Sekilas Tentang Ayu Utami

77

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Sekilas Tentang Ayu Utami

Yustina Ayu Utami nama lengkap yang diberikan orang tuanya, dilahirkan di Bogor, 21 November 1968. Bungsu dari lima bersaudara ini, putri pasangan YH Sutaryo dan Suhartinah. Ayu mengenyam pendidikan di SD Regina Pacis , Bogor pada tahun 1981, lalu pada tahun 1984 lulus SMP 1 Jakarta, kemudian ke SMA Tarakanita 1 Jakarta lulus pada 1987. Tahun 1994 Ayu menyelesaikan studinya di Universitas Indonesia mengambil Jurusan Sastra Rusiahttp:id.wikipedia.orgwindex.php?title=Tarakanitaaction=editredlink= 1 . Tahun 1995 Ayu melanjutkan Advanced Journalism, Thomson Foundation, Cardiff, United Kingdom lalu ke Asian Leadership Fellow Program, Tokyo, Japan pada tahun 1999. Sejak kecil Ayu telah memiliki bakat melukis. Kala Ayu menjadi ketua sanggar seni di SMU, Tarakanita Jakarta, pada waktu mengadakan pameran, lukisan yang dipamerkan ternyata kurang jumlahnya. Sebagai ketua, tentu Ayu ingin pamerannya berhsil. Ayu pun mengisi kekurangan jumlah itu dengan 78 lukisan yang dibuatnya menggunakan bermacam-macam gaya dan nama. Pameran itu akhirnya sukses http:inohonggarut.blogspot.com200806ayu-utami-novelis- feminis-indonesia.html . Itulah sebabnya, setelah lulus SMU Ayu ingin meneruskan ke Fakultas Seni Rupa dan Desain, ITB. Tapi bapaknya tidak memberi izin. Alasan bapaknya, tidak mudah bagi Ayu mencari uang dengan melukis. Akhirnya, ia pun masuk Fakultas Sastra Jurusan Rusia, Universitas Indonesia. Dia mengaku, sejak kecil ia memang suka bahasa; utamanya bahasa yang aneh-aneh, eksotis. Bahasa Latin, misalnya. Ia menjatuhkan pilihannya ke Universitas Indonesia UI karena tidak ingin memberatkan orang tuanya. Selain lebih murah dibandingkan dengan kuliah di swasta, semua kakaknya kuliah di UI. Meski ayahnya sering tugas ke luar kota, sejak SMP Ayu tinggal di Jakarta bersama keluarganya. Saat masuk ke Fakultas Sastra itulah Ayu seperti kehilangan arah. Kuliah dia jalani dengan malas. Ayu lebih banyak bekerja di berbagai tempat daripada kuliah. Tapi ia menyebut hal itu bukan sebuah pemberontakan. Ia hanya merasa tak ada gunanya lulus tanpa pengalaman. Selain itu, Ayu tidak ingin tergantung soal keuangan pada orang tuanya. Kuliah sambil kerja yang dilakukan Ayu juga mendobrak kebiasaan di keluarganya. Pada zaman kakak-kakaknya, hal itu tidak bisa diterima oleh ayahnya. Dunia tulis-menulis tak begitu akrab di masa kecilnya. Dunia jurnalistik baru terjadi ketika Ayu mengirim cerpen humor dalam lomba yang diadakan Majalah Humor sekitar tahun 1989 - 1990. Ia memperoleh juara harapan. 79 Kemenangan cerpennya di Majalah Humor menariknya menjadi wartawan paruh waktu di majalah itu. Berhubung kantornya berdekatan dengan Majalah Matra, Ayu pun jadi dekat dengan orang-orang Matra. Dia pun menjadi wartawan di majalah khusus trend pria itu. Dari sinilah Ayu menyadari ada bakat menulis, karena tulisannya jarang diedit. Ia juga pernah menjadi wartawan di majalah Humor, Matra, Forum Keadilan, dan DR. Tak lama setelah penutupan Tempo , Editor dan Detik di masa Orde Baru , ia ikut mendirikan Aliansi Jurnalis Independen yang memprotes pembredelan. AJI adalah Institusi wartawan di luar PWI yang pada masanya tidak disukai pemerintah. Kini ia bekerja di jurnal kebudayaan Kalam dan di Teater Utan Kayu . Ia pun masih bisa merangkap sebagai redaktur Jurnal Kebudayaan Kalam. http:www.ghabo.comgpediaindex.phpJustina-Ayu-Utami . Ia senang menulis novel, baginya dunia sastra adalah media untuk mengeksplorasi kemampuan bahasanya, yang kurang tepat dilakukannya sebagai wartawan. Seorang wartawan dituntut untuk memperhitungkan publik baik latar belakang, pengetahuan, maupun tingkat emosionalnya. Di tambah lagi, wartawan tidak bisa keluar dari fakta yang menurut Ayu, dilematis. Jadi sulit untuk bisa mengembangkan bahasa yang eksploratif. Novelnya yang pertama, Saman , mendapatkan sambutan dari berbagai kritikus dan dianggap memberikan warna baru dalam sastra Indonesia. Ayu dikenal sebagai novelis sejak novelnya Saman yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta. Saman memenangi sayembara penulisan roman Dewan Kesenian Jakarta 1998 . Novel ini dicetak pertama kali pada bulan April 80 1998 dan sampai tahun 2006 novel Saman ini sudah mengalami cetak ulang ke-25 Dalam waktu tiga tahun Saman terjual 55 ribu eksemplar. Berkat Saman pula, Ayu mendapat Prince Claus Award 2000 dari Prince Claus Fund , sebuah yayasan yang bermarkas di Den Haag , yang mempunyai misi mendukung dan memajukan kegiatan di bidang budaya dan pembangunan http:www.ghabo.comgpediaindex.phpJustina-Ayu-Utami . Akhir 2001, Ayu meluncurkan novel Larung diterbitkan oleh KPG Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta. Lalu kumpulan Esai Si Parasit Lajang diterbitkan oleh Gagas Media, Jakarta pada tahun 2003. Novel terakhir adalah Bilangan Fu yang diterbitkan pada tahun 2008 oleh KPG, Jakarta. Ayu Utami juga meraih penghargaan Khatulistiwa Literary Award tahun 2008 kategori prosa lewat novel terbarunya, Bilangan Fu. Karya terbaru ini dianggap turut mengembangkan kehidupan sastra dengan basis penelitian yang kuat http:www.kompas.comreadxml2008111506253190ayu.utami.raih.khatulist iwa.award ,. Dahulu Ayu tidak suka menulis fiksi, tetapi ia berubah setelah menyadari bahwa novel sastra ternyata tidak sekadar persoalan ide atau cerita, tetapi juga persoalan pergulatan bahasa, pergulatan pemikiran. Setelah Saman diterbitkan, kritikpun langsung berdatangan, tetapi jika ada yang mengritik Saman dari segi seksualitas yang ditampilkan, Ayu hanya menyediakan dua jawaban. Pertama, katanya ia hanya mau jujur. Kedua, Ayu tidak menampilkan seks sebagai cerita tentang seks, tapi seks itu problem bagi 81 perempuan. Misalnya, Yasmin dan Saman membicarakan seks dengan rasa bersalah. Seks jadi diskusi, bukan peristiwa. Ayu berpendapat bahwa perempuan jangan terlalu mengagungkan keperawanan. Menurutnya bila wanita begitu memuja keperawanan, ia sendiri yang akan rugi. Keperawanan hilang, ia merasa sudah tidak berarti. Karena itu mengagung-agungkan keperawanan itu tidak adil karena hanya bisa diterapkan pada perempuan http:inohonggarut.blogspot.com200806ayu-utami-novelis- feminis-indonesia.html . Ayu merasa, masalah seks yang dia sajikan dalam Saman masih dalam batas yang wajar. Karena menurut Ayu menyajikan seks di situ bukan merupakan teknik persetubuhan, tetapi berupa pemaparan problematika seks untuk direnungkan karena banyak dialami oleh wanita. Dan bagi Ayu banyak hal yang dipersoalkan, bukan hanya masalah seks. Seks bukan masalah utama karena banyak persoalan lain, seperti sosial, pendidikan, dan hukum yang juga dinilai tidak adil . http:inohonggarut.blogspot.com200806ayu-utami-novelis-feminis- indonesia.html . Mengenai perkawinan yang dulu dia rencanakan saat berumur 23–25tahun, tetapi ternyata sampai sekarang ia tidak menikah. Ayu tidak mau menikah, itu prinsip yang kini dia pegang. Di buku Parasit Lajang, saya menuliskan 10 alasan untuk tidak menikah. Salah satunya yang penting bagi saya, menikah itu selalu menjadi tekanan bagi perempuan. Meskipun perempuan selalu menyatakan menikah adalah pilihan, tapi dalam kenyataannya menikah itu jadi satu-satunya 82 pilihan. Karena, kalau tidak menikah, perempuan akan diejek sebagai perawan tua, dan sebagainya http:www.kaskus.usshowthread.php?t=939537 . Kini, selain sebagai kurator Teater Utan Kayu, Ayu Utami juga dikenal sebagai pecinta olahraga lari. Tak tanggung-tanggung, ia pun turut serta dalam perlombaan Jakarta 10 K yang belum lama digelar.

2. Deskripsi Struktur Novel Saman dan Larung Karya Ayu Utami a. Novel Saman Karya Ayu Utami