10
luluslayak, lulus bersyaratcukup layak dan tidak lulustidak layak. Hasil penilaian yang merupakan rekomendasi kebijakan adalah sebagai berikut :
1 Jika calon desa induk dan calon desa pemecahan memenuhi syarat menurut faktor utama dan luluslayak menurut faktor pendukung, maka pilihan
tindakan yang diambil adalah diusulkan pemecahan desa atau pembentukan desa baru;
2 Jika calon desa induk dan calon desa pemecahan memenuhi syarat menurut faktor utama dan lulus bersyaratcukup layak atau tidak lulustidak layak
menurut faktor pendukung, maka pilihan tindakan yang diambil adalah
diusulkan pemecahan desa atau pembentukan desa baru, diikuti dengan
pengembangan potensinya menuju luluslayak dalam jangka waktu tertentu;
3 Jika salah satu calon desa induk dan calon desa pemecahan tidak memenuhi syarat menurut faktor utama dan luluslayak, lulus
bersyaratcukup layak atau tidak lulustidak layak menurut faktor pendukung, maka tidak dapat diusulkan pemecahan desa atau
pembentukan desa baru.
2. Pengembangan dan penataan di tingkat Kecamatan Pemekaran
Kecamatan
Tujuan Perbaikan o
tonomi daerah sebagaimana dimuat dalam Undang- undang Nomor 22 Tahun 1999 adalah peningkatan pelayanan dan kesejahteraan
masyarakat, pengembangan kehidupan demokratisasi, keadilan, dan pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar
daerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan menurut UU No. 32 Tahun 2004, tujuannya adalah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat.
Sejalan dengan itu, maka otonomi daerah ditempatkan secara utuh pada Daerah KabupatenKota, dan pemberian kewenangan otonomi kepada Daerah
11
KabupatenKota didasarkan kepada asas desentralisasi yang luas, nyata dan bertanggung jawab.
Tercapainya tujuan otonomi daerah, sangat ditentukan oleh tingkat
kemampuan wilayah kerja kecamatan sebagai salah satu unit pemerintahan
terdekat dengan masyarakat dalam pemberian pelayanan umum, penyelenggaraan pembangunan dan peningkatan demokratisasi. Pemekaran kecamatan bertujuan
untuk menciptakan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan umum, pembangunan dan demokratisasi. Untuk memenuhi tujuan tersebut, maka
diperlukan pengukuran dan penilaian terhadap potensi kecamatan yang dimiliki
dan dapat digunakan untuk menjadi dasar layak tidaknya pemekaran kecamatan. Adapun potensi yang dianggap reliabel dalam rangka pemekaran
kecamatan dapat diukur dan dinilai pada 19 sembilan belas variabel penelitian antara lain demografi, orbitrasi, pendidikan, kesehatan, keagamaan, sarana olah
raga, transportasi, komunikasi, penerangan umum, politik, kamtibmas, pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan, pertambangan, ketenagakerjaan, sosial budaya,
ekonomi masyarakat, kondisi sosial masyarakat dan aspek pemerintahan.
Hasil pengukuran adalah jumlah skor tertentu dari tingkat kemampuan
potensi yang merupakan dasar penilaian apakah suatu kecamatan layak atau tidak untuk dimekarkan. Penilaian tingkat kemampuan potensi dalam rangka pemekaran
kecamatan adalah penilaian terhadap potensi kecamatan induk dan kecamatan
rencana pemekaran. Hasil penilaian potensi dapat dikategorikan ke dalam 3 tiga
tingkatan hasil penilaian, yaitu tinggi, cukup, dan rendah.
Hasil penilaian yang merupakan rekomendasi kebijakan adalah
sebagai berikut : 1. Jika kecamatan induk dan kecamatan yang akan dibentuk potensinya tinggi,
maka pilihan tindakan yang diambil adalah mengusulkan pemekaran kecamatan;
2. Jika kecamatan induk dan kecamatan yang akan dibentuk potensinya Cukup, maka pilihan tindakan yang diambil adalah melakukan pemekaran kemudian
diikuti dengan pengembangan potensi dalam jangka waktu tertentu misalnya
12
minimal 3 atau 5 tahun untuk dievaluasi. Jika tidak memenuhi persyaratan dalam waktu tersebut, maka dapat diusulkan untuk digabung kembali dengan
kecamatan induk; 3. Jika kedua unit pemerintahan atau salah satu unit pemerintahan dimaksud
potensinya rendah, maka pilihan tindakan yang diambil adalah menunda pemekaran kecamatan. Bagi kecamatan yang potensinya rendah disarankan
untuk melakukan pembinaan potensi menuju kategori cukup, dan setelah potensinya cukup diadakan pengembangan potensi hingga layak untuk
diadakan pemekaran kecamatan. Namun, bila potensi kecamatan sangat rendah maka tidak dapat dilakukan pemekaran kecamatan.
Selain itu, pembentukan kecamatan juga harus memperhatikan aspirasi masyarakat yang berkembang. Jika hasil survey menunjukkan lebih dari 50
masyarakat menghendaki pembentukan kecamatan baru, maka pemekaran dapat dilakukan. Demikian juga, bila hasil survey tentang pelayanan kepada masyarakat
menunjukkan lebih dari 50 menjawab bahwa pelayanan kepada masyarakat
buruk atau rendah, maka pemekaran kecamatan dapat dilakukan.
Jika dicermati pola pengembangan kewilayahan di atas, tampaknya untuk mendukung terwujudnya
good governance
kepemerintahan yang baik perlu dilakukan kajian yang bersifat strategis yaitu Kajian Penyusunan Data Base
Penataan Daerah Kabupaten Bandung.
13
Bagan 1. Kerangka Pemikiran
Tahap I
Pengembangan dan Penataan wilayah di Tingkat DesaKelurahan
Pemekaran DesaKelurahan
Aspiran Masyarakat
Potensi Wilayah
Tingkat pelayaanan
dan ketersediaan
layanan Tahap II
Pengembangan dan Penataan wilayah di Tingkat Kecamatan
Pemekaran Kecamatan
Aspiran Masyarakat
Potensi Wilayah
Tingkat pelayaanan
dan ketersediaan
layanan
Peningkatan kesejahteraan
masyarakat
14
14
BAB II KAJIAN PUSTAKA