BENTUK PENYAJIAN DAN FUNGSI MUSIK PADA TATA IBADAH AGAMA SIKH DI GURDWARA NANAK DEV JI KAMPUNG KELING MEDAN.

BENTUK PENYAJIAN DAN FUNGSI MUSIK
PADA TATA IBADAH AGAMA SIKH
DI GURDWARA NANAK DEV JI
KAMPUNG KELING MEDAN

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

YESAYA BASTAMA SIREGAR
2113340054

 

JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016


 

 

KATA PENGANTAR

Ucapan syukur dan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada Tuhan
Yesus Kristus yang telah melimpahkan berkat dan Rahmat-Nya, sehingga Skripsi
ini dapat diselesaikan dengan baik.
Skripsi ini sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di
Universitas Negeri Medan. Skripsi ini berjudul “Bentuk Penyajian dan Fungsi
Musik Pada Tata Ibadah Agama Sikh di Gurdwara Nanak Dev Ji Kampung
Keling Medan.
Dalam penyelesaian Skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak baik moralmaupun materil. Tanpa bantuan dari berbagai pihak,
skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan. Oleh karena itu dengan ketulusan
dan kerendahan hati penulis menuturkan ucapan terimakasih yang tiada terhingga
kepada:
1.


Prof. Dr. Syahwal Gultom, M.Pd Rektor Universitas Negeri Medan,

2.

Dr. Isda Pramuniati, M. Hum Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Medan ,

3.

Uyuni Widiastuti, M.Pd Ketua Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan,

4.

Dra. Pita H.D Silitonga, M.Pd Sekretaris Jurusan Sendratasik, Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan dan Narasumber I

5.


Dr. Pulumun P. Ginting, S.Sn, M. Sn Ketua Prodi Pendidikan Musik

6.

Dra. Theodora Sinaga, M.Pd Pembimbing Skripsi I

7.

Mukhlis Hasbullah, M.Sn Pembimbing Skripsi II

8.

Herna Hirza, M.Sn Narasumber II dan seluruh Bapak/Ibu Dosen di Jurusan
Sendratasik FBS Universitas Negeri Medan,

9.

Pengurus The Gurdwara Parbhandak Committee Ibu Nancy yang telah
membantu penulis selama melakukan penelitian


10. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Marlan Siregar dan Ibunda Herawati
Ginting yang selalu mendidik, memberikan kasih sayang yang tak terhingga,

ii 

mendukung baik secara moril maupun materil, memberikan motivasi,
semangat dan doa yang tulus tiada hentinya demi kesuksesan penulis.
11. Kakak tercinta Wenty Regina Siregar, dan adik tersayang Chintya Brenda
Clarisa Siregar, beserta sepupu Sony F Ginting, Selvi Ginting, Ian Rendy
Ginting dan seluruh keluarga atas semangat, doa dan dukungan yang
diberikan kepada penulis.
12. Teman terbaik penulis Debora Eunike Simanjuntak, Ade Sitorus, Maria,
Grace, Petra, Ecy, Hanna, Ajeng, Tinton, Tika, Vebro Siregar, Segaris, Next
Level Project, Grapiti Community dan rekan-rekan seperjuangan stambuk
011, serta seluruh teman-teman yang lain yang tidak dapat diucapkan satupersatu. Terimakasih untuk motivasi dan dukungan yang telah diberikan
kepada penulis.
Semoga kebaikan mereka mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kelemahan dan kekurangan dalam
penulisan Skripsi ini, baik berkenan dengan bentuk maupun isinya. Untuk itu
penulis sangat mengharapkan saran, kritik dan koreksi guna perbaikan.


Medan,

September 2016

Penulis

Yesaya Bastama Siregar

iii 

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh melodi raga bhupali .................................................... 13
Gambar 2.2 Pola Ritme Tintal .................................................................... 15
Gambar 2.3 Pola Ritme Ektal ...................................................................... 15
Gambar 2.4 Pola ritme jhaptal .................................................................... 16
Gambar 2.5 Pola ritme rupak ...................................................................... 16
Gambar 2.6 Kerangka Konseptual .............................................................. 23
Gambar 4.1. Wawancara dengan narasumber . ............................................ 32

Gambar 4.2. Gurdwara Nanak DevJi . ......................................................... 33
Gambar 4.3. Altar kitab Guru Grant Sahib . ............................................... 33
Gambar 4.4. Altar untuk pendeta memainkan alat music . .......................... 34
Gambar 4.5. Sekolah Khalsa ....................................................................... 35
Gambar 4.6. Bagian dalam Gurdawara . ...................................................... 35
Gambar 4.7. Alat musik harmonium . .......................................................... 36
Gambar 4.8. Alat musik tabla . .................................................................... 38
Gambar 4.9. Alat musik rebana ................................................................... 39
Gambar 4.10. Kitab Guru Grant Sahib. ....................................................... 40
Gambar 4.11.Umat Sikh memakai penutup kepala sebelum beribadah . ..... 42
Gambar 4.12. Umat Sikh mencuci kaki sebelum memasuki Gurdwara . .... 43
Gambar 4.13 Umat Sikh berdoa di depan altar . .......................................... 43
Gambar 4.14 Umat Sikh menyanyikan Asadivaar . ..................................... 58
Gambar 4.15 Ruangan makan bersama umat Sikh setelah ibadah . ............. 58

vii 
 

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Musik merupakan pengungkapan melalui gagasan bunyi yang unsur
dasarnya berupa melodi, irama, dan harmoni dengan unsur pendukung berupa
gagasan, sifat dan warna bunyi. Musik merupakan suatu wujud karya dalam
bentuk nada dan memiliki tempo yang dapat diikuti oleh penikmatnya yang lahir
dari aliran – aliran nadi yang disertai dorongan sensitif karena salah satu indera
yang merasakannya. Pada hakikatnya musik sangat berperan khususnya dalam
kehidupan manusia. Pada masa sekarang ini musik telah menjadi konsumsi utama
bagi kebanyakan orang pada setiap kalangan. Hal ini dikarenakan musik bisa
didapatkan atau didengarkan dimana saja dan kapan saja, seperti lewat radio,
telivisi, handphone, iphone, ipod, dan lain sebagainya.
Musik tidak dapat dipisahkan dari seluruh aspek kehidupan manusia, dan
selalu melekat dalam seluruh kehidupan manusia. Secara mendasar, musik
merupakan hasil dari karya masusia yang diciptakan dengan maksud dan tujuan
tertentu. Oleh karenanya, fungsi musik sangat beraneka ragam, sesuai dengan
kebutuhan pencipta ataupun penikmat musik yang diciptakan tersebut. Namun,
meskipun musik memiliki fungsi yang berbeda, musik tetaplah karya seni yang
diciptakan sebagai ekspresi jiwa.
Di dalam keagamaan musik pada umummnya digunakan dalam
melaksanakan ibadah, seperti menaikkan nyanyian atau doa kepada Tuhan. Dalam

hal ini nyanyian merupakan sarana atau cara bagi setiap individu atau komunitas

 



2
 

tertentu untuk secara langsung mengucapkan isi hati yang dicetuskan berupa
rangkaian kata yang mengandung irama, melodi, dan harmoni. Nyanyian yang
dinaikkan biasanya berisi tentang ucapan syukur kepada Yang Maha Kuasa.
Dalam sistem religi misalnya, sebelum datangnya agama-agama besar
dunia di Sumatera Utara, masyarakat di kawasan ini mempercayai adanya
makhluk-makhluk gaib yang menghuni tempat-tempat tertentu. Mereka juga
mempercayai roh-roh nenek moyang yang dapat membantu menyelesaikan
berbagai masalah dalam kehidupannya. Oleh karena itu mereka selalu memuja
roh-roh nenek moyangnya dan pemujaan tersebut juga tidak terlepas dari
penggunaan musik. Musik dalam ibadah satu keagamaan mengandung pesan
kecintaan terhadap Tuhan, pemujaan terhadap keagunganNya dan pemujaan

terhadap kebaikanNya. Ibadah adalah suatu kegiatan keagamaan yang sacral dan
kudus, acara yang memiliki tahap atau proses dalam melakukan pemujaan kepada
Tuhan, ataupun dewa-dewi yang dipuja oleh penganut suatu kepercayaan. Segala
sesuatu yang berhubungan dengan suatu proses ibadah dilakukan dengan tentram,
damai, syahdu, dan hikmat. Dalam suatu ibadah, banyak cara dilakukan untuk
mengekspresikan rasa syukur kepada Tuhan yaitu melalui puji–pujian, lewat lagu,
doa, dan tepuk tangan. Seluruh bangsa di dunia yang menganut satu kepercayaan
yang memiliki agama, dan suatu ajaran kerohanian melakukan pemujaan kepada
Tuhannya lewat ibadah, termasuk di Indonesia.
Di Indonesia terdapat beberapa agama yang diakui oleh Negara, yaitu
Islam, Kristen Protestan. Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu. Ke lima
agama tersebut tersebar di setiap pulau besar yang ada di Indonesia, salah satunya
pulau Sumatera tepatnya di kota Medan. Masyarakat pada umumnya menganut
agama Islam dan Kristen, dengan berbagai kontinuitasnya yang diperoleh dari

3
 

masa animisme, Hindu, dan Budha. Selain itu ada pula kelompok-kelompok etnik
pendatang yang membawa budaya dan agamanya di kawasan ini. Misalnya orang

Bali membawa agama Hindu Dharma Bali, orang-orang dari Indonesia Timur
membawa agama Kristen Protestan yang terintegrasi dalam Gereje Protestan
Indonesia Bahagian Barat (GPIB), orang-orang Tionghoa yang membawa agama
Budha (berkarakter budaya China) juga Taoisme, Konfusianisme, dan lainnya.
Demikian pula masyarakat yang berasal dari India seperti suku Tamil, Hindustani,
dan lainnya membawa agama Hindu, Islam, dan Sikh, yang tentu saja
berkkarakter budaya India.
Sikh merupakan salah satu agama terbesar di dunia. Agama ini
berkembang pada abad (1469-1539) pada akhir abad 15 dan awal abad 16.
Sikhisme berasal dari kata Sikh, yang berarti “murid” atau “pelajar”. Sikh berasal
dari sebuah desa di India yang bernama Punjab. Agama Sikh mayoritas
berkembang pada masyarakat Punjabi itu sendiri. Agama Sikh didirikan oleh anak
dari Mehta Kalu seorang keturunan bedi (kstaria) yang berkeja sebagai akuntan
desa yang menganut agama Hindu yang bernama Guru Nanak Dev Ji.
Berkembangnya agama Sikh yang sangat pesat menyebabkan terjadinya
penyebaran ke seluruh dunia. Begitu di Indonesia khususnya di Sumatera Utara.
Menurut Tengku Luckman Sinar (1991) dalam tahun 1930 sudah lebih dari 5000
orang umat Sikh tersebar di Sumatera Utara antara lain di kota Medan, Binjai,
Lubuk Pakam, Kisaran, Pematang Siantar, Perbaungan, dan Tebing Tinggi.
Sama halnya dengan agama lainnya Sikh juga memiliki tata penyembahan

kepada Wahegeru1. Ibadah umat Sikh dilakasakan setiap hari Minggu di

                                                            
1

Waheguru merupakan sebutan untuk nama Tuhan dalam agama SIKH

4
 

Gurdwara2. Bentuk penyajian music Sikh terdiri dari 3 bagian yang dimulai
dengan pelaksanaan Asa Di Vaar kemudian Kirtan dan yang terakhir Ardas. Asa
Di Vaar, merupakan nyanyian yang dibawakan ketika di awal ibadah, yang berisi
24 bait dan dikutip dari Guru Granth Sahib3, lirik pada Asa Di Vaar tidak
berubah, selalu sama pada setiap ibadah, tetapi melodi musiknya tergantung pada
yang membawakan Asa Di Vaar.
Dalam ketiga bagian yang dilaksanakan umat Sikh dalam melaksanakan
ibadah yang paling menarik perhatian peneliti adalah bagian pertama yaitu Asa Di
Vaar dimana ini merupakan bagian pembuka dalam melaksanakan ibadah yang
dilakukan oleh umat Sikh setiap minggunya tepatnya pada hari Minggu. Musik
sangat berperan penting dalam melaksanakan ibadah pada agama Sikh, terutama
pada bagian Asa Di Vaar. Musik akan terus dimainkan ketika pembacaan ayat
oleh Bhai. Setiap Gurdwara mempunyai alat musik yang berbeda – beda, dimana
alat musik tersebut berasal dari India. Mereka juga memiliki ciri masing-masing
atau satu perbedaan dalam melakukan ibadah. Oleh sebab itu dapat dikatakan
musik mempunyai fungsi dalam melaksanakan ibadah umat Sikh. Kenyataan
inilah yang mendasari penulis memilih judul “Bentuk Penyajian Dan Fungsi
Musik Pada Ibadah Agama Sikh Di Gurdhwara Nanak Dev Ji Kampung
Keling Medan”.

                                                            
2

Gurdwara adalah tempat beribadah kaum Sikh, wara artinya gerbang, Gurdwara
atinya gerbang menuju Guru. Gurdwara dapat dikenali dari jauh dengan tiang
bendera yang tinggi yang diujungnya berkibar bendera Nishan Sahib (bendera
kaum Sikh).
3
Guru pendiri agama tersebut yang terdiri dari 1430 halaman. Agak berbeda
dengan agama-agama lain seperti Kristen yang kitab sucinya adalah Injil (Bibel),
Islam kitab sucinya Al-Qur’an, Yahudi kitab sucinya Taurat, maka umat Sikh
memandang kitabnya adalah rangkaian yang terintegrasi dengan para sepuluh
gurunya. Bahkan Kitab Guru Granth Sahib ini merupakan “guru yang
kesebelas.”

5
 

B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah sangat penting dilakukan dengan benar dalam
penelitian ilmiah. Hal ini bertujuan agar peneliti menjadi terarah dan setiap
masalah yang muncul tidak terlalu luas dan melebar. Menurut pendapat Haeli
(2006:23) yang menyatakan bahwa : ”Identifikasi masalah adalah situasi yang
merupakan akibat dari interaksi dua atau lebih faktor (seperti kebiasaan –
kebiasaan, keadaan – keadaan, dan yang lain sebagainya) yang menimbulkan
masalah.
Berdasarkan pendapat diatas dan uraian yang disajikan dalam latar
belakang masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi
sebagai berikut :
1. Bagaimana Sejarah agama Sikh?
2. Bagaimana Bentuk Penyajian Asa Di Vaar pada ibadah umat Sikh di
Gurdwara Nanak Dev Ji di Kampung Keling Medan?
3. Bagaimana Fungsi musik dalam pelaksanaan Asadivaar pada ibadah
umat Sikh di Gurdwara Nanak Dev Ji di Kampung Keling Medan?
4. Bagaimana

tanggapan

jemaat

tentang

Fungsi

Musik

dalam

pelaksanaan Asa Di Vaar pada ibadah umat Sikh di Gurdwara Nanak
Dev Ji di Kampung Kelinng Medan?
5. Alat musik apa saja yang digunakan dalam melaksanakan Ibadah umat
Sikh di Gurdwara Nanak Dev Ji di Kampung Keling Medan?

6
 

C. Pembatasan Masalah
Melihat luasnya cakup – cakupan masalah, dan untuk mempersingkatnya
karena keterbatasan waktu, tenaga, dana, dan kemampuan penulis, untuk itu
penulis membatasi masalah dalam topik ini agar dapat menganalisanya dengan
baik serta dipertanggungjawabkan. Menurut Sugiyono (2012:286) mengatakan
bahwa : “pembatasan dalam penelitian kualitatif lebih didasarkan kepada tingkat
kepentingan, urgensi, serta faktor keterbatasan tenaga, dana, dan waktu”.
Berdasarkan identifikasi yang telah dipaparkan maka penulis membatasi masalah
penelitian. Adapun pembatasan masalah dari penelitian yaitu:
1. Bagaimana bentuk penyajian Asa Di Vaar pada ibadah agama Sikh di
Gurdwara Nanak Dev Ji di Kampung Keling Medan?
2. Bagaimana Fungsi musik dalam pelaksanaan Asa Di Vaar pada ibadah
umat Sikh di Gurdwara Nanak Dev Ji di Kampung Keling Medan?
3. Alat musik apa saja yang digunakan dalam pelaksanaan ibadah umat
Sikh di Gurdwara Nanak Dev Ji di Kampung Keling Medan?

D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan pertanyaan lengkap dan terperinci
mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti berdasarkan identifikasi
masalah dan pembatasan masalah. Mengingat perumusan masalah merupakan titik
fokus dari sebuah penelitian yang hendak dilakukan, maka dari itu perlu
dirumuskan dengan baik sehingga dapat mendukung untuk menemukan jawaban.
Berdasarkan dari uraian di atas hal sejalan dengan Maryeani (2005:14)
yang mengatakan bahwa : “ Rumusan masalah merupakan jawaban detail fokus
penelitian yang akan digarap. Dimana perumusan masalah menjadi semacam

7
 

kontrak dalam menmukan jawaban pertanyaan sebagaimana terpapar pada
rumusan masalahnya”.
Berdasarkan dari uraian – uraian dan pendapat maryeani tersebut maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “ Bagaimana Bentuk Penyajian
dan Fungsi Musik Pada Tata Ibadah Sikh Di Kuil Gurdwara Kampung Keling
Medan?”.

E. Tujuan Penelitian
Pada Umumnya sebuah kegiatan penelitian berorientasi pada tujuan dalam
kaitan ini sesuai dengan pendapat Sugiono (2010:397) yang mengatakan bahwa :
“Tujuan penelitian adalah untuk menemukan, mengembangkan, dan membuktikan
pengetahuan yang sebelumnyaa belum perna ada atau belum diketahui”.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tidak
lain untuk mengetahui indikator – indikator apa yang hendak ditemukan dalam
penelitian terutama yang berkaitan denga variabel – variabel penelitian. Dalam hal
ini ditemukanlah tujuan penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1.

Untuk mengetahui bentuk penyajian Asa Di Vaar pada ibadah agama
Sikh di Gurdwara Nanak Dev Ji di Kampung Keling Medan.

2.

Untuk mengetahui bagaimana Fungsi musik dalam melaksanakan
Asa Di Vaar pada ibadah umat Sikh di Gurdwara Nanak Dev Ji di
Kampung Keling Medan.

3.

Alat musik apa saja yang digunakan dalam melaksanakan ibadah
umat Sikh di Gurdwara Nanak Dev Ji di Kampung Keling Medan.

8
 

F. Manfaat Penelitian
Setiap penulisan pastilah memiliki manfaat secara langsung maupun tidak,
karena penelitian dilakukan untuk menambah pengetahuan dan menjawab
berbagai pertanyaan yang telah dirumuskan oleh penulis. Setelah penulisan ini
selesai dilakukan, akan didapat hasil penulisan yang memberi manfaat sebagai
berikut :
1. Untuk menambah wawasan penulis tentang bentuk penyajian dan fugsi
musik dalam ibadah agama sikh.
2. Menambah wawasan penulis dalam rangka menuangkan gagasan maupun
ide ke dalam karya tulis.
3. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat/pembaca mengenai “Bentuk
Penyajian dan Fungsi Musik Pada Tata Ibadah Agama Sikh Gurduwara
Nanak Dev Ji Kampung Keling Medan”.
4. Sebagai bahan reverensi untuk menjadi acuan bagi peneliti yang relevan
dengan topik ini dikemudian hari.
5. Sebagai bahan tambahan kepustakaan dalam kajian musik dan lagu (studi
bentuk dan fungsi).
6. Menambah sumber kepustakaan di jurusan Sendratasik Program Studi
Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.
7. Bahan motivasi bagi para pembaca, khusunya yang menekuni atau
mendalami pengetahuan seni musik.

 
 

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat ditarik
beberapa kesimpulan yaitu :
1. Dalam tata ibadah agama Sikh di Gurdawara Nanak Dev JI Kampung
Keling Medan, masih tetap menjaga dan menjalankan sesuai tradisi yang
diwariskan oleh leluhur mereka sebelumnya.
2. Instrumen yang digunakan pada setiap ibadah adalah, harmonium dan
tabla serta rebana. Harmonium dan table merupakan alat musik yang
wajib dimainkan ketika beribadah.
3. Bentuk penyajian musik dalam tata ibadah agama Sikh di Gurdawara
Nanak Dev Ji Kampung Keling Medan, memiliki bentuk penyajian yang
menarik karena di dalam musik tradisional tersebut juga terdapat nilai seni
yang tinggi yang tidak bisa dibandingkan dengan musik modern.
4. Fungsi musik dalam tata ibadah Asadivaar di Gurdawa Nanak Dev Ji,
fungsi pengungkapan emosional, fungsi komunikasi, fungsi sarana
pengiring ibadah.

61

62
 

B. Saran
Dari beberapa kesimpulan di atas penulis mengajukan beberapa saran,
antara lain:
1. Bagi pendeta dan pengurus Gurdawara untuk lebih meningkatkan minat

anak-anak dalam memainkan alat musik India. 
2. Memberikan pembelajaran dan motivasi kepada generasi muda untuk lebih

mencintai budayanya sendiri. 
 

63
 

DAFTAR PUSTAKA
Banoe, Pono. 2003. Pengantar Pengetahuan Harmoni. Yokyakarta: Kanisius.
Hadeli. 2006. Pedoman Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.
Hidayat, Azis Alimun. 2007. Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data.
Surabaya: Salemba Media.
http://raag-hindustani.com/Scales2.html
http://homepage.usask.ca/~jrc871/rhythm.html
Johar, Surinder Singh. 1998. Holy Sikh Shrines. India: Prints India
Langer, Susanne K. 1998. Rout-Ledge Encyclopedia Of Philosophy. London
Nallin, Walter. 1998. The Musical Idea. London : The Maccmilan Company.
Maryaeni. 2005. Metode penelitian kebudayaan. Jakarta: bumi aksara
Merriam, Alan P. 1964. The Anthopology Of Music. Evanston Illinois:
North Western University Press.
Muttaqqin, Ali. 2008. Seni Musik Klasik Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Siti. Waridah 2001. Tata ibadah. Jakarta: www.tataibadah.co.id
Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
. 2009. Metodologi penelitian pendidikan. Bandung: alfabeta.
. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Supranto. 2004. Metodologi Penelitian Kependidikan. Bandung: Publishing
House.
Soedarsono. 1999. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Soeharto. 2001. Musik Dalam Mencerdaskan Anak. Jakarta: Cakrawala.