2. Teori Sinyal
Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal.
Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan
mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar investor, kreditor. Kurangnya informasi pihak luar
mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat
meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan
sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan
yang akan datang Wolk et al., 2000.
Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini
berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi
lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain.
Laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor untuk membuat keputusan investasi, kredit dan
keputusan sejenis. Laba merupakan bagian dari laporan keuangan sehingga
Universitas Sumatera Utara
laba seharusnya juga berguna untuk keputusan kredit. Laba dapat digunakan untuk menilai prospek peusahaan, misalnya untuk 1 mengevaluasi
performance manajemen, 2 memperkirakan earning power, 3 memprediksikan laba yang akan datang atau 4 menilai risiko investasi atau
pinjaman pada perusahaan SFAC no.1, 1978.
3. Teori Stakeholder
Teori stakeholder adalah teori manajemen organisasi dan etika bisnis yang
mempertimbangkan moral dan nilai dalam pengelolaan suatu organisasi Freeman, 1984. Teori
stakeholder mengakui bahwa terdapat sejumlah stakeholders dalam masyarakat yang berinteraksi dengan cara yang dinamis
dan kompleks. Teori stakeholder menjelaskan pengungkapan sosial
perusahaan sebagai cara untuk berkomunikasi dengan stakeholder, dan
memiliki dua cabang yaitu: ethicalnormative dan positifmanajerial Deegan,
2000. Cabang positif menjelaskan bahwa pengungkapan sosial perusahaan merupakan cara untuk mengelola hubungan organisasi dengan kelompok
stakeholder yang berbeda. Semakin penting stakeholder bagi organisasi semakin besar usaha yang dilakukan untuk mengelola hubungan tersebut
Deegan, 2000. Sementara cabang ethical menyatakan bahwa semua
stakeholder memiliki hak yang sama untuk diperlakukan secara fair, dan isu kekuasaan
stakeholder tidak relevan dalam hal ini Deegan, 2000. Pandangan ini merefleksikan kerangka pertanggungjawaban yang dikemukakan oleh Gray
Universitas Sumatera Utara
et al. 1996 yang menyatakan bahwa organisasi bertanggung jawab kepada semua
stakeholders untuk mengungkapkan informasi sosial dan lingkungan. Teori
stakeholder dalam hal ini berusaha untuk menyampaikan pertanyaan dasar dengan cara yang sistematik: kelompok
stakeholder yang mana yang harus dilayani atau memerlukan perhatian manajer dan yang mana yang tidak.
Analisis stakeholder memberikan kemampuan untuk mengidentifikasi
kelompok-kelompok yang berkepentingan di masyarakat kepada siapa organisasi dianggap bertanggung jawab. Analisis
stakeholder ini pada awalnya mengidentifikasi
stakeholder yang memiliki hak yang sama atas informasi, dan selanjutnya memprioritaskan kepentingannya Gray, 2001. Dengan
mempertimbangkan keberagaman stakeholder organisasi, dan secara khusus
ketidakmampuan pengungkapan secara umum untuk memberikan semua informasi yang dibutuhkan, pengungkapan tanggung jawab sosial
menimbulkan konflik di antara stakeholder. Resolusi dari konflik ini
merupakan refleksi dari besarnya kekuasaan dari kelompok stakeholder dalam
lingkungan organisasi. Hal ini konsisten dengan teori stakeholder yang
menyatakan bahwa tujuan utama dari perusahaan adalah untuk mencapai kemampuan untuk menyeimbangkan konflik dari berbagai
stakeholder dalam suatu perusahaan Roberts, 1992. Ulmann 1985 menyimpulkan bahwa
pengungkapan sosial merupakan strategi yang digunakan utnuk mengelola hubungan dengan
stakeholder dengan mempengaruhi level permintaan yang berasal dari
stakeholder yang berbeda. Semakin penting stakeholder itu bagi
Universitas Sumatera Utara
kesuksesan organisasi, semakin besar kemungkinan organisasi akan memenuhi permintaannya.
4. Tanggung Jawab Sosial Corporate Social Responsibility a. Konsep dan Pengertian Tanggung Jawab Sosial
Terdapat beberapa perspektif yang berbeda dalam memandang tanggung jawab sosial atau
corporate social responsibility oleh beberapa ahli seperti yang dikutip oleh Dwi Kartini 2009:2 dalam buku Corporate
Social Responsibility, Transformasi Konsep Sustainability Management dan Implementasi di Indonesia .
1 CSR means that a corporation should be held accountable for any of its actions that affect people, their communities, and their
environment. Lawrence, Weber and Post, 2005. 2 The key to operationalizing the strategic role of business in
contributing towards this sustainable development process, so that business is able to engage in and contribute to society as a
corporate citizen. Indonesia Business Links, 2001. 3 The commitment of business to minimize its negative impacts and
maximize its positive contributions to all stakeholder in connection
in economic, social and environmental aspects to achieve sustainable development. Indonesia Business Links, 2001
4 Business for Social ResponsibilityBSR 2002 mendefinisikan CSR sebagai: business practices that strengthen accountability,
respecting ethical values in the interest of stakeholders . BSR juga
menyatakan bahwa pelaku bisnis yang bertanggung jawab menghormati dan memelihara lingkungan hidup serta membantu
meningkatkan kualitas hidup melalui pemberdayaan masyarakat dan melakukan investasi di dalam masyarakat di mana perusahaan
beroperasi. Isu-isu CSR yang penting untuk diperhatikan oleh perusahaan menurut BSR mencakup:
business ethics, community investment, environment, governance and accountability, human
rights, marketplace, vision, mission and values, workplace. 5 Rumusan CSR dari The Globe Scan. Berdasarkan survey terhadap
para konsumen dan masyarakat di berbagai negara, The Globe Scan mengklasifikasikan CSR yang dilakukan perusahaan ke
dalam dua kategori: 1 Operational responsibilities, yaitu berbagai
Universitas Sumatera Utara
standar yang ingin dicapai oleh perusahaan melalui kegiatan perusahaan. Operational responsibilities mencakup berbagai hal
sebagai berikut: protecting health and safety of workers, not engaging in bribery or corruption, not using child labour,
protecting the environment, making profit and paying taxes, treating employees fairly, providing quality products at low price,
providing secure jobs, applying universal standards across the world. 2 Citizenship responsibilities, yaitu berbagai tindakan
yang tidak harus dilakukan perusahaan dalam kegiatan mereka tetapi memungkinkan perusahaan untuk melakukan diferensiasi
dari pesaing. Citizenship responsibilities mencakup berbagai hal sebagai berikut: responding to public concerns and viewpoints,
reducing human rights abuses, increase economic stability, reducing the gap between the rich and poor, supporting charities
and communities, solving social problems, supporting progressive government policies.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab sosial atau
corporate social responsibility merupakan tindakan nyata
yang dilaksanakan
oleh perusahaan
sebagai bentuk
pertanggunganjawabnya terhadap beberapa aspek, yakni aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Penerapan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia juga telah diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas No.40 Pasal 74 tahun
2007 yang terdiri dari 4 empat ayat, yaitu: Ayat 1: Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang
danatau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
Ayat 2: Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan kewajiban Perseroan yang
dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan
kepatuhan dan kewajaran. Ayat 3: Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Universitas Sumatera Utara
Ayat 4: Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Adapun hal yang dapat disimpulkan dari Undang-Undang tersebut ialah bahwa perseroan diwajibkan untuk melaksanakan tanggung jawab
sosial dan lingkungan dan adanya sanksi bagi perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut. Akan tetapi, Undang-Undang tersebut
hanya terbatas pada perusahaan bisnis yang berbasis sumber daya alam, seperti yang tertulis pada ayat 1. Pasal ini banyak menimbulkan masalah
terutama stakeholder yang terpengaruh dengan pengertian perusahaan
yang hanya terbatas pada bidang sumber daya alam saja. Untuk mengurangi masalah tersebut, sebaiknya pemerintah segera mengeluarkan
Undang-Undang Perseroan Terbatas yang lebih aplikatif dan konstruktif, sehingga pengaturan CSR tidak merugikan
stakeholder.
b. Komponen Dasar Tanggung Jawab Sosial Corporate Social Responsibility
John Elkington 1997 yang dikutip oleh Hasibuan dan Sedyono 2006: 73, menyatakan bahwa
corporate social responsibility dibagi menjadi tiga komponen utama, yaitu: people, profit, dan planet. Ketiga
komponen inilah yang dijadikan sebagai dasar perencanaan, implementasi, dan evaluasi program
corporate social responsibilityi yang kemudian dikenal dengan
triple bottom line.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 The Triple Bottom Line of Corporate Social Responsibility
People Profit
Planet Definisi
Sebuah bisnis harus bertanggung
jawab untuk memajukan dan
mensejahterakan masyarakat sosial
serta seluruh stakeholdernya.
Perusahaan tidak boleh hanya
memiliki keuntungan bagi
organisasinya saja, tetapi harus dapat
memberikan kemajuan
ekonomi bagi para stakeholdernya.
Perusahaan harus dapat menggunakan
sumber daya alam dengan sangat
bertanggung jawab dan menjaga
keadaan lingkungan serta memperkecil
jumlah limbah produksi.
Jenis Kegiatan
Kegiatan kedermawanan
yang dilakukan secara tulus untuk
membangun masyarakat dan
sumber daya manusia.
Tindakan perusahaan untuk
terjun langsung di dalam masyarakat.
Penerapan proses produksi yang
bersih, aman, dan bertanggung jawab.
Contoh - Beasiswa
pendidikan. - Sumbangan
bencana alam - Bantuan modal
dan kredit. - Pemberdayaan
tenaga lokal. - Pengelolaan
limbah. - Kampanye
lingkungan hidup. Sumber:
CSR Communication: A Challenge On Its Own, Economic Business Accounting Review
Triple bottom line merupakan sinergi dari tiga elemen yang merupakan komponen dasar dari pelaksanaan dasar
Corporate Social Responsibility. Triple bottom line sering dijadikan acuan dalam program Corporate Social
Responsibility. Teguh Prambudi 2006: 13, menyebutkan program- program
Corporate Social Responsibility dapat dikelompokkan atas tiga aspek, yaitu:
1 Program Sosial Program sosial merupakan program perusahaan yang melakukan
kegiatan kedermawanan untuk membangun masyarakat dan meningkatkan taraf hidup manusia. Di dalam program sosial ada
Universitas Sumatera Utara
berbagai macam program yang dapat dijalankan oleh perusahaan, diantaranya: sumbangan kepada korban bencana alam, beasiswa
pendidikan, dan pelayanan kesehatan umum. 2 Program Lingkungan
Program lingkungan merupakan program perusahaan yang bertujuan untuk menjaga ekosistem dan lingkungan agar terjaga dari kerusakan
dan meminimalisir terjadinya polusi akibat dari aktivitas perusahaan. Program lingkungan memiliki berbagai program yang dapat dijalankan
oleh perusahaan, yaitu penanaman pohon, kampanye lingkungan hidup, dan menghasilkan produk yang ramah lingkungan.
3 Program Ekonomi Pada saat ini, perusahaan pada aktivitasnya tidak lagi berusaha untuk
meningkatkan nilai keuntungan sebesar-besarnya, akan tetapi harus dapat memberikan kemajuan ekonomi bagi para
stakeholdernya. Program ekonomi merupakan program perusahaan yang melakukan
tindakan untuk terjun langsung di dalam masyarakat untuk membantu memperkuat ketahanan ekonomi dan menjadikan masyarakat yang
tangguh dan mandiri.
5. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai
perusahaan juga tinggi. Harga saham merupakan harga yang terjadi pada saat saham vang diperdagangkan di pasar Fakhruddin Hadianto, 2001.
Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan price to book value. Price to
book value yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek perusahaan ke depan. Hal itu juga yang menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab
nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang saham juga tinggi Soliha Taswan, 2002. Dalam realitasnya tidak semua
perusahaan menginginkan harga saham tinggi mahal, karena takut tidak laku dijual atau tidak menarik investor untuk membelinya. Itulah sebabnya, harga
saham harus dapat dibuat seoptimal mungkin. Artinya, harga saham tidak
Universitas Sumatera Utara
boleh terlalu tinggi mahal atau tidak boleh tertalu rendah murah. Harga saham yang terlalu murah dapat berdampak buruk pada citra perusahaan di
pemandangan para investor. Harga saham yang optimal dapat dicapai melalui penarikan kesimpulan dari serangkaian pengalaman perusahaan dalam
menjual saham di bursa efek. Artinya, bila pasar sangat tertarik dengan saham yang diperdagangkan, maka perusahaan dapat menaikkan harga sahamnya,
demikian juga sebaliknya. Nilai perusahaan dalam beberapa literatur disebut dengan berbagai istilah,
misalnya price to book value PBV ratio Fakhuddin Hadianto, 2001 dan
marketbook MB ratio Brigham Gapenski, 2006. Istilah nilai perusahaan pada masing-masing literatur meskipun berbeda, tetapi artinya
adalah price to book value merupakan perbandingan antara harga saham
dengan nilai buku per saham Brigham Gapenski, 2006. Adapun yang dimaksud dengan nilai buku per saham atau
book value per share adalah perbandingan antara modal dengan jumlah saham yang beredar Fakhuddin
Hadianto, 2001. Jadi,
price to book value dapat diartikan sebagai hasil perbandingan antara harga saham dengan nilai buku saham. Berdasarkan perbandingan tersebut
harga saham perusahaan akan dapat diketahui berada di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut. Formula untuk menghitung
price to book value ditunjukkan sebagai berikut Brigham Ehrhardt, 2002:
Price to book value =
Saham Buku
Nilai Saham
Harga
Universitas Sumatera Utara
Di mana Nilai Buku Saham Book Value per Share dapat dihitung dengan
formula: Book Value per Share =
Beredar Biasa
Saham Jumlah
Modal
Price to book value juga dapat berarti rasio yang menunjukkan apakah harga saham yang diperdagangkan
overvalued di atas atau undervalued di bawah nilai buku saham tersebut Fakhruddin Hadianto, 2001.
Price to book value menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku
saham suatu perusahaan. Dengan demikian, price to book value rasio sangat
berguna untuk menentukan saham-saham apa saja yang mengalami overvalued, undervalued, atau wajar Pandowo, 2002.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh beberapa peneliti untuk mengetahui adanya hubungan antara kinerja keuangan terhadap nilai
perusahaan, seperti yang telah dilakukan oleh Yuniasih dan Wirakusuma 2007 di mana kinerja keuangan yang diukur melalui ROA berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan dan pengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi berpengaruh positif terhadap hubungan ROA dan nilai perusahaan. Akan tetapi,
penelitian yang dilakukan oleh Setiowati 2009 menyatakan bahwa tidak ada korelasi antara kinerja lingkungan dan kinerja keuangan perusahaan.
Adapun ringkasan penelitian terdahulu terdapat pada tabel 2.2 di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara