21
I.6. Metodologi Penelitian I.6.1. Operasionalisasi Variabel
I.6.1.1. Normalisasi Hubungan dan Pembukaan Hubungan Diplomatik
Istilah normalisasi hubungan normalization of relations banyak digunakan media maupun peneliti dalam setiap pembahasan terkait dengan usaha-usaha
perbaikan hubungan antara Turki dan Armenia yang buruk karena tuduhan genosida yang diarahkan Armenia pada Turki. Normalisasi normalization menurut kamus
The American Heritage: Dictionary of the English Languange 2009 diartikan
sebagai “to make normal, especially to cause to conform to a standard or norm”. Dalam contoh penggunaannya, kamus ini juga menggunakan contoh: “... normalizing
relations with a former enemy nation ”. Dalam konteks ini normalisasi hubungan
antara Turki dan Armenia dapat diinterpretasikan sebagai menghilangkan sikap-sikap permusuhan sehingga hubungan kedua negara dapat menjadi lebih kondusif dalam
melakukan kerjasama. Sementara diplomatic relations dapat diartikan sebagai “diplomatic
intercourse between nations; including the mutual presence of a diplomatic mission in each nation”
http:www.allwords.com, diakses pada 11 November 2010. Diplomatic
sendiri berasal dari kata diplomacy, diartikan sebagai “the science which treats of the relations and interests of nations with nations
” thefreedictionary.com, diakses pada 11 november 2010.
Pembukaan hubungan diplomatik selanjutnya merujuk pada pembukaan jalur perbatasan antara Turki dan Armenia dan juga bentuk-bentuk hubungan diplomatik
22 lainnya, sehingga dapat menjalin hubungan kerja sama ekonomi, budaya, dan bidang-
bidang lain dengan lebih intens www.cbsnews.com, diakses pada 12 November 2010.
I.6.1.2. Identitas Nasional
Identitas nasional merupakan bentuk identitas kolektif dari sekumpulan aktor tertentu yang membentuk negara Zelditch dalam Clunan, 2009: 36. Konsep identitas
nasional yang tergambar dalam ide kolektif, nilai, dan simbol, dapat berubah melalui peran para politisi, intelektual, dan juga media Zelditch; Tyler dan Blader, dalam
Clunan, 2009: 37. Dalam politik domestik Turki, identitas nasional juga dibentuk oleh para elit politiknya, yang dibangun sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
posisi yang menguntungkan bagi kebijakan luar negeri Turki sendiri, terkait dengan hubungannya dengan Azerbaijan.
Identitas nasional sendiri dibagi dalam beberapa bentuk. Anthony Smith dalam Dijkink, 1996 melihat enam bentuk identitas nasional, yakni wilayah historis,
mitos umum dan memori historis, kultur massa, ekonomi dan hak-kewajiban bersama yang dimiliki pengemban identitas nasional Smith, 1991: 14. Identitas nasional
yang membentuk hubungan antara Turki dan Azerbaijan juga terbentuk dari adanya wilayah dan memori historis. Adanya kesamaan wilayah dan memori historis inilah
yang kemudian menghambat normalisasi hubungan Turki dengan Armenia.
23
I.6.1.3. Solidaritas Etnis