139
detil. Bahasa yang digunakan menggunakan gaya diaan. Hal terlihat dalam contoh kutipan berikut:
Ketika ia menunduk kearah jari-jarinya yang menggenggam notesku, aku melihat kupingnya yang berada di depan mataku.
Duh, relung, setiap telinga adalah labirin dengan bulu-bulu kecil. Dan kuping, sahabatku, adalah tubuh kita yang
takpernah menjadi tua. Tulang yang tetap rawan sampai kelak tiada. Lihatlah ulirnya,cupingnya, debu bercampur minyak di
sana yang menimbulkan bau bantat yang gurih, dan liang gelap itu, di mana ada cairan lumas yang melindungi gendang yang
lunak, dan gemuk itu mengeluarkan bau pahit yang sengak sehingga serangga tak mau pergi ke sana Ayu Utami, 2001:
4.
Tapi mulutnya seperti ubur-ubur, mengembang dan mengatub dalam gelombang pelan, menyimpan racun. Lalu aku melihat,
kata-kata kotor muntah dari perutnya, dari hatinya yang telah mati dijalari sirosis, seperti cairan jorok yang penuh gumpalan
bekas makanan dan gelembung gas bau, menyemburi seragam bersih perawat itu sehingga ia terjengat satu ubin ke belakang,
hamper terjerembab Ayu Utami, 2001: 11.
Kau ada di ruang itu, pada sofa dari kulit imitasi dengan meja kayu dan kembang palsu. Kau dudk bersama Siok Hwa, makan
dari mangkuk yang sama, nasi dengan kuah daging. Lalu ia menceritakan kepadamu hal-hal sederhana yang tak bisa kau
ingat lagi. Hanya lembab kulitnya kau kenang. Tetapi di luar kamar, dunia tak sederhana. Kau begitu kecil Ayu Utami,
2001: 65.
c. Persaman antara Novel Saman dan Larung Karya Ayu Utami
1 Tema
Tema novel Saman dan Larung tentang pemberontakan manusia
terhadap kemapanan nilai yang ada dalam masyarakat. Seperti kegelisahan-kegelisahan yang terjadi pada perempuan. Saman dan Larung
mencoba mengungkapkan lebih jelas tentang eksistensi seks perempuan serta budaya patriarki. Gagasan utama yang hendak dibangun Ayu Utami
140
adalah meruntuhkan lembaga perkawinan, maka tidak ada satu tokoh pun yang memperlihatkan seorang perempuan yang berbahagia.
2 Latar Sosial
Latar novel Saman dan Larung sama-sama mengangkat kisah sejarah bangsa tentang kejadian 1965–1966, tragedi 27 Juli berupa
penyerbuan ke kantor DPP PDI dan represivitas yang dilakukan oleh rezim Orde Baru.
Selain itu kedua novel Ayu ini sama-sama menggunakan latar mistik. Saman yang menampilkan keanehan ibu Saman yang berhubungan
dengan makhuk gaib. Sedangkan dalam Larung adanya kekuatan nenek Larung yang berjimat sehingga tidak bisa meninggal karena mempunyai
kekuatan, ia bisa meninggal jika jimat yang ada dalam tubuh neneknya itu dikeluarkan atau di atas badannya diberi cupu sebanyak enam buah.
d. Perbedaan antara Novel Saman dan Novel Larung Karya Ayu Utami
1 Tokoh Tokoh Saman dalam novel Saman adalah seorang pater yang
berubah menjadi aktivis, dia menggugat terhadap kesewenang-wenangan pengusaha perkebunan karet, penyiksaan aktivis, fenomena gaib,
sekaligus mempertanyakan iman katolik, seksualitas, dan cinta.
141
Sedangkan tokoh Larung dalam novel Larung adalah seorang tokoh yang memiliki riwayat hidup unik dan aneh. Ia seorang pemuda
yang menderita schizophrenia. Larung akan membunuh neneknya yang mengabdi ilmu hitam sehingga sulit untuk meninggal walaupun usianya
sudah seratus lebih. Jalan satu-satunya, Larung memutuskan untuk membunuh neneknya dengan menggunakan cupu. Ia pengelola sebuah
media turisme dwibahasa di Bali, dekat dengan wartawan independen serta anak-anak Aliansi Jurnalis Independen dan Forum wartawan
Surabaya serta aktif sebagai aktivis. 2 Alur
Alur dalam novel Saman menggunakan alur gabungan alur maju dan mundur sedangkan dalam novel Larung menggunakan alur
majuprogresisf.
3 Latar Tempat Latar tempat kejadian Novel Saman adalah di Perabumulih, Laut
Cina Selatan, Medan, Jakarta, New York. Sedangkan latar tempat novel Larung adalah di Jakarta, Bali, Tulungagung, P. Kapur, dan P. Kijang.
4 Sudut Pandang Pada Saman, cerita dipandang dari berbagai sudut. Terkadang pola
bentuk persona pertamakeakuan yang digunakan. Lalu, sudut pandang
142
persona ketiga pola diaan, dan pada bab terakhir dibuat semacam dialog melalui surat berbalasan atau chatting antara tokoh-tokoh di Saman, yaitu
antara Saman dengan Yasmin. Saman adalah tokoh yang tak suka bercerita tentang dirinya, ia lebih suka dunia luar karena itu tidak disampaikan
dalam bentuk aku. Pada Larung, justru bentuk penulisan dengan pola bercerita
keakuan mengisi hampir di seluruh cerita, hanya ada dua bab kediaan dan juga tak ada dialog.
5 Gaya Bahasa Dalam novel Saman, majas metafora sangat kuat pada bab pertama.
Dalam bab selanjutnya, kisah Shakuntala dan kehidupan antartokoh mengalir dengan bentuk bahasa yang realis.
Sedangkan dalam Larung bahasa yang digunakan adalah memperlihatkan menyajikan penguasaan bahasa Indonesia yang baik.
Kemampuan naratifnya juga menarik, Ayu dapat menyusun narasi yang kuat dalam menggambarkan tokoh dan suasana secara detail.
3. Perspektif Gerder