Pengembangan dan penataan di tingkat Desa Pemekaran Desa

8 terhadap variabel yang merupakan persyaratan pembentukan dan kriteria pemekaran daerah, meliputi kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah pendudukkependudukan, luas wilayah dan pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah seperti faktor keamanan, ketersediaan sarana pemerintahan, dan rentang kendali.

1.3. Manfaat dan Tujuan Kegiatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan acuan bagi DPRD dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung untuk menentukan pilihan terbaik bagi Pengembangan dan Penataan Kewilayahan di Kabupaten Bandung. Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk Mengetahui gambaran tingkat kemampuan daerah Khususnya Kabupaten Bandung dalam mengimplementasikan otonomi daerah; 2. Untuk Mengetahui kemungkinan pengembangan dan penataan seluruh wilayah di Kabupaten Bandung untuk dilakukan pengembangan dan penataan di tingkat Kecamatan pemekaran Kecamatan;

1.4. Kerangka Pemikiran

Penelitian penataan dan pengembangan Kabupaten Bandung akan dibagi secara bertahap sesuai kerangka pemikiran sebagai berikut :

1. Pengembangan dan penataan di tingkat Desa Pemekaran Desa

Tujuan Kebijakan otonomi daerah sebagaimana dimuat dalam Undang- undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokratisasi, keadilan, dan pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 9 Sejalan dengan itu, maka otonomi daerah ditempatkan secara utuh pada daerah kabupatenkota, dan pemberian kewenangan otonomi kepada daerah kabupatenkota didasarkan kepada asas desentralisasi yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Tercapainya tujuan kebijakan otonomi daerah, sangat ditentukan oleh tingkat kemampuan desakelurahan sebagai unit pemerintahan terkecil dan terdekat dengan masyarakat dalam pemberian pelayanan umum, penyelenggaraan pembangunan dan peningkatan demokratisasi. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 menyatakan bahwa desa dapat dibentuk di wilayah kecamatan dengan perda berpedoman pada Peraturan Pemerintah. PP Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa lebih lanjut menetapkan bahwa pembentukan desa baru wajib memperhatikan jumlah penduduk, luas wilayah, sosial budaya, potensi kelurahan, sarana dan prasarana pemerintahan. PP tersebut diperjelas dengan Permendagri yang mengatur tentang Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Desa. Ketentuan tersebut membuka peluang untuk membentuk desa baru dengan cara pemecahan desa sepanjang ada aspirasi masyarakat dan pembentukan desa dapat memenuhi tujuan berupa terciptanya efektivitas penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan umum, pembangunan dan demokratisasi pada unit pemerintahan terkecil. Untuk memenuhi tujuan tersebut, maka diperlukan pengukuran dan penilaian terhadap potensi desa yang dimiliki dan dapat digunakan untuk menjadi dasar layak tidaknya pembentukan desa baru. Hasil pengukuran memperhatikan faktor utama yang terdiri dari akumulasi jumlah penduduk dan jumlah kepala keluarga dan faktor pendukung yang merupakan jumlah skor tertentu dari tingkat kemampuan potensi yang merupakan dasar penilaian apakah suatu desa layak atau tidak untuk dipecah. Penilaian tingkat kemampuan potensi dalam rangka pemecahan Desa adalah penilaian terhadap potensi desa induk dan rencana pembentukan desa. Hasil penilaian dapat dikategorikan ke dalam 3 tiga tingkatan hasil penilaian, yaitu 10 luluslayak, lulus bersyaratcukup layak dan tidak lulustidak layak. Hasil penilaian yang merupakan rekomendasi kebijakan adalah sebagai berikut : 1 Jika calon desa induk dan calon desa pemecahan memenuhi syarat menurut faktor utama dan luluslayak menurut faktor pendukung, maka pilihan tindakan yang diambil adalah diusulkan pemecahan desa atau pembentukan desa baru; 2 Jika calon desa induk dan calon desa pemecahan memenuhi syarat menurut faktor utama dan lulus bersyaratcukup layak atau tidak lulustidak layak menurut faktor pendukung, maka pilihan tindakan yang diambil adalah diusulkan pemecahan desa atau pembentukan desa baru, diikuti dengan pengembangan potensinya menuju luluslayak dalam jangka waktu tertentu; 3 Jika salah satu calon desa induk dan calon desa pemecahan tidak memenuhi syarat menurut faktor utama dan luluslayak, lulus bersyaratcukup layak atau tidak lulustidak layak menurut faktor pendukung, maka tidak dapat diusulkan pemecahan desa atau pembentukan desa baru.

2. Pengembangan dan penataan di tingkat Kecamatan Pemekaran