Laporan Keuangan LANDASAN TEORI

berisi penjelasan dan kebijakan akuntansi yang mempengaruhi posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. B. F raud 1. Pengertian Fraud Fraud memiliki definisi yang beragam dan banyak penelitian maupun lembaga yang mendefinisikan fraud . Berikut merupakan beragam definisi fraud dari berbagai sudut pandang. Statement on Auditing Standards No. 99 mendefinisikan fraud sebagai “an intentional act that result in a material misstatement in financial statements that are the subject of an audit ” Tindakan kesengajaan untuk menghasilkan salah saji material dalam laporan keuangan yang merupakan subjek audit. Black’s Law Dictionary mendifinisikan fraud sebagai: Mencakup semua macam yang dapat dipikirkan manusia, dan yang diupayakan oleh seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain dengan saran yang salah atau pemaksaan kebenaran, dan mencakup semua cara yang tak terduga, penuh siasat licik atau tersembunyi, dan setiap cara yang tidak wajar yang menyebabkan orang lain tertipu. Oxford English Dictionary mendefinisikan fraud adalah sebuah tindak pidana kecurangan dengan menggunakan penyajian yang palsu untuk memperoleh keuntungan dengan cara yang tidak adil atau mengambil paksa hak atau kepentingan orang lain. Fraud menurut the Association of Certified Fraud Examiners ACFE , fraud adalah tindakan penipuan atau kekeliruan yang dibuat oleh seseorang atau badan yang mengetahui bahwa kekeliruan tersebut dapat mengakibatkan beberapa manfaat yang tidak baik kepada individu atau entitas dan pihak lain. Fraud menurut BPK, n.d. merupakan suatu tindak kesengajaan untuk menggunakan sumber daya perusahaan secara tidak wajar dan salah menyajikan fakta untuk memperoleh keuntungan pribadi. Dari berberapa pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan fraud kecurangan adalah perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh orang-orang baik dari dalam dan atau luar organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan atau kelompoknya yang secara langsung merugikan pihak lain. Molida 2011 menjelaskan unsur-unsur kecurangan secara umum menurut BPK,n.d. adalah: a. Harus terdapat salah pernyataan misrepresentation b. Dari suatu masa lampau past atau sekarang present . c. Fakta bersifat material material fact . d. Dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan make-knowingly or recklessly e. Dengan maksud intent untuk menyebabkan suatu pihak beraksi. f. Pihak yang dirugikan harus beraksi acted terhadap salah pernyataan tersebut misrepresentation g. Yang merugikannya detriment . 2. Fraud Tree The Association of Certified Fraud Examiners atau ACFE mengklasifikasikan fraud kecurangan dalam beberapa klasifikasi. Klasifikasi tersebut dikenal dengan istilah “ Fraud Tree ” yaitu sistem klasifikasi mengenai hal-hal yang ditimbulkan oleh kecurangan. Fraud Tree disajikan dalam bagan. Fraud Tree mempunyi tiga cabang utama, yaitu corruption, asset misappropriation, dan fraudulent ststement Tuanakotta 2010:195. Gambar I : Gambar fraud tree Sumber : Association of Certified Fraud Examiners , 2008 Report to the Nation on Occupational Fraud and Abuse dalam Tuanakotta 2010:197. a. Korupsi Corruption Korupsi merupakan jenis fraud yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama dengan pihak lain. Korupsi banyak terjadi di negara-negara berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga integritasnya masih dipertanyakan. Frau d jenis ini susah untuk dideteksi karena pihak yang melakukan bekerjasama untuk saling menutupi dan menikmati keuntungan bersama simbiosis mutualisme. Jenis-jenis korupsi antara lain penyalahgunaan wewenang atau konflik kepentingan conflict of interest , penyuapan bribery , penerimaan yang tidak sah illega l illegal gratuities , dan pemerasan secara ekonomi economic extortion . b. Penyimpangan atas aset Asset Misappropriation Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan atau pencurian aset dan harta perusahaan oleh pihak lain. Ini merupakan bentuk frau d yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat diukurdihitung defined value . Asset misappropriation dalam bentuk penjarahan cash atau cash misappropriation dilakukan dalam tiga bentuk yaitu: skimming , larency , dan fraudulent disbursements Tuanakotta 2010:199. 1 Skimming Dalam skimming, uang dijarah sebelum uang tersebut secara fisik masuk ke perusahaan. Cara ini terlihat dalam fraud yang sangat dikenal para auditor dengan istilah lapping . 2 Larency Larency atau pencurian adalah bentuk penjarahan yang paling kuno dan dikenal sejak awal peradaban manusia. Peluang untuk terjadinya penjarahan jenis ini berkaitan erat dengan lemahnya sistem pengendalian intern, khususnya yang berkenaan dengan perlindungan keselamatan aset. 3 Fraudulent Disbursements Fraudulent disbursements atau yang lebih dikenal dengan istilah penggelapan adalah sistem penjarahan yang dilakukan bila arus uang sudah terekam dalam suatu sistem. a Pernyataan palsu atau salah pernyataan Fraudulent Statement Fraudulent statements meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan. Ranting pertama menggambarkan fraud dalam menyusun laporan keuangan. Fraud ini berupa salah saji overstatement maupun understatement . Cabang dari ranting ini ada dua. Pertama, menyajikan aset atau pendapatan lebih tinggi dari yang sebenarnya atau assetrevenue overstatement . Kedua, menyajikan aset atau pendapatan lebih rendah dari yang sebenarnya atau assetrevenue understatement Tuanakotta 2010:203. 3. Jenis Fraud Fraud diklasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu Nguyen, 2008: a. Embezzlement employee atau occupational fraud Embezzlement employee atau occupational fraud merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh bawahan kepada atasan. Jenis fraud ini dilakukan oleh bawahan dengan melakukan kecurangan pada atasannya secara langsung maupun tidak langsung. Pengambilan aset secara langsung dilakukan dengan cara mengambil uang tunai, perlengkapan, peralatan serta aset-aset lain perusahaan, sedangkan kecurangan secara tidak langsung dilakukan dengan menerima sogokan atau komisi dari pihak ketiga. b. Management fraud Kecurangan manajemen terdiri atas seluruh bentuk kecurangan yang dilakukan oleh manajemen untuk menguntungkan diri sendiri dan merugikan organisasi. Management fraud merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh manajemen puncak kepada para pemegang saham, kreditor dan pihak lain yang mengandalkan laporan keuangan. Jenis fraud ini dilakukan manajemen puncak dengan cara memberikan penyajian yang keliru pada informasi keuangan. c. Investment scams Investment scams merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh individu atau perorangan kepada investor. Jenis fraud ini dilakukan individu dengan mengelabui atau menipu investor dengan cara menanamkan uangnya dalam investasi yang salah. d. Vendor fraud Vendor fraud merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh organisasi atau perorangan yang menjual barang atau jasa kepada organisasi atau perusahaan yang membeli barang atau jasa. Jenis fraud ini dilakukan organisasi dengan memasang harga terlalu tinggi untuk barang dan jasa atau tidak adanya pengiriman barang meskipun pembayaran telah dilakukan. e. Customer fraud Customer fraud merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh pelanggan kepada organisasi atau perusahaan yang menjual barang atau jasa. Jenis fraud ini dilakukan pelanggan dengan cara membohongi penjual dengan memberikan kepada pelanggan yang tidak seharusnya atau menuduh penjual memberikan lebih sedikit dari yang seharusnya. Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa fraud terdiri dari bermacam-macam jenis dilihat dari pelaku, korban serta tindakan fraud yang dilakukan. Dapat disimpulkan bahwa financial statement fraud merupakan fraud yang banyak dilakukan dengan sepengetahuan manajemen. Financial statement fraud tersebut merupakan bagian dari management fraud . 4. Pelaku Fraud Fraud dapat dilakukan oleh siapa saja pada level apapun yang memiliki kesempatan. Association of Certified Fraud Examiners dalam Tuanakotta 2008, pelaku fraud dapat dijelaskan sebagai berikut. Pelaku fraud dibagi dalam tiga kelompok yaitu pemilik eksekutif, manajer, dan karyawan. Tipe pertama adalah Asset Misappropriation dimana kecurangan yang dilakukan paling besar yaitu pada level karyawan sebesar 39,9 kemudian yang kedua pada level manajer sebesar 37,9 dan terakhir pada level pemilik eksekutif sebesar 23,6. Jadi dapat disimpulkan pelaku fraud pada asset misappropriation paling dominan terjadi pada level karyawan. Tipe kedua adalah Corruption dimana kecurangan dilakukan paling besar yaitu pada level manajer sebesar 39,1 kemudian yang kedua pada level pemilik eksekutif sebesar 37,3 dan terakhir pada level karyawan sebesar 22,2. Jadi dapat disimpulkan pelaku fraud pada Corruption paling dominan terjadi pada level manajer. Tipe yang ketiga adalah Financial statement Fraud dimana kecurangan dilakukan paling besar yaitu pada level pemililk eksekutif sebesar 53,3 kemudian yang kedua pada level manajer sebesar 35,6 dan terakhir pada level karyawan sebesar 11,1. Jadi dapat disimpulkan pelaku fraud pada financial statement fraud paling dominan terjadi pada level pemilik eksekutif. 5. Financial Statement Fraud American Institute Certified Public Accountant 1998 mendefinisikan financial statement fraud sebagai tindakan disengaja atau kelalaian yang berakibat pada salah saji material yang menyesatkan laporan keuangan. Selain itu, menurut Australia Auditing Standards AAS, financial statement fraud merupakan suatu kelalaian maupun penyalahsajian yang disengaja dalam jumlah tertentu atau pengungkapan dalam pelaporan keuangan untuk menipu para pengguna laporan keuangan. Financial statement fraud didefinisikan berbeda oleh Association of Certified Fraud Examiners ACFE. Definisi financial statement fraud menurut ACFE adalah “ The intentional, deliberate, misstatement, or omission of material facts, or accounting data which is misleading and, when considered with all the information made available, would case the reader to change or alter his or her judgm ent or decision”. Elliott dan Willingham 1980 menyatakan bahwa Definisi financial statement fraud sengaja dilakukan oleh manajemen untuk memuaskan investor dan kreditor melalui laporan keuangan yang sesungguhnya menyesatkan. Selain investor dan kreditor, auditor adalah salah satu korban dari financial statement fraud . Kecurangan secara umum dilakukan atas nama organisasi melalui tindakan oleh manajemen puncak. Gravitt 2006 menyatakan bahwa kecurangan pada laporan keuangan melibatkan skema sebagai berikut: a. Pemalsuan, perubahan, atau manipulasi catatan keuangan yang material, dokumen pendukung atau transaksi bisnis. b. Kelalaian yang disengaja atau misrepresentasi peristiwa, transaksi, rekening, atau informasi penting lainnya dari laporan keuangan yang disusun. c. Kesalahan yang disengaja pada penggunaan prinsip akuntansi, kebijakan, dan prosedur yang digunakan untuk mengukur, pengakuan, laporan, dan mengungkapkan peristiwa ekonomi dan transaksi bisnis. d. Kelalaian yang disengaja pada pengungkapan atau penyajian pengungkapan yang tidak memadai berdasarkan prinsip akuntansi dan kebijakan dan nilai keuangan yang terkait. 6. Teori Fraud Triangle Teori yang mendasar penelitian ini adalah fraud triangle theory . Konsep segitiga kecurangan pertama kali diperkenalkan oleh Cressey 1953 melalui wawancara dengan 200 orang yang dihukum karena melakukan penggelapan uang perusahaan yang disebutnya “ trust violators ” atau “pelanggar kepercayaan” yaitu mereka yang melanggar kepercayaan atau amanah yang dititipkan kepada mereka Tuanakotta 2010:205. Cressey 1953 menyimpulkan bahwa orang yang dipercaya menjadi pelanggar kepercayaan ketika ia melihat dirinya sendiri sebagai orang yang mempunyai masalah keuangan yang tidak dapat diceritakannya kepada orang lain, sadar bahwa masalah ini secara diam-diam dapat diatasinya dengan menyalahgunakan, dan tindakan sehari-hari memungkinkannya menyesuaikan pandangan mengenai dirinya sebagai seseorang yang biasa dipercaya dalam menggunakan kekayaan yang dipercayakan. Teori segitiga kecurangan yang dicetuskan oleh D.R. Cressey pada tahun 1953. Cressey menyimpulkan terdapat kondisi yang selalu hadir dalam kegiatan kecurangan perusahaan yakni yaitu pressure tekanan, opportunity kesempatan, dan rationalization rasionalisasi. Gambar II : F raud Triangle Sumber : Fraud Triangle Theory oleh Cressey 1953 a. Pressure Tekanan Tekanan yaitu insentif yang mendorong orang-orang untuk melakukan kecurangan karena tuntutan gaya hidup, ketidakberdayaan soal keuangan, perilaku gambling, mencoba-coba untuk mengalahkan sistem dan ketidakpuasan kerja. Tekanan mempunyai dua bentuk yaitu bentuk nyata direct dan bentuk persepsi indirect . Tekanan dalam bentuk nyata berupa kebiasaan sering berjudi, kecanduan obat terlarang, atau menghadapi persoalan keuangan. Tekanan dalam bentuk persepsi merupakan opini yang dibangun oleh pelaku yang mendorong untuk melakukan kecurangan seperti misalnya executive need . Dalam SAS No. 99, terdapat empat jenis kondisi yang umum terjadi pada pressure yang dapat mengakibatkan kecurangan. Kondisi tersebut adalah financial stability, external pressure, personal financial need, dan financial targets . b. Opportunity Kesempatan Kesempatan yaitu peluang yang menyebabkan pelaku secara leluasa dapat menjalankan aksinya yang disebabkan pengendalian internal lemah, ketidakdisplinan, kelemahan dalam mengakses informasi, tidak ada mekanisme audit, dan sikap apatis. Pengendalian internal adalah hal yang paling berkaitan dengan kesempatan. Pengendalian internal yang kurang baik akan memberi peluang yang besar untuk melakukan kecurangan. SAS No. 99 menyebutkan bahwa peluang pada financial statement fraud dapat terjadi pada tiga kategori. Kondisi tersebut adalah nature of industry, ineffective monitoring, dan organizational structure . c. Rationalization Rasionalisasi Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya fraud , dimana pelaku mencari pembenaran atas perbuatannya. Sikap atau karakter yang menyebabkan satu atau lebih individu secara rasional melakukan kecurangan. Integritas manajemen sikap merupakan penentu utama dari kualitas laporan keuangan. Ketika integritas manajer dipertanyakan oleh berbagai pihak maka, keandalan dalam laporan keuangan diragukan. Bagi seseorang yang tidak jujur, lebih mudah untuk merasionalisasi penipuan, sedangkan seseorang dengan moral yang tinggi, tidak mudah untuk merasionalisasi penipuan. Pelaku fraud selalu mencari pembenaran secara rasional untuk membenarkan perbuatannya Molida, 2011. Berikut ini disajikan ringkasan kategori, definisi dan contoh fraud risk factor berdasarkan fraud triangle theory oleh Cressey yang diadopsi dalam SAS No.99 dan berkaitan dengan financial statement fraud . Tabel 1. Kategori, Definisi dan Contoh F raud Risk dalam SAS No. 99 yang Berkaitan dengan F inancial Statement F raud F raud Risk F actor Kategori menurut SAS No. 99 Definisi dan Contoh Faktor Resiko Pressure Financial Stability Keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dalam kondisi stabil. Contoh faktor risiko: Perusahaan memanipulasi laba ketika stabilitas keuangan atau profitabilitasnya terancam oleh kondisi ekonomi. Pressure External Pressure Tekanan yang berlebihan bagi manajemen untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga. Contoh faktor risiko: Ketika perusahaan menghadapi adanya tren tingkat ekspektasi para analis investasi, tekanan untuk memberikan kinerja terbaik bagi investor dan kreditor yang signifikan bagi perusahaan atau pihak eksternal lainnya. Pressure Personal Financial Need Suatu keadaan dimana keuangan perusahaan turut dipengaruhi oleh kondisi keuangan para eksekutif perusahaan. Contoh faktor risiko: Kepentingan keuangan oleh manajemen yang signifikan dalam entitas, manajemen memiliki bagian kompensasi yang signifikan yang bergantung pada pencapaian target yang agresif untuk harga saham, hasil operasi, posisi keuangan, atau arus kas manajemen menjaminkan harta pribadi untuk utang entitas. Pressure Financial Targets Tekanan berlebihan pada manajemen untuk mencapai target keuangan yang dipatok oleh direksi atau manajemen. Contoh faktor risiko: Perusahaan memanipulasi laba untuk tolok ukur analis seperti laba tahun sebelumnya. Tabel 1. Kategori, Definisi dan Contoh F raud Risk dalam SAS No. 99 yang Berkaitan dengan F inancial Statement F raud lanjutan F raud Risk F actor Kategori menurut SAS No. 99 Definisi dan Contoh Faktor Resiko Opportunity Nature Of Industry Berkaitan dengan munculnya risiko bagi perusahaan yang berkecimpung dalam industri yang melibatkan estimasi dan pertimbangan yang signifikan jauh lebih besar. Contoh faktor risiko: Penilaian persediaan mengandung risiko salah saji yang lebih besar bagi perusahaan yang persediaannya tersebar dibanyak lokasi. Risiko salah saji persediaan ini semakin meningkat jika persediaan itu menjadi usang. Opportunity Ineffective Monitoring Keadaan dimana perusahaan tidak memiliki unit pengawas yang efektif memantau kinerja perusahaan. Contoh faktor risiko: Adanya dominasi manajemen oleh satu orang atau kelompok kecil, tanpa kontrol kompensasi, tidak efektifnya pengawasan dewan direksi dan komite audit atas proses pelaporan keuangan dan pengendalian internal dan sejenisnya. Opportunity Organizational Structure Struktur organisasi yang kompleks dan tidak satabil. Contoh faktor risiko: Struktur organisasi yang terlalu kompleks, perputaran personil perusahaan seperti senior manajer atau direksi yang tinggi. Rationalization Rationalization Sikaprasionalisasi manajemen, atau karyawan yang memungkinkan mereka untuk terlibat dalam danatau membenarkan kecurangan pelaporan keuangan. Contoh faktor risiko: Jika CEO atau manajer puncak lainnya tidak peduli pada proses pelaporan keuangan, pelaporan keuangan yang curang lebih mungkin terjadi. Sumber : Penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al., 2009 C. Earnings management Earnings management manajemen laba menurut Schipper 1997 adalah suatu intervensi terhadap proses pelaporan keuangan eksternal untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Earnings management seringkali dilakukan atas intervensi manajemen. Pernyataan itu sejalan dengan Healy and Wahlen 1999 yang menyatakan bahwa earnings management terjadi ketika manajer menggunakan judgment dalam pelaporan keuangan dan melakukan manipulasi transaksi untuk mengubah laporan keuangan, baik digunakan untuk menyesatkan beberapa stakeholders tentang kinerja suatu perusahaan atau untuk mempengaruhi kontrak yang bergantung pada angka- angka dalam laporan keuangan. Standar Akuntansi Keuangan SAK memberikan fleksibilitas bagi manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan. Fleksibilitas inilah yang terkadang dimanfaatkan oleh manajemen untuk memilih kebijakan yang dapat menguntungkannya. Earnings Manajemen manajemen laba adalah salah satu cara yang digunakan oleh para manajer untuk mempengaruhi angka laba secara sistematis, dengan cara memilih kebijakan akuntansi dan prosedur akuntansi tertentu yang bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan manajer dan atau nilai pasar dari perusahaan. Scott 2000: 34 membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunis manajer untuk memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan political cost Opportunistic Earnings Manajemen . Kedua, dengan memandang manajemen laba dari prespektif efficien contracting efficien earnings manajemen , manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengatisipasi kejadian- kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak peningkatan atau penurunan aktiva bersih dalam suatu periode akuntansi dan atas modal perusahaan dalam periode waktu tertentu. Alasan terjadinya motivasi manajemen laba menurut Scott 2000: 302, yaitu: 1. Bonus Purposes. 2. Political Motivation. 3. Taxation Motivation. 4. Pergantian CEO. 5. Initial Public Offering IPO . 6. Pentingnya Memberi Informasi Pada Investor. Basis akrual banyak digunakan sebagai dasar penyusunan laporan keuangan. Pemilihan basis akrual bertujuan untuk menjadikan laporan keuangan lebih informatif yaitu laporan keuangan yang mencerminkan kondisi yang sebenarnya, tetapi pada kenyataannya basis akrual digunakan untuk menyesuaikan beban dan pendapatan dengan periodenya, bukan mengaitkan beban dan pendapatan berdasarkan atas pengeluaran dan penerimaan kas. Oleh karena itu, basis akrual dapat digunakan untuk melakukan manajemen laba. Berbagai teori yang diuraikan di atas mengindikasikan bahwa terdapat hubungan erat antara earnings management dan financial statement fraud . Pernyataan tersebut diperkuat kembali oleh Rezaee 2002 yang menyatakan bahwa: Suatu financial statement fraud sering diawali dengan salah saji atau manajemen laba dari laporan keuangan kuartal yang dianggap tidak material tetapi akhirnya berkembang menjadi fraud secara besar-besaran dan menghasilkan laporan keuangan tahunan yang menyesatkan secara material. Berdasarkan uraian di atas, relevan bila untuk mendeteksi adanya financial statement fraud diproksikan dengan earnings management yang dilakukan perusahaan karena keduanya memiliki hubungan erat.

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang fraud banyak dilakukan sebelumnya. Berikut ini adalah beberapa contoh penelitian yang berkaitan dengan fraud. Nguyen 2008 melakukan penelitian bertujuan untuk fokus pada sifat kecurangan laporan keuangan dan skema kecurangan terhadap laporan keuangan. Dua kasus kecurangan yang terjadi pada laporan keuangan dianalisis dari Enron dan WorldCom. Penelitian ini membahas teknik umum yang digunakan untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Skousen et al .,2009 melakukan penelitian secara empiris yang mengkaji efektivitas teori Cressey 1953 mengenai kerangka faktor resiko kecurangan yang diterapkan dalam SAS No. 99 untuk mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan. Menurut teori Cressey, pressure, opportunity dan rationalization selalu hadir dalam situasi fraud . Skousen et al mengembangkan variabel yang berfungsi sebagai ukuran proksi untuk tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi dan menguji variabel-variabel ini menggunakan informasi umum yang tersedia. Penelitian Skousen et al .,2009 mengidentifikasi lima proksi untuk tekanan dan dua proksi untuk kesempatan yang secara signifikan berhubungan dengan kecurangan. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan aset yang cepat, peningkatan kebutuhan uang tunai, dan pembiayaan eksternal yang secara positif berkaitan dengan kemungkinan terjadinya fra ud . Kepemilikan saham eksternal dan internal serta control dewan direksi juga terkait dengan peningkatan finacial statement fraud . Selain itu, dia juga menemukan bahwa ekspansi jumlah anggota independen di komite audit berhubungan negatif dengan terjadinya kecurangan. Lou dan Wang 2009 melakukan penelitian untuk menguji faktor resiko dari fraud triangle . Hasilnya mengindikasikan bahwa kecurangan pelaporan berhubungan dengan salah satu kondisi berikut: tekanan keuangan dari suatu perusahaan atau supervisor perusahaan, persentase yang lebih tinggi dari transaksi yang kompleks suatu perusahaan, lebih dipertanyakannya integritas manajer sebuah perusahaan, atau penurunan hubungan antara perusahaan dengan auditornya. Sebuah model logistik sederhana berdasarkan contoh faktor risiko kecurangan ISA 240 dan SAS 99 mengukur kemungkinan kecurangan pelaporan keuangan dan dapat menguntungkan praktisi. Gagola 2011 melakukan penelitian secara empiris yang mengkaji efektivitas teori Cressey 1953 mengenai kerangka faktor risiko kecurangan yang diterapkan dalam SAS No. 99 dan PSA No. 70 untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Gagola mengembangkan variabel-variabel yang berfungsi sebagai ukuran proksi untuk tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi dan menguji variabel-variabel ini menggunakan informasi umum yang tersedia. Molida 2011 melakukan penelitian bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang efektivitas dari fraud triangle dalam mendeteksi financial statement fraud . Variabel-variabel dari fraud triangle yang digunakan adalah financial stability yang diproksi dengan ACHANGE, personal financial need yang diproksi dengan OSHIP, dan ineffective monitoring yang diproksi dengan AUDCSIZE. Pendeteksian financial statement fraud pada penelitian ini menggunakan proksi manajemen laba sebagai variabel dependen. Nobarani 2012 melakukan penelitian secara empiris yang mengkaji mengenai faktor risiko kecurangan yang diterapkan dalam SAS No. 99 untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan dengan segitiga kecurangan. Nobarani 2012 mengembangkan variabel-variabel yang berfungsi sebagai ukuran proksi untuk tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi dan menguji variabel-variabel ini menggunakan informasi umum yang tersedia. Variabel-variabel dari fraud triangle yang digunakan adalah financial stability yang diproksi dengan ACHANGE, external pressure yang diproksi dengan FREEC , personal financial need yang diproksi dengan OSHIP,