PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia)

(1)

INFLUENCE OF FINANCIAL PERFORMANCE ON FIRM VALUE WITH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY AND DIVIDEND

POLICY AS MODERATING VARIABLE

(Empirical Study at Manufacturing Company Listed in Indonesia Stock Exchange)

Oleh

RAGIL SETYAWAN 20120410336

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

INFLUENCE OF FINANCIAL PERFORMANCE ON FIRM VALUE WITH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY AND DIVIDEND

POLICY AS MODERATING VARIABLE

(Empirical Study at Manufacturing Company Listed in Indonesia Stock Exchange)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Progam Studi Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh : RAGIL SETYAWAN

20120410336

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

(4)

Sesungguhnya

sesudah

kesulitan

itu

ada

kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari

suatu urusan) kerjakan dengan sesungguhnya

(urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah

hendaknya kamu berharap” (Al

-Insyirah: 6-8)

“Wong urip kui kudu Jujur, Tekun lan Tawakal

karo Seng Gawe Urip” (Bapak)


(5)

Kepada Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini bisa saya susun sampai selesai.

Almamater UMY sebagai warna merah yang gagah berani untuk menuntut ilmu.

Skripsi ini ku persembahkan untuk Bapak Suyono dan Ibu Hartini tercinta sebagai wujud terima kasih atas kegigihan dan limpahan kasih sayang, keringat, doa, semangat, serta nasehat untuk selalu maju.

Mas dan Mbak ku tercinta yang telah memberi dukungan moril dan materiilnya.

Keluargaku, terima kasih atas semua dukungan semangatnya. Seluruh dosen yang memberikan ilmu mata kuliahnya.

Nabila Zalnerin Kitta, langkah awal menuju mimpi selanjutnya. Teman teman semuanya.


(6)

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

UCAPAN TERIMA KASIH ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Landasan Teori ... 7

1. Kinerja Keuangan... 7

2. Nilai Perusahaan... 9

3. Pengungkapan CSR ... 10

4. Kebijakan Dividen ... 12

B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 14


(7)

C. Teknik Pengambilan Sampel ... 22

D. Teknik Pengumpulan Data ... 23

E. Definisi Operasioal Variabel... 23

F. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 26

1. Statistik Deskriptif ... 26

2. Uji Asumsi Klasik ... 26

a. Uji Normalitas Data ... 26

b. Uji Multikolonearitas ... 27

c. Uji Heteroskedastisitas ... 27

d. Uji Autokorelasi ... 28

3. Uji R2 atau Koefisien Determinasi ... 29

4. Uji Hipotesis ... 29

a. Analisis Regresi Linear Sederhana ... 29

b. Uji Interaksi atau MRA ... 30

c. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 31

d. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Gambaran Umum dan Objek Penelitian ... 33

B. Hasil Penelitian ... 35

1. Analisis Statistik Deskritif ... 35

2. Uji Asumsi Klasik ... 36

a. Uji Normalitas ... 36

b. Uji Multikolonearitas ... 37

c. Uji Heteroskedastisitas ... 38

d. Uji Autokorelasi ... 39


(8)

C. Pembahasan (Interpretasi) ... 48

BAB V PENUTUP ... 53

A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 54

C. Keterbatasan ... 54 DAFTAR PUSTAKA


(9)

Tabel 4.2 Daftar Perusahaan Sampel Penelitian ... 34

Tabel 4.3 Analisis Statistik Deskriptif ... 35

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas ... 37

Tabel 4.5 Ringkasan Hasil Uji Multikolonearitas ... 37

Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 38

Tabel 4.7 Ringkasan Hasil Uji Autokorelasi... 39

Table 4.8 Hasil Uji Goodness Fit of Test ROA Terhadap Tobins Q ... 40

Tabel 4.9 Hasil Uji t ROA terhadap TobinsQ ... 41

Tabel 4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi ROA, CSR, ROA*CSR ... 42

Tabel 4.11 Hasil Uji F ROA, CSR, ROA*CSR ... 42

Tabel 4.12 Hasil Uji t ROA, CSR, ROA*CSR ... 43

Tabel 4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi CSR, ROA*CSR ... 44

Tabel 4.14 Hasil Uji F CSR, ROA*CSR ... 44

Tabel 4.15 Hasil Uji t CSR, ROA*CSR ... 44

Tabel 4.16 Hasil Uji Koefisien Determinasi ROA, DPR, ROA*DPR... 45

Tabel 4.17 Hasil Uji F ROA, DPR, ROA*DPR ... 46

Tabel 4.18 Hasil Uji t ROA, DPR, ROA*DPR ... 46


(10)

(11)

(12)

(13)

viii

firm value with corporate social responsibility and dividend policy as moderating variables. The object on this research are manufacture companies which listed in Indonesian Stock Exchange in 2010 until 2014. This research used purposive sampling and getting 12 companies with 124 observed data. The data analysis was conducted by using single linear regresion dan moderated regression analisys.

The result after analysis is financial performance (with ROA proxy) has influence to firm value, financial performance with corporate social responsibility as moderating variable has not influence to firm value. Meanwhile financial performance with dividend policy as moderating variable has influence to firm value.

Key words : financial performance, return on asset (ROA), corporate social responsibility (CSR), dividend policy, and firm value


(14)

1 A. Latar Belakang Penelitian

Suatu perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Terdapat beberapa hal yang menjadi tujuan dari berdirinya sebuah perusahaan. Salah satu tujuannya adalah untuk mencapai keuntungan yang maksimal. Pemakmuran pemilik perusahaan maupun pemegang saham juga merupakan tujaun dari berdirinya sebuah perusahaan. Selain itu memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin dalam harga saham merupakan tujuan lain dari didirikannya sebuah perusahaan.

Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham meningkat. Semakin tinggi harga saham sebuah perusahaan, maka semakin tinggi kemakmuran pemegang saham (Harjito dan Martono, 2005).

Optimalisasi nilai perusahaan dapat dilakukan dengan pelaksanaan fungsi manajemen keuangan. Suatu keputusan keuangan yang diambil, dapat mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan hal tersebut berdampak terhadap nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat tercerminkan salah satunya dari harga saham. Harga saham yang tinggi mencerminkan nilai perusahaan yang tinggi.

Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor pertimbangan calon investor untuk menanamkan sahamnya. Menjaga dan meningkatkan kinerja keuangan adalah suatu keharusan bagi perusahaan agar saham tersebut tetap eksis dan tetap diminati oleh investor. Perusahaan dapat mencerminkan baik buruknya kinerja keuangan perusahaan dari laporan keuangan yang diterbitkan.


(15)

Informasi keuangan (laporan keuangan) tersebut mempunyai fungsi sebagai sarana informasi, alat pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan, penggambaran terhadap indikator keberhasilan perusahaan dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan (Harahap, 2004). Informasi tersebut dapat dinilai oleh investor sebagai pertimbangan penilaian saham yang mencerminkan hubungan antar resiko dan hasil pengembalian saham.

Penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan dalam hal ini Return On Asset (ROA) terhadap nilai perusahaan sudah banyak dilakukan. Penelitian yang sudah ada menggambarkan hasil yang tidak konsisten antara pengaruh kinerja keuangan (ROA) terhadap nilai perusahaan. ROA yang positif menunjukan bahwa dari total aset yang dimiliki perusahaan mampu memberikan laba kepada perusahaan. Artinya, jika nilai ROA tinggi, perusahan dapat meningkatkan pertumbuhan karena perusahaan mendapatkan laba. Sebaliknya jika ROA yang negatif menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mengalami kerugian dan menghambat pertumbuhan perusahaan.

Selain dilihat dari kinerja keuangan, nilai dari perusahaan juga bisa dimaksimalkan dengan menerapkan beberapa program pendukung yang berkaitan pada hubungan timbal balik antara perusahaan dengan masyarakat (Burhani, 2015). Program pendukung tersebut berupa tanggung jawab sosial perusahaan dan strategi dalam penentuan kebijakan dividen.

Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan sebuah gagasan yang menjadikan perusahaan tidak hanya fokus terhadap kepentingan perusahaan semata namun juga


(16)

memperhatikan lingkungan sekitar yaitu kesejahteraan masyarakat dan berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan. Ketika perusahaan semakin berkembang namun tingkat kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan semakin tinggi, hal tersebut disebabkan adanya penggunaan secara tidak terkendali terhadap berbagai sumber daya untuk meningkatkan laba yang dapat menganggu keseimbangan lingkungan hidup sekitar perusahaan. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan keharusan yang dilakukan perusahaan guna meminimalisir berbagai dampak negatif tersebut. Tidak hanya itu, CSR juga dapat dijadikan sebagai motivasi untuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap pencapaian usaha perbaikan lingkungan sekitar perusahaan.

Berdasarkan perspektif ekonomi, perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang melalui penerapan CSR (Maemunah, 2005

dalam Hermawan dan Maf’ulah, 2014). Suatu perusahaan yang mempunyai tingkat laba yang tinggi, sebaiknya melalukan tanggungjawab sosial yang transparan.

Selain Corporate Social Resposibility (CSR), penulis juga menggunakan kebijakan dividen sebagai variabel pemoderasi. Hal tersebut dikarenakan kebijakan dividen juga menjadi perhatian penting calon investor, pemegang saham maupun pihak eksternal lainnya. Semakin besar dividen yang dibagikan kepada pemegang saham, maka kinerja perusahaan akan dianggap semakin baik,


(17)

dan pada akhirnya penilaian terhadap perusahaan yang tercemin melalui harga saham akan semakin baik pula (Rozeff, 1982 dalam Erlangga, 2009).

Penelitian ini merupakan modifikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Purwaningsih dan Wirajaya (2014) yang menganalisa pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan corporate social responsibility (CSR) sebagai variabel pemoderasi. Ada dua perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut. Perbedaan pertama adalah penelitian ini menambahkan variabel kebijakan dividen sebagai pemoderasi. Variabel kebijakan dividen ditambahkan karena penelitian yang dilakukan oleh Erlangga (2009) menemukan bahwa kebijakan dividen mempengaruhi hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Perbedaan kedua adalah dengan populasi dan waktu periode yang baru, yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.

Berdasarkan latar belakang diatas dan hasil penelitian-penelitian sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk membahas permasalahan tersebut diatas dengan judul

“PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

DENGAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:


(18)

1. Apakah kinerja keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan?

2. Apakah pengungkapan CSR mampu memoderasi hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan?

3. Apakah kebijakan dividen mampu memoderasi hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan.

2. Untuk menguji pengaruh pengungkapan CSR terhadap hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.

3. Untuk menguji pengaruh kebijakan dividen terhadap hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Bagi pengembang ilmu pengetahuan:

a. Memberikan dukungan empiris terkait dengan kinerja keuangan, nilai perusahaan, corporate social responsibility (CSR), dan kebijakan dividen. b. Menjadikan acuan dan referensi dalam penelitian sejenis dimasa

mendatang. 2. Bagi bidang praktik:


(19)

a. Penelitian dapat dijadikan masukan bagi perusahaan mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dan faktor faktor yang berpengaruh terhadap hubungan tersebut.

b. Penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi.


(20)

7

A. Landasan Teori 1. Kinerja Keuangan

Informasi mengenai kinerja keuangan sangat diperlukan investor dalam menentukan kebijakan investasi. Kinerja keuangan digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan keuangan (financial health) suatu perusahaan. Kinerja keuangan juga dapat menggambarkan efektifitas penggunaan aset dalam usaha peningkatan pendapatan perusahaan. Informasi informasi tersebut dapat dianalisis dari laporan keuangan yang disusun oleh perusahaan.

Penelitian terhadap laporan keuangan dapat dilakukan salah satunya yaitu menggunakan analisis rasio keuangan.

1) Rasio Keuangan

Rasio keuangan adalah alat analisis keuangan untuk mengukur kinerja keuangan dengan membandingkan jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan menggunakan alat analisa berupa rasio, akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik dan buruk atau keadaan posisi keuangan suatu perusahaan, terutama bila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar (Munawir, 1983 dalam Anuragabudhi dan Anna, 2008).

Selain untuk menilai kinerja keuangan, analisis rasio ini juga bisa digunakan pihak investor untuk membuat keputusan terkait pencapaian


(21)

perusahaan dan prospek perusahaan itu sendiri dimasa yang akan datang. Dalam hal ini dikaitkan dengan keputusan investasi dari para investor. Analisis rasio keuangan menggunakan data laporan keuangan perusahaan yang telah ada setiap tahunnya sebagai dasar penilaian. Meskipun didasarkan pada data dan kondisi masa lalu, analisis laporan keuangan ini bisa digunakan untuk meminimalkan resiko dan memprediksi peluang perusahaan tersebut pada masa yang akan datang.

2) Return On Asset (ROA)

Dalam penelitian ini, kinerja keuangan perusahaan diproksikan dengan ROA. Return on asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar laba atau rugi bersih yang diperoleh dari seluruh kekayaan (aktiva) yang dimiliki perusahaan. Nilai ROA yang positif menunjukkan dari total aktiva yang digunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memperoleh laba. Sebaliknya, apabila nilai ROA negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang digunakan, perusahaan mendapatkan kerugian. Bagi para investor, penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba merupakan suatu hal yang sangat penting. Semakin besar perusahaan menghasilkan laba, maka secara teoritis kinerja perusahaan dapat dikatakan semakin baik, sehingga harga saham akan ikut naik.

Return on asset mempunyai manfaat dalam melakukan analisis kinerja keuangan (Munawir, 2001), yaitu:


(22)

1) Jika perusahaan telah menjalankan praktek akuntansi yang baik maka dengan analisis ROA dapat diukur efisiensi penggunaan modalnya secara menyeluruh.

2) Dapat dipergunakan sebagai kepentingan control dan sekaligus berguna untuk keperluan proses perencanaan.

Return on asset memiliki keunggulan dibandingkan dengan alat analisis kinerja keuangan lainnya, karena ROA sangat mudah dihitung dan hasil penghitungannya bernilai absolut.

2. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan atau juga disebut dengan nilai pasar perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi, yang sesuai dengan keinginan para pemiliknya, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka kesejahteraan para pemilik juga akan meningkat, dan ini adalah tugas dari manajer sebagai agen yang telah diberi kepercayaan oleh para pemilik perusahaan untuk menjalankan perusahaannya (Bambang, 2010 dalam Burhani, 2015).

Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai sebuah perusahaan. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan (financing), dan manajemen aset.


(23)

Untuk mengetahui nilai pasar perusahaan, manajemen dapat menggunakan rasio-rasio keuangan. Salah satu rasio yang dinilai bias

memberikan informasi paling baik adalah Tobin’s Q atau Q ratio. Kelebihan Tobin’s Q adalah rasio ini tidak hanya memperhitungkan nilai perusahaan

dengan berdasarkan nilai ekuitasnya semata, melainkan ikut memperhitungkan intangible assets perusahaan.

3. Pengungkapan CSR

Menurut The World Business Council for Sustainable Development, Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan. Hal tersebut dilakukan melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan (Nurlela dan Islahuddin, 2008).

Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility (CSR) merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (Priyanto, 2008 dalam Burhani, 2015).

a. Tujuan Corporate Social Responsibility (CSR)


(24)

1) Untuk meningkatkan citra perusahaan dan mempertahankannya dengan membuktikan bahwa perilaku perusahaan secara fundamental adalah baik.

2) Untuk mengakomodasi adanya kontrak sosial di antara organisasi dan masyarakat. Keberadaan kontrak sosial ini menuntut pengungkapan sosial perusahaan.

3) Sebagai perpanjangan dari pelaporan keuangan tradisional yang tujuannya agar investor memberikan nilai tambah.

b. Pelaporan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan

Mengacu pada Undang-Undang No. 40 Tahun 2007, perseroan terbatas selain diwajibkan menyampaikan laporan keuangan juga diwajibkan melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Bahkan bagi perseroan yang bidang usahanya berkaitan dengan sumber daya alam, akan dikenai sanksi jika tidak melaksanakan tanggung jawab sosial (Ketut, 2008).

Meskipun pengungkapan CSR telah menjadi kewajiban bagi perseroan terbatas di Indonesia, namun sampai saat ini belum ada standar baku yang mengatur format pelaporan pertanggungjawaban sosial perusahaan, oleh karenanya perusahaan dapat membuat sendiri model pelaporan pertanggungjawaban sosialnya. Pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang


(25)

berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan (Rismanda, 2005 dalam Erlangga, 2009).

4. Kebijakan Dividen

Informasi-informasi yang berkaitan dengan perusahaan sangat dibutuhkan oleh investor untuk melakukan penilaian terhadap perusahaan tersebut. Informasi tersebut salah satunya adalah informasi mengenai kebijakan dividen. Pengumuman pembayaran dividen mengandung informasi yang dapat digunakan para investor untuk mengambil keputusan dalam berinvestasi dan memprediksi prospek perusahaan di masa mendatang.

Kebijakan dividen adalah kebijakan yang dikaitkan dengan penentuan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan. Kebijakan dividen suatu perusahaan akan tercermin dari rasio DPR-nya (Dividend Pay-out Ratio). Rasio ini menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa berupa dividen kas (Michell dan Megawati, 2005 dalam Erlangga, 2009). Dividen kas merupakan pembayaran dividen dalam bentuk uang tunai.

Manajer percaya bahwa para investor lebih menyukai perusahaan yang memiliki dividend payout ratio yang stabil. Pembagian dividen akan mengindikasikan perusahaan memperoleh laba yang cukup besar sehingga mampu mendistribusikannya kepada pemegang saham. (Bringham, 2006 dalam Wongso, 2013).


(26)

Menurut Kolb (1983) dalam Nurhidayati (2006), kebijakan dividen penting karena ada dua alasan, yaitu:

1) Pembayaran dividen akan mempengaruhi harga saham.

2) Pendapatan yang ditahan (retained earning) biasanya merupakan sumber tambahan modal sendiri yang terbesar dan terpenting untuk pertumbuhan perusahaan.

Kedua alasan tersebut membuat kebijakan dividen harus diputuskan secara hati-hati dan teliti agar kedua alasan tersebut dapat terpenuhi secara optimal.

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang dividen, yaitu:

1) A bird in the Hand Theory

Teori ini dicetuskan oleh Myron Gordon dan John Lintner yang berpendapat bahwa pembagian dividen berpengaruh secara positif terhadap nilai perusahaan. Teori ini mengacu pada konsep time value of money dimana dividen saat ini seharusnya memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding capital gain dimasa depan.

Menurut Hanafi (2004) argumen ini mengatakan bahwa pembayaran dividen dapat mengurangi ketidakpastian yang berarti mengurangi resiko yang pada giliran selanjutnya mengurangi tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemegang saham. Investor mengharapkan cash dividen karena menghindari risiko perusahaan yang sudah tidak bisa ekspansi.


(27)

Information content atau signalling hypothesis adalah teori yang menyatakan bahwa investor menganggap perubahan dividen sebagai pertanda bagi perkiraan manajemen atas laba. Ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividen. Dividen itu sendiri tidak menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham, tetapi prospek perusahaan yang ditunjukkan oleh meningkatnya atau menurunnya dividen yang dibayarkan yang menyebabkan perubahan harga saham (Hanafi, 2004).

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian dengan mengangkat kinerja keuangan dan nilai perusahaan sudah banyak dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Hermawan dan Maf’ulah (2014) pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menyimpulkan bahwa secara parsial variabel kinerja keuangan (return on asset) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara parsial interaksi antara variabel return on asset dengan alokasi biaya corporate social responsibility berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Artinya, variabel corporate social responsibility mampu memoderasi hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan.

Penelitian lain dilakukan oleh Fachrurrozie dan Utaminingsih (2014). Penelitian tersebut berkesimpulan bahwa Return On Asset (ROA) berpengaruh siginifikan terhadap nilai perusahaan LQ 45 tahun 2009-2011. Simpulan yang kedua Corporate Social Responsibility (CSR) tidak dapat memoderasi pengaruh


(28)

profitabilitas (ROA) terhadap nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan CSR bersifat wajib dari sudut pandang hukum seperti yang sudah tertera dalam UU RI nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas.

Penelitian yang dilakukan oleh Munawaroh dan Priyadi (2014) menunjukkan ROA berpengaruh signifikan negatif terhadap nilai perusahaan. Koefisien negatif menunjukkan bahwa semakin kecil earning power semakin tidak efisien perputaran aset atau semakin kecil profit margin yang diperoleh oleh perusahaan. Hasil penelitian variabel ROA dengan corporate social responsibility sebagai variabel moderating terhadap nilai perusahaan menunjukkan pengaruh tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa investor tidak merespon atas pengungkapan CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan, karena terdapat jaminan yang tertera pada UU Perseroan Terbatas no. 40 tahun 2007, bahwa perusahaan pasti melaksanakan CSR dan mengungkapkannya, karena apabila perusahaan tidak melaksanakan CSR, maka perusahaan tersebut akan terkena sanksi sesuai dengan ketentuan perundang- undangan.

Purwaningsih dan Wirajaya (2014) yang meneliti tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012 menyimpulkan bahwa kinerja keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa corporate social responsibility terbukti tidak memberikan pengaruh terhadap nilai perusahaan, serta pengungkapan corporate social responsibility tidak mampu memoderasi pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan.


(29)

Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya dan Linawati (2015) juga memberikan kesimpulan yang sama bahwa interaksi antara corporate social responsibility dengan return on asset dan return on equity (kinerja keuangan) tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, hanya interaksi antara ROA dan CSR saja yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan Erlangga (2009) yang berjudul “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan CSR, GCG

dan Kebijakan Dividen sebagai Variabel Pemoderasi” yang dilakukan pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta periode 2004-2007 menunjukkan hasil kinerja keuangan yang diukur dengan ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Kesimpulan lain adalah CSR mampu mempengaruhi hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kebijakan dividen sebagai variabel pemoderasi yang diproksikan dengan DPR juga mampu mempengaruhi hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.

C. Hipotesis

1. Hubungan Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan

Kinerja keuangan yang baik akan mempunyai dampak positif terhadap nilai perusahaan. Dampak positif yang dimaksud adalah naiknya nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi akan mempengaruhi minat calon investor untuk menanamkan modalnya ke perusahaan tersebut dengan harapan akan mendapatkan timbal balik yaitu dividen yang tinggi. Perusahaan dengan


(30)

tingkat laba yang tinggi akan membagikan dividen dengan nilai yang tinggi pula. Hal tersebut akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya pada masa mendatang.

Semakin banyak investor yang membeli saham maka harga saham akan naik dan semakin banyak juga jumlah saham yang beredar di pasar. Kedua hal inilah yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Nilai dari suatu perusahaan ditentukan oleh earning power dari aset perusahaan itu sendiri.

Penelitian Purwaningsih dan Wirajaya (2014) yang meneliti tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012 menyimpulkan bahwa kinerja keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan hasil penelitian dan penjabaran diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin baik kinerja keuangan dari sebuah perusahaan maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan tersebut dalam menghasilkan keuntungan. Ketika laba yang dihasilkan terus meningkat maka dividen yang diterima para investor juga akan ikut meningkat atau bisa dikatakan kesejahteraan para pemegang saham meningkat. Investor yang kesejahteraannya terjaga otomatis akan memberikan penilaian yang baik kepada perusahaan.

Berdasarkan teori, penelitian sebelumnya, dan kerangka pemikiran pribadi penulis, maka hipotesis pertama yang diturunkan adalah:


(31)

H1: Kinerja keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.

2. Hubungan Pengungkapan CSR, Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan

Adanya hasil penelitian yang kontradiktif mengenai pengaruh ROA terhadap nilai perusahaan menunjukkan adanya faktor lain yang turut menginteraksi hubungan antara ROA dengan nilai perusahaan. Hal ini menjadikan peneliti tertarik untuk memasukkan pengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi. Saat ini kesadaran tentang pentingnya mengimplementasikan dan mengungkapkan CSR telah menjadi tren global (Achmad, 2008 dalam Erlangga, 2009), sehingga perusahaan yang peduli terhadap masalah-masalah lingkungan dan sosial akan lebih mudah mencapai kinerja keuangan yang positif karena telah diterima di masyarakat.

Hal tersebut direspons positif oleh calon investor dengan bersedia membayar lebih mahal terhadap saham perusahaan yang mengimplementasikan dan mengungkapkan CSR. Kondisi keuangan saja tidak cukup untuk menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan. Keberlanjutan nilai perusahaan hanya akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup (Nurlela dan Ishlahuddin, 2008).


(32)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Susianti dan Yasa, 2013) menyatakan bahwa pengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi mampu memperkuat hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.

Hasil ini memberikan arti bahwa para investor telah mempertimbangkan laporan pertanggungjawaban sosial perusahaan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan investasi. Selain sebagai alat legitimasi untuk meningkatkan citra perusahaan, kegiatan CSR juga dapat digunakan sebagai salah satu keunggulan kompetitif perusahaan yang dapat meningkatkan penjualan karena dapat menarik konsumen. Apabila perusahaan memiliki kinerja sosial dan lingkungan yang baik, maka akan mempengaruhi kepercayaan investor sehingga direspon positif melalui peningkatan harga saham perusahaan.

Berdasarkan teori, penelitian sebelumnya, dan kerangka pemikiran pribadi penulis tersebut diatas, maka hipotesis kedua yang diturunkan adalah:

H2: Pengungkapan CSR mampu memperkuat hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.

3. Hubungan Kebijakan Dividen, Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan

Variabel pemoderasi kedua yang digunakan penulis adalah kebijakan dividen. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa pasar cenderung menginterpertasikan pembayaran dividen sebagai sinyal tentang prospek cerah


(33)

perusahaan di masa mendatang, sehingga dengan pembayaran dividen kepada pemegang saham, kinerja keuangan yang telah dicapai, diprediksikan oleh investor akan berlanjut atau bahkan akan semakin baik (Suluh, 2007 dalam Erlangga, 2009). Semakin baik prospek perusahaan maka perusahaan dianggap menguntungkan oleh investor, akibatnya harga saham perusahaan tersebut akan meningkat karena diminati para investor (Tendi, 2008). A bird in hand theory juga menyatakan bahwa pembagian dividen berpengaruh secara positif terhadap nilai perusahaan. Begitu juga dengan Information Content atau Signalling Hypothesis yang menyatakan bahwa ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumunan kenaikan dividen. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembayaran dividen dapat mempengaruhi penilaian pasar terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Erlangga (2009) menunjukkan bahwa kebijakan dividen sebagai variabel pemoderasi yang diproksikan dengan DPR mampu mempengaruhi hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.

Berdasarkan teori, penelitian sebelumnya, dan kerangka pemikiran pribadi penulis tersebut diatas, maka hipotesis ketiga yang diturunkan adalah:

H3: Kebijakan dividen mampu memperkuat hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.


(34)

D. Model Penelitian

Gambar 2.1. Model Penelitian


(35)

22

A. Obyek dan Subyek Penelitian

Penelitian ini menggunakan obyek perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.

B. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data tidak langsung melalui media perantara yang didapat dari Bursa Efek Indonesia (BEI) atau dengan mengumpulkan data bukti dan keterangan. Sumber data ini berasal dari laporan tahunan perusahaan periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 yang diperoleh dari www.idx.co.id.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun 2010-2014.

2. Perusahaan mempunyai laba positif selama periode penelitian pada periode tahun 2010-2014.


(36)

3. Perusahaan membayar dividen secara kontinyu selama periode penelitian. 4. Perusahaan yang telah dan melaporkan pengungkapan tanggung jawab sosial

pada periode tahun 2010-2014. D. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data dalam penelitian ini merupakan data sekunder, maka digunakan teknik studi pustaka dan teknik dokumentasi untuk mengumpulkan data. Dimana teknik studi pustaka dilakukan dengan melakukan telaah, ekslorasi, dan mengkaji berbagai literatur pustaka yang relevan dengan penelitian. Kemudian teknik dokumentasi ditempuh dengan cara mengumpulkan data dan informasi berupa annual report perusahaan yang diambil dari website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id.

E. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional a. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi perubahan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA). ROA merupakan alat analisis yang mampu mengukur kinerja keuangan secara keseluruhan. ROA digunakan untuk mengukur tingkat laba yang dihasilkan perusahaan dari total aset yang dimiliki perusahaan tersebut. ROA dihitung dengan formulasi sebagai berikut: (Anuragabudhi dan Anna, 2008).


(37)

b. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat dilihat dari harga saham perusahaan tersebut. Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham jika harga saham meningkat. Semakin tinggi harga saham, semakin meningkat

kemakmuran pemegang saham. Penelitian ini menggunakan Tobin’s Q untuk menghitung nilai perusahaan (Wijaya dan Linawati, 2015). Tobin’s Q

dihitung dengan formulasi sebagai berikut:

Keterangan:

Q = Nilai Perusahaan

MVE = Market Value of Equity atau biasa disebut nilai pasar ekuitas. MVE dihitung dengan cara (closing price saham x jumlah saham beredar).

DEBT = Nilai buku total hutang perusahaan (hutang lancer + hutang jangka panjang).

Total Aset = Total aset yang dimiliki perusahaan

c. Variabel Pemoderasi

Variabel pemoderasi pada penelitian ini menggunakan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Kebijakan Dividen.


(38)

1) Corporate Social Responsibility (CSR)

Pengungkapan Corporate Social Responsibility merupakan pengungkapan informasi yang berkaitan dengan tanggung jawab perusahaan yang dilaporkan perusahaan kedalam laporan tahunan perusahaan. Pengungkapan diukur dengan Corporate Social Responsibility Index (CSRI). Langkah-langkah dalam pengungkapan Corporate Social Responsibility adalah: (Burhani, 2015).

a) Membuat daftar pengungkapan sosial dengan nomor.

b) Membuat tabel item pengungkapan.yang sudah disusun sebelumnya. c) Membagi jumlah item yang diungkapkan dalam laporan tahunan

dengan jumlah item pengungkapan.

Menurut Nurlela dan Islahudin (2008), pengungkapan CSRI dihitung dengan rumus:

Keterangan:

CSRIj : Corporate Social Responsibility Index perusahaan.

Xij : Jumlah skor item, 1 = jika item diungkapkan ; 0 = jika item tidak diungkapkan.


(39)

2) Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen suatu perusahaan akan tercermin dari rasio DPR (Dividen Payout Ratio)-nya (Michell dan Megawati, 2005 dalam Erlangga, 2009). DPR dihitung dengan formulasi sebagai berikut:

F. Uji Hipotesis dan Analisa Data 1. Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif merupakan alat analisis yang digunakan untuk memberikan gambaran tentang data disetiap variabel yang diteliti. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan suatu data yang dilihat dari mean, median, deviasi standar, nilai minimum, dan nilai maksimum.

2. Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Analisis regresi linier perlu menghindari penyimpangan asumsi klasik supaya tidak timbul masalah dalam penggunaan analisis tersebut (Ghozali, 2009).

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel independen dan variabel dependen atau keduanya terdistribusikan secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk


(40)

mendeteksi normalitas data dapat diuji dengan Kolmogorov-Smirnov, dengan pedoman pengambilan keputusan:

1) Nilai sig atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, distribusi adalah tidak normal.

2) Nilai sig atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, distribusi adalah normal (Ghozali, 2009).

b. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau tidak. Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang tinggi di antara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi dapat diketahui dari nilai toleransi dan nilai variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolonieritas yang tinggi. Nilai cut-off yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF di atas 10 (Ghozali, 2009).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda


(41)

disebut heterokedastisitas. Model regrasi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2009). Pengujian dengan Uji Glejser pada model regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1) Jika memiliki variabel yang signifikan maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika tidak memiliki variabel yang signifikkan maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antara residual pada periode t dengan residual periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan uji Durbin Watson (DW). Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi (Ghozali, 2009) :

1) Bahwa nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol berarti tidak ada autokorelasi positif.

2) Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar dari nol berarti ada autokorelasi positif.


(42)

3) Bila nilai DW lebih besar daripada batas bawah atau lower bound (4-dl), maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol berarti ada autokorelasi negatif.

4) Bila nilai DW terletak antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW terlatak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

3. Uji R2 atau Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011).

4. Uji Hipotesis

Uji hipotesis ini digunakan untuk melihat apakah variabel independen yaitu kinerja keuangan, variabel pemoderasi yaitu corporate social responsibility dan kebijakan dividen berpengaruh atau tidak terhadap nilai perusahaan. Uji hipotesis ini meliputi:

a. Analisis Regresi Linier Sederhana

Alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis 1 adalah regresi linier sederhana. Analisis ini merupakan suatu analisis yang


(43)

digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X) mempunyai hubungan dengan variabel dependen (Y). Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana karena hanya menggunakan satu variabel independen. Persamaan regresinya sebagai berikut:

Keterangan:

Q = Nilai perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q periode t. ROA = Kinerja keuangan yang diukur dengan ROA periode t.

e = Error term.

b. Uji Interaksi atau Moderated Regression Analysis (MRA)

Uji interaksi atau Moderated regression analysis (MRA) digunakan untuk menguji hipotesis 2 dan hipotesis 3. Moderated Regression Analysis (MRA) adalah analisis regresi yang menggunakan pendekatan analitik yang mempertahankan integritas sampel dan memberikan dasar untuk mengontrol pengaruh variabel moderator. Variabel moderasi dapat dikatakan sebagai pure moderator jika interaksi antara variabel moderasi dan variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Fachrurrozie dan Utami, 2014). Persamaan regresinya sebagai berikut:


(44)

Hipotesis 2:

Hipotesis 3:

Keterangan:

Q = Nilai perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q periode t. ROA = Kinerja keuangan yang diukur dengan ROA periode t. CSR = Tanggung jawab sosial perusahaan diukur dengan CSR

periode t.

DPR = Kebijakan dividen periode t.

e = Error term.

c. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F statistik merupakan uji untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji F statistik akan diterima bila nilai Sig. F statistik < 0,05.

d. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian secara pasial (uji t). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara parsial variabel independen berpengaruh secara signifikan atau tidak


(45)

terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut :

1) Ho diterima dan Ha ditolak apabila sig t > 0,05. Artinya variabel bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tersebut. 2) Ho diterima dan Ha ditolak apabila sig t < 0,05. Artinya variabel


(46)

33

A. Gambaran Umum dan Objek Penelitian

Manufaktur adalah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan barang mentah menjadi barang siap pakai. Perusahaan manufaktur saat ini berkembang sangat pesat setiap tahunnya baik dari segi laporan keuangan maupun saham yang telah go publik. Prospek bisnis di bidang manufaktur juga terbukti sangat menguntungkan setiap tahunnya yang nantinya akan menarik para investor untuk menanamkan modalnya kepada perusahaan tersebut. Saham perusahaan manufaktur setiap tahun juga mengalami kenaikkan karena banyak investor yang tertarik menanamkan modalnya disektor perusahaan ini untuk keperluan investasi guna memenuhi kebutuhan dimasa yang akan datang. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014. Subjek penelitiannya adalah laporan tahunan perusahaan manufaktur yang datanya diambil langsung dari website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id. Pemilihan sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan metode purposive sampling dengan beberapa ketentuan. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan manufaktur selama 5 tahun, dari 123 perusahaan manufaktur hanya 12 perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Pengambilan sampel penelitian ini digambarkan pada tabel di bawah ini :


(47)

Tabel 4.1.

Proses Pemilihan Sampel

Kriteria Sampal Keterangan

( £ ) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun

2010-2014 124

Perusahaan yang memiliki laba negatif (64)

Perusahaan yang melaporkan dalam Dollar (6)

Perusahaan yang tidak membayarkan dividen (33)

Perusahaan yang tidak mengungkapan kegiatan CSR (9)

Jumlah perusahaan 12

Jumlah sampel penelitian 60

Sumber: data yang diolah

Data diperoleh melalui annual report dari perusahaan sampel selama tahun 2010-2014, sehingga dilakukan 60 observasi. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat di Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2.

Daftar Perusahaan Sampel Penelitian

No. Nama Perusahaan Kode

1 PT. Merck Tbk MERK

2 PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN

3 PT. Gudang Garam Tbk GGRM

4 PT. Gajah Tunggal Tbk GJTL

5 PT. Indofood CPB Sukses Makmur Tbk ICBP

6 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk INDF


(48)

8 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk KAEF

9 PT. Kalbe Farma Tbk KLBF

10 PT. SUCACO Tbk SCCO

11 PT. Selamat Sempurna Tbk SMSM

12 PT. Unilever Indonesia Tbk UNVR

Sumber: DataIDX

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan informasi mengenai variabel-variabel penelitian yaitu kinerja keuangan, Corporate Social Responsibility, kebijakan dividen dan nilai perusahaan. Data yang dilihat adalah jumlah data, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi (Gozhali 2011). Adapun nilai statistik deskritif variabel penelitian disajikan dalam tabel 4.2. berikut :

Tabel 4.3.

Analisis Statistik Deskriptif Variabel

Jumlah Sampel

Min Maks Mean

Std. Deviation

ROA 60 0.008 0.404 0.16488 0.103810

CSR 60 0.063 0.750 0.35471 0.172304

DPR 60 0.002 1.515 0.46321 0.296035

TobinsQ 60 0.279 17.936 3.55281 3.724084


(49)

Tabel diatas memberikan gambaran statistik dari setiap variabel mengenai jumlah nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi. Jumlah pengamatan dalam penelitian yaitu 60 sampel. Variabel nilai perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q memiliki nilai minimum sebesar 0.279 dan nilai maksimum sebesar 17.936. Nilai rata-rata sebesar 3.55281 dengan standar deviasi sebesar 3.724084. Variabel Return On Asset (ROA) memiliki nilai minimum sebesar 0.008 dan nilai maksimum sebesar 0.404. Nilai rata-rata sebesar 0.16488 dengan standar deviasi sebesar 0.103810. Variabel Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki nilai minimum sebesar 0.063 dan nilai maksimum 0.750. Nilai rata-rata sebesar 0.35471 dengan standar deviasi sebesar 0.172304. Dan yang terakhir adalah variabel Kebijakan Dividen (DPR) memiliki nilai minimum 0.002 dan nilai maksimum sebesar 1.515. Nilai rata-rata sebesar 0.46328 dengan standar deviasi sebesar 0.296035.

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk melihat apakah asumsi-asumsi yang diperlukan dalam analisis regresi linear terpenuhi. Uji asumsi klasik ini meliputi uji normalitas, uji multikolonearitas, uji heteroskedastisitas, dan, uji autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi variable dependen, variable independen atau keduanya berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas dengan metode On-Sample kolmogorov


(50)

smirnov. Hasil pengujian diperoleh nilai kolmogorov smirnov berada diatas nilai kritis 0.05 yang berarti bahwa data berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas disajikan pada tabel 4.3. berikut :

Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas

Variabel Asymp. Sig. Nilai kritis Keterangan

Residual 0.389 0.05 Data berdistribusi normal Sumber: Lampiran 6

b. Uji Multikoleniaritas

Uji multikolonearitas merupakan uji yang digunakan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable independen pada nilai tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF) dalam collinearity statistics. Nilai cut off yang dipakai untuk menunjukkan adanya multikoleniaritas adalah nilai VIF < 10 atau nilai tolerance> 0.1. Tabel 4.5. menunjukkan ringkasan hasil uji multikolonearitas.

Tabel 4.5.

Ringkasan Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel bebas

Collinearity

Statistics Kesimpulan

Tolerance VIF

ROA 0.832 1.202 Tidak terjadi

multikolinearitas

CSR 0.933 1.072 Tidak terjadi


(51)

DPR 0.888 1.126 Tidak terjadi multikolinearitas Sumber: Lampiran 6

Nilai tolerance ROA sebesar 0.832 dan nilai VIF sebesar 1.202. Nilai tolerance CSR sebesar 0.933 dan nilai VIF sebesar 1.072. Nilai tolerance DPR sebesar 0.888 dan nilai VIF sebesar 1.126.

Hasil pengujian tidak ada satu variable bebas yang memiliki nilai tolerance> 0.1. Nilai variance inflation factor (VIF) pada masing-masing variable bebas < 10. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak terjadi multikolonearitas antar variabel independen dalam model regresi ini.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah data mempunyai varian yang sama atau data mempunyai varian yang tidak sama. Pendeteksian ada tidaknya heteroskedastisitas dengan menggunakan uji glejser. Jika nilai sig > α 0,05 maka tidak ada masalah heteroskedastisitas. Tabel 4.6. menunjukkan ringkasan uji heteroskedastisitas sebagai berikut :

Table 4.6.

Ringkasan Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel bebas Nilai sig Keterangan

ROA 0.957 Tidak terjadi heteroskedastisitas CSR 0.108 Tidak terjadi heteroskedastisitas DPR 0.249 Tidak terjadi heteroskedastisitas Sumber : Lampiran 6


(52)

Variabel ROA nilai signifikansinya sebesar 0.957. Variabel CSR nilai signifikansinya sebesar 0.108 dan variabel DPR nilai signifikansinya sebesar 0.249.

Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa variabel Return On Asset, variabel CSR dan DPR memiliki nilai signifikansi diatas α (0,05) yang berarti data ini tidak mengandung heteroskedastisitas. Jadi dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas di data ini.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara residual (kesalahan penganggu) pada periode t dengan residual pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali,2011). Hasil uji autokorelasi dengan menggunakan Durbin Watson statistic. Nilai Durbin Watson yang berada diantara nilai du dan 4- du/dl < d < 4-du menunjukkan model yang tidak terkena masalah autokorelasi disajikan pada tabel 4.7. sebagai berikut :

Tabel 4.7.

Ringkasan Hasil Uji Autokorelasi Uji

Autokorelasi dU Dw-test 4-dU Keterangan

Durbin-Watson 1.69 1.889 2.31

Tidak terdapat masalah autokorelasi Sumber : Lampiran 6


(53)

Hasil pengujian pada table 4.7. menunjukkan bahwa nilai DW yang diperoleh adalah sebesar 1.889. Nilai tabel du untuk k = 3 dan data sebanyak 60 sampel diperoleh sebesar 1.69. Dengan demikian nilai DW = 1.889 berada diantara du 1.69 dan 4-du = 2.31. Maka model regresi ini tidak terdapat autokorelasi positif atau negatif sehingga tidak terjadi auotokorelasi.

3. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) a. Hasil Uji Hipotesis 1 (H1)

1) Hasil Uji Koefisien Determinasi

Dari output SPSS pada tabel 4.8, menunjukkan besarnya nilai Adjusted R Square sebesar 0,245. Nilai ini menerangkan besarnya peran atau kontribusi variabel independen ROA yang mampu menjelaskan variabel Tobins Q sebesar 24,5%. Nilai Standard Error of the Estimate (SEE) yang kecil yaitu sebesar 0,4615659241, membuat model regresi ini tepat digunakan dalam memprediksi variabel dependen.

Tabel 4.8.

Hasil Uji Goodness Fit of Test ROA Terhadap Tobins Q R square Adj R square

0.258 0.245


(54)

2) Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Dari tabel 4.10 terlihat nilai t (t-hitung) dalam regresi menunjukkan pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. ROA memiliki t hitung sebesar 4,488 dengan signifikansi 0,000, berarti terdapat pengaruh ROA terhadap Tobins Q.

Tabel 4.9.

Hasil Uji t ROA terhadap TobinsQ Model Ustardardized

coefficient

Standardized coefficient

t Sig

B Std.

Error Beta

(constan) 0.887 0.140 6.354 0.000

ROA 0.724 0.161 0.508 4.488 0.000

Variabel dependen : Nilai Perusahaan Sumber: Lampiran 7

b. Hasil Uji Hipotesis 2 (H2) dengan Moderated Regression Analysis

(MRA)

1) Hasil Uji Koefisien Determinasi

Dari output SPSS pada tabel 4.11, menunjukkan besarnya nilai Adjusted R Square sebesar 0,280. Nilai ini menerangkan besarnya peran atau kontribusi variabel independen ROA, CSR, ROA*CSR yang mampu menjelaskan variabel Tobins Q sebesar 28%. Nilai Standard Error of the Estimate (SEE) sebesar 0,4508287940.


(55)

Tabel 4.10.

Hasil Uji Koefisien Determinasi ROA, CSR, ROA*CSR R square Adj R square

0.316 0.280

Sumber: Lampiran 8

2) Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Hasil uji statistik F yang terdapat dalam tabel 4.12, dapat diperoleh nilai probabilitas (F hitung) sebesar 8,635 dan signifikan pada 0,000. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependennya yaitu Tobins Q.

Tabel 4.11.

Hasil Uji F ROA, CSR, ROA*CSR

Model Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

regression 5.265 3 1.755 8.635 0.000

Sumber: Lampiran 8

3) Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Dari ketiga variabel yang dimasukkan dalam model regresi, hanya variabel CSR yang signifikan terhadap Tobins Q, mempunyai nilai t hitung -2,190, koefisien parameter -1,365 dengan probabilitas


(56)

signifikansi 0,033 < 0,05. Sedangkan variabel ROA memberikan koefisien parameter -0,052 dengan tingkat signifikansi 0,898, variabel ROA*CSR memberikan koefisien parameter -1,708 dengan tingkat signifikansi 0,052. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel ROA*CSR bukan merupakan variabel moderating.

Tabel 4.12.

Hasil Uji t ROA, CSR, ROA*CSR Model Ustardardized

coefficient

Standardized coefficient

t Sig

B Std.

Error Beta

(constan) 0.228 0.332 0.686 0.495

ROA -0.052 0.406 -0.037 -0.128 0.898

CSR -1.365 0.624 -0.597 -2.190 0.033

ROA*CSR -1.708 0.861 -0.654 -1.984 0.052 Variabel dependen : Nilai Perusahaan

Sumber: Lampiran 8

Dilihat dari signifikansi CSR sebesar 0,033 (signifikan) dengan signifikansi ROA*CSR sebesar 0,052 (tidak signifikan), maka variabel CSR merupakan variabel pure moderator. Pengujian terhadap pure moderator dilakukan dengan membuat regresi interaksi, tetapi variabel moderator tidak berfungsi sebagai variabel independen (Ghozali, 2011).


(57)

Hasil Uji Pure Moderator Tabel 4.13.

Hasil Uji Koefisien Determinasi CSR, ROA*CSR R square Adj R square

0.316 0.292

Sumber: Lampiran 9

Tabel 4.14.

Hasil Uji F CSR, ROA*CSR

Model Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

regression 5.265 2 2.631 13.172 0.000

Sumber: Lampiran 9

Tabel 4.15.

Hasil Uji t CSR, ROA*CSR Model Ustardardized

coefficient

Standardized coefficient

t Sig

B Std.

Error Beta

(constan) 0.266 0.142 1.874 0.066

CSR -1.295 0.300 -0.566 -4.320 0.000

ROA*CSR -1.607 0.343 -0.615 -4.690 0.000 Variabel dependen : Nilai Perusahaan

Sumber: Lampiran 9

Hasil output terlihat bahwa variabel ROA*CSR memberikan koefisien -0,615 dan signifikansi sebesar 0.000 yang berarti bahwa variabel CSR adalah pure moderator.


(58)

c. Hasil Uji Hipotesis 3 (H3) dengan Moderated Regression Analysis

(MRA)

1) Hasil Uji Koefisien Determinasi

Tampilan output SPSS pada tabel 4.14 menunjukkan besarnya adjusted R² sebesar 0,409, hal ini berarti hanya 40,9% variasi Tobins Q yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen ROA, DPR, dan ROA*DPR. Sedangkan sisanya (100% - 40,9% = 59,1%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model.

Tabel 4.16.

Hasil Uji Koefisien Determinasi ROA, DPR, ROA*DPR R square Adj R square

0.439 0.409

Sumber: Lampiran 10

2) Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji statistik F menghasilkan F hitung sebesar 14,583 dengan tingkat signifikansi 0,00. Karena probabilitas signifikansi < 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi Tobins Q atau dapat dikatakan bahwa ROA, DPR, dan ROA*DPR secara bersama-sama berpengaruh terhadap Tobins Q.


(59)

Tabel 4.17.

Hasil Uji F ROA, DPR, ROA*DPR

Model Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

regression 7.301 3 2.434 14.583 0.000

Sumber: Lampiran 10

3) Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Dari ketiga variabel yang dimasukkan dalam model regresi, semuanya menunjukkan hasil yang signifikan. Variabel ROA mempunyai nilai t hitung 6,143, koefisien parameter 1,545 dengan probabilitas signifikansi 0,000 < 0,05. Variabel DPR mempunyai nilai t hitung 4,154, koefisien parameter 1,628 dengan probabilitas signifikansi 0,000 < 0,05. Sedangkan variabel ROA*DPR mempunyai nilai t hitung 4,215, koefisien parameter 1,732 dengan probabilitas signifikansi 0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel ROA*DPR merupakan variabel moderating.

Tabel 4.18.

Hasil Uji t ROA, DPR, ROA*DPR Model Ustardardized

coefficient

Standardized coefficient

t Sig

B Std.

Error Beta

(constan) 1.588 0.206 7.700 0.000

ROA 1.545 0.251 1.082 6.143 0.000

DPR 1.682 0.405 1.345 4.154 0.000

ROA*DPR 1.732 0.411 1.643 4.215 0.000

Variabel dependen : Nilai Perusahaan Sumber: Lampiran 10


(60)

Dilihat dari signifikansi DPR sebesar 0,000 (signifikan) dengan signifikansi ROA*DPR sebesar 0,000 (signifikan), maka variabel DPR merupakan variabel quasi moderator.

d. Hasil Pengujian Hipotesis

Dari model persamaan regresi yang digunakan, terdapat tiga hipotesis yang diuji, hasil perhitungan regresi ditunjukkan dalam Tabel 4.17 sebagai berikut.

Tabel 4.19.

Hasil Perhitungan Regresi

H Persamaan Adjusted

R2

t

Hitung Sig. Keputusan H1 Q = 0,887 + 0,724ROA 0,245 4,488 0,000 Diterima H2 Q = 0,228 – 0,052ROA –

1,365CSR -1,708ROA*CSR 0,280 -1,984 0,052 Ditolak H3 Q = 1,588 + 1,545ROA +

1,682DPR + 1,732ROA*DPR 0,409 4,215 0,000 Diterima

Uji Hipotesis Pertama (H1)

Hipotesis pertama menguji pengaruh variabel ROA terhadap Tobins Q. Dari tabel 4.17 terlihat bahwa tingkat signifikansi probabilitas ROA sebesar 0,000. Karena tingkat signifikansi probabilitas ROA lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis pertama (H1) diterima.


(61)

Uji Hipotesis Kedua (H2)

Hipotesis kedua menguji pengaruh variabel pengungkapan CSR yang diduga mampu memperkuat hubungan antara variabel ROA dan Tobins Q. Dari tabel 4.17 ditampilkan nilai signifikansi ROA*CSR sebesar 0,052. Tingkat signifikansinya diatas 0,05, maka dapat disimpulkan hipotesis kedua (H2) ditolak.

Uji Hipotesis Ketiga (H3)

Hipotesis ketiga menguji pengaruh variabel kebijakan dividen (DPR) yang diduga mampu memperkuat hubungan antara variabel ROA dan Tobins Q. Tabel 4.17 menunjukkan nilai signifikansi ROA*DPR sebesar 0,000 yang berarti dibawah tingkat signifikansi yaitu 0,05. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua (H3) diterima.

C. Pembahasan (Interpretasi)

Penelitian ini menguji pengaruh kinerja keuangan, corporate social responsibility (CSR) dan kebijakan dividen sebagai variabel pemoderasi, terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan pada pengujian yang telah dilakukan terhadap 3 (tiga) hipotesis dalam penelitian, hasilnya menunjukkan bahwa kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROA berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, CSR sebagai variabel pemoderasi tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan variabel pemoderasi kebijakan dividen mampu memperkuat hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.


(62)

1. Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan

Hasil uji parsial kinerja keuangan (ROA) terhadap Nilai Perusahaan diketahui bahwa ROA berpengaruh positif signifikan terhadap Tobins Q. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa kinerja keuangan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan diterima. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Purwaningsih dan Wirajaya (2014), Erlangga (2009), Fachrurrozie dan Utaminingsih (2014) yang menunjukkan hasil bahwa kinerja keuangan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Pengaruh profitabilitas dalam hal ini ROA yang signifikan terhadap nilai perusahaan sejalan dengan teori sinyal (signalling theory). Profitablitas merupakan sinyal yang berupa informasi yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Profitabilitas juga mampu mengurangi informasi asimetri, karena profitabilitas merupakan informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang, dan jika perusahaan mampu memberikan harapan yang mantap terhadap nilai (hasil) di masa datang maka menyebabkan perusahaan tersebut akan dinilai tinggi oleh masyarakat (Indriyo, 1984 dalam Fachrurrozie dan Utaminingsih, 2014).


(63)

2. Pengaruh pengungkapan CSR terhadap hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.

Dari hasil pengujian diketahui bahwa pengungkapan CSR tidak mampu memperkuat hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Hasil ini mendukung penelitian Fachrurrozie dan Utaminingsih (2014), Munawaroh dan Priyadi (2014), Purwaningsih dan Wirajaya (2014).

Secara teori, pengungkapan CSR seharusnya dapat menjadi pertimbangan investor sebelum berinvestasi, karena didalamnya mengandung informasi sosial yang telah dilakukan perusahaan. Akan tetapi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investor tidak merespon atas pengungkapan CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan. Dalam UU Perseroan Terbatas No 40 Tahun 2007 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan disebutkan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Terdapat indikasi bahwa para investor tidak perlu melihat pengungkapan CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan, karena terdapat jaminan yang tertera pada UU Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007, bahwa perusahaan pasti melaksanakan CSR dan mengungkapkannya, karena apabila perusahaan tidak melaksanakan CSR, maka perusahaan akan terkena sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengungkapan CSR adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara


(64)

sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan social kedalam oprasinya dan interaksinya dengan stakeholder.

3. Pengaruh kebijakan dividen terhadap hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.

Dari hasil pengujian diketahui bahwa kebijakan dividen mampu memperkuat hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Erlangga (2009) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen mempengaruhi hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.

Hal tersebut sesuai dengan A bird in the Hand Theory dicetuskan oleh Myron Gordon dan John Lintner yang berpendapat bahwa pembagian dividen berpengaruh secara positif terhadap nilai perusahaan. Teori ini mengacu pada konsep time value of money dimana dividen saat ini seharusnya memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding capital gain dimasa depan.

Pembayaran dividen juga dapat mengurangi ketidakpastian yang berarti mengurangi resiko yang pada giliran selanjutnya mengurangi tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemegang saham. Investor mengharapkan cash dividen karena menghindari risiko perusahaan yang sudah tidak bisa ekspansi.


(65)

Hasil ini juga sesuai dengan Information content atau signalling hypothesis.Information content atau signalling hypothesis adalah teori yang menyatakan bahwa investor menganggap perubahan dividen sebagai pertanda bagi perkiraan manajemen atas laba. Ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividen.


(66)

53 A. Simpulan

Penelitian ini pada dasarnya dilakukakan untuk mengetahui pengaruh antara kkinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Kinerja perusahaan diproksikan dengan return on assets (ROA). Selain itu penelitian ini juga menguji apakah corporate social responsibility (CSR) dan kebijakan dividen mampu mempengaruhi dalam hal ini memperkuat hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengujian menunjukkan variabel kinerja keuangan dengan proksi return on asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan semakin tinggi laba yang didapat perusahaan maka semakin baik pula kesejahteraan pemegang saham yang berarti nilai perusahaan juga akan meningkat.

2. Variabel kebijakan dividen sebagai pemoderasi yang diproksikan dengan dividend payout ratio mampu memperkuat hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan yang yang diambil perusahaan dalam menentukan apakah laba akan dibagikan atau ditahan sebagai laba ditahan sangat menentukan pilihan para calon investor.


(67)

3. Sedangkan variable kinerja keuangan (ROA) yang dimoderasi oleh corporate social responsibility tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal tersebut terjadi karena calon investor menganggap bahwa kegiatan CSR merupakan sebuah keharus suatu perusahaan karena sudah diatur dalam undang-undang, sehingga sebagian investor tidak mempertimbangkan hal tersebut dalam mengambil keputusan investasi.

B. Saran

Saran yang dapat penulis berikan sebagai berikut :

1. Sampel pada penelitian selanjutnya hendaknya tidak dibatasi pada perusahaan manufaktur saja, tetapi seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI.

2. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan proksi kinerja keuangan yang lain, seperti ROE, dll.

3. Penambahan tahun periode penelitian.

4. Untuk mendapatkan rincian yang lebih lengkap mengenai data-data pengungkapan CSR perusahaan, hendaknya data-data CSR diperoleh langsung dari perusahaan yang bersangkutan.

C. Keterbatasan

Penelitian ini memiliki keterbatasan sebagai berikut :

1. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun selama 2010 – 2014 sebagai sampel sehingga belum dapat merepresentasikan semua perusahaan yang ada.


(68)

2. Penelitian ini hanya menggunakan ROA sebagai proksi dari kinerja keuangan perusahaan.

3. Data mengenai pengungkapan CSR perusahaan hanya berasal dari annual report, padahal tidak semua item-item pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di annual report.


(1)

Hasil Uji Hipotesis 2

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .228 .332 .686 .495

ROA -.052 .406 -.037 -.128 .898

CSR -1.365 .624 -.597 -2.190 .033

ROA * CSR -1.708 .861 -.654 -1.984 .052 a. Dependent Variable: TobinsQ

Dari ketiga variabel yang dimasukkan dalam model regresi, hanya variabel CSR yang signifikan terhadap Tobins Q, mempunyai nilai t hitung -2,190, koefisien parameter -1,365 dengan probabilitas signifikansi 0,033 < 0,05. Sedangkan variabel ROA memberikan koefisien parameter -0,052 dengan tingkat signifikansi 0,898, variabel ROA*CSR memberikan koefisien parameter -1,708 dengan tingkat signifikansi 0,052. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel ROA*CSR bukan merupakan variabel moderating.

Hasil Uji Hipotesis 3

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.588 .206 7.700 .000

ROA 1.545 .251 1.082 6.143 .000

DPR 1.682 .405 1.345 4.154 .000

ROA * DPR 1.732 .411 1.643 4.215 .000 a. Dependent Variable: TobinsQ

Dari ketiga variabel yang dimasukkan dalam model regresi, semuanya menunjukkan hasil yang signifikan. Variabel ROA mempunyai nilai t hitung 6,143, koefisien parameter 1,545 dengan probabilitas signifikansi 0,000 < 0,05. Variabel DPR mempunyai nilai t hitung 4,154,


(2)

koefisien parameter 1,628 dengan probabilitas signifikansi 0,000 < 0,05. Sedangkan variabel ROA*DPR mempunyai nilai t hitung 4,215, koefisien parameter 1,732 dengan probabilitas signifikansi 0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel ROA*DPR merupakan variabel moderating.

PEMBAHASAN

Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan

Hasil uji parsial kinerja keuangan (ROA) terhadap Nilai Perusahaan diketahui bahwa ROA berpengaruh positif signifikan terhadap Tobins Q. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa kinerja keuangan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan diterima. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Purwaningsih dan Wirajaya (2014), Erlangga (2009), Fachrurrozie dan Utaminingsih (2014) yang menunjukkan hasil bahwa kinerja keuangan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Pengaruh profitabilitas dalam hal ini ROA yang signifikan terhadap nilai perusahaan sejalan dengan teori sinyal (signalling theory). Profitablitas merupakan sinyal yang berupa informasi yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Profitabilitas juga mampu mengurangi informasi asimetri, karena profitabilitas merupakan informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang, dan jika perusahaan mampu memberikan harapan yang mantap terhadap nilai (hasil) di masa datang maka menyebabkan perusahaan tersebut akan dinilai tinggi oleh masyarakat (Indriyo, 1984 dalam Fachrurrozie dan Utaminingsih, 2014).

Pengaruh pengungkapan CSR terhadap hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.

Dari hasil pengujian diketahui bahwa pengungkapan CSR tidak mampu memperkuat hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Hasil ini mendukung penelitian Fachrurrozie dan Utaminingsih (2014), Munawaroh dan Priyadi (2014), Purwaningsih dan Wirajaya (2014).

Secara teori, pengungkapan CSR seharusnya dapat menjadi pertimbangan investor sebelum berinvestasi, karena didalamnya mengandung informasi sosial yang telah dilakukan perusahaan. Akan tetapi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investor tidak merespon atas


(3)

pengungkapan CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan. Dalam UU Perseroan Terbatas No 40 Tahun 2007 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan disebutkan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Terdapat indikasi bahwa para investor tidak perlu melihat pengungkapan CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan, karena terdapat jaminan yang tertera pada UU Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007, bahwa perusahaan pasti melaksanakan CSR dan mengungkapkannya, karena apabila perusahaan tidak melaksanakan CSR, maka perusahaan akan terkena sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengungkapan CSR adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan social kedalam oprasinya dan interaksinya dengan stakeholder.

Pengaruh kebijakan dividen terhadap hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.

Dari hasil pengujian diketahui bahwa kebijakan dividen mampu memperkuat hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Erlangga (2009) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen mempengaruhi hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.

Hal tersebut sesuai dengan A bird in the Hand Theory dicetuskan oleh Myron Gordon dan John Lintner yang berpendapat bahwa pembagian dividen berpengaruh secara positif terhadap nilai perusahaan. Teori ini mengacu pada konsep time value of money dimana dividen saat ini seharusnya memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding capital gain dimasa depan.

Pembayaran dividen juga dapat mengurangi ketidakpastian yang berarti mengurangi resiko yang pada giliran selanjutnya mengurangi tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemegang saham. Investor mengharapkan cash dividen karena menghindari risiko perusahaan yang sudah tidak bisa ekspansi.

Hasil ini juga sesuai dengan Information content atau signalling hypothesis. Information content atau signalling hypothesis adalah teori yang menyatakan bahwa investor menganggap perubahan dividen sebagai pertanda bagi perkiraan manajemen atas laba. Ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividen.


(4)

Kesimpulan

Penelitian ini pada dasarnya dilakukakan untuk mengetahui pengaruh antara kkinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Kinerja perusahaan diproksikan dengan return on assets

(ROA). Selain itu penelitian ini juga menguji apakah corporate social responsibility (CSR) dan kebijakan dividen mampu mempengaruhi dalam hal ini memperkuat hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengujian menunjukkan variabel kinerja keuangan dengan proksi return on asset

berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan semakin tinggi laba yang didapat perusahaan maka semakin baik pula kesejahteraan pemegang saham yang berarti nilai perusahaan juga akan meningkat.

2. Variabel kebijakan dividen sebagai pemoderasi yang diproksikan dengan dividend payout

ratio mampu memperkuat hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan. Hal ini

menunjukkan bahwa kebijakan yang yang diambil perusahaan dalam menentukan apakah laba akan dibagikan atau ditahan sebagai laba ditahan sangat menentukan pilihan para calon investor.

3. Sedangkan variable kinerja keuangan (ROA) yang dimoderasi oleh corporate social responsibility tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal tersebut terjadi karena calon investor menganggap bahwa kegiatan CSR merupakan sebuah keharus suatu perusahaan karena sudah diatur dalam undang-undang, sehingga sebagian investor tidak mempertimbangkan hal tersebut dalam mengambil keputusan investasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anuragabudhi Ika W. dan Anna Purwaningsih, 2008, ”Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Stock Split”, Jurnal Modeus, Vol. 20.

Budiartha, Ketut, 2008, “Cara Pandang undang RI No. 40 tahun 2007 dan Undang-Undang RI No. 17 tahun 2000 Terhadap Corporate Social Responcibility (CSR)”, Buletin Studi Ekonomi, Vol. 13, No. 2, Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar.

Burhani, Irsyad, 2015, “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan

Corporate Social Responsibility dan Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel

Pemoderasi (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia),


(5)

Erlangga, Enggar, 2009, “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan CSR, Good Corporate Governance dan Kebijakan Dividen sebagai Variabel Pemoderasi”, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Fachrurrozie, Gatot Putra Dewa dan Nanik Sri Utami, 2014, “Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan dengan Luas Pengungkapan CSR sebagai Variabel Pemoderasi”,

Accounting Analysis Journal, Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Ghozali, Imam, 2009, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi Keempat, Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Ghozali, Imam, 2011, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi Kelima, Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Harahap, S. S., 2004, Analisis Kritis atas laporan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Harjito, A dan Martono, 2005, Manajemen Keuangan, Yogyakarta.

Hermawan, Sigit dan Afiyah Nurul Maf’ulah, 2014, “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Sebagai Variabel Pemoderasi”, Jurnal Dinamika Akuntansi, Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Munawaroh, Aisyatul dan Maswar Patuh Priyadi, 2014, ”Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan dengan Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Moderating”,

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, Vol. 3, No. 4.

Munawir, 2001, Analisa Laporan Keuangan, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Nurlela, Rika dan Islahuddin, 2008, “Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”, Simposium Nasional Akuntansi (SNA) Ke IX, Pontianak.

Purwaningsih, Ni Kadek Irma dan I Gde Ary Wirajaya, 2014, “Pengaruh Kinerja pada Nilai Perusahaan dengan Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Pemoderasi, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 7.3, Universitas Udayana, Denpasar.

Rahayu, Sri, 2010, “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta),


(6)

Suharli, M. 2007, “Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas Sebagai Variabel Penguat (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2003), Jurnal Akuntansi dan Keuangan.

Susianti, Maria Ni Luh dan Gerianta Wirawan Yasa, 2013, “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pemoderasi Good Corporate Governance dan

Corporate Social Resposibility”, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 3.1,

Universitas Udayana, Denpasar.

Tendi, Haruman, 2008, “Struktur Kepemilikan, Keputusan Keuangan dan Nilai Perusahaan. UU Pasar Modal no.8 tahun 1995”, Jurnal Keuangan & Perbankan Perbanas.

Wijaya, Anthony dan Nanik Linawati, 2015, “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan”, FINESTA, Vol. 3, No.1, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

Wongso, Amanda, 2013, “Pengaruh Kebijakan Dividen, Struktur Kepemilikan, dan Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan dalam Perspektif Teori Agensi dan Teori Signaling”.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi

13 171 114

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 44 63

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 71 72

PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia)

0 5 19

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA)

0 4 107

PENGARUH PROFITABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015)

1 14 119

PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bu

0 2 11

PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indone

0 3 19

PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN SIZE PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING.

0 1 35

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 135