5 phosphate saline
BFS sebanyak 1 kali, kemudian disimpan di deep-freezer - 80
o
C hingga akan digunakan. Pelet bakteri hasil sentrifugasi dicuci menggunakan bufer tris-EDTA TE
sebanyak 1 mL per 200 mg bakteri, diinkubasi pada suhu 37
o
C selama 20 menit dan kemudian disentrifugasi pada suhu 4
o
C dengan kecepatan 12.000 rpm selama 2 menit. Supernatan dibuang, dan ke dalam tabung berisi pelet bakteri dimasukkan
500 µL larutan lisozim 10 mg dalam 1 mL bufer TE untuk melisis dinding bakteri. Proses dilakukan selama 20 menit pada 37
o
C, lalu disentrifugasi pada 12.000 rpm selama 15 menit. Supernatan dibuang, dan endapan yang terbentuk
merupakan pelet protein rHP dalam bentuk badan inklusi inclusion body. Pelet protein rHP dicuci dengan BFS sebanyak 1 mL, pencucian dilakukan sebanyak 2
kali. Setelah selesai, protein di simpan dalam deep-freezer hingga akan digunakan.
2.3 Perendaman Ikan dalam Larutan rHP
Bobot dan panjang total glass eel ikan sidat sebanyak 50 ekor diukur untuk masing-masing ulangan perlakuan sebagai data awal. Benih ikan direndam dalam
media larutan NaCl 3 selama 2 menit shock salinitas, setelah itu dipindahkan ke larutan NaCl 0,6 yang telah diberi campuran rHP dan BSA sesuai dosis
perlakuan Tabel 1. Ikan direndam dalam larutan rHP volume 200 mL selama 2 jam Handoyo, 2012. Ikan yang sudah selesai direndam kemudian dipindahkan
ke akuarium yang berukuran 20 x 30 x 20 cm
3
dengan volume air sebanyak 7 liter. Pemeliharaan dilakukan selama 8 minggu. Pengukuran biomassa ikan tiap
perlakuan dilakukan setiap 2 minggu sekali. Selama pemeliharaan, ikan diberi cacing sutera secara ad libitum.
Pengecekan pakan dilakukan setiap pagi dan sore hari. Kualitas air dijaga dengan melakukan pergantian air sebanyak 80 setiap dua hari sekali. Pada akhir
pengamatan, dilakukan pengukuran panjang total 10 ekor ikan dari total ikan yang hidup pada masing-masing ulangan perlakuan, penimbangan bobot total atau
biomassa dan perhitungan jumlah ikan yang hidup untuk masing-masing ulangan perlakuan.
6
2.4 Analisis Proksimat
Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. Analisis proksimat kadar protein, kadar lemak, kadar abu, kadar air, serat kasar, dan BETN dilakukan pada kontrol dan perlakuan terbaik. Pengujian
parameter ini ditujukan untuk menguji pengaruh penggunaan rHP terhadap kandungan gizi kadar protein, kadar lemak, kadar air, kadar abu, serat kasar, dan
BETN pada ikan sidat. Rumus perhitungan kandungan proksimat daging dilampirkan pada Lampiran 1
.
2.4.1 Kadar Air
Prinsip kerja analisis kadar air adalah menguapkan air yang terdapat dalam bahan menggunakan oven 100
o
-105
o
C dalam jangka waktu tertentu hingga penyusutan berat badan tidak berubah lagi. Pertama, botol dikeringkan dalam
oven selama 1 jam pada suhu 105
o
C. Lalu didinginkan dalam eksikator dan ditimbang bobotnya x. Sampel sebanyak 5 g y dimasukkan ke dalam oven
105 C selama 4-6 jam, lalu didinginkan lagi dalam eksikator dan ditimbang.
Langkah ini dilakukan 3 kali hingga berat kering bahan konstan z.
2.4.2 Kadar Abu
Prinsip kerja analisis kadar abu adalah membakar bahan dalam tanur Furnace pada suhu 600
o
C selama 3-8 jam sehingga hanya tersisa abu yang merupakan kumpulan mineral-mineral dalam bahan. Pertama, cawan dikeringkan
dalam oven selama 1 jam pada suhu 105
o
C lalu didinginkan dalam eksikator dan ditimbang x. Sampel bahan 5 g y dimasukkan ke dalam cawan porselen dan
dipijarkan diatas api pembakar bunsen sampai tidak berasap lagi, kemudian dimasukkan dalam tanur listrik pada suhu 400
o
-600
o
C. Setelah sampel abu berwarna putih, sampel dipindahkan ke dalam eksikator dan biarkan selama 1 jam
lalu ditimbang kembali z.
7
2.4.3 Kadar Protein
Prinsip pengukuran kadar protein adalah pengukuran kadar nitrogen bahan dengan metode Kjeldahl melalui 3 tahap yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Pada
tahap destruksi, 0,3 g bahan dimasukkan ke dalam labu destruksi dan ditambahkan sekitar 3 sendok katalis campuran dan 20 mL H
2
SO
4
pekat teknis secara homogen. Kemudian campuran tersebut dipanaskan pada alat destruksi
dengan posisi low selama 10 menit, medium 5 menit dan high sampai larutan menjadi jernih dan berwarna kehijauan. Tahap kedua yaitu destilasi, labu
destruksi didinginkan dan dimasukkan ke dalam labu penyuling dan diencerkan dengan 300 mL akuades. Ke dalam larutan ditambahkan batu didih dan larutan
NaOH 22 100 mL, kemudian labu penyuling dipasang dengan cepat di atas alat penyuling. Proses penyulingan berlangsung sampai 23 cairan dalam labu
penyuling telah menguap. Tahap ke tiga yaitu titrasi, hasil penyulingan dalam labu erlemeyer dititrasi dengan larutan NaOH 1,3 N sampai larutan tersebut berwarna
biru kehijauan. Volume NaOH dicatat z mL dan dibandingkan dengan blanko y mL.
2.4.4 Kadar Lemak
Pengukuran kadar lemak dilakukan dengan metode sochlet. Labu lemak dengan beberapa butir batu didih dikeringkan di dalam oven dengan suhu 105 -
110°C selama 1 jam dan kemudian didinginkan dalam eksikator selama 1 jam dan ditimbang a. Sampel yang sudah ditimbang x dimasukkan ke dalam
selongsong yang terbuat dari kertas saring dan ditutup dengan kapas yang bebas lemak. Setelah itu selongsong dimasukkan kea lat FATEX-S suhu 60
o
C dalam waktu 25 menit dan ditambahkan larutan petroleum ether sebagai larutan
pengekstrak. Kemudian dilakukan proses evaporasi dengan mengubah suhu menjadi 105
o
C, ditunggu hingga alat berbunyi. Proses dilakukan sebanyak 2 kali. Kemudian labu dikeringkan dalam oven dengan suhu 105
o
C selama 1 jam. Setelah itu didinginkan dalam eksikator selama 1 jam dan ditimbang b.
8
2.4.5 Serat Kasar
Sampel bahan sebanyak 1 gram x dimasukkan ke dalam gelas piala 500 mL dan ditambahkan 50 mL H
2
SO
4
0,3 N, lalu dipanaskan selama 30 menit hingga mendidih. Setelah itu, ditambahkan 25 ml NaOH 1,5 N, dan terus
dididihkan kembali selama 30 menit kedua. Kemudian cairan tersebut disaring dengan kertas saring yang sudah ditimbang a menggunakan corong Bucher.
Proses penyaringan berturut-turut dilakukan dengan menggunakan 50 mL air panas, 50 mL H
2
SO
4
0,3 N, 50 mL air panas, 25 mL Aceton. Kertas saring dan isinya dipindahkan ke cawan porselen dan dikeringkan dalam oven pada suhu
105
o
C kemudian didinginkan dalam eksikator selama 1 jam dan ditimbang y. Setelah itu kertas saring dan isinya dipijarkan dalam tanur sampai putih dan
ditimbang z.
2.5 Analisis Statistik
Parameter yang diamati pada penelitian ini meliputi laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan panjang, tingkat kelangsungan hidup, biomassa, dan
kandungan proksimat daging. Rumus yang digunakan untuk menghitung parameter pertumbuhan, biomassa, dan kelangsungan hidup adalah seperti dalam
Lampiran 2. Parameter pertumbuhan dan kandungan proksimat daging dianalisis secara deskriptif, dan diolah dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft
Excel 2007.
9
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil
3.1.1 Pertumbuhan Bobot, Panjang, dan Biomassa
Peningkatan bobot rerata dan biomassa ikan sidat yang diberi perlakuan perendaman hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang rElHP lebih
tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Nilai bobot rerata dan biomassa ikan sidat ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Bobot rerata, laju pertumbuhan spesifik SGR, pertumbuhan panjang PP, dan biomassa, ikan sidat kontrol dan ikan sidat yang diberi perlakuan
perendaman rHP dengan dosis berbeda.
Perla kuan
Bobot rerata ±SD g
SGR PP
cm Biomassa
g SR
K 0,614 ± 0,015
3,010 ± 0,108 7,220 ± 0,593
16,140 ± 8,279 52,67± 27,15
0,577 ± 0,117 2,587 ± 0,340
7,550 ± 0,295 7,810 ± 0,715
27,33± 3,06
3
0,682 ± 0,035 3,043 ± 0,181
7,517 ± 0,141 20,707 ± 8,686
60,67± 24,85
6
0,612 ± 0,132 2,781 ± 0,425
7,147 ± 0,643 14,880 ± 8,786
46,67± 18,15
9
0,531 ± 0,133 2,652 ± 0,492
7,192 ± 0,477 12,077 ± 7,070
44,67± 23,86
12 0,553 ± 0,093
2,558 ± 0,305 7,487 ± 0,150
15,820 ± 5,749 56,00± 10,58
Keterangan : Data tersebut berdasarkan rerata dari 3 ulangan. K = kontrol yang direndam dalam larutan NaCl 0,6 tanpa BSA 0,01 dan rHP, 0 = 0 mgL, 3 = 3 mgL, 6 = 6 mgL, 9 = 9 mgL,
dan 12 = 12 mgL direndam dalam larutan 0,6 yang ditambah BSA 0,01
Berdasarkan Tabel 2, ikan sidat yang diberi perlakuan perendaman rElHP dengan dosis 3 mgL menunjukkan nilai bobot rerata tertinggi 0,682 g
dibandingkan dengan perlakuan lainnya 0 mgL: 0,577 g, 6 mgL: 0,612 g, 9 mgL: 0,531 g, 12 mgL: 0,553 g dan kontrol 0,614 g,. Sama halnya dengan
nilai pertumbuhan bobot, nilai biomassa tertinggi ditunjukkan oleh ikan sidat yang diberi perlakuan perendaman rElHP dengan dosis 3 mgL biomassa: 20,707 g
dan yang terkecil ditunjukkan oleh ikan perlakuan 0 mgL dengan nilai biomassa 7,810 g. Peningkatan biomassa ikan sidat perlakuan rElHP 3 mgL adalah sekitar
28 dibandingkan dengan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan rHP dengan metode perendaman mampu meningkatkan pertumbuhan ikan sidat.
Nilai SGR ikan sidat yang diberi perlakuan perendaman rElHP semakin rendah seiring bertambah besarnya dosis rElHP yang diberikan Tabel 2. Nilai
SGR ikan sidat yang diberi perlakuan perendaman rElHP dengan dosis 3 mgL