B. Penganggaran Sektor Publik
Menurut Mardiasmo 2009: 61, penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan
aktivitas dalam satuan moneter. Tahap penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan
dapat menggagalkan perencanaan yang sudah disusun. Anggaran publik berisi rencana kegiatan yang dipresentasikan dalam
bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Dalam bentuk yang sederhana, anggaran publik merupakan suatu dokumen
yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja, dan aktivitas Mardiasmo, 2009:
62. Secara singkat dapat dinyatakan bahwa anggaran publik merupakan
suatu rencana finansial yang menyatakan: 1. Berapa biaya atas rencana-rencana yang dibuat pengeluaranbelanja.
2. Berapa banyak dan bagaimana caranya memperoleh uang untuk
mendanai rencana tersebut pendapatan.
C. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD
Pengurusan keuangan di pemerintah daerah diatur dengan membagi menjadi pengurusan umum dan pengurusan khusus. Pemerintah daerah
memiliki APBD dalam pengurusan umum dan kekayaan milik daerah yang dipisahkan pada pengurusan khusus Halim, 2012: 37.
1. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Menurut Mamesah 1995 dalam Halim 2008: 20 pada era orde baru,
adalah “Rencana operasional keuangan pemda, dimana pada satu pihak
menggambarkan perkiraan
pengeluaran setinggi-tingginya
guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah selama satu tahun
anggaran tertentu, dan di pihak lain menggambarkan perkiraan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-
pengeluaran yang dimaksud”. Menurut Wajong dalam Halim 2008: 20 pada era orde lama, adalah
“Rencana pekerjaan keuangan yang dibuat untuk suatu jangka waktu ketika badan legislatif DPRD memberikan kredit kepada badan eksekutif
kepala daerah untuk melakukan pembiayaan guna kebutuhan rumah tangga daerah sesuai dengan rancangan yang menjadi dasar penetapan
anggaran, dan yang menunjukkan semua penghasilan untuk menutup
pengeluaran tadi”. Kedua definisi APBD di atas menurut Halim 2008: 20
menunjukkan bahwa suatu anggaran daerah, termasuk APBD memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
a. Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci. b. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk
menutupi biaya terkait aktivitas tersebut, dan adanya biaya yang merupakan batas maksimal pengeluaran yang akan dilaksanakan.
c. Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka. d. Periode anggaran, biasanya satu tahun.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah:
“Rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan
dengan peraturan daerah”.
2. Struktur APBD Menurut Ritonga 2009: 183, komponen APBD tersusun dalam
suatu struktur APBD. Struktur APBD diklasifikasikan menurut urusan pemerintahan
daerah dan
organisasi yang
bertanggung jawab
melaksanakan urusan pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari
pendapatan, belanja, dan pembiayaan. a. Pendapatan Pemerintah Daerah
Pendapatan pemerintah daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah maupun bendahara penerimaan,
yang menambah ekuitas dana merupakan hak pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah
daerah. Pendapatan daerah dikelompokkan atas pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
1 Pendapatan Asli Daerah PAD Pendapatan asli daerah adalah semua penerimaan daerah yang
berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan asli daerah terdiri dari:
a Pajak Daerah b Retribusi Daerah
c Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan d Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
2 Dana Perimbangan Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari
penerimaan anggaran pendapatan dan belanja negara APBN yang dialokasikan kepada daerah utuk membiayai kebutuhan daerah.
Kelompok dana perimbangan dibagi menurut jenis pendapatan terdiri atas:
a Dana Bagi Hasil b Dana Alokasi Umum
c Dana Alokasi Khusus 3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Lain-lain pendapatan daerah yang sah merupakan penerimaan lain-lain yang bukan berasal dari klasifikasi Pendapatan Asli Daerah
dan Dana Perimbangan seperti yang dijelaskan sebelumnya. Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang sah mencakup:
a Hibah b Dana Darurat
c Dana Bagi Hasil Pajak d Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
e Bantuan Keuangan dari Pemerintah Provinsi atau dari Pemda Lainnya
b. Belanja Pemerintah Daerah Belanja pemerintah daerah meliputi semua pengeluaran dari
rekening kas umum daerah maupun bendahara pengeluaran yang mengurangi ekuitas dana merupakan kewajiban pemerintah daerah
dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah. Belanja daerah dipergunakan dalam
rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi atau pemerintah kabupatenkota yang
terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan, dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat
dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-
undangan. Belanja daerah menurut kelompok dibedakan menjadi dua yaitu:
1 Kelompok Belanja Tidak Langsung Kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja yang
dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung terdiri dari:
belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.
2 Kelompok Belanja Langsung Kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan
terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
Kelompok belanja langsung terdiri dari: belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal.
c. Surplus Defisit APBD Selisih antara anggaran pendapatan daerah dengan anggaran
belanja daerah mengakibatkan terjadinya surplus atau defisit APBD. Surplus APBD terjadi apabila anggaran pendapatan daerah lebih besar
daripada anggaran belanja daerah. Sedangkan defisit APBD terjadi apabila anggaran pendapatan daerah lebih kecil daripada anggaran
belanja daerah. d. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus. Pembiayaan
pemerintah daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
1 Penerimaan Pembiayaan Penerimaan pembiayaan mencakup sisa lebih perhitungan anggaran
tahun sebelumnya SiLPA, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman
daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan penerimaan piutang daerah.
2 Pengeluaran Pembiayaan Pengeluaran pembiayaan mencakup pembentukan dana cadangan,
penanaman modal investasi pemerintah daerah, pembayaran pokok utang, dan pemberian pinjaman daerah.
3 Pembiayaan Neto Pembiayaan neto merupakan selisih antara penerimaan pembiayaan
dengan pengeluaran pembiayaan.
3. Pelaksanaan APBD Pemerintah daerah menyampaikan laporan realisasi semester
pertama kepada DPRD pada akhir Juli tahun anggaran yang bersangkutan untuk memberikan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan
APBD. Laporan realisasi tersebut menjadi bahan evaluasi pelaksanaan APBD semester pertama dan penyesuaianperubahan APBD pada semester
berikutnya. Ketentuan mengenai pengelolaan keuangan negara dalam rangka pelaksanaan APBD ditetapkan tersendiri dalam Undang-Undang
yang mengatur perbendaharaan negara mengingat lebih banyak menyangkut hubungan adminstratif antar-kementrian negaralembaga di
lingkungan pemerintah Halim, 2012: 40.
4. Fungsi APBD Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Bab IV Penyusunan Rancangan APBD Pasal 29 sampai dengan pasal 42, APBD mempunyai fungsi:
a. Fungsi Otorisasi mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan. b. Fungsi Perencanaan mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi
pedoman bagi pemerintah daerah dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
c. Fungsi Pengawasan mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. d. Fungsi Alokasi mengandung arti bahwa anggaran daerah harus
diarahkan untuk menciptakan lapangan kerjamengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitas perekonomian. e. Fungsi Distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran daerah
harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. f. Fungsi Stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah daerah
menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah.
5. Tujuan Penyusunan APBD Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, proses penyusunan APBD pada dasarnya bertujuan untuk menyelaraskan kebijakan ekonomi makro dan sumber data
yang tersedia, mengalokasikan sumber daya secara tepat sesuai kebijakan pemerintah dan mempersiapkan kondisi bagi pelaksanaan pengelolaan
anggaran secara baik. Menurut Mardiasmo 2009: 68, APBD yang dipresentasikan setiap
tahun oleh eksekutif, memberi informasi rinci kepada DPRD dan masyarakat tentang program-program apa yang direncanakan pemerintah
untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, dan bagaimana program-program tersebut dibiayai. Penyusunan dan pelaksanaan anggaran
tahunan merupakan rangkaian proses anggaran. Proses penyusunan anggaran mempunyai empat tujuan, yaitu:
a. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi antar bagian dalam lingkungan pemerintah.
b. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik melalui proses pemrioritasan.
c. Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi proritas belanja. d. Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah
kepada DPRD dan masyarakat luas.
6. Tahap Penyusunan APBD Berdasarkan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan
Kedua Atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, proses penyusunan APBD sebagai berikut:
a. Kepala daerah menyusun rancangan kebijakan umum APBD KUA dan rancangan Prioritas Plafon Anggaran Sementara PPAS tahun
anggaran berikutnya berdasarkan dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD dan pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan
Menteri Dalam Negeri setiap tahun. b. Dalam menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS, kepala daerah
dibantu oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah TAPD yang dipimpin oleh sekretaris daerah.
c. Rancangan KUA dan rancangan PPAS disampaikan kepala daerah kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD
tahun angaran berikutnya. Pembahasan dilakukan oleh TAPD bersama Badan Anggaran DPRD.
d. Rancangan KUA dan rancangan PPAS yang telah dibahas selanjutnya disepakati menjadi KUA dan PPAS.
e. Pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah SKPKD disusun Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Pengelola Daerah RKA-SKPD
dan Rencana Kerja Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah RKA-PPKD.
f. RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD disampaikan kepada PPKD untuk dibahas lanjut oleh TAPD sebagai bahan penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah Perda tentang APBD tahun berikutnya. g. Kepala daerah menyampaikan Rancangan Perda tentang APBD beserta
lampirannya kepada DPRD. h. Penyampaian Rancangan Perda disertai dengan nota keuangan.
Pembahasan Rancangan Perda ditekankan pada kesesuaian rancangan APBD dengan KUA dan PPAS.
i. Rancangan Perda tentang APBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD yang telah dievaluasi ditetapkan oleh
kepala daerah menjadi Perda tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD.
j. PPKD memberitahukan kepada semua kepala SKPD agar menyusun rancangan Dokumen Pelaksanaan Anggaran DPA-SKPD sedangkan
pada SKPKD menyusun DPA-PPKD. Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD kepada PPKD.
k. TAPD melakukan verifikasi rancangan DPA-SKPD bersama-sama dengan kepala SKPD. Berdasarkan hasil verifikasi PPKD mengesahkan
rancangan DPA-SKPD dengan persetujuan sekretaris daerah.
D. Penilaian Laporan Kinerja Finansial