64
A. Penelitian yang Relevan
Dalam bagian ini akan dikemukakan hasil penelitian yang relevan yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini adalah:
1. Riries Rengganis dan Rachmat Djoko Pradopo dalam Saman Larung: Seksualitas Perempuan dalam Karya Sastra yang dimuat di Humanika Vol.
18 No. 4 Oktober 2005.
Kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan adalah perempuan memiliki kemampuan dalam menampilkan subjektivitas dan menyuarakan
seksualnya melalui bahasa mereka sesuai dengan sistem norma dan ajaran yang sebelumnya telah melatari keberadaan subjek dalam masyarakat. Selain
itu, subjek perempuan juga memiliki kemampuan untuk mendobrak konstruksi bahasa, konstruksi politik, dan konstruksi budaya yang
sebelumnya meletakkan perempuan sebagai subjek subordinat dalam masalah seksualitas melalui pengungkapan pikiran dan pandangan selalui suara
mengenai seksualitas perempuan dari sudut pandang subjek perempuan.
Subjek perempuan dalam Saman dan Larung menunjukkan perbedaan karakter yang berbeda tingkatannya dalam menyeruarakan
seksualitas sebagai subjek perempuan dalam masyarakat. Perbedaan perempuan dalam menyuarakan disebabkan oleh perbedaan pandangan dan
sikap dalam memandang masalah keperawanan, kesucian, cinta, dan pernikahan. Perbedaan pandangan dan sikap perempuan disebabkan oleh
65
perbedaan subjek perempuan dalam menyikapi sistem norma dan ajaran yang sebelumnya telah melatari keberadaan subjek dalam masyarakat, yang
kemudian membawa perbedaan perilaku seksual subjek dalam menyuarakan seksualitas sebagai subjek perempuan dalam masyarakat.
Perbedaan penelitian yang dilakukan Riries Rengganis dan Rachmat Djoko Pradopo dalam Saman Larung: Seksualitas Perempuan dalam Karya
Sastra yang dimuat di Humanika Vol. 18 No. 4 Oktober 2005 dengan penelitian ini adalah jika dalam penelitian di atas menekankan seksualitas
perempuan, sedangkan dalam penelitian ini menekankan perspektif gender. Sedangkan persamaannya adalah pemilihan objek kajian novel yang sama
yaitu Saman dan Larung karya Ayu Utami.
2. Muhammad Nurachmat Wirjosutedjo dan Rachmat Djoko Pradopo. Marjinalisasi Perempuan dalam Bekisar Merah dan Belantik Karya Ahmad
Tohari: Tinjauan Kritik Sastra Feminis, Humaniora Volume 17, Nomer 3, Juli 2004.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah kemarjinalan perempuan dalam Bekisar Merah dan Belantik tidak sepenuhnya disebabkan oleh kekuasaan
laki-laki tetapi juga disebabkan oleh kekuasaan perempuan dan keterbelakangan perempuan itu sendiri. Kemarjinalan itu antara lain : 1
perempuan sebagai kaum terjajah; 2 perempuan sebagai kaum buruh; 3 perempuan didominasi oleh laki-laki; 4 perempuan tersubordinasi oleh
66
kaum perempuan; 5 pemaksaan terhadap kaum perempuan; 6 perempuan didominasi oleh kaum perempuan.
Inferioritas terjadi karena ketidakmampuan perempuan, hal itu tidak terjadi jika perempuan menyadari dirinya mempunyai kemampuan dan
berlatar pendidikan yang memadai. Maka perlu adanya perlawanan terhadap inferioritas yang terjadi dalam dwilogi Bekisar Merah dan Belantik yang
dilakukan oleh Lasi sebagai tokoh utama antara lain: 1 keberanian Lasi menolak lamaran Pak Sambang; 2 pelarian Lasi ke Jakarta karena tidak
ingin ada permaduan antara dirinya dengan Sipah; 3 menolak tawaran Handarbeni agar Lasi mau ‘berhubungan’ dengan laki-laki lain; 4 penolakan
Lasi untuk menjadi perempuan simpanan Bambung. Kesamaan penelitian Marjinalisasi Perempuan dalam Bekisar Merah
dan Belantik Karya Ahmad Tohari: Tinjauan Kritik Sastra Feminis dengan penelitian ini adalah sama–sama menggunakan kritik sastra feminis dengan
penelitian ini adalah sama-sama menggunakan tinjauan kritik sastra feminis. 3. Nugraheni Eko Wardani. Fiksi Karya Pengarang perempuan Muda Indonesia
2000 dalam Perspektif Gender. Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya. Vol. 5 No. 1, April 2007.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah perspektif gender menjadi tema utama para pengarang perempuan muda Indonesia 2000. Pengarang
mengungkapkan kesetaraan gender dan keadilan gender melalui kehidupan rumah tangga dan kehidupan sebagai perempuan lajang. Pengarang
perempuan menggunakan tokoh perempuan sebagai corong bicara untuk
67
menyuarakan kesetaraan dan keadilan gender. Perempuan yang ditampilkan sebagian besar merupakan tokoh yang cerdas, mandiri, tegas, dan berani
mengambil keputusan untuk menentukan masa depannya sebagai manusia. Perempuan-perempuan itu tidak terpuruk dalam dominasi laki-laki.
Sebagian besar pengarang merupakan perempuan yang telah melalangbuana baik di dalam maupun di luar negeri. Mereka adalah
perempuan yang berpendidikan tinggi, dari wahasiswa S1 sampai berpendidikan S2, yang hidup di lingkungan kota.
Kesamaan penelitian Nugraheni Eko Wardani dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan analisis perspektif gender.
B. Kerangka Berpikir