilakukan dengan factor analysis, dimana butir-butir


(46)

pertanyaan dikatakan valid apabila memiliki faktor loading > 0,4. Hasil uji validitas disajikan pada tabel sebagai berikut:

TABEL 4.4

Hasil Uji Validitas Variabel Ethical Judgement Butir Pertanyaan Component

Analysis Batasan Keterangan

1 0,479 0,4 Valid

2 0,556 0,4 Valid

3 0,544 0,4 Valid

4 0,531 0,4 Valid

5 0,564 0,4 Valid

6 0,490 0,4 Valid

7 0,618 0,4 Valid

Sumber: Data primer diolah tahun 2016

Table 4.4 memperlihatkan bahwa semua item memiliki loading factor > 0,4 sehingga seluruh item variabel ethical judgement valid.

TABEL 4.5

Hasil Uji Validitas Variabel Moral Reasoning Butir

Pertanyaan

Component

Analysis Batasan Keterangan

1 0,751 0,4 Valid

2 0,736 0,4 Valid

3 0,707 0,4 Valid

4 0,600 0,4 Valid

5 0,689 0,4 Valid

6 0,537 0,4 Valid

7 0,689 0,4 Valid

8 0,402 0,4 Valid

9 0,632 0,4 Valid

Sumber: Data primer diolah tahun 2016

Table 4.5 memperlihatkan bahwa semua item memiliki loading factor > 0,4 sehingga seluruh item variabel moral reasoning valid.


(47)

TABEL 4.6

Hasil Uji Validitas Variabel Komitmen Organisasi Butir

Pertanyaan

Component

Analysis Batasan Keterangan

1 0,679 0,4 Valid

2 0,640 0,4 Valid

3 0,718 0,4 Valid

4 0,693 0,4 Valid

5 0,602 0,4 Valid

6 0,455 0,4 Valid

7 0,675 0,4 Valid

8 0,411 0,4 Valid

9 0,657 0,4 Valid

Sumber: Data primer diolah tahun 2016

Table 4.6 memperlihatkan bahwa semua item memiliki

loading factor > 0,4 sehingga seluruh item variabel komitmen organisasi valid.

TABEL 4.7

Hasil Uji Validitas Variabel Anggaran Slack Butir

Pertanyaan

Component

Analysis Batasan Keterangan

1 0,570 0,4 Valid

2 0,574 0,4 Valid

3 0,522 0,4 Valid

4 0,579 0,4 Valid

5 0,630 0,4 Valid

6 0,492 0,4 Valid

Sumber: Data primer diolah tahun 2016

Table 4.7 memperlihatkan bahwa semua item memiliki

loading factor > 0,4 sehingga seluruh item variabel anggaran slack


(48)

3. Pengujian Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui seberapa jauh alat ukur dapat diandalkan atau dipercaya. Hasil uji reliabilitas penelitian menggunakan koefisien Cronbach’s Alpha. Apabila memiliki Cronbach’s Alpha < 0,5 (reliabel rendah), >0,5 – 0,7 (reliabel moderate), > 0,7 (reliabel tinggi). Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:

TABEL. 4.8 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Cronbach’s

Alpha Batasan

Kete rangan Ethical Judgement (X2) 0,451 0,5 - 0,7 Reliabel Rendah Moral Reasoning (X3) 0,426 0,5 - 0,7 Reliabel Rendah Komitmen Organisasi (Z) 0,580 0,5 - 0,7 Reliabel Moderate Anggaran Slack (Y) 0,473 0,5 - 0,7 Reliabel

Rendah Sumber: Data primer diolah tahun 2016

Hasil pengujian reliabilitas pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha variabel ethical judgement (X2) sebesar 0,451, variabel moral reasoning (X3) sebesar 0,426, variabel komitmen organisasi (Z) sebesar 0,580 dan variabel anggaran slack (Y) sebesar 0,473. Hasil tersebut membuktikan bahwa masing-masing variabel adalah reliabel (andal).


(49)

4. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat penyebaran data berdistribusi normal atau tidak. Normalitas diuji dengan menggunakan metode uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov (KS). Hasil uji normalitas disajikan pada tabel berikut:

TABEL. 4.9 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 60

Normal Parameters(a,b) Mean .0000000

Std. Deviation 1.87423979

Most Extreme Differences

Absolute

.095

Positive .095

Negative -.069

Kolmogorov-Smirnov Z .739

Asymp. Sig. (2-tailed) .645

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Sumber: Data primer diolah tahun 2016

Berdasarkan hasil uji normalitas yang di tunjukkan pada tabel 4.9 nilai Asym.Sig. (2-tailed) sebesar 0,645 > 0,05, karena nilai sig lebih besar dari alpha (5%) maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.


(50)

b. Uji Multikolinearitas

Uji mulltikolinearitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).

Apakah nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas. Hasil uji multikolinearitas disajikan pada tabel berikut:

TABEL 4.10

Ringkasan Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Collineary Statistics Kesimpulan Tolerance VIF

X1 0,995 1,005 Tidak terjadi multikolinearitas X2 0,969 1,031 Tidak terjadi

multikolinearitas X3 0.971 1,030 Tidak terjadi

multikolinearitas Sumber: Data diolah tahun 2016

Tabel 4.10 memperlihatkan masing-masing variabel bebas memiliki nilai Tolerance > 0,10 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) < 10. Hasil tersebut berarti bahwa masing - masing variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi berganda terjadi ketidaksamaan varian. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji glejser yang dilihat dari nilai signifikasi diatas tingkat


(51)

kepercayaan 5% (0,05). Hasil uji heteroskedastisitas disajikan pada tabel berikut ini.

TABEL. 4.11

Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel

Bebas Sig Kesimpulan

X1 0,583 Tidak terjadi heteroskedastisitas X2 0,135 Tidak terjadi heteroskedastisitas X3 0,541 Tidak terjadi heteroskedastisitas Sumber: Data diolah tahun 2016

Hasil perhitungan tabel 4.11 menunjukkan hasil bahwa masing-masing variabel independen memiliki nilai signifikansi lebih dari yang telah ditentukan yaitu 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel bebas dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi.

C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis)

Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama dalam penelitian ini menggunakan uji beda, hipotesis kedua dan hipotesis ketiga menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana, sedangkan untuk menguji hipotesis keempat, dan hipotesis kelima menggunakan teknik regresi linier berganda. Uji hipotesis penelitian ini dibantu dengan menggunakan program SPSS versi 15.

1. Analisis Uji Beda

Uji beda digunakan untuk mencari perbedaan, baik antara dua sampel data atau antara beberapa data.


(52)

a. Pengujian hipotesis satu (H1):

Ringkasan hasil analisis uji beda dengan menggunakan SPSS versi 15 untuk hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel. 4.12. Hasil Analisis Uji Beda H1

Gender t Mean df Sig (2-tailed)

Pria 0,256 22,20 58 0,799

Wanita 0,256 22,07 57,363 0,799 Sumber: Data diolah tahun 2016

Berdasarkan tabel 4.12 diatas terlihat hasil bahwa rata-rata perilaku anggaran slack yang dilakukan pria lebih tinggi dibanding perilaku anggaran slack yang dilakukan oleh wanita (22,20 > 22,07). Angka tersebut tidak terlalu besar selisihnya yaitu 0,13.

Terlihat nilai t hitung adalah dengan nilai probabilitas atau signifikansi sebesar 0,799 lebih besar dari taraf yang telah ditentukan yaitu sebesar 0,05 atau 5 %, maka hipotesis satu diterima yang artinya anggaran slack cenderung lebih tinggi dilakukan oleh pria dibanding wanita.

2. Analisis Regresi Sederhana a. Pengujian hipotesis dua (H2):

Ringkasan hasil analisis regresi sederhana dengan menggunakan SPSS versi 15 untuk hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(53)

Tabel. 4.13. Hasil Analisis Regresi Sederhana H2 Variabel Koefisien

Regresi Sig Adjusted R Square Konstanta 29,014 0,047 0,050 Ethical Judgement -0,231

Sumber: Data diolah tahun 2016

Berdasarkan tabel diatas persamaan garis regresi H2 yaitu Y=29,014 - 0,231X2

Hasil analisis regresi sederhana diperoleh nilai koefisien

ethical judgement sebesar 0,231 bernilai negatif. Nilai Adjusted R Square sebesar 0,050 yang artinya variabel tersebut menunjukkan bahwa 5% variabel anggaran slack dipengaruhi oleh ethical judgement dan sisanya sebesar 95% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian.

Nilai signifikan sebesar 0,047 lebih kecil dari taraf signifikan 0,05 atau 5% yang artinya variabel ethical judgement

berpengaruh negatif dan signifikan. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis tiga yang berbunyi ethical judgement berpengaruh negatif terhadap perilaku anggaran slack diterima.

b. Pengujian hipotesis tiga (H3)

Ringkasan hasil analisis regresi sederhana dengan menggunakan SPSS versi 15 untuk hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel. 4.14. Hasil Analisis Regresi Sederhana H3 Variabel Koefisien

Regresi Sig

Adjusted R Square Konstanta 28,618 0,029 0,064 Moral Reasoning -0,198


(54)

Sumber: Data diolah tahun 2016

Berdasarkan tabel 4.14 diatas persamaan garis regresi H3 yaitu Y=28,618 - 0,198X3

Hasil analisis regresi sederhana diperoleh nilai koefisien

moral reasoning sebesar 0,198 bernilai negatif. Nilai Adjusted R Square sebesar 0,064 yang artinya variabel tersebut menunjukkan bahwa 6,4% variabel anggaran slack dipengaruhi oleh ethical judgement dan sisanya sebesar 93,6% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian.

Nilai signifikan sebesar 0,029 lebih kecil dari taraf signifikan 0,05 atau 5% yang artinya variabel moral reasoning

berpengaruh negatif dan signifikan. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis tiga yang berbunyi moral reasoning berpengaruh negatif terhadap anggaran slack diterima.

3. Analisis Regresi Berganda

a. Pengujian hipotesis empat (H4)

Ringkasan hasil analisis regresi berganda dengan menggunakan SPSS versi 15 untuk hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel. 4.15. Hasil Analisis Regresi Berganda H4 Variabel Koefisien

Regresi Sig

Adjusted R Square Konstanta 115,006 0,008 0,087 Ethical Judgement -3,059 0,034

Komitmen Organisasi -2,769 0,045

EJ*KO 0,091 0,048


(55)

Berdasarkan tabel diatas persamaan garis regresi H4 yaitu Y= 115,006 - 3,059X2 - 2,769Z + 0,091X2*Z

Hasil analisis regresi berganda diperoleh nilai koefisien komitmen organisasi sebesar 0,091 bernilai positif artinya komitmen organisasi mempunyai pengaruh yang kuat. X2*Z menghasilkan nilai signifikan 0,048 lebih kecil dari taraf signifikan 0,05 atau 5% sehingga variabel komitmen organisasi adalah variabel moderasi yang mempunyai pengaruh positif dan signifikan dalam memoderasi ethical judgement terhadap anggaran slack.

Berdasarkan hasil tersebut maka disimpulkan bahwa hipotesis ke empat di terima, artinya komitmen organisasi memperkuat pengaruh negatif hubungan ethical judgement

terhadap perilaku anggaran slack.

b. Pengujian hipotesis lima (H5)

Ringkasan hasil analisis regresi berganda dengan menggunakan SPSS versi 15 untuk hipotesis kelima dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel. 4.16. Hasil Analisis Regresi Berganda H5

Variabel Koefisien

Regresi Sig

Adjusted R Square

Konstanta 11,554 0,754 0,036

Moral Reasoning 0,349 0,755 Komitmen Organisasi 0,549 0,645

MR*KO -0,018 0,627


(56)

Berdasarkan tabel diatas persamaan garis regresi H5 yaitu Y= 11,554 + 0,349X3 + 0,549 - 0,018X3*Z

Hasil analisis regresi berganda diperoleh nilai koefisien komitmen organisasi sebesar 0,018 bernilai negatif artinya komitmen organisasi tidak mempunyai pengaruh yang kuat. X3*Z menghasilkan nilai signifikan 0,627 lebih besar dari taraf signifikan 0,05 atau 5% sehingga variabel komitmen organisasi bukan merupakan variabel moderasi yang mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan dalam memoderasi ethical judgement

terhadap anggaran slack.

Berdasarkan hasil tersebut maka disimpulakan bahwa hipotesis ke lima ditolak, artinya komitmen organisasi tidak memperkuat pengaruh negatif hubungan moral reasoning

terhadap perilaku anggaran slack.

D. Pembahasan (Interpretasi) 1. Hipotesis satu (H1)

Melalui analisis uji beda diperoleh nilai probabilitas atau nilai signifikan 0,799 lebih besar dari taraf signifikan yang telah ditentukan sebesar 0,05, maka hipotesis satu diterima.

Hasil dari pengujian hipotesis pertama (H1) menyebutkan bahwa pria cenderung berperilaku anggaran slack lebih tinggi daripada wanita. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahim (2013) yang menjelaskan bahwa perbedaan


(57)

gender memiliki pengaruh terhadap anggaran slack. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa pria berperilaku anggaran slack lebih tinggi daripada wanita. Dijelaskan oleh pendekatan sosialisasi, wanita lebih cenderung berperilaku etis dalam melaksanakan pekerjaannya karena wanita lebih menitikberatkan pada pelaksanaan tugas dengan baik. Perbedaan perilaku etis antara pria dan wanita adalah adanya perbedaan pembawaan nilai-nilai moral kedalam pekerjaan dimana wanita lebih cenderung berfikir untuk melakukan sesuatu sesuai norma yang telah ditetapkankan karena naluri seorang wanita akan cenderung menentang apabila yang dilakukan berada diluar norma yang ada, sedangkan pria lebih bersaing dalam mencapai kesuksesan dan untuk mencapai kesuksesan tersebut pria cenderung untuk melanggar aturan yang ada (Febrianty, 2010).

Namun penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2015) yang menghasilkan bahwa perbedaan gender antara pria dan wanita tidak berpengaruh terhadap anggaran slack. Hal tersebut terjadi karena semakin tingginya tuntutan professionalisme pekerjaan, sehingga baik pria maupun wanita keduanya dihadapkan pada tuntutan yang sama.

2. Hipotesis dua (H2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan ethical judgement terhadap perilaku anggaran slack. Melalui analisi regresi sederhana diperoleh nilai koefisien regresi X2


(58)

0,231 bernilai negatif dan bilangan konstantanya 29,014. Jadi persamaan garis regresinya Y=29,014 - 0,231X2. Persamaan tersebut memiliki arti jika nilai X2 dianggap konstan atau tidak mengalami perubahan, maka Y akan tetap 29,014. Nilai Adjusted R Square

sebesar 0,050 yang artinya variabel tersebut menunjukkan bahwa 5% variabel anggaran slack dipengaruhi oleh ethical judgement dan sisanya sebesar 95% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian.

Nilai signifikan lebih kecil dari taraf signifikan yang telah ditentukan (0,047 < 0,05). Artinya ethical judgement berpengaruh negatif terhadap perilaku anggaran slack.

Hipotesis kedua (H2) menyebutkan bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan ethical judgement terhadap perilaku anggaran

slack, yang didukung oleh data atau dengan kata lain hipotesis diterima. Artinya semakin tinggi ethical judgement yang dimiliki individu, maka ia tidak akan melakukan perilaku anggaran slack. Apabila individu memiliki ethical judgement yang tinggi, maka ia akan segera menyadari jika di lingkungannya terjadi perilaku yang menyimpang terhadap penyusunan dan pelaporan anggaran maka ia akan berfikir bahwa tindakan tersebut tidak etis. Hal tersebut berarti bahwa ethical judgement dapat mendorong individu untuk tidak melakukan perilaku menyimpang yaitu perilaku anggaran slack. Sebaiknya individu harus memiliki ethical judgement yang baik


(59)

sehingga individu akan dapat meminimalisir perilaku menyimpang yang terjadi dan dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahim (2013) dengan hasil bahwa ethical judgement berpengaruh negatif terhadap perilaku anggaran slack.

3. Hipotesis tiga (H3)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan Moral Reasoning terhadap perilaku anggaran slack. Melalui analisis regresi sederhana diperoleh nilai koefisien regresi X3 0,198 bernilai negatif dan bilangan konstantanya 28,618. Jadi persamaan garis regresinya Y=28,618-0,198X3. Persamaan tersebut memiliki arti jika nilai X3 dianggap konstan atau tidak mengalami perubahan, maka Y akan tetap 28,618. Nilai Adjusted R Square

sebesar 0,064 yang artinya variabel tersebut menunjukkan bahwa 6,4% variabel anggaran slack dipengaruhi oleh ethical judgement dan sisanya sebesar 93,6% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian. Nilai signifikan sebesar 0,029 lebih kecil dari taraf signifikan 0,05 atau 5% yang artinya variabel moral reasoning berpengaruh negatif dan signifikan. Dapat disimpulkan bahwa moral reasoning

berpengaruh negatif terhadap anggaran slack.

Hipotesis ketiga (H3) menyebutkan bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan moral reasoning terhadap perilaku anggaran


(60)

diterima. Artinya semakin tinggi moral reasoning yang dimiliki individu, maka ia tidak akan melakukan perilaku anggaran slack. Apabila individu memiliki moral reasoning yang tinggi, maka ia akan segera menyadari jika di lingkungannya terjadi perilaku yang menyimpang terhadap penyusunan dan pelaporan anggaran maka ia akan berfikir bahwa tindakan tersebut tidak baik. Hal tersebut berarti bahwa moral reasoning dapat mendorong individu untuk tidak melakukan perilaku menyimpang yaitu perilaku anggaran slack.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fithrie (2015) dengan hasil bawa moral reasoning berpengaruh negatif dalam keputusan untuk melakukan anggaran slack, sehingga individu akan lebih berhati-hati dalam bertindak untuk mengambil keputusan. Selain itu penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yan dilakukan oleh Rahim (2013) yang menjelaskan bahwa moral reasoning berpengaruh terhadap keputusan penganggaran.

Sebaiknya individu harus memiliki moral reasoning yang baik, sehingga dengan moral reasoning yang baik akan dapat meminimalisir perilaku menyimpang yang terjadi dan dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

4. Hipotesis empat (H4)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen organisasi memoderasi pengaruh ethical judgement terhadap perilaku Anggaran


(61)

positif signifikan dan nilai koefisien regresi X2*Z sebesar 0,091 yang artinya ethical judgement memiliki pengaruh yang kuat. X2*Z adalah model interaksi antara ethical judgement dan komitmen organisasi menghasilkan nilai signifikansi 0,048 lebih kecil dari taraf signifikan yang telah ditentukan 0,05, sehingga variabel komitmen organisasi terbukti memoderasi pengaruh ethical judgement terhadap perilaku anggaran slack.

Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa komitmen organisasi memiliki pengaruh yang kuat atas hubungan ethical judgement terhadap perilaku anggaran slack. Artinya individu dengan komitmen organisasi yang baik atau dengan kata lain ia memiliki sifat mementingkan kepentingan organisasi daripada kepentingan dirinya sendiri maka ia pasti memiliki etika yang baik sehingga dengan hal tersebut maka ia akan berfikir terlebih dahulu dalam berperilaku, sehingga ia akan menghindari perilaku menyimpang yaitu perilaku anggaran slack atau penganggaran yang tidak sesuai. Hal tersebut sangat diperkuat oleh komitmen organisasi karena individu dengan komitmen organisasi yang baik akan mementingkan perusahaan tempat ia bekerja daripada dirinya sendiri dan otomatis etika berperilakunya juga baik.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2010), penelitiannya menghasilkan hasil bahwa komitmen organisasi memiliki pengaruh yang kuat dalam hubungan antara


(62)

partisipasi anggaran terhadap anggaran slack. Sebaiknya individu haruslah memiliki komitmen organisasi yang tinggi, karena dengan adanya komitmen organisasi yang tinggi maka etikanya akan baik dan menurunkan perilaku anggaran slack.

5. Hipotesis lima (H5)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen organisasi tidak memoderasi pengaruh moral reasoning terhadap perilaku anggaran slack. Dapat dilihat bahwa moral reasoning mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan dari nilai koefisien regresi X3*Z sebesar -0,018 yang artinya moral reasoning tidak memiliki pengaruh yang kuat. X3*Z adalah model interaksi antara moral reasoning dan komitmen organisasi menghasilkan nilai signifikansi 0,627 lebih besar dari taraf signifikan yang telah ditentukan 0,05, sehingga variabel komitmen organisasi terbukti tidak memoderasi pengaruh moral reasoning terhadap perilaku anggaran slack.

Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa komitmen organisasi tidak memiliki pengaruh yang kuat atas hubungan moral reasoning terhadap perilaku anggaran slack. Berdasarkan data yang diperoleh dari skor jawaban kuesioner kecenderungan variabel komitmen organisasi berada pada posisi yang rendah. Nilai terendah berada pada item pertanyaan terkait tentang kesamaan sistem budaya pada organisasi tersebut. Sebagian besar responden merasa bahwa sistem budaya pada organisasi tidak sama dengan sistem budayanya.


(63)

Selain itu jawaban terendah terdapat pada pertanyaan tentang kondisi keuangan dan kesejahteraan di kantor tempat responden bekerja. Hampir sebagian besar responden tidak bertahan di organisasi tersebut apabila kondisi keuangan dan kesejahteraan organisasi buruk. Semua responden dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS). Keberlangsungan karir untuk bekerja disana sudah pasti terjamin. Selain itu, dengan ada atau tidaknya peningkatan kinerja, pegawai akan tetap memperoleh insentif, sehingga komitmen organisasi tidak mempengaruhi karirnya. Dengan demikian maka komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap anggaran slack.

Komitmen organisasi dapat tumbuh karena individu memiliki ikatan emosional terhadap organisasi. Dukungan moral, kesetiaan dan kebanggaan, serta penerimaan nilai organisasi akan menjadikan individu bertekad untuk tetap berada dalam organisasi. Namun jika salah satu sikap tersebut tidak terpenuhi maka komitmen rganisasi secara keseluruhan juga tidak dapat terpenuhi. Hal tersebut akan mengakibatkan individu yang ada dalam organisasi tidak berusaha keras untuk mencapai target atau anggaran yang telah ditetapkan sehingga hasil kinerja yang dicapai juga tidak maksimal. Dengan demikian, maka komitmen organisasi tidak dapat memperkuat pengaruh negatif moral reasoning terhadap perilaku anggaran slack.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryanti (2016) yang menjelaskan bahwa komitmen organisasi tidak


(64)

memiliki pengaruh sebagai variabel moderasi yang dapat memperlemah atau memperkuat hubungan antara moral individu terhadap perilaku anggaran slack.


(1)

meminimalisir perilaku menyimpang yang terjadi dan dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

4. Hipotesis empat (H4)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen organisasi memoderasi pengaruh ethical judgement terhadap perilaku Anggaran Slack.Dapat dilihat bahwa ethical judgement mempunyai pengaruh positif signifikan dan nilai koefisien regresi X2*Z sebesar 0,091 yang artinya ethical judgement memiliki

pengaruh yang kuat. X2*Z adalah model interaksi antara ethical

judgement dan komitmen organisasi menghasilkan nilai signifikansi 0,048 lebih kecil dari taraf signifikan yang telah ditentukan 0,05, sehingga variabel komitmen organisasi terbukti memoderasi pengaruh ethical judgement terhadap perilaku anggaran slack.

Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa komitmen organisasi memiliki pengaruh yang kuat atas hubungan ethical judgement terhadap perilaku anggaran slack. Artinya individu dengan komitmen organisasi yang baik atau dengan kata lain ia memiliki sifat mementingkan kepentingan organisasi daripada kepentingan dirinya sendiri maka ia pasti memiliki etika yang baik sehingga dengan hal tersebut maka ia akan berfikir terlebih dahulu dalam berperilaku, sehingga ia akan menghindari perilaku menyimpang yaitu perilaku anggaran slack atau penganggaran


(2)

yang tidak sesuai. Hal tersebut sangat diperkuat oleh komitmen organisasi karena individu dengan komitmen organisasi yang baik anak mementingkan perusahaan tempat ia bekerja daripada dirinya sendiri dan otomatis etika berperilakunya juga baik.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2010), penelitiannya menghasilkan hasil bahwa komitmen organisasi memiliki pengaruh yang kuat dalam hubungan antara partisipasi anggaran terhadap anggaran slack. Sebaiknya individu haruslah memiliki komitmen organisasi yang tinggi, karena dengan adanya komitmen organisasi yang tinggi maka etikanya akan baik dan menurunkan perilaku anggaran slack.

5. Hipotesis lima (H5)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen organisasi tidak memoderasi pengaruh moral reasoning terhadap perilaku anggaran slack. Dapat dilihat bahwa moral reasoning mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan dari nilai koefisien regresi X3*Z sebesar -0,018 yang artinya moral reasoning tidak

memiliki pengaruh yang kuat. X3*Z adalah model interaksi antara

moral reasoning dan komitmen organisasi menghasilkan nilai signifikansi 0,627 lebih besar dari taraf signifikan yang telah ditentukan 0,05, sehingga variabel komitmen organisasi terbukti


(3)

tidak memoderasi pengaruh moral reasoning terhadap perilaku anggaran slack.

Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa komitmen organisasi tidak memiliki pengaruh yang kuat atas hubungan moral reasoning terhadap perilaku anggaran slack.Berdasarkan data yang diperoleh dari skor jawaban kuesioner kecenderungan variabel komitmen organisasi berada pada posisi yang rendah.Nilai terendah berada pada item pertanyaan terkait tentang kesamaan sIstem budaya pada organisasi tersebut. Sebagian besar responden merasa bahwa sistem budaya pada organisasi tidak sama dengan sistem budayanya. Selain itu jawaban terendah terdapat pada pertanyaan tentang kondisi keuangan dan kesejahteraan di kantor tempat responden bekerja. Hampir sebagian besar responden tidak bertahan di organisasi tersebut apabila kondisi keuangan dan kesejahteraan organisasi buruk.Semua responden dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS).Keberlangsungan karir untuk bekerja disana sudah pasti terjamin. Selain itu, dengan ada atau tidaknya peningkatan kinerja, pegawai akan tetap memperoleh insentif, sehingga komitmen organisasi tidak mempengaruhi karirnya. Dengan demikian maka komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap anggaran slack.


(4)

Komitmen organisasi dapat tumbuh karena individu memiliki ikatan emosional terhadap organisasi. Dukungan moral, kesetiaan dan kebanggaan, serta penerimaan nilai organisasi akan menjadikan individu bertekad untuk tetap berada dalam organisasi. Namun jika salah satu sikap tersebut tidak terpenuhi maka komitmen rganisasi secara keseluruhan juga tidak dapat terpenuhi. Hal tersebut akan mengakibatkan individu yang ada dalam organisasi tidak berusaha keras untuk mencapai target atau anggaran yang telah ditetapkan sehingga hasil kinerja yang dicapai juga tidak maksimal. Dengan demikian, maka komitmen organisasi tidak dapat memperkuat pengaruh negatif moral reasoning terhadap perilaku anggaran slack.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryanti (2016) yang menjelaskan bahwa komitmen organisasi tidak memiliki pengaruh sebagai variabel moderasi yang dapat memperlemah atau memperkuat hubungan antara moral individu terhadap perilaku anggaran slack.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan analisis data penelitian, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah:

1. Anggaran slack cenderung lebih tinggi dilakukan oleh pria dibanding wanita. Hal tersebut disebabkan karena perbedaan


(5)

pembawaan nilai-nilai moral kedalam pekerjaan dimana wanita lebih cenderung berfikir untuk melakukan sesuatu sesuai norma yang telah ditetapkan.

2. Ethical judgement berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

perilaku anggaran slack. Adanya ethical judgement yang tinggi pada individu dapat mempengaruhi perilaku anggaran slack yang akan dibuat oleh individu.

3. Moral reasoning berpengaruh negatif signifikan terhadap perilaku anggaran slack. Tingginya moral yang dimiliki oleh individu mampu memperkecil kemungkinan individu melakukan anggaran slack.

4. Komitmen organisasi memperkuat pengaruh negatif ethical judgement terhadap perilaku anggaran slack. Hal tersebut terjadi karena individu dengan etika yang baik dan disertai dengan komitmen yang baik pula maka akan meminimalkan individu melakukan anggaran slack.

5. Komitmen organisasi tidak memperkuat pengaruh negatif moral reasoning terhadap perilaku anggaran slack. Hal tersebut terjadi karena budaya organisasi dengan budaya individu tersebut berbeda.

B. Saran 1. Instansi


(6)

Perlu diadakan sosialisasi kepada para pegawai baik pria maupun wanita di instansi tersebut tentang anggaran slack bahwa perilaku tersebut tidak etis. Hal tersebut dilakukan guna menyadarkan pegawai bagaimana mengambil keputusan dalan pelaporan anggaran yang baik.

2. Peneliti Selanjutnya

a. Untuk penelitian selanjutnya dapat menambahan variabel penelitian yang juga berpengaruh terhadap perilaku anggaran slack.

b. Penelitian selanjutnya dapat menambah lebih banyak jumlah sampel.

c. Penelitian akan lebih baik apabila tidak hanya menggunakan kuesioner saja tetapi dilengkapi dengan teknik wawancara atau metode lain agar bias mendapatkan data yang lebih valid sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.


Dokumen yang terkait

PENGARUH MORAL REASONING DAN ETHICAL SENSITIVITY TERHADAP PERSEPSI ETIS MAHASISWA AKUNTANSI DENGAN GENDER SEBAGAI VARIABEL MODERASI

1 4 26

PENGARUH MORAL REASONING DAN ETHICAL SENSITIVITY TERHADAP PERSEPSI ETIS MAHASISWA AKUNTANSI DENGAN GENDER SEBAGAI VARIABEL MODERASI

6 37 139

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN , KOMITMEN ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

0 4 91

Pengaruh Moral Reasoning dan Ethical Sensitivity terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi dengan Gender sebagai Variabel Moderasi ( Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri di Sumatera Utara)

8 56 105

PENDAHULUAN PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Kasus Di BAPPEDA Kabupaten Boyolali).

0 1 5

PENGARUH MORAL REASONING DAN ETHICAL SENSITIVITY TERHADAP PERSEPSI ETIS MAHASISWA AKUNTANSI DENGAN GENDER SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Kasus pada Mahasiswa Akuntansi UNY).

0 5 171

PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT DENGAN VARIABEL INTERVENING KOMITMEN ORGANISASI (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Surakarta dan Yogyakarta)

0 1 103

Pengaruh Sistem Insentif Terhadap Budgetary Slack Dengan Komitmen Organisasi dan Ethical Position sebagai Variabel Mediasi - Unika Repository

1 5 18

Pengaruh Sistem Insentif Terhadap Budgetary Slack Dengan Komitmen Organisasi dan Ethical Position sebagai Variabel Mediasi - Unika Repository

0 0 6

Pengaruh Sistem Insentif Terhadap Budgetary Slack Dengan Komitmen Organisasi dan Ethical Position sebagai Variabel Mediasi - Unika Repository

0 1 39