Temperatur Prepisitasi Kondisi Iklim Gunung Puncak Jaya

dan Puncak Idenburg Ngga Pilimsit atau Gunung Enggea dimana ketiga puncak tersebut tertutup salju pada zaman neoglacial. Puncak Jaya terletak di wilayah barat pegunungan pada 4 o 05’ LS dan 137 o 10’ BT pada ketinggian 4884 m yang merupakan gunung tertinggi di pulau New Guinea bahkan di asia tenggara dan wilayah Pasifik barat Hope et al 1976. Puncak Jaya pertama kali dipublikasikan oleh Jan Carstensz pada tanggal 16 Februari 1623, namun hasil temuannya tidak diakui masyarakat Eropa dan baru diakui setelah tahun 1899 oleh pemerintah belanda pada ekspedisi pemetaan Hope et al 1976. Ekspedisi berikutnya dilakukan oleh British Ornithological Union Expedition BOUE pada tahun 1909 -1911. Ekspedisi ini salah satunya dipimpin oleh Dr. A. F. R. Wollaston yang menemukan es di bagian selatan dari glacier Carstensz dan menamakannya Glacier Van Der Water Wollaston, A. F. R. 1914a. b; Wollaston, M. 1933 dalam , Hope et al 1976. Tahun 1936. Ekspedisi yang dilakukan oleh Dr A. H. Colijn, seorang general manajer perusahan minyak yang beroperasi dekat Sorong bersama seorang geologist muda Dr. J. J. Dozy dan Lieutenant Wissel. Ekspedisi ini berhasil mencapai ketinggian 4850 m dan juga menemukan adanya material deposit yang unik dan diberi nama Ertsberg atau “Ore Mountain”. Tahun 1961, ekspedisi selanjutnya dilakukan oleh New Zealand-New Guinea Expedition namun pada ekspedisi ini gagal mencapai puncak es tersebut. Salah satu anggota dari New Zealand-New Guinea Expedition Phillip Temple kembali melakukan ekspedisi bersama pemandu pendaki gunung Heirich Harrer berhasil mendaki Carstensz pyramid dan Gunung Idenburg pada Februari 1962. Team tersebut meletakkan batu peringatan pada wilayah es tersebut dan mencatat perubahan luas es yang besar sejak pendakian Colijn. Selain itu Philip bersama pendaki lainnya menemukan wilayah yang memisahkan Northwall Firn yang disebut dengan New Zealand Pass Hope et al 1976. Tahun 1963 ahli geologi U.S. yang baru saja kembali dari Antartika melakukan pendaratan dengan helikopter, namun usaha tersebut gagal akibat salju yang terlalu tebal dan lunak disertai dengan kondisi berangin. Pada penerbangan sebelumnya pendaratan dilakukan pada ketinggian 4300 m pada bagian utara dan selatan Gunung Puncak Jaya Hope et al 1976. Ekspedisi berikutnya dilakukan pada tahun 1971 hingga 1973. The Carstensz Glaciers Expedition CGE dibentuk oleh World Inventory of Permanent Snow and Ice Masses yang dikelola oleh International Commission on Snow and Ice untuk International Hydrological Decade IHD Unesco. Ekspedisi ini dibagi menjadi dua tahap yaitu CGE pertama pada 6 Desember 1971 hingga 10 Maret 1972 dan Ekspedisi kedua CGE pada 1 Januari 1973 hingga 22 Februari 1973 Hope et al 1976 .

2.2 Kondisi Iklim Gunung Puncak Jaya

Hope et al 1976, iklim regional Indonesia dan New Guinea pada dasarnya di pengaruhi oleh konvergensi udara dari angin pasat barat dan timur monsoon. Hal ini juga dipengaruh oleh adanya transport arus hangat dari Pasifik barat, utara Papua Western Pacific Warm Pool yang merupakan sumber energi terbesar untuk sirkulasi atmosfer global Prentice dan Geoffrey 2006. Faktor yang mempengaruhi iklim pada wilayah glacier Carstensz adalah posisi pada wilayah ekuitorial, elevasi atau ketinggian dan efek orografik. Beberapa contoh pegunungan yang terdapat pada wilayah ekuitorial adalah Pegunungan Andes, Gunung Cameroons Afrika barat, Gunung Simyen, Gunung Kenya, Kilimajari, Stanley, Karisimbi, dan Elgon terdapat pada wilayah Afrika Timur.

2.2.1 Temperatur

Menurut Hope et al 1976, suhu udara pada rentang tahun Desember 1971 hingga Maret 1972 yang terukur pada ketinggian 4251 m dpl sebesar 3,3 o C sedangkan pada ketinggian 3600 Ertsberg sebesar 8,2 o C pada bulan maret 1972 hingga September 1972. Pengukuran ini dilakukan pada ketinggian 1,5 m diatas permukaan tanah dengan menggunakan Thermograf yang dikalibrasi dengan menggunakan Assman Psikrometer. Perbedaan suhu udara yang diukur pada ketinggian 2m dpl Kaimana : 26,3 o C, 4m dpl Kokonao : 26,4 o C, 1550m dpl Wamena : 8,2 o C menghasilkan besar lapse rate sebesar 0,54 o C100m. Nilai lapse rate didukung dengan penelitian Permana 2011 yang didasarkan pada data stasiun PTFI dengan lapse rate sebesar 0,5 o C100km. Berdasarkan Permana 2011, suhu maksimum rata pada bagian selatan Papua terjadi pada bulan Januari dan suhu minimum rata-rata terjadi pada bulan Juli hingga Agustus untuk statiun cuaca yang berada di bawah ketinggian 2500 m dpl. Berbeda halnya dengan suhu maksimum rata-rata dan minimum rata-rata yang terjadi pad bulan Mei hingga November suhu maksimum rata-rata dan Februari hingga Juli suhu minimum rata-rata. Hal ini disebabkan oleh pengaruh gerak semu matahari yang dua kali melewati wilayah ekuitorial.

2.2.2 Prepisitasi

Presipitasi harian yang diukur pada base camp ekspedisi dilakukan di lembah kuning atau “Yellow Valley” 4400m antara tahun 19711972 dan dan tahun 1973. Elevasi tertinggi pada wilayah tersebut berada didalam zona akumulasi dari glacier, presipitasi terjadi sebagian besar dalam bentuk sleet dan wet snow. Salju kering besar sesekali terjadi pada wilayah base camp yang berasosiasi dengan gangguan dari timur dan barat dengan periode harian Hope et al 1976. Rata-rata presipitasi yang terjadi selama masa ekspedisi dengan periode 24 jam sebesar ~10mm dan presipitasi maksimum sebesar 48,4 mm pada pengukuran tanggal 25 maret 1972. Total presipitasi tahunan pada wilayah Yellow Valley sebesar 3020 m pada periode 16 Februari 1972 hingga 16 Februari 1973 Hope et al 1976.

2.2.3 Kelembaban Udara