BAB II MASYARAKAT SIKH DI KOTA MEDAN YANG HETEROGEN - Kirtan pada Ibadah Mingguan Masyarakat Sikh di Gurdwara Tegh Bahadur Polonia Medan : Kajian Struktural Melodi dan Tekstual
BAB II MASYARAKAT SIKH DI KOTA MEDAN YANG HETEROGEN
2.1.1 Gambaran Umum Kota Medan
2.1.2 Letak Geografis Kota Medan
Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai, dan lain-lainnya. Sumber alam ini dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan pokok, industri, dan keperluan seharai-harai masyarakatnya. Ada yang juga diekspor ke luar negeri.
2.1.3 Iklim
Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia pada tahun 2001 berkisar antara 23,2 - 24,3 dan suhu maksimum berkisar antara 30,8 - 33,2 serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar antara 23,3 - 24,1 dan suhu maksimum berkisar antara 31,0 - 33,1 .
Kelembaban (humiditas) udara di wilayah Kota Medan rata-rata berkisar antara 84 – 85 %. Kecepatan angin rata-rata sebesar 0,48 m/detik, sedangkan rata- rata total laju penguapan tiap bulannya 104,3 mm. Hari hujan Kota Medan pada tahun 2011 rata-rata per bulan 19 hari dengan rata-rata curah hujan per bulannya 226,0 mm (menurut Stasiun Sampali) dan 299,5 mm pada Stasiun Polonia.
2.1.4 Luas Wilayah
Tabel 2.1: Luas Wilayah Kota Medan
13 Medan Helvetia 13,16
Sumber: BPS Kota Medan (2010)
Total 265,1
21 Medan Belawan 26,25
20 Medan Marelan 23,82
19 Medan Labuhan 36,67
18 Medan Deli 20,84
17 Medan Perjuangan 4,09
16 Medan Timur 7,76
15 Medan Petisah 5,33
14 Medan Barat 6,82
12 Medan Sunggal 15,44
No. Kecamatan Luas (Km²)
Medan adalah kota berpenduduk 2 juta orang memiliki areal seluas 26.510 hektar yang secara administratif dibagi atas 21 kecamatan yang mencakup 151 kelurahan.
10 Medan Polonia 9,01
9 Medan Baru 5,84
8 Medan Area 5,52
7 Medan Kota 5,27
6 Medan Tembung 7,99
5 Medan Denai 9,05
4 Medan Amplas 11,19
3 Medan Johor 14,58
2 Medan Selayang 12,81
1 Medan Tuntungan 20,68
11 Medan Maimun 2,98
2.1.5 Demografi
12 Medan Sunggal 55.164 57.262 112.426
Sumber: BPS Kota Medan (2010)
21 Medan Belawan 48.833 46.751 95.584 TOTAL 1.040.680 1.068.659 2.109.339
20 Medan Marelan 70.903 68.917 139.820
19 Medan Labuhan 56.795 54.696 111.491
18 Medan Deli 84.671 82.521 167.192
17 Medan Perjuangan 45.171 48.791 93.962
16 Medan Timur 52.438 55.970 108.408
15 Medan Petisah 29.590 32.572 62.162
14 Medan Barat 34.596 36.117 70.713
13 Medan Helvetia 70.880 73.698 144.478
Jumlah penduduk kota Medan berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 adalah sebanyak 2.109.339 jiwa. Terdiri dari 1.040.680 jiwa laki-laki dan 1.068.659 jiwa perempuan.
Tabel 2.2: Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2010
10 Medan Polonia 25.897 26.655 52.552
9 Medan Baru 18.838 23.351 42.189
8 Medan Area 47.590 48.801 96.391
7 Medan Kota 35.258 37.603 72.861
6 Medan Tembung 65.760 69.003 134.763
5 Medan Denai 71.346 70.496 141.842
4 Medan Amplas 58.320 59.456 117.776
3 Medan Johor 60.912 62.557 123.469
2 Medan Selayang 48.587 50.780 99.367
1 Medan Tuntungan 39.729 42.245 81.974
No Kecamatan Laki-laki Perempuan Laki-laki dan Perempuan
11 Medan Maimun 19.402 20.517 39.919
Tabel 2.3: Jumlah Penduduk Kota Medan
Berdasarkan Agama dan Persentasenya
Agama Jumlah Persentase
Islam 1.422.237 67,80 % Katolik 37.552 1,79% Protestan 425.253 20,27% Hindu 9.296 0,44% Budha 184.807 8,81% Kong Hu Chu 370 0,01% Lainnya 339 0,01% Tidak terjawab 491 0,02% Tidak ditanyakan 17.265 0,82%
Total 2.097.610 100%
Sumber: BPS Kota Medan (2012)
2.2 Kedatangan Ajaran Sikh di Kota Medan
Ajaran Sikh yang datang di Medan dibawa oleh suku bangsa Punjabi yang berasal dari daerah Amritsar dan Jullundur di kawasan Punjab-India Utara sudah ada Utara. Datangnya suku bangsa Punjabi dalam jumlah yang cukup besar, sehingga sekarang menetap dan membentuk suatu komunitas di berbagai wilayah di Sumatera Utara.
Sejarah kedatangan suku bangsa Punjabi di Sumatera Utara mempunyai dua versi. Versi pertama, menyatakan bahwa kedatangan suku bangsa Punjabi ke Sumatera Utara dimulai pada akhir abad ke 19, untuk bekerja sebagai buruh kontrak pada perkebunan tembakau raya milik Belanda (Sandhu dan Mani 1993:85). Lebih lanjutnya, Veneta (1998:23) juga menjelaskan bahwa suku bangsa Punjabi yang datang ke Indonesia khususnya ke Sumatera Utara adalah para pria yang belum menikah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan bekerja di perkebunan milik Belanda.
Sistem yang diterapkan oleh perkebunan Belanda adalah sistem kontrak, sistem kontrak yang dimaksud yaitu pihak pengusaha perkebunan mengambil atau mendatangkan tenaga kerja buruh yang mau bekerja kepada mereka dan mereka diharuskan bekerja selama beberapa tahun sesuai dengan isi kontrak. Para buruh juga harus mematuhi semua peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak perkebunan. Hal ini disebabkan, karena sistem yang digunakan adalah sistem kontrak. Setelah masa kontrak mereka habis, para buruh dapat menentukan hidup mereka sendiri dan ada juga membuat pilihan untuk tetap tinggal di Sumatera Utara atau kembali ke negara asal mereka. Banyak di antara mereka kembali ke negara asalnya dan menikah dengan wanita satu sukunya. Banyak juga di antara mereka yang merasa betah tinggal di Indonesia, sehingga dari antara mereka kembali lagi ke Indonesia dengan membawa keluarga dari negara asalnya.
Sumatera Utara dimulai sejak abad ke 18 melalui Aceh atau Sabang, dengan tujuan berdagang dan selanjutnya menetap dan menyebar di berbagai tempat di Sumatera Utara. Penyebaran suku bangsa Punjabi di Sumatera Utara di antaranya di Kota Medan, Pematang Siantar, Tebingtinggi, Kisaran, Binjai, dan lain sebagainya. Di Kota Medan, suku bangsa Punjabi menyebar ke berbagai wilayah seperti halnya di Kelurahan Polonia.
2.2.1 Populasi Masyarakat Penganut Agama Sikh
Tommy Santokh Singh yang merupakan seorang pemerhati kebebasan beragama dari kelompok Sikh mengatakan bahwa jumlah penganut agama Sikh yang ada di Indonesia kurang lebih mencapai 1 juta orang dengan penganut terbanyak berada di Sumatera Utara. Namun, menurut Tommy, mungkin saja jumlah penganut agama Sikh lebih dari 1 juta orang. Hal ini tidak dapat diketahui secara pasti karena agama Sikh masih belum diakui sebagai agama resmi sehingga dalam penulisan
Kartu Tanda Penduduk (KTP), masyarakat Sikh masih dianggap sebagai Hindu.
Namun, menurut Master Tjung Teck yang menulis tentang agama Sikh mengatakan bahwa umat Sikh mencapai 80.000 jiwa di Indonesia, kebanyakan di Medan, Jakarta, Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Binjai, Palembang. Jumlah terbesar dari pengikut Sikh yang ada di Indonesia berada di Sumatera Utara dengan jumlah sekitar 10.000 jiwa. Hal ini dapat ditandai dengan adanya 7 rumah ibadah umat Sikh yang tersebar di Sumatera Utara, antara lain di Pematang Siantar, Binjai, Tebing Tinggi, dan 4 lainnya terdapat di Medan, yang masing-masing berada di Kecamatan Medan Barat Kelurahan Petisah Tengah, serta di Kecamatan Medan Polonia terdapat 3 rumah ibadah yang terletak di dua kelurahan, yaitu 2 buah di Kelurahan Polonia dan 1 buah di Kelurahan Sari Rejo.
15 (Komunitasrelijius.multiply.com diakses 05/04/2012 pukul 11.15).
2.2.2 Sistem Kekerabatan
Masyarakat Punjabi yang beragama Sikh menganut sistem kekerabatan patrilineal, yang artinya garis keturunan ditentukan melalui seorang laki-laki atau seorang ayah. Misalnya seorang laki-laki bermarga Aulakh menikah seorang perempuan bermarga Bajwa, maka anaknya laki-laki atau perempuan akan memiliki marga ayahnya yaitu Aulakh. Untuk lebih jelasnya, lihat skema berikut:
Bagan 2.1: Sistem Kekerabatan
Patrilineal Suku Punjabi Beragama Sikh
♂ ♀
(A. Aulakh) (B. Bajwa)
♂ ♀ ♂
(C. Aulakh) (D. Aulakh) (E. Aulakh) Masyarakat Sikh dapat dikenali dari ciri khas namanya. Setiap laki-laki, diberi
gelar ‘Singh’ di belakang namanya, contoh: X. Singh Aulakh. Dan untuk
perempuan diberi gelar ‘Kaur’ di belakang namanya, contoh: X. Kaur Bajwa. Ada sekitar 3.000 marga dari masyarakat Sikh, dimana 42 diantaranya dianggap sebagai marga yang berada pada golongan paling tinggi yang disebut Jatt. Marga-marga yang termasuk golongan tinggi tersebut adalah Atwal, Aulakh, Bains, Bajwa, Bal, Baath, Bhullar, Brar, Buttar, Chahal, Chima, Chung, Deol, Dhaliwal, Dhillon, Dhindsa, Garewal, Ghuman, Gill, Goraya, Her, Hinjra, Hundal, Kahlon, Kang, 16 Singh artinya singa jantan menandakan setiap laki-laki Sikh haruslah seorang yang pemberani. 17 Kaur artinya singa betina menandakan setiap perempuan Sikh haruslah seorang yang pemberani.
Khaira, Khosa, Mahal, Malhi, Man, Mangat, Pannu, Randhawa, Sohi, Sahota,
Sandhu, Sara, Sekhon, Sidhu, Sohal, Varaich, Virk.
2.2.3 Sistem Mata Pencaharian
Pekerjaan yang ditekuni masyarakat Sikh di Kota Medan yaitu beternak sapi perah, membuka toko sport (olah raga) dan kursus bahasa Inggris, yang sekalian juga menjadi guru privat les bahasa Inggris. Ketiga jenis mata pencaharian ini merupakan pekerjaan yang ditekuni secara turun-temurun dan merupakan keahlian mereka.
Meskipun banyak juga di antara suku mereka yang menggeluti profesi lain seperti dokter, dosen, akuntan, dan lain sebagainya (Lubis 2005:146).
Beternak sapi perah merupakan sistem mata pencaharian yang pertama ditekuni oleh masyarakat Sikh, setelah mereka tidak bekerja lagi sebagai buruh di perkebunan milik Belanda. Pekerjaan ini ditekuni mereka sebagaimana kebiasaan di daerah asalnya dan untuk memenuhi kebutuhan hidup akan susu dan minyak sapi. pabrik, dan setiap orang yang membutuhkan dan minyak sapi tersebut berguna untuk campuran dalam makanan yang dibuat dalam Gurdwara dan untuk minyak membakar jenazah masyarakat Sikh yang meninggal dunia.
Veneta (1998:26) menjelaskan bahwa dalam beternak sapi, masyarakat Sikh mempunyai masalah yaitu sulitnya memperoleh surat izin usaha dari pemerintah agar ternak diperbolehkan keluar dari tanah peternak untuk merumput di hutan, resiko ternak mati, dicuri, sakit dan biaya pengobatan, jumlah susu berkurang karena kurangnya rumput. Dengan hal ini, masyarakat Sikh tidak banyak lagi yang menekuni jenis usaha ini karena lahan untuk beternak sapi sudah sangat sedikit dan 18 The Ilustrated of weekly India (1973:11). juga disebabkan oleh banyaknya resiko-resiko. Lokasi-lokasi masyarakat Sikh yang masih bekerja memelihara ternak sapi antara lain ada di kawasan Percut Sei Tuan, di kawasan Sari Rejo. Pada masa sekarang ini, banyak masyarakat Sikh tidak lagi langsung memelihara sapi. Hal ini disebabkan, sulitnya mereka mendapat surat izin dari pemerintah sehingga para pemilik sapi perah ada yang menjual sapinya dan ada juga yang menitip kepada orang lain.
Lebih lanjut juga dijelaskan bahwa jenis usaha lain yang ditekuni oleh masyarakat Sikh adalah membuka toko sport. Usaha ini pertama sekali dijalankan oleh masyarakat Sikh yang berasal dari Negara India pada tahun 1930-an. Selama tinggal di Indonesia, suku bangsa Punjabi tetap menjalin hubungan yang baik antar mereka. Mereka juga mempekerjakan sesama masyarakat Sikh yang tinggal di Kota Medan, sekaligus menghemat biaya bagi karyawan yang dibawa langsung dari India.
Hal ini merupakan salah satu cara masyarakat Sikh untuk menempatkan diri dalam lingkungan baru dan pada umumnya mereka tinggal pada suku yang sama, yang laun, para karyawan sudah merasa betah tinggal di Indonesia dan mereka berusaha untuk membuka toko sports miliknya sendiri. Hal inilah yang membuat sehingga usaha ini banyak digeluti dan dikuasai oleh masyarakat Sikh, serta jenis usaha ini masih eksis sampai sekarang di Kota Medan. Tabel di bawah ini adalah nama sejumlah toko sports yang ada di Kota Medan, yang sebagian besar dimiliki oleh masyarakat Sikh.
Tabel 2.4: Toko Sports milik masyarakat Sikh di Kota Medan
8 Anil Sports
Maninder Singh 1992 Punjabi Jl
15 Aneka Sports
14 Ajit Sports Ajit Singh 1996 Medan Punjabi Kesawan
Gurdial Singh 1991 Punjabi Kesawan
13 Anand Sports
12 Sejahtera Jaya 1997 Medan Punjabi Tembung
Bobby 1987 Medan Punjabi Jl Palangkaraya
11 Sejahtera Sports
Palangkaraya
Amrick singh 1985 Surabaya Jl
10 Olympic Sports
Sibal 1984 Bamen Kesawan
9 Sibal Sports
Anil 1982 Bamen Kesawan
Palangkaray
No. Nama Toko Nama Pemilik Tahun buka Asal Suku Bangsa Lokasi
4 Atal Sports
1 Rose & Co
1942- 1984
India Punjabi Kesawan
2 Hari Bros Harry 1948 India Bamen Kesawan
3 PT Ratan Sports
Jager Singh 1951 India Punjabi Kesawan
Sarbejit Singh 1954 India Punjabi Kesawan
7 Gajah Mada Toli 1997 Punjabi Jl.
5 Sumatera Sports
Amerjit Singh 1969 Medan Punjabi Jl.
Palangkaraya
6 Gajah Mada Sports
Hrnam Singh 1978 Punjabi Jl.
Palangkaraya
Palangkaraya Sumber: Veneta 1998 (Toko Sport Orang Punjabi) Jenis usaha ketiga yang ditekuni oleh masyarakat Sikh yaitu membuka kursus bahasa Inggris. Masyarakat Sikh cenderung dapat berbahasa Inggris dengan baik, disebabkan negara asal mereka India merupakan negara bekas jajahan Inggris sehingga bahasa Inggris sudah dinasionalisasikan di negara tersebut. kursus bahasa Inggris yang dibuka oleh masyarakat Sikh ini sangat maju, karena mereka diakui dan dipercayai oleh masyarakat untuk mengajar bahasa Inggris dengan baik (Fachria, 2002:54). Usaha ini sangat menguntungkan bagi mereka, dapat dilihat dari jumlah siswa-siswinya yang belajar di kursus tersebut seperti kursus bahasa Inggris yang dibuka di jalan serdang yang bernama Standart English Course dan di jalan Iskandar Muda yang bernama Tropica.
Selain ketiga bidang usaha tersebut, masyarakat Sikh juga menekuni pekerjaan dalam bidang seperti pegawai swasta, satpam, dokter, dan tukang jahit dan lain sebagainya. Masyarakat Sikh sering melibatkan anggota keluarganya dalam usahanya, karena mempunyai beberapa usaha sekaligus. Hal ini membuat, di antara sesama masyarakat Sikh terjalin hubungan kerja sama dengan syarat dapat menguntungkan kedua belah pihak.
2.2.4 Bahasa
memakai aksara atau alphabet Gurmukhi. Kata Gurmukhi secara harafiah berarti dari mulut Guru. Gurmukhi memiliki beberapa persamaan dengan tulisan India lama, tetapi Gurmukhi memiliki tiga puluh lima huruf dan modifikasi huruf vokal yang dibakukan oleh Guru Anggad. Daripada menggunakan huruf Hindu yaitu Sansekerta, Guru Anggad memilih untuk membuat huruf baru untuk standar Sikh. Sansekerta hanya terbatas untuk kelas pendeta Hindu saja, tetapi Guru Anggad tidak percaya kalau hal itu hanya untuk kalangan atas atau terkemuka saja. Guru Anggad menghabiskan masa hidupnya mengajarkan tulisan Gurmukhi kepada orang biasa di Punjab. Gurmukhi tidak hanya dipakai oleh orang Sikh tetapi juga Hindu dan Muslim yang hidup di Punjab untuk mengatur ulang pengucapan bahasa umum, yaitu
Punjabi. Seorang Sikh diharapkan membuat suatu usaha mempelajari tulisan
Gurmukhi dan mengajarkannya kepada anak-anak mereka supaya dapat membaca Sri Guru Granth Sahib Ji dalam bentuk asli penulisannya.Masyarakat Sikh ini sangat menjaga kelestarian budaya mereka, termasuk bahasa yang mereka pakai. Mereka terbiasa memakai bahasa Punjabi dalam kehidupan sehari-hari ketika berkomunikasi dengan sesama mereka. Hal ini menggambarkan ‘kekuatan dan kesatuan’ masyarakat Sikh walaupun mereka berada jauh dari negara asal dan budaya asli mereka. Hal ini juga didukung oleh kegiatan keagamaan yang dilakukan di Gurdwara, yaitu keseluruhan upacaranya selalu menggunakan bahasa Punjabi dan tulisan Gurmukhi. Hasil dari ketaatan mereka menjalankan semua perintah Guru ini adalah kebudayaan dan kegiatan keagamaan yang terpelihara dengan baik
2.3 Masyarakat Sikh di Gurdwara Tegh Bahadur
Kata Sikh yang dalam bahasa Punjabi: sikha, berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
śisya yang berarti “murid, mahasiswa” atau śiksa yang berarti
“pelajaran”. Menurut pasal I dari Rehat Maryada (norma dan ketentuan tingkah laku dalam Sikh), seorang Sikh didefinisikan sebagai “setiap manusia yang setia percaya pada Yang Kekal; Kesepuluh Guru, dari Sri Guru Nanak Dev sampai Sri Guru Gobind Singh; Sri Guru Granth Sahib, ucapan-ucapan dan ajaran dari sepuluh Guru dan baptisan yang diwariskan oleh Guru kesepuluh, dan yang tidak berutang setia kepada agama lain”.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis, Sikh adalah agama yang menjunjung kesetaraan, baik pria dan wanita memiliki kesamaan posisi dalam beribadah dan kehidupan.
2.3.2 Pokok Ajaran Sikh
Guru pertama ajaran sikh adalah Guru Nanak, dan Guru Nanak ini telah membuat tiga prinsip utama dalam ajaran sikh yaitu: (1) Naam Japna, artinya mengingat Tuhan dan meditasi. (2) Vand Kae Chhakna, artinya berbagi dengan yang lain sebelum memikirkan diri sendiri, adalah prinsip hidup untuk menjadi inspirasi kepada orang lain dan mendukung masyarakat, contohnya seperti ikut dalam aksi penggalangan dana amal. (3) Kirat Karni, mencari pendapatan yang jujur melalui kerja keras.
Guru terakhir Sikh yaitu Guru Gobind Singh, mendirikan persaudaraan kaum
yang disebut Khalsa atau sering disebut baptisan. Bagi mereka yang sudah dibaptis (1) Keshas, adalah rambut yang tak dicukur, pemeliharaan rambut diartikan sebagai keselarasan dalam mengikuti kehendak Tuhan, rambut terbungkus dalam
Turban , menunjukkan martabat dan harga diri,
(2) Kirpan, adalah pedang yang disarungkan, yang menunjukkan martabat dan perjuangan Sikh melawan ketidakadilan.
(3) Kachhehra, adalah celana dalam pendek, yang menunjukkan komitmen Sikh kepada monogami dan pengekangan seksual.
19 Khalsa artinya murni adalah baptisan yang diberikan kepada seorang Sikh yang mengambil keputusan untuk memberikan dedikasi total dan siap melakukan 5 identitas keimanan Sikh. 20 Turban atau Sorban adalah kain yang menutupi rambut biasanya berwarna jingga atau putih walaupun tidak ada aturan khusus yang mengatur tentang warna Turban/Sorban tersebut.
(4) Kanga, adalah sisir kecil yang dikenakan di rambut penganut Sikh, yang mengartikan pentingnya disiplin dan digunakan juga untuk menjaga kebersihan rambut.
(5) Kara, adalah gelang baja yang biasanya dikenakan di tangan kanan, artinya suatu pengingat simbolis tentang komitmen dari penganut Sikh kepada Tuhan.
2.3.3 Ciri-Ciri Penampilan Pengikut Agama Sikh
Setiap masyarakat Sikh dapat dikenali dengan Turban yang dipakai di kepala mereka, 99 % orang yang memakai Turban di seluruh dunia dapat dipastikan adalah seorang yang beragama Sikh. Kebanyakan wanita Sikh memakai Turban yang lebih kecil dan mempunyai rambut yang panjang.
Gambar 2.1 Pria dan Wanita Sikh
Sumber : Dokumentasi Winka Silaban (2012)
2.3.4 Hari-hari Besar Sikh
10 Guru Har Krishan
8 Guru Har Gobind
19 Juni 1595
3 Maret 1644
9 Guru Har Rai
26 Februari 1630
6 Oktober 1661
7 Juli 1656
15 April 1563
30 Maret 1664
11 Guru Tegh Bahadur
1 April 1621
11 November 1675
12 Guru Gobind Singh
22 Desember 1666
7 Oktober 1708
30 Mei 1606
Menurut Bhai Dalip Singh, hari besar agama Sikh adalah setiap hari lahir dan meninggalnya semua Guru, tahun baru Sikh dan juga hari Vaisakhi atau hari jadi agama Sikh (1699).
Peringatan hari besar agama Sikh ini berdasarkan pada penanggalan kalender
13 April
Sikh. Kalender ini berdasarkan pada tahun matahari tropis, sebagai pengganti
perputaran bulan, yang berarti bahwa tanggal tidak akan berubah dari tahun ke tahun seperti yang sebelumnya dilakukan berdasarkan kalender bulan lama.
Tabel 2.5. Hari-hari Besar Agama Sikh
No Peristiwa / Nama Guru Tanggal Peringatan Kelahiran Kematian
1 Tahun Baru Sikh Tanggal 1 Bulan Cet atau 14 Maret
2 Vaisakhi
3
24 September 1534 1 September 1581
4 Guru Angad Dev
31 Maret 1504
29 Maret 1552
5 Guru Amar Das
5 Mei 1479
1 September 1574
6 Guru Ram Das
7 Guru Arjan Dev
2.4 Gurdwara Tegh Bahadur
2.4.1 Riwayat Singkat Guru Tegh Bahadur
Guru Tegh Bahadur Sahib (1 April 1621 - 11 November 1675) menjadi Guru Sikh yang ke-9 pada tanggal 20 Maret 1665, mengikuti jejak dari keponakannya, Guru Har Krishan. Guru Tegh Bahadur dieksekusi atas perintah Kaisar Mughal Aurangzeb di Delhi.
Tegh Bahadur adalah anak bungsu dari lima putra guru Sikh keenam, Guru Hargobind, dan ibunya adalah Nanaki. Sebelumnya dia bernama Tyaga Mal , dia lahir di Amritsar tanggal 1 April 1621. Nama Tegh Bahadur (Pedang yang Perkasa), diberikan kepadanya oleh Hargobind setelah ia menunjukkan keberaniannya dalam pertempuran melawan Mughal.
Tegh Bahadur dibesarkan dalam budaya Sikh. Ia dididik dengan seni bela diri, memanah dan menunggang kuda, dan juga diajarkan ajaran-ajaran kuno. Tegh Bahadur menikah dengan Gujri pada tanggal 3 Februari 1631.
Tegh Bahadur dipilih menjadi Guru ke-9 Sikh setelah wafatnya Har Krishan, keponakannyan yang merupakan Guru ke-8 Sikh karena mengidap penyakit cacar.
Guru Tegh Bahadur dikenal karena keberaniannya dalam mempertahankan pengajaran Sikh di masa pemerintahan tirani Mughal, ia dipenggal karena menolak untuk mengganti kepercayaannya.
Guru Tegh Bahadur menuliskan 514 baris ayat-ayat, yang kebanyakan dia tulis sewaktu ia dipenjara, tulisan tersebut kemudian dijadikan bagian dari Guru Grant Sahib oleh anaknya, Gobind Rai. Penamaan Gurdwara di Polonia sebagai Gurdwara Tegh Bahadur merupakan perwujudan dari sifat-sifat dan semangat Guru Tegh Bahadur kepada pengikut Sikh di tempat tersebut.
2.4.2 Riwayat Singkat Gurdwara Tegh Bahadur
Gurdwara Tegh Bahadur diresmikan pada 6 November 1994 oleh Raja Inal Siregar dengan nama Balai Pengobatan dan tempat ibadah Sikh Tegh Bahadur.
Bukan hanya sebagai tempat ibadah, Gurdwara Tegh Bahadur juga digunakan sebagai tempat pengobatan yang dikelola oleh dr. Bhar Bir, balai pengobatan tersebut hanya dibuka saat acara perayaan Guru-Guru Sikh.
2.4.2 Komponen dan Denah Bangunan Gurdwara Tegh Bahadur Dalam setiap Gurdwara di seluruh dunia terdapat komponen penting yang
disebut The Guru Throne (Mahkota Guru) dan sebuah ruang makan besar untuk tempat makan setiap orang yang datang ke Gurdwara. The Guru Throne terdiri dari
chanani, manji sahib, palki sahib, rumalla dan bantal kecil, chaur sahib, golak dan nishan sahib.
Gambar 2.2 Gurdwara Tegh Bahadur Polonia sumber: dokumentasi Winka Silaban (2012)
Gambar 2.3 The Guru Throne sumber: dokumentasi Winka Silaban (2012)
Gambar 2.4: Chanani Sahib sumber: dokumentasi Winka Silaban (2012)
1. Chanani adalah kanopi dengan dekorasi megah yang menutupi Kitab selama digunakan yang ditandai dengan rasa hormat. Chanai terbuat dari kain mahal dan yang terpasang dari atas Kitab 2. Manji Sahib adalah tempat tidur kecil dan sahib berarti untuk menunjukkan rasa hormat untuk benda yang digambarkan dalam kata. Jadi manji sahib adalah tempat tidur kecil untuk meletakkan Kitab.
3. Rumalla adalah kain persegi panjang yang terbuat dari sutera atau bahan lainnya untuk menutupi Kitab di dalam Gurdwara saat tidak dibaca.
Gambar 2.5 Rumalla
Dokumentasi Winka Silaban (2012) 4.
Palki sahib adalah tempat Kitab diletakkan saat Kitab diletakkan dari satu tempat ke tempat yang lain.
Gambar 2.6 Palki Sahib
Dokumentasi Winka Silaban (2012) 5.
Nishan sahib adalah bendera Sikh berwarna kuning yang dikibarkan siang dan
Gambar 2.7 Nishan Sahib
Dokumentasi Winka Silaban (2012)
6. Golak adalah sistem manajemen keuangan yang ada di setiap Gurdwara untuk membantu pengeluaran, memberikan sumbangan dana dan lain-lain.
7. Chaur sahib adalah alat yang digunakan untuk mengipasi Guru Granth
Sahib sebagai tanda penghormatan dan penghargaan terhadap tulisan suci
serta menjaga agar jangan ada lalat atau nyamuk yang hinggap ketika sedang dibuka Guru Granth Sahib.
Gambar 2.8 Chaur Sahib
Dokumentasi Winka Silaban (2012) 8.
Langar adalah ruang makan besar yang dibuat agar setiap orang yang datang
ke Gurdwara dapat makan di sana secara gratis. Kaum Sikh merupakan vegetarian, yaitu orang-orang yang tidak memakan daging, mereka hanya makan sayur-sayuran, kacang-kacangan dan buah-buahan.
Gambar 2.9 Langar atau tempat makan di Gurdwara
Dokumentasi Winka Silaban (2012) Gambar 2.10
Dokumentasi Winka Silaban (2012) Lokasi Gurdwara Tegh Bahadur berada di jalan Polonia no. 172 Polonia Medan, tepat di depan Sekolah TK/SD/SMP/SMA Angkasa 2 Medan.
Gambar 2.11: Denah Lokasi Gurdwara Tegh Bahadur Polonia Medan.