BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT HINDU TAMIL DI KOTA MEDAN

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM MASYARAKAT HINDU TAMIL DI KOTA MEDAN

2.1 Asal Usul Orang Tamil

Menurut S. Ramakrishan dalam Edwin (1995:15-16) bahwa orang Tamil merupakan rumpun bangsa Dravida. Disebutkan bahwa bangsa Dravida mendiami negeri India kira-kira 1000 tahun Sebelum Masehi. Kulit mereka berwarna gelap (Hitam). Kemudian kurang lebih 3.500 tahun yang lalu negeri itu kedatangan bangsa dari Persia yaitu Aria (N. Daldjoeni, 1991). Kedatangan mereka diperkirakan melalui barat laut India, yaitu selat Kaiber. Bangsa

Aria berkulit putih dan berbahasa Sanskrit. Lalu bangsa Aria menyerang dan berhasil menaklukkan bangsa Dravida sehingga terdesak kebahagian selatan India. Dari adanya ras bekulit putih (Aria) dan berkulit hitam (Dravida) maka penduduk India adalah hasil percampuran keduanya. Warna kulit ini dijadikan dasar penggolongan masyarakat yang disebut Kasta. Semakin terang warna kulitnya maka semakin tingggi kastanya, demikian juga sebaliknya.

Dalam penggolongan masyarakat (kasta) tersebut, ada tiga pendapat mengenai bangsa-bangsa berkulit hitam tersebut yang sulit dimasukkan ke dalam klasifikasi ras umat manusia (N. Daljoeni, 1991:131-132), yaitu;

1. Pada mereka tidak terdapat ciri-ciri bangsa negro, mereka juga tidak dapat digolongkan ke dalam ras campuran seperti yang di Amerika, disebutkan kaum

Mulat (campuran ras putih dan hitam)

2. Mereka juga tidak dapat digolongkan ke dalam bangsa Negro yakni bangsa kerdil berkulit seperti yang tersebar di Filipina dan Indonesia utara. Namun ada kemiripan dengan Negrito, yakni selain pendek posturnya, hidung, pipi dan rambut sangat keriting.


(2)

3. Adapun bagian ketiga dan terpenting yaitu banyak diantara mereka mirip dengan bangsa Aborigin di benua Australia.

Pada masa sekarang ada empat Negara bagian di India selatan yang termasuk ke dalam rumpun bangsa Dravida. Keempat Negara bahagian itu tersebut memiliki sistem budaya termasuk bahasa dan aksara yang berbeda-beda kecuali agama. Keempat Negara bahagian itu adalah:

1. Tamil Nadu, bahasa yang dipakai adalah bahasa Tamil. 2. Andhra Pradesh, yang dipakai adalah bahasa Telugu.

3. Karnataka, yang dipakai adalah bahasa kannada atau Kanarese.

4. Kerala, bahasa yang dipakai adalah Malayalam.

2.2Kedatangan Orang Tamil ke Kota Medan dan Sekitarnya

Ada beberapa catatan yang menguraikan tentang kedatangan orang Tamil ke kota Medan dan sekitarnya. Salah satu diantaranya berpendapat bahwa suku bangsa ini adalah sebenarnya telah datang ke Indonesia ribuan tahun yang lalu. Menurut sejarah, ekspansi Raja Iskandar Zulkarnain dari Macedonia ke India tahun 334-362 SM mengakibatkan bangsa India cerai berai berai dan banyak melarikan diri karena ketakutan. Penduduk di lembah sungai

Indus lari ke bahagian selatan India dan banyak yang terus lari ke Nikobar, Andaman dan pulau Sumatera (Brahma Putro, 1981:38). Pada dasarnya keterangan tersebut tidak menjelaskan mengenai bangsa India beretnis Tamil, tapi yang pasti kedatangan mereka ke pulau Sumatera banyak mempengaruhi budaya setempat seperti adat-istiadat, religi, bahasa dan kesenian. Dari keterangan tersebut dapat diperkirakan bahwa bangsa India dan masuknya agama yang mereka anut di Sumatera Timur khususnya Deli serdang sudah terjadi pada abad IV SM (Sinar, 1988:5).


(3)

Sejarah tentang kedatangan orang Tamil ke Deli Serdang dapat dipastikan pada abad I Masehi. Keterangan tersebut didapat dari buku tua yang berjudul “Manimagelai’ karangan pujangga sitesar yang aslinya terbit pada abad I Masehi dan sangat populer di India menurut Brahma Putro dalam Edwin (1995:17). Dalam buku tersebut disebutkan bahwa orang-orang India beretnis Tamil bersama rombongannya tiba di sebuah kampung yang bernama Haru

(sekarang menjadi Karo).

Gelombang terakhir kedatangan orang Tamil ke Kota Medan dan sekitarnya yaitu pada tahun 1872 sebagai kuli kontrak perkebunan bersama dengan orang-orang Jawa yang dipekerjakan pada waktu itu sekitar ratusan orang, menurut Brahma Putro dalam purba (2011:31). Mereka di datangkan dari India selatan, Malaysia dan singapura untuk menutupi kekurangan tenaga kerja perkebunan-perkebunan milik Belanda. Sebahagian orang Tamil yang bekerja di perkebunan banyak melarikan diri ke Medan untuk mencari perlindungan sewaktu Jepang berkuasa serta pada tahun 1946 sebahagian orang Tamil kembali ke negara asalnya (Burju Matua N, 1990:20-22).

Pada tahun 2011-2012, jumlah orang Tamil yang tinggal di kota Medan diperkirakan berjumlah 80.000 jiwa. Perkembangan jumlah orang Tamil ini dapat dikatakan cukup pesat, dimana pada tahun 2003 jumlah orang Tamil yang ada di kota Medan masih berjumlah 30.000 jiwa, hal tersebut dijelaskan oleh Bapak Suba Thina selaku narasumber. Hal ini dikarenakan pertambahan keturunan dari generasi muda orang Tamil yang sudah menikah dan berkeluarga. Disamping itu juga orang Tamil dapat bertahan dan meneruskan kehidupan mereka dengan berbagai profesi atau pekerjaan yang mereka geluti seperti berdagang dan wirausaha.

Bagi orang Tamil yang sudah tinggal di kota Medan, mereka tetap menjalankan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan budayanya. Untuk melaksanakan kegiatan keagamaannya, orang-orang Tamil kemudian mendirikan kuil sebagai tempat beribadah dan


(4)

melaksanakan upacara yang berkaitan dengan keagamaan. Salah satunya adalah kuil Shri balaji Venkateshwara yang terletak di kec. Selayang II Medan. Hal ini dilakukan agar tradisi serta ajaran agama yang mereka anut dapat dijalankan dan dilaksanakan sesuai dengan kepercayaan mereka.

2.3 Masyarakat Hindu Tamil

Masyarakat Hindu Tamil merupakan penggabungan antara kata Hindu dan Tamil. Hindu merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia dan di dunia. Tamil merupakan suku atau etnis pendatang yang datang ke Indonesia pada abad ke IV dan memilihi menetap di Indonesia. Penggabungan kata ini menjadi suatu identitas yang dipakai oleh kelompok orang Tamil yang memeluk agama hindu di suatu kelompok masyarakat.

Mereka menyebutkan bahwa mereka merupakan masyarakat Hindu Tamil disamping berada dalam suatu kelompok masyarakat, juga karena mereka merasa memiliki asau-usul serta identitas yang sama. Hal ini terbukti dalam kelompok masyarakat Hindu Tamil yang berada di kawasan pasar IV padang bulan Medan yang menjadi tempat penelitian dan menjadi objek penelitian. Jadi dari penjabaran diatas dapat dikatakan bahwa sekumpulan orang Tamil yang memeluk agama Hindu dan tinggal dalam suatu kawasan tertentu, menyebut identitas mereka sebagai masyarakat Hindu Tamil.

2.4 Agama Hindu

Kata Hindu berasal dari sebutan orang Persia yang datang ke India. Mereka menyebut sungai Shindu/Indus yang mengalir di daerah barat India sebagai sungai Hindu. Ketika agama Islam masuk ke India, kata Hindu muncul kembali dalam bentuk Hindustan. Orang-orang India yang memeluk agamanya disebut orang Hindu. Hindu biasa disebut


(5)

Sanatana Dharma (Sanskrit) yang berarti Kebenaran Abadi. Agama Hindu tidak mempunyai pendiri dan penyebarannya dilakukan oleh Kaum Brahmana. Selain tidak mempunyai pendiri, agama Hindu memiliki perbedaan dengan agama lain yaitu tidak memakai istilah Nabi, yang ada adalah Guru, Rsi dan Maharsi.

Dalam ajaran agama hindu, Tuhan adalah sebagai pencipta alam semesta dan isinya. Umat Hindu di Indonesia menyebut Tuhan dengan gelar Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Selain bergelar Sang Hyang Widhi Wasa, Ia disebut juga dengan nama

Bhatara sebagai pelindung dewa tertinggi, Sang Hyang Parameswara sebagai raja termulia. Di dalam manifestasinya sebagai dewa, Sang Hyang Widhi Wasa dapat dikelompokkan dalam tiga bagian besar, yang disebut dengan Tri Murti yang terdiri dari:

1. Dewa Brahma, bertugas sebagai pencipta alam semesta dan disimbolkan dengan A. 2. Dewa Wisnu, bertugas sebagai pemelihara dan pelindung alam semesta dan

disimbolkan dengan U.

3. Dewa Siwa, bertugas sebagai Pemeralina (pengembali segala isi alam semesta ke asalnya) dan disimbolkan dengan M.

Menurut ajaran agama Hindu, Tuhan disimbolkan dengan dengan aksara AUM atau OM, yaitu suara yang terdengar dari meditasi yang paling terdalam dan dijadikan nama yang paling tepat untuk Tuhan. Hal ini memberikan arti bahwa Sang Hyang Widhi mempunyai sifat yang Esa yang disebut dalam nama ketiga Dewa sekaligus.

Selain manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa sebagai dewa yang disebut Tri Murti, terdapat juga tiga pendamping / Sakti, yaitu:

1. Saraswati, yaitu dewi pengetahuan dan kesenian. Saktinya Dewa Brahma, disebut Dewi Kebijaksanaan.

2. Lakshmi, yaitu dewi cahaya, kecantikan dan keberuntungan. Saktinya Dewa


(6)

3. Parvati, yaitu dewi rumah tangga dan keibuan. Saktinya Dewa Siwa, disebut dewi Kekuatan Sakral.

Disamping ketiga bentuk pasangan diatas, ada juga Ganapati / Ganesha, yaitu dewa pendidikan yang merupakan anak pertama dari Siwa dan Parvati, serta Muruga, yaitu dewa Keindahan dan dipercaya membawa bahasa Tamil, yang merupakan adik dari Ganesha.

Agama Hindu percaya dengan adanya Panca Cradha (kepercayaan) yaitu: 1. Percaya akan adanya Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa)

Sang Hyang Widhi Wasa adalah penguasa segala yang ada, tidak ada yang luput dari Kuasa-Nya. Karena Tuhan tidak terjangkau oleh pikiran maka orang membayangkan bermacam-macam sesuai dengan pikirannya. Sang Hyang Widhi Wasa dipanggil Brahma sebagai pencipta, Wisnu sebagai pemelihara dan Siwa

sebagai pengembali alam semesta. 2. Percaya akan adanya Atma

Atma yaitu satu bagian dari Brahma yang dipercaya oleh umat Hindu terdapat dalam setiap diri manusia.

3. Percaya akan adanya Karma Phala

Karma adalah segala kegiatan dalam bentuk pikiran, ucapan, dan perbuatan baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Kata Phala berarti buah atau hasil, sehingga Karma Phala berarti segala Karma (perbuatan) yang menghasilkan

Phala (hasil).

4. Percaya terhadap adanya Purnarbhawa (Samsara)

Purnarbhawa atau Samsara yaitu kelahiran kembali ke bumi yang bertujuan untuk memperbaiki diri dari segala kesalahan di masa lalu.


(7)

Moksa artinya kelepasan. Bila seseorang telah terlepas dari ikatan dunia ini maka ia akan mencapai Moksa. Inilah tujuan akhir dari pemeluk agama Hindu. Orang yang telah mencapai Moksa tidak lahir lagi ke dunia karena tidak ada apapun yang mengikatnya lagi, maka ia telah bersatu dengan Sang Hyang Widhi Wasa.

Menurut ajaran agama Hindu ada empat jalan untuk mencapai Moksa, disebut Catur Yoga

yaitu:

1. Jnana Yoga yaitu melalui jalan pengetahuan

2. Bhakti Yoga yaitu melalui jalan kebaktian atau pengabdian 3. Karma Yoga yaitu melalui jalan perbuatan baik

4. Dhyana Yoga yaitu melalui jalan meditasi

2.5Veda, Kitab Suci Umat Hindu

2.5.1 Pengertian Veda

Kata Veda dapat dikaji melalui dua pendekatan, yaitu berdasarkan Estimologi (kata dasar) dan berdasarkan Semantik (pengertiannya). Kata Veda berasal dari bahasa Sansekerta, dari kata dasar Vid yaitu pengetahuan. Dari kata dasar ini berubah menjadi kata benda yang artinya kebenaran, pengetahuan suci, kebijaksanaan dan secara sematik berarti kitab suci yang mengandung abadi, ajaran suci atau kitab suci bagi umat Hindu. Sebagai kitab suci umat Hindu maka ajaran Veda diyakini dan dipedomani oleh umat Hindu sebagai satu-satunya sumber bimbingan dan informasi yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk waktu tertentu.

Diyakini sebagai kitab suci karena sifat isinya dan yang menurunkan (mewahyukan) adalah Tuhan Yang Maha Esa Yang Maha Suci. Apapun yang diturunkan sebagai ajaran-Nya kepada umat manusia adalah ajaran suci terlebih dahulu bahwa isinya memberikan


(8)

petunjuk atau ajaran untuk hidup suci. Sebagai kitab suci, Veda adalah sumber ajaran agama Hindu pada masa berikutnya. Dari kitab Veda atau Bruti mengalirlah ajaran Veda pada kitab-kitab Sarti, Itihasa, Purane, kitab-kitab agama Tantra, Darsana, dan Tattwa yang diwarisi di Indonesia. Veda mengandung ajaran yang memberikan keselamatan di dunia dan pada saat

pralaya (kiamat) nanti. Veda menuntun tindakan umat tidak terbatas pada tuntutan hidup individual, tetapi juga dalam hidup bermasyarakat. Segala tuntutan hidup ditunjukkan kepada umat dalam kitab suci.

2.5.2 Pembagian dan Isi Veda

Menurut Maurice Winternitz, kitab-kitab Veda terdiri dari empat pengelompokan dan masing-masing kelompok tersebut dari sejumlah besar atau kebil yang diterima oleh para Rsi

(nabi) berupa mantra-mantra, baik secara individual maupun secara bersama-sama dalam kelompok.

Pengelompokan itu adalah:

1. Samhita, yakni himpunan mantra-mantra Veda yang mengandung Upasana (doa kebaktian, pemujaan, ucapan-ucapan syukur, petunjuk upacara korban), ajaran filsafat dan lain-lain.

2. Brahmana, yakni uraian yang panjang tentang Ketuhanan / Theologi observasi tentang jalannya upacara korban atau mistis dari upacara korban yang dilakukan individu, kelompok, maupun upacara-upacara besar lainnya.

3. Aranyaka, mengandung ajaran tentang meditasi atau kehidupan menjadi bertapa di hutan, juga ajaran Yoga untuk menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa, tentang dunia dan kehidupan umat manusia.


(9)

Ada empat jenis Samhita yang masing-masing memiliki perbedaan satu dengan lainnya, yaitu:

1. Rig Veda Samhita, yakni himpunan rc atau rk. RigVeda artinya pengetahuan suci yang berhubungan dengan nyanyian pemujaan dan bila dihubungkan dengan Veda

akan menjadi Rig Veda.

2. Yajurveda Samhita, yakni kumpulan Makna Jayus, pengetahuan suci tentang upacara korban.

3. Samaveda Samhita, yaitu kumpulan Mantra Saman, pengetahuan suci tentang irama (melodi) mengembangkan mantra-mantra Veda.

4. Atharveda Samhita, yaitu kumpulan Mantra Atharvan, pengetahuan suci yang memberikan manfaat berhubungan dengan kehidupan di dunia.

Keempat jenis mantra ini disebut Catur Veda. Kitab Catur Veda dapat dikelompokkan ke dalam 4 kelompok isi, yang masing-masing dikembangkan lagi sebagai pengetahuan yang berdiri sendiri, yaitu:

1. Kelompok yang membahas aspek Vijnana, yaitu kelompok mantra yang membahas berbagai macam aspek pengetahuan, baik pengetahuan alam sebagai ciptaan-Nya, termasuk theologi, kosmologi, dan lain-lain yang bersifat metafisik. Kata Vijnana berarti kebijaksanaan tertinggi.

2. Kelompok yang membahas aspek karma, yaitu kelompok mantra mengenai berbagai aspek atau jenis karma sebagai dasar atau cara dalam mencapai tujuan hidup manusia.

3. Kelompok yang membahas Upasana, yaitu kelompok mantra yang membahas segala aspek yang ada kaitannya dengan petunjuk dan cara untuk mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa. Kata Upasana berarti usaha mendekatkan diri dengan Sanghyang Widhi.


(10)

4. Kelompok yang membahas aspek Jnana, yaitu kelompok mantra yang membahas segala aspek pengetahuan secara umum sebagai ilmu murni.

Mengingat mantra-mantra Veda sukar dipahami dan mungkin kurang menarik minat bagi umat yang awam di bidang kerohanian, para Rsi menyusun kitab-kitab sastra sebagai alat bantu memahami ajaran tersebut.

2.6 Pendidikan

Dalam mengikuti perjalanan upacara Mandalabhisekam, penulis juga banyak bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Selain bersosialisasi, penulis juga mengamati

Bhakta yang datang ke kuil bahkan orang-orang yang mengikuti pelaksanaan upacara

Mandalabhisekam juga.

Pada saat upacara telah selesai, penulis mewawancarai salah satu Bhakta kuil Shri Balaji Venkateshwara yaitu Bapak Suba Thina Thayalan dengan maksud menanyakan tingkat pendidikan Bhakta yang berada di kuil Shri Balaji Venkateshwara. Dapat dikatakan bahwa secara umum tingkat pendidikan Bhaktanya beragam, mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah tingkat atas hingga sarjana. Sumber mengatakan hal ini terjadi karena tingkat perekonomian Bhakta berbeda-beda, semakin tinggi tingkat perekonomian

Bhakta semakin tinggi juga tingkat pendidikannya.

2.7 Mata Pencaharian

Mata pencaharian Bhakta di kuil Shri Balaji Venkateshwara dapat dikatakan sebagian besar sebagai wiraswasta yaitu sebagai pedagang dan karyawan. Namun selain itu ada juga yang bekerja sebagai pegawai negeri. Bagi yang wanita, kebanyakan hanya sebagai ibu rumah tangga dibandingkan dengan wanita yang bekerja sebagai pedagang.


(11)

2.8Aspek Kesejarahan Kuil Shri Balaji Venkateshwara di Kota Medan

Alkisahnya bermula pada awal tahun 1990 atas pemikiran bersama 3 orang pemuka masyarakat Hindu di Medan perlu disediakan sebuah pusat pertemuan umat Hindu berupa sebuah Kuil dan Hall di Kec. Medan Selayang Kotamadya Medan, mengingat dilingkungan tersebut berdiam ±200 keluarga yang beragama Hindu keturunan India. Maka dengan niat yang tulus untuk berbuat yang baik dan bermanfaat bagi umat Hindu dalam membangun dan mengembangkan spiritual dan cultural, ketiga donator ini membeli sebidang tanah pertapakan seluas 1.430M¬2 (26 x 55M) sekaligus menimbun dan memagar kavling tersebut. Hari, bulan dan tahunpun berjalan, akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1995 hingga tahun 2005, rencana pembangunan proyek dimaksud tertunda untuk beberapa tahun. 2 tahun lalu atas inisiatif masyarakat Hindu setempat dan persetujuan donatur selaku pemilik kavling tersebut telah didirikan sebuat bangunan darurat untuk dijadikan Kuil dengan menempatkan sebuah photo Shri Venkateshwara sebagai wadah pemujaan dan diberi nama Kuil Shri Balaji Venkateshwara dan umat melakukan aktivitas rutin di kuil tersebut dengan antusias hingga saat ini serta menjalankan even-even hari besar keagamaan secara hidmat.

Melihat perkembangan aktivitas ini pihak donator yang tiga orang yaitu Sdr. M. Jayaraman Naidu, Drs. M. Pubalen Naidu dan Suba Tirumal Naidu pada tanggal 22 Juli 2007 di bantu beberapa tokoh umat Hindu di Medan telah mendirikan sebuah wadah yang diberi nama Yayasan Shri Maha Wishnu yang didukung oleh 62 orang sebagai pendiri sekaligus membentuk kepengurusan Yayasan. Tujuan dibentuknya yayasan ini guna menjalankan tugas dan mengelola Kuil tersebut berserta asetnya dan merupakan satu badan hukum yang dapat mempertanggung jawabkan segala sesuatunya dikemudian hari.

Selanjutnya ketiga orang donator tersebut juga telah menghibahkan status tanah tersebut menjadi hak milik Yayasan Shri Maha Wishnu pada bulan Maret 2008. Yayasan ini mempunya tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan perencanaan dan


(12)

pembangunan Kuil Shri Balaji Venkateshwara serta Maha Wisnu Mandapa (HALL) yang dananya diharapkan akan di dapatkan dari sumbangan masyarakan luas baik di Indonesia maupun luar negeri yang mana sumbangan ini sifatnya tidak mengikat.

Pada saat pembangunan kuil selesai dilaksanakan, Bhakta dapat mempergunakan kuil sebagai tempat sembahyang atau beribadah kepada Sang Hyang Widhi Wasa dalam keseharian maupun upacara-upacara yang bersifat tahunan.

Pengurus yayasan telah menyiapkan gambar rencana proyek bangunan Kuil dan Mandappa dimaksud dan telah pun mendapat izin untuk mendirikan bangunan dari pihak pemerintah Kotamadya Medan.

Berikut merupakan jadwal kegiatan ibadah harian yang dilakukan di kuil : 1. Hari Minggu ke hari Jumat

06.00 - 06.30 Suprabatham, yaitu saat membaca kidung untuk membangunkan

06.30 - 08.00 Dharisanam, yaitu saat ibadah di kuil

08.00 - 09.30 Suddhi, Thomala, Archanai, Nivedhana, Aarti, yaitu membersihkan arca, memakaikan bunga serta memberi makan pada waktu bunyi lonceng.

09.30 - 11.00 Dharisanam, yaitu saat ibadah di kuil 11.00 Tutup

17.30 - 18.00 Dharisanam, yaitu saat ibadah di kuil

18.00 - 18.30 Suddhi, Thomala, Archanai, Nivedhana, Aarti, yaitu membersihkan arca, memakaikan bunga serta memberi makan pada waktu bunyi lonceng.

18.30 – 20.00 Dharisanam, yaitu saat ibadah di kuil

20.00 – 20.30 Suddhi, Ekanta Seva, yaitu saat menidurkan Dewa 20.30 Tutup


(13)

2. Hari Sabtu

06.00 - 06.30 Suprabatham, yaitu saat membaca kidung untuk membangunkan

06.30 - 07.00 Dharisanam, yaitu saat ibadah di kuil 07.00 – 08.00 Abhisekam, yaitu memandikan arca 08.00 – 09.00 Alankaram, yaitu merias arca dewa

09.00 – 10.00 Suddhi, Thomala, Archanai, Nivedhana, Aarti, yaitu membersihkan arca, memakaikan bunga serta memberi makan pada waktu bunyi lonceng.

10.00 – 11.00 Dharisanam, yaitu saat ibadah di kuil 11.00 Tutup

17.30 – 18.00 Dharisanam, yaitu saat ibadah di kuil

18.00 - 18.30 Suddhi, Thomala, Archanai, Nivedhana, Aarti, yaitu membersihkan arca, memakaikan bunga serta memberi makan pada waktu bunyi lonceng.

18.30 – 20.00 Dharisanam, yaitu saat ibadah di kuil

20.00 – 20.30 Suddhi, Ekanta Seva, yaitu saat menidurkan Dewa 20.30 Tutup

Acara tahunan yang dilaksanakan di kuil yaitu :

1. Tanggal 23 Maret : Sri Nandana Naama Samvatsara Pramrambham (Tahun baru saka)

2. Tanggal 1 April : Sri Ramanavami (Festival hari kelahiran


(14)

3. Tanggal 15 Mei : Hanuman Jayanthi (Festival hari kelahiran

Hanuman)

4. Tanggal 27 Juli : Varalakhsmi Vratham (Hari puasa untuk memuja Varalakshmi)

5. Tanggal 10 Agustus : Sri Khrisnastami (Festival hari kelahiran

Batara Khrisna)

6. Tanggal 16 Oktober : Devi Navarathrula Prarambham (Pemujaan kepada Dewi Laksmi selama 9 malam)

7. Tanggal 24 Oktober : Dasara (Perayaan hari ke-10 setelah 9 malam)

8. Tanggal 13 November : Deepavali (Hari kemenangan)

9. Tanggal 27 November : Kartika Depotsavam (Upacara pemujaan bulan purnama suci)

10.Tanggal 23 Desember : Vaikunta Ekadasi (Pemujaan kepada Dewa Wishnu yang membuka surga)

11.Tanggal 15 Januari : Maha Sankranti (Pemujaan kepada Batara surga)

12.Tanggal 21 Februari : Shri Balaji Venkateshwara Koil Pratama Vaarsakotchavam (Perayaan ulang tahun kuil)

13.Tanggal 1 April : Sri Vijaya Naama Samvatsara Prarambham

(Tahun baru)

2.9 Kuil Shri Balaji Venkateshwara

Shri Balaji Venkateshwara terletak di jalan Bunga Wijaya Kesuma no. 25-A, kelurahan Padang Bulan selayang II, kec. Medan Selayang. Kuil ini berdiri tahun 1990


(15)

dengan konsep bangunan yang sederhana. Shri Balaji Venkateshwara adalah Avatara

(penjelmaan) Dewa Wisnu pada saat turun ke bumi. Dewa ini begitu dipuja dan dihormati oleh umat Hindu. Bangunan kuil Shri Balaji Venkateshwara memiliki ukuran luas 26 x 55 meter. Dari segi bangunan, kuil ini telah mengalami banyak perombakan secara total dari bangunan lama ke bangunan baru. Letak bagian depan kuil ini tepat menghadap matahari terbit dengan kata lain menghadap timur. Jadi Bhakta yang melaksanakan ibadah menghadap ke barat berhadapan dengan arca dewa-dewa yang menghadap ke arah timur. Menurut Bapak Suba Thina Thayalan, umumnya kuil-kuil menghadap ke arah timur, karena konsep arah matahari terbit menurut agama Hindu Tamil yaitu matahari merupakan sinar Ilahi yang datang tepat menuju arca dewa. Kemudian sinar yang ada pada dewa dipantulkan kepada orang yang melaksanakan ibadah. Di bagian dinding bagian atas kuil, atap kuil dan bagian dalam kuil terdapat patung / arca dewa dan dewi agama Hindu.

Di bagian depan kuil juga terdapat Kodimaram / Dhvajastambha (Sansekerta) yaitu sejenis tiang bendera yang disebutkan sebagai penggambaran dari bagian-bagian kuil, yang terdiri atas:

1. Garbhagraham (Aaknyai) yaitu bagian kepala 2. Artha Mandapam (Visuthi) yaitu bagian leher 3. Maha Mandapam (Anaahatanam) yaitu bagian dada 4. Snana Mandapam (Manipurakam) yaitu bagian perut 5. Alankara Mandapam (Swathishtanam) yaitu bagian tangan 6. Sabha Mandapam (Mulatharam) yaitu bagian kaki


(16)

Gambar 2.1 Kodimaram / Dhvajastambha

Lambang AUM terbuat dari bahan besi yang merupakan gambaran kehidupan mahluk hidup di dunia yang dirangkum oleh Tuhan Yang Maha Esa diletakkan di bagian paling atas kuil. Di bagian belakang terdapat kantor dan Maha Wishnu Mandapa (HALL) yang dipergunakan untuk mengurusi segala urusan inventaris kuil serta dipergunakan juga untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan agama dan budaya Tamil.


(17)

Gambar 2.2 Sketsa Kuil Shri Balaji Venkateshwara tampak depan

Gambar 2.3 Sketsa Kuil Shri Balaji Venkateshwara tampak samping

2.9.1 Aturan Sebelum Masuk ke Kuil


(18)

1. Membersihkan diri dengan mandi (keramas).

2. Mengenakan pakaian yang bersih, sopan dan khas, antara lain : warna tidak menyolok, laki-laki memakai kemeja atau Jippa dan Thundu (selendang) dan perempuan memakai Saree, Paavaadai atau Dhavani.

3. Tidak memakai perhiasan yang berlebihan.

4. Bagi mereka yang datangnya tidak dari rumah, diperbolehkan memakai pakaian bebas asalkan tidak berwarna hitam.

5. Memakai Sricharana atau Thiruman atau Namam berbentuk U atau Y yang melambangkan kaki Shri Balaji Venkateshwara dan Srichurnam atau Trishaum

atau Sendhuram berbentuk garis tegak yang melambangkan kekuatan Lakshmi.

6. Kaum perempuan dianjurkan menghias rambutnya dengan bunga dan mengenakan bubuk Kunkuman berbentuk bulat di tengah kening.

7. Bagi perempuan yang sedang mengalami haid / menstruasi tidak diperbolehkan masuk ke dalam kuil, sebelum hari ketiga sesudah haid.

8. Membawa buah kelapa, daun sirih, buah pinang, buah pisang, buah-buahan yang lain, Karpuram / Sudam, minyak sapi, kalung bunga, beberapa kuntum bunga dan Dupa / Bathi. Jika tidak dapat menyediakan keseluruhan, minimal ada membawa beberapa kuntum bunga yang wangi.

9. Sebaiknya pergi bersama keluarga, karena hal ini menunjukkan perasaan cinta (Anbu), kasih sayang (Paasam) dan kesetiaan. Sekaligus membimbing anak agar bermoral dan menjadi anak Hindu yang baik.

2.9.2 Larangan di Dalam Kuil

Larangan ketika berada di dalam kuil yaitu : 1. Menyentuh Vigraham (Arca)


(19)

3. Bersembahyang / berjalan / berdiri diantara Mulamurti atau Palipidam

4. Bersembahyang dan mengitari kuil ketika Vigraham (Arca) ditutupi kain tirai atau ketika Abishekam sedang berlangsung

5. Berbicara perihal isu atau gosip

6. Melakukan pemujaan tidak pada waktunya

7. Berdiri jauh dan hanya mengamati puja yang sedang dilaksanakan 8. Mengenakan pakaian yang tidak layak

9. Melanggar aturan atau cara pemujaan

10.Bersujud di tempat lain selain tempat yang ditentukan

11.Menyalakan Karpuram (kapur barus) tidak pada waktu dan tempat yang tepat 12.Menempatkan bunga, buah dan bahan lainnya tanpa melalui Archagar / pendeta 13.Datang ke kuil dengan tujuan lain

14.Mangambil barang milik kuil untuk digunakan sendiri

15.Mengusapkan tangan pada pilar dan dinding kuil setelah menerima Prasadham


(1)

3. Tanggal 15 Mei : Hanuman Jayanthi (Festival hari kelahiran

Hanuman)

4. Tanggal 27 Juli : Varalakhsmi Vratham (Hari puasa untuk memuja Varalakshmi)

5. Tanggal 10 Agustus : Sri Khrisnastami (Festival hari kelahiran

Batara Khrisna)

6. Tanggal 16 Oktober : Devi Navarathrula Prarambham (Pemujaan kepada Dewi Laksmi selama 9 malam)

7. Tanggal 24 Oktober : Dasara (Perayaan hari ke-10 setelah 9 malam)

8. Tanggal 13 November : Deepavali (Hari kemenangan)

9. Tanggal 27 November : Kartika Depotsavam (Upacara pemujaan bulan purnama suci)

10.Tanggal 23 Desember : Vaikunta Ekadasi (Pemujaan kepada Dewa Wishnu yang membuka surga)

11.Tanggal 15 Januari : Maha Sankranti (Pemujaan kepada Batara surga)

12.Tanggal 21 Februari : Shri Balaji Venkateshwara Koil Pratama Vaarsakotchavam (Perayaan ulang tahun kuil)

13.Tanggal 1 April : Sri Vijaya Naama Samvatsara Prarambham

(Tahun baru)

2.9 Kuil Shri Balaji Venkateshwara

Shri Balaji Venkateshwara terletak di jalan Bunga Wijaya Kesuma no. 25-A, kelurahan Padang Bulan selayang II, kec. Medan Selayang. Kuil ini berdiri tahun 1990


(2)

dengan konsep bangunan yang sederhana. Shri Balaji Venkateshwara adalah Avatara

(penjelmaan) Dewa Wisnu pada saat turun ke bumi. Dewa ini begitu dipuja dan dihormati oleh umat Hindu. Bangunan kuil Shri Balaji Venkateshwara memiliki ukuran luas 26 x 55 meter. Dari segi bangunan, kuil ini telah mengalami banyak perombakan secara total dari bangunan lama ke bangunan baru. Letak bagian depan kuil ini tepat menghadap matahari terbit dengan kata lain menghadap timur. Jadi Bhakta yang melaksanakan ibadah menghadap ke barat berhadapan dengan arca dewa-dewa yang menghadap ke arah timur. Menurut Bapak Suba Thina Thayalan, umumnya kuil-kuil menghadap ke arah timur, karena konsep arah matahari terbit menurut agama Hindu Tamil yaitu matahari merupakan sinar Ilahi yang datang tepat menuju arca dewa. Kemudian sinar yang ada pada dewa dipantulkan kepada orang yang melaksanakan ibadah. Di bagian dinding bagian atas kuil, atap kuil dan bagian dalam kuil terdapat patung / arca dewa dan dewi agama Hindu.

Di bagian depan kuil juga terdapat Kodimaram / Dhvajastambha (Sansekerta) yaitu sejenis tiang bendera yang disebutkan sebagai penggambaran dari bagian-bagian kuil, yang terdiri atas:

1. Garbhagraham (Aaknyai) yaitu bagian kepala 2. Artha Mandapam (Visuthi) yaitu bagian leher 3. Maha Mandapam (Anaahatanam) yaitu bagian dada 4. Snana Mandapam (Manipurakam) yaitu bagian perut 5. Alankara Mandapam (Swathishtanam) yaitu bagian tangan 6. Sabha Mandapam (Mulatharam) yaitu bagian kaki


(3)

Gambar 2.1 Kodimaram / Dhvajastambha

Lambang AUM terbuat dari bahan besi yang merupakan gambaran kehidupan mahluk hidup di dunia yang dirangkum oleh Tuhan Yang Maha Esa diletakkan di bagian paling atas kuil. Di bagian belakang terdapat kantor dan Maha Wishnu Mandapa (HALL) yang dipergunakan untuk mengurusi segala urusan inventaris kuil serta dipergunakan juga untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan agama dan budaya Tamil.


(4)

Gambar 2.2 Sketsa Kuil Shri Balaji Venkateshwara tampak depan


(5)

1. Membersihkan diri dengan mandi (keramas).

2. Mengenakan pakaian yang bersih, sopan dan khas, antara lain : warna tidak menyolok, laki-laki memakai kemeja atau Jippa dan Thundu (selendang) dan perempuan memakai Saree, Paavaadai atau Dhavani.

3. Tidak memakai perhiasan yang berlebihan.

4. Bagi mereka yang datangnya tidak dari rumah, diperbolehkan memakai pakaian bebas asalkan tidak berwarna hitam.

5. Memakai Sricharana atau Thiruman atau Namam berbentuk U atau Y yang melambangkan kaki Shri Balaji Venkateshwara dan Srichurnam atau Trishaum

atau Sendhuram berbentuk garis tegak yang melambangkan kekuatan Lakshmi.

6. Kaum perempuan dianjurkan menghias rambutnya dengan bunga dan mengenakan bubuk Kunkuman berbentuk bulat di tengah kening.

7. Bagi perempuan yang sedang mengalami haid / menstruasi tidak diperbolehkan masuk ke dalam kuil, sebelum hari ketiga sesudah haid.

8. Membawa buah kelapa, daun sirih, buah pinang, buah pisang, buah-buahan yang lain, Karpuram / Sudam, minyak sapi, kalung bunga, beberapa kuntum bunga dan Dupa / Bathi. Jika tidak dapat menyediakan keseluruhan, minimal ada membawa beberapa kuntum bunga yang wangi.

9. Sebaiknya pergi bersama keluarga, karena hal ini menunjukkan perasaan cinta (Anbu), kasih sayang (Paasam) dan kesetiaan. Sekaligus membimbing anak agar bermoral dan menjadi anak Hindu yang baik.

2.9.2 Larangan di Dalam Kuil

Larangan ketika berada di dalam kuil yaitu : 1. Menyentuh Vigraham (Arca)


(6)

3. Bersembahyang / berjalan / berdiri diantara Mulamurti atau Palipidam

4. Bersembahyang dan mengitari kuil ketika Vigraham (Arca) ditutupi kain tirai atau ketika Abishekam sedang berlangsung

5. Berbicara perihal isu atau gosip

6. Melakukan pemujaan tidak pada waktunya

7. Berdiri jauh dan hanya mengamati puja yang sedang dilaksanakan 8. Mengenakan pakaian yang tidak layak

9. Melanggar aturan atau cara pemujaan

10.Bersujud di tempat lain selain tempat yang ditentukan

11.Menyalakan Karpuram (kapur barus) tidak pada waktu dan tempat yang tepat 12.Menempatkan bunga, buah dan bahan lainnya tanpa melalui Archagar / pendeta 13.Datang ke kuil dengan tujuan lain

14.Mangambil barang milik kuil untuk digunakan sendiri

15.Mengusapkan tangan pada pilar dan dinding kuil setelah menerima Prasadham