BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Polimer Departemen Kimia FMIPA-USU untuk penelitian Sifat Termal dan Mekanik di
Laboratorium Penelitian Fakultas MIPA-USU . Penelitian ini dilaksanakan bulan Januari sd Maret 2013.
3.2 Alat-alat Dan Bahan Yang Digunakan
1. Alat yang digunakan dalam pembuatan sampel adalah : alat penguji papan komposit, Neraca Ohaus dan Analitis , Jangka sorong, Oven,
Gergaji, kuas,pembakar Bunsen,alat ngepres. 2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : potongan-potongan
kayu, campuran boraks dan asam borat, tripleks cacat, resin epoksi, perekat kayu lem fox.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1.
Varibel bebas : Resin epoksi dan potongan-potongan kayu dengan presentase100, 90, 80, 70, 60
2. Variabel tetap : Tripleks dengan persentase 100
3.4.1 Prosedur Penelitian
Adapun metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Persiapan contoh uji
Universita Sumatera Utara
a. Potongan kayu, dan tripleks cacat dipersiapkan. Kemudian potongan kayu direndam dengan boraks dan asam borat , kemudian
dikeringkan dalam oven. Tripleks yang dipersiapkan adalah yang ketebalan 3mm
b. Kemudian potongan-potongan kayu tersebut diserut hingga
ketebalan menjadi sama 2,5 cm. c.
Pembuatan Tip Blok dengan bahan pengisi potongan-potongan kayu, dan pengikat tripleks dengan perekat resin epoksi.
d. Potongan-potongan kayu diolesi dengan resin epoksi.
e. Kemudian potongan-potongan kayu disusun rapat dan padat di atas
tripleks, dan permukaan potongan-potongan kayu yang sebelah bawah juga diolesi dengan perekat resin epoksi, kemudian ditutup
kembali dengan tripleks bahan yang sama. f.
Dilakukan pengepresan terhadap sampel. g.
Sampel hasil dibagi beberapa bagian untuk melakukan pengujian sifat Fisis, sifat Mekanis dan sifat Termal.
h. Perlakuan yang sama dilakukan untuk variasi potongan-potongan
kayu dan resin epoksi persentase yang sama 100, 90, 80, 70, 60, dan tripleks cacat persentasenya 100.
i. Perlakuan yang sama dilakukan tetapi mengganti perekat kayu
yang lain lem fox. 2.Persiapan komposisi bahan
Tabel 3.1. Komposisi Bahan
No Sampel
Komposisi Tripleks
Potongan potongan kayu
Resin epoksi A 1
100 100
100 A 2
100 90
90 A 3
100 80
80 A 4
100 70
70 A 5
100 60
60
Universita Sumatera Utara
3.5 Diagram Alir Penelitian
Diagram alir penelitian dapat dilihat pada diagram di bawah ini
.Gambar 3.1. Diagram Alir Proses Pembuatan Tip Blok
Persiapan Bahan Baku potongan kayu, tripleks, perekat
Perendaman Tatal
Pengeringan Tatal
Penyusunan potongan-potongan kayu disusun secara acak sesuai dengan
ketebalannya
Pengujian
Mekanis Fisis
Termal Analisis
Kesimpulan
Universita Sumatera Utara
3.6 Pengujian Komposit
3.6.1 Pengujian Kerapatan
Pengujian kerapatan diamati dengan cara massa sampel dibagi dengan volume sampel itun sendiri dan mengacu pada standar SNI 03-2105 1996 dan
JIS A 5908 - 2003, Prosedur yang dilakukan adalah : 1.
Sampel uji kering berbentuk balok ukuran 30 x 30 x 3,4 cm
3
2. Kemudian sampel uji di ukur rata – rata panjang, lebar dan tebal untuk
menentukan volume sampel uji cm terlebih
dahulu ditimbang di udara dan angkanya dicatat yang disebut dengan massa sampel uji gr.
3
3. Kemudian nilai kerapatan sampel uji dapat dihitung dengan persamaan 1.
.
3.6.2 Pengujian Daya Serap Air
Cara pengujian daya serap air mengacu pada standar SNI 03-2105 1996 dan JIS A 5908 - 2003, prosedur yang dilakukan adalah :
1. Sampel uji kering berbentuk balok ukuran 15 x 15 x 3,4 cm
3
2. Sampel direndam selama 24 jam 1 hari , kemudian sampel ditiriskan
airnya, sampai tidak ada lagi air yang menetes dari sampel uji. terlebih
dahulu ditimbang dan angkanya dicatat, yang disebut dengan massa kering sampel uji gr.
3. Kemudian sampel uji ditimbang di udara dan dicatat angkanya, yang disebut
massa basah sampel uji gr . 4.
Kemudian nilai daya serap air dapat dihitung dengan persamaan 2 .
3.6.3 Pengujian Kuat Lentur MOR
Cara pengujian kuat lentur mengacu pada standar ASTM D – 790 dan
menggunakan alat Tokyo Testing Machine dengan prosedur kerja adalah :
1. Sampel uji berbentu balok ukuran 15 x 1 x 0,5 cm
3
, kemudian diatur jarak sangga sejauh 12 cm.
Universita Sumatera Utara
2. Diatur beban maksimum sebesar 981 N dengan kecepatan 0,033 m det,
kemudian diarahkan switch ke arah on, maka pembebanan secara otomatis akan bergerak.
3. Apabila sampel uji telah patah, diarahkan switch ke arah off, agar motor
berhenti, maka dicatat besar gaya yang ditampilkan panel supplay. 4.
Dengan menggunakan persamaan 3 dapat dihitung nilai kuat lentur. Sampel uji untuk kuat lentur sesuai ASTM D-790 seperti gambar :
Gambar 3.2. Sampel Uji Untuk Kuat Lentur
3.6.4 Pengujian Kuat Tarik
Pengujian kuat tarik juga mengacu pada standar ASTM D – 638 alat yang dipergunakan pada pengujian kuat tekan adalah Electronik System Universal
Testing Mesin, ada pun prosedur pengujian adalah sebagai berikut : 1.
Sampel uji ditempatkan pada mesin uji tarik, kemudian dicengkram dengan pemegang pada mesin dengan jarak pencengkraman 8 cm.
2. Pada mesin ditentukan beban maksimum 3924 N dengan kecepatan 0,033 m
det. 3.
Kemudian angka yang tertera pada alat dicatat yang disebut dengan tegangan tarik pada sampel uji tersebut.
4. Perhitungan untuk nilai kuat tarik dapat dilakukan dengan mempergunakan
persamaan 4 . Sesuai ASTM D-638 gambar sampel uji Kuat Tarik
Gambar 3.3. Sampel Uji Untuk Kuat Lentur
Universita Sumatera Utara
3.6.5 Pengujian kuat Tekan
Pengujian kuat tekan juga mengaju pada standar ASTM D – 1037 – 99, yang juga alat yang dipergunakan adalah untuk pengujian kuat tarik dan kuat
lentur. Prosedur pengujian kuat tekan sebagai berikut : 1.
Sampel uji berbentuk balok dengan ukuran 10 x 1 x 1 cm
3
2. Sampel pengujian kuat tekan juga diletakkan pada posisi tegak sama seperti
posisi sampel pengujian kuat tarik. , dan
diletakkan pada posisi yang sudah ditentukan.
3. Kemudian diaktifkan alatnya dengan beban maksimum 3924 N dengan
kecepatan 0,033 m det. 4.
Kemudian angka yang tertera pada alat setelah sampel patah dicatat yang disebut tegangan gaya tekan pada sampel uji tersebut.
5. Dan untuk mendapatkan nilai kuat tekan dari sampel uji tersebut dapat
dihitung dengan mempergunakan persamaan 5. Gambar sampel uji Kuat Tekan sesuai ASTM D-1037-99 :
Gambar 3.4. Sampel Uji Untuk Kuat Tekan
3.6.6 Pengujian Impak
Pengujian impak menggunakan alat Wolport, tipe : CPSA buatan Jerman. Pengujian impak mengacu pada standar ASTM D – 256, uji impak untuk sampel
uji Tip Blok ini dengan prosedur sebagai berikut : 1.
Sampel uji berbentuk balok dengan ukuran 10 x 1 x 0,5 cm
3
2. Jarum skala penunjuk harga impak pada posisi nol.
dengan menggunakan pendulum 4 joule.
3. Sampel uji diletakkan pada posisi mendatar dengan posisi menyamping
arah datangnya pendulum.
Universita Sumatera Utara
4. Tombol pada tangki pendulum dilepas hingga pendulum berayun dan
menumbuk sampel uji. 5.
Nilai yang ada pada skala setelah tumbukan dicatat. 6.
Hasil skala yang diperoleh dikurangi dengan energi kosong sebesar 0,02 Joule, karena pada beban kosong energi alat tercatat 0,02 Joule.
7. Untuk menghitung nilai kuat impak dapat mempergunakan pers. 6
Gambar sampel uji Kuat Impak sesuai ASTM D-256:
Gambar 3.5. Sampel Uji Untuk Kuat Impak
3.6.7 Pengujian Titik Nyala Dan Titik Bakar
Cara pengujian titik nyala dan titik bakar atau pengujian ketahanan nyala api dilakukan dengan cara membakar ujung sampel yang diletakkan mendatar, api
berasal dari pembakar bunsen dipegang pada sudut 30
1. Mampu nyala: terbakar selama 379,2 detik dengan nyala.
. Cara ini mengacu pada standar yang ditetapkan dalam JIS-K6911-1970 dan ASTM-D635-1974. Menyala
specimen yang diletakkan mendatar untuk selama 30 detik dan api dijauhkan. Waktu yang diperlukan agar specimen menyala disebut Titik Nyala atau tahan
nyala. Panjang specimen yang habis terbakar disebut jarak bakar atau Titik Bakar. Harga-harga tersebut dipakai untuk menyatakan kemampuan nyala dari
bahan. Nilai – nilai nyala api dan titik bakar untuk sampel uji Tip Blok setelah dilakukan penelitian adalah sebagai berikut :
2. Habis terbakar : jarak bakar 0,05 m.
3. Tak mampu menyala : jarak bakar kurang dari 0,05 m.
4. Laju Nyala : 1,3 X 10
-4
mdetik.
Universita Sumatera Utara
Dalam ASTM, laju nyala dinyatakan dengan jarak bakar persatuan waktu, yang dipakai sebagai kemampuan nyala. Neni Juli, 2012
Gambar 3.6. Skema Kerja Alat Uji Nyala
Universita Sumatera Utara
Persentase Volume Tip Blok K
er ap
at an
X 10
3
k g
m
3
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 SIFAT FISIS TIP BLOK 4.1.1 Hasil Pengujian Kerapatan
Kerapatan merupakan salah satu sifat Fisis yang menunjukkan perbandinganmassa benda terhadap volumenya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa nilai kerapatan Tip Blok dengan perekat resin epoksi yang dihasilkan berkisar antara 0,63 X 10
3
kgm
3
sampai dengan 0,71 X 10
3
kgm
3
, nilai kerapatan tertinggi pada persentase volume 100 dan yang terendah pada persentase
volume 60 . Sedangkan nilai kerapatan Tip Blok dengan perekat kayu fox berkisar antara 0,53 X 10
3
kgm
3
sampai dengan 0,64 X 10
3
kgm
3
Grafik nilai kerapatan untuk Tip Blok dengan perekat kayu fox tidak beraturan kemungkinan karena potongan – potongan kayu sembarang memiliki
kerapatan yang berbeda – beda. Tetapi dari hasil penelitian bahwa Tip Blok yang dihasilkan dengan mempergunakan kedua perekat sudah memenuhi standar yang
ditentukan. .
Dari data Lampiran A dan Lampiran G diperoleh grafik sebagai berikut :
Gambar 4.1. Grafik Hubungan Kerapatan Dengan Sampel Uji
0.63 0.62
0.66 0.68
0.71 0.57
0.53 0.59
0.62 0.64
0.5 1
60 70
80 90
100 Epoksi
Fox
Universita Sumatera Utara
D aya S
er ap
A ir
Persentase Volume Tip Blok
Nilai kerapatan yang dihasilkan sudah mencapai nilai kerapatan yang diharapkan, yaitu sesuai dengan pengujian papan partikel JIS A 5908 - 2003
Japanes Industrial Standard, 2003 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tip Blok yang dihasilkan dikategorikan papan partikel yang mempunyai kerapatan
sedang, yaitu 0,4 X 10
3
kgm
3
sampai dengan 0,8 X 10
3
kgm
3
4.1.2 Hasil Pengujian Daya Serap Air
.
Pengujian daya serap air mengacu pada standar JIS A 5908 – 2003 direndam selama 24 jam, untuk mengetahui besarnya persentase air yang terserap
oleh sampel uji. Dari data pada Lampiran B dan Lampiran H diperoleh grafik sebagai berikut :
Gambar 4.2. Grafik Hubungan Daya Serap Air Dengan Sampel Uji
Berdasarkan hasil penelitian daya serap air Tip Blok, bahwa persentase daya serap air pada tip blok dengan perekat resin epoksi yang terendah adalah
41,38 dengan persentase volume 100 dan yang tertinggi adalah 61,40 dengan persentase 60 . Tetapi nilai daya serap air pada Tip Blok dengan perekat
kayu fox yang terendah 53,53 pada persentase volume 100 dan tertinggi adalah 64,24 pada tip blok dengan persentase 70 .
61.40 58.88
55.45 46.62
41.38 62.01
64.24 56.53
54.33 53.53
40 80
60 70
80 90
100 Epoksi
Fox
Universita Sumatera Utara
Hal ini kemungkinan terjadi karena perekat resin epoksi pada sampel sudah mengeras tidak bisa ditembus air dan juga resin epoksi mempengaruhi
susunan atom potongan kayu dan tripleks pada sampel, dimana atom – atom potongan kayu dan atom – atom tripleks cenderung menyusup pada susunan atom
perekat, sehingga memperkecil celah kekosongan pada susunan atom – atom potongan kayu dan tripleks. Dengan demikian semakin banyak resin epoksi pada
Tip Blok, maka semakin sedikit air yang terserap Tip Blok tersebut. Grafik daya serap perekat kayu fox pada Tip Blok persentase 70 agak
naik, karena potongan-potongan kayu yang dipergunakan adalah kayu sembarang susunan atom-atom berbeda-beda. Kemungkinan atom-atom potongan-potongan
kayu pada persentase 70 kurang rapat. Daya serap Tip Blok dengan mempergunakan perekat fox lebih besar
dibandingkan dengan daya serap Tip Blok yang mempergunakan resin epoksi, kemungkinan terjadi karena atom-atom perekat fox jika teendam air akan
melemah dan dapat ditembus air. Berdasarkan JIS A 5908 – 2003, persyaratan daya serap air pada papan
partikel adalah sekitar 45,29 sampai dengan 62,31 . Maka pada penelitian ini, Tip Blok yang dihasilkan dengan mempergunakan perekat resin epoksi dan
perekat kayu fox telah memenuhi persyaratan yang diharapkan.
4.2 SIFAT MEKANIK TIP BLOK
4.2.1 Hasil Pengujian Kuat Lentur
Pengujian kuat lentur Modulus Of Rupture menunjukkan beban maksimum yang dapat ditahan oleh material dalam hal ini sampel uji Tip Blok
persatuan luas sampai materialnya patah. Dari hasil penelitian ini nilai kuat lentur untuk Tip Blok dengan mempergunakan resin epoksi diperoleh nilai terendah
pada sampel uji dengan persentase volume 60 yaitu 80,09 M.Pa dan yang tertinggi pada Tip Blok dengan persentase 100 yaitu 213,87 M.Pa.
Universita Sumatera Utara
Persentase Volume Tip Blok
K e
rap at
an X
1 3
k g
m 3
K u
at L
en tu
r K g
cm2
Hasil penelitian pada Tip Blok yang mempergunakan perekat kayu fox nilai kuat lenturnya masih lebih rendah dari nilai kuat lentur Tip Blok yang
mempergunakan resin epoksi. Dalam hal ini nilai kuat lentur yang terendah 86,66 M.Pa pada persentase Volume 60 , sedangkan nilai kuat lentur yang tertinggi
164,79 M.Pa pada persentase volume 100 . Dari hasil penelitian, kemungkinan semakin banyak perekat resin epoksi
semakin tinggi nilai kuat lenturnya, dan sebaliknya semakin sedikit resin epoksinya semakin rendah nilai kuat lenturnya, karena sesuai dengan sifat resin
epoksi yang memiliki kekuatan, keuletan, kekerasan yang sangat tinggi. Tata Surdia, 1984
Standar ASTM D – 790 dan JIS A 5908 – 2003 dan SNI 03 – 2105 – 2006, bahwa persyaratan nilai kuat lentur papan partikel adalah 86 kgcm
2
Dari data pada Lampiran C dan Lampiran I diperoleh grafik sebagai berikut : . Dengan
demikian Tip Blok yang dihasilkan dalam penelitian ini memenuhi standar yang ditentukan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Tip Blok yang dihasilkan dengan
mempergunakan resin epoksi dan yang mempergunakan perekat kayu fox, jika ditinjau dari kuat lenturnya-nya sangat baik.
Gambar 4.3. Grafik Hubungan Kuat Lentur Dengan Sampel Uji
80.08 133.57
144.02 167.46
213.87
80.08 133.57
144.02 167.46
213.87
86.66 93.73
101.28 160.47
164.79
50 100
150 200
250
60 70
80 90
100 Epoksi
Fox
K uat
L ent
ur M.P
a
Universita Sumatera Utara
Persentase Volume Tip Blok K
u at
T ar
ik M
P a
4.2.2 Hasil Pengujian Kuat Tarik
Pengujian kuat tarik mengacu pada standar ASTM D – 638 dan standar JIS A – 5908 – 2003 dan SNI 03 – 2105 – 2006 untuk menentukan besarnya
kekuatan tarik suatu sampel uji terhadap beban yang diberikan. Dari hasil penelitian ini nilai kuat tarik yang diperoleh pada Tip Blok yang
mempergunakan resin epoksi adalah 32,22 MPa sampai dengan 62,35 Mpa. Sedangkan nilai kuat tarik Tip Blok yang mempergunakan perekat kayu fox
adalah 12,77 MPa sampai dengan 20,65 MPa. Dari data pada Lampiran D dan Lampiran J diperoleh grafik sebagai berikut :
Gambar 4.4. Grafik Hubungan Kuat Tarik Dengan Sampel Uji
Hasil penelitian menunjukkan semakin banyak resin epoksi nilai kuat tariknya semakin tinggi, sebaliknya semkain sedikit resin epoksinya nilai kuat
tariknya semakin kecil. Hal ini kemungkinan disebabkan perekat resin epoksi memiliki kekuatan adhesif yang tinggi, bersifat keras, kaku, ulet dan getas.
Tata Surdia, 1984. Sehingga nilai kuat tarik Tip Blok yang mempergunakan resin epoksi jauh melebihi nilai kuat tarik Tip Blok yang mempergunakan perekat
kayu fox. Standar Nasianal Indonesia SNI 03 – 2105 – 2006 dan JIS A – 5908 –
2003 mensyaratkan nilai kuat tarik papan partikel adalah 0,15 MPa. Sementara dari hasil penelitian Tip Blok, bahwa nilai kuat tarik Tip Blok yang dihasilkan
32.22 39.75
56.96 59.78
62.35
12.77 16.28
17.95 19.38
20.65 10
20 30
40 50
60 70
60 70
80 90
100 Epoksi
Fox
Universita Sumatera Utara
K u
at T
ek an
M P
a
Persentase Volume Tip Blok
jauh melebihi nilai kuat tarik standar papan partikel yang sudah ditentukan. Tip Blok yang dihasilkan dengan mempergunakan perekat resin epoksi dan perekat
kayu fox telah memenuhi standar yang sudah ditentukan.
4.2.3 Hasil Pengujian Kuat Tekan
Pengujiaan kuat tekan ini mengacu pada ASTM D – 1037 – 99, hasil pengujian yang telah dilakukan pada sampel uji memperlihatkan bahwa
persentase yang paling tertinggi nilai kuat tekannya pada Tip Blok yang mempergunakan resin epoksi pada persentase 100 yaitu 31,90 MPa, sedangkan
yang terendah adalah pada Tip Blok yang persentase 60 yaitu 11,89 MPa. Tetapi nilai kuat tekan Tip Blok dengan mempergunakan perekat kayu fox, yang
tertinggi adalah 21,03 MPa dengan persentase 100 sedangkan nilai kuat tarik terendah adalah 6,11 MPa dengan persentase 60 .
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan sifat dari kedua perekat yang dipergunakan pada Tip Blok tersebut. Sesuai dengan sifat resin epoksi yaitu
kekuatan adhesif yang tinggi, bersifat keras, kaku, ulet dan getas. Tata Surdia, 1984. Sehingga semakin banyak perekat pada Tip Blok maka nilai kuat tariknya
semakin tinggi. Dari data pada Lampiran E dan Lampiran K diperoleh grafik sebagai berikut :
Gambar 4.5. Grafik Hubungan Kuat Tekan Dengan Sampel Uji
Dari hasil penelitian, nilai kuat tekan Tip Blok yang tinggi, maka Tip Blok yang dihasilkan adalah termasuk Tip Blok yang baik untuk digunakan untuk
perabot rumah tangga, meja, pintu, penyekat kamar dan bahan bangunan yang
11.89 14.43
18.92 20.83
31.9
6.11 6.27
10.25 12.72
21.03 10
20 30
40
60 70
80 90
100 Epoksi
Fox
Universita Sumatera Utara
K u
at I
mp ak
Persentase Volume Tip Blok
mempergunakan kayu. Tetapi dari kedua jenis Tip Blok yang dihasilkan, lebih kuat adalah Tip Blok yang mempergunakan perekat resin epoksi, karean nilai kuat
tekannya lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kuat tekan Tip Blok yang mempergunakan perekat fox.
4.2.4 Hasil Pengujian Impak
Pengujian ini menggunakan alat Wolperts Type : CPSA Com. Nomor 8803104 0000 yang diproduksi Jerman. Diberikan perlakuan pada sampel uji yang
diletakkan diantara pemukul godam sebesar 4 Joule. Alat ini memiliki energi kosong 0,02 Joule yang didapat dari koreksi nol alat. Pengujian Impak mengacu
pada standar ASTM D – 256. Dari data pada Lampiran F dan Lampiran L diperoleh grafik sebagai berikut :
Gambar 4.6. Grafik Hubungan Kuat Impak Dengan Sampel Uji
Dari grafik, nilai Kuat Impak Tip Blok dengan mempergunakan resin epoksi yang tertinggi adalah 29,6 KJm
2
pada persentase 100 , terendah yaitu 17,6 KJm
2
pada persentase 60 . Hasil penelitian nilai Kuat Impak pada Tip Blok yang mempergunakan perekat fox agak rendah dibanding nilai Kuat
Impak Tip Blok yang mempergunakan perekat resin epoksi. Pada Tip Blok dengan perekat fox nilai Kuat Impak terendah adalah 5,0 KJm
2
pada persentase 60 dan nilai Kuat Impak tertinggi adalah 10,8 KJm
2
pada persentase 100 .
17.6 19.6
21.6 27.4
29.6
5 6.7
7 8.6
10.8 5
10 15
20 25
30 35
60 70
80 90
100 Epoksi
Fox
K u
at I
mp ak
KJ m
2
Universita Sumatera Utara
Resin epoksi memiliki kekuatan adhesif yang tinggi, kaku, keras, ulet, kenyal dan getas. Jadi semakin banyak resin epoksi pada sampel uji, maka nilai
Kuat Impaknya semakin tinggi.
4.3 SIFAT TERMAL TIP BLOK
Cara pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar atau pengujian ketahanan nyala api dilakukan dengan cara membakar ujung sampel yang diletakkan
mendatar, api berasal dari pembakar bunsen dipegang pada sudut 30
1. Mampu nyala: terbakar selama 379,2 detik dengan nyala untuk Tip Blok
dengan perekat resin epoksi, dan 259,8 detik Tip Blok dengan perekat kayu fox.
. Cara ini mengacu pada standar yang ditetapkan dalam JIS-K6911-1970 dan ASTM-D635-
1974. Menyala specimen yang diletakkan mendatar untuk selama 30 detik dan api dijauhkan. Waktu yang diperlukan agar specimen menyala disebut Titik Nyala
atau tahan nyala. Panjang specimen yang habis terbakar disebut Jarak Bakar atau Titik Bakar. Nilai-nilai tersebut dipakai untuk menytakan kemampuan nyala dari
bahan. Nilai-nilai Nyala api dan Titik Bakar untuk sampel uji Tip Blok setelah dilakukan penelitian adalah sebagai berikut :
2. Habis terbakar : Jarak Bakar 5 X 10
-2
3. Tak mampu menyala : Jarak Bakar kurang dari 5 X 10
m Tip Blok dengan perekat resin epoksi dan Tip Blok dengan perekat kayu fox.
-2
4. Laju Nyala : 1,3 X 10
m.
-4
mdtk.
Dalam ASTM, Laju Nyala dinyatakan dengan jarak bakar persatuan waktu, yang dipakai sebagai kemampuan nyala. Neni Juli, 2012
Dari hasil penelitian Tip Blok dengan perekat resin epoksi memeliki mampu nyala lebih tinggi yaitu 379,2 detik dibandingkan dengan mampu Nyala Tip Blok
dengan perekat kayu fox yaitu 259,8 detik. Dengan demikian bahwa Tip Blok dengan perekat resin epoksi selama
379,2 detik dapat terbakar sepanjang 5 X 10
-2
m. Tip blok dengan perekat kayu
Universita Sumatera Utara
fox selama 259,8 detik dapat terbakar sepanjang 5 X 10
-2
4.4 Nilai Ekonomis