26,3
o
C, 4m dpl Kokonao : 26,4
o
C, 1550m  dpl  Wamena  :  8,2
o
C menghasilkan
besar lapse
rate sebesar  0,54
o
C100m.  Nilai  lapse rate  didukung  dengan  penelitian
Permana  2011  yang  didasarkan pada data stasiun PTFI dengan lapse
rate  sebesar 0,5
o
C100km. Berdasarkan  Permana  2011,
suhu  maksimum  rata  pada  bagian selatan  Papua    terjadi  pada  bulan
Januari dan suhu minimum  rata-rata terjadi  pada  bulan  Juli  hingga
Agustus  untuk  statiun  cuaca  yang berada  di  bawah  ketinggian  2500  m
dpl.  Berbeda  halnya  dengan  suhu maksimum  rata-rata  dan  minimum
rata-rata  yang  terjadi  pad  bulan  Mei hingga  November  suhu  maksimum
rata-rata  dan  Februari  hingga  Juli suhu  minimum  rata-rata.  Hal  ini
disebabkan  oleh  pengaruh  gerak semu  matahari  yang  dua  kali
melewati wilayah ekuitorial.
2.2.2 Prepisitasi
Presipitasi  harian  yang  diukur pada  base  camp  ekspedisi  dilakukan
di  lembah  kuning  atau  “Yellow Valley”
4400m antara
tahun 19711972  dan  dan  tahun  1973.
Elevasi tertinggi
pada wilayah
tersebut berada
didalam zona
akumulasi  dari  glacier,  presipitasi terjadi  sebagian  besar  dalam  bentuk
sleet  dan  wet  snow.  Salju  kering besar  sesekali  terjadi  pada  wilayah
base  camp  yang  berasosiasi  dengan gangguan  dari  timur  dan  barat
dengan  periode  harian  Hope  et  al 1976.
Rata-rata presipitasi yang terjadi selama
masa ekspedisi
dengan periode  24  jam    sebesar ~10mm dan
presipitasi  maksimum  sebesar  48,4 mm  pada  pengukuran  tanggal  25
maret 1972. Total presipitasi tahunan pada  wilayah  Yellow  Valley  sebesar
3020  m  pada  periode  16  Februari 1972 hingga 16 Februari 1973 Hope
et al 1976.
2.2.3 Kelembaban Udara
Kelembaban  udara  yang  di  ukur pada
ketinggian 1,5m
dari permukaan  tanah  dilakukan  dengan
menggunakan thermohygrograph
yang dikalibrasi
dengan menggunakan  psikrometer.
Hasil pengukuran  tersebut  menunjukan
kosisten  tinggi  dengan  rata-rata kelembaban  relatif  sebesar  88
Hope et al  1976.
2.2.4 Penutuapan Awan dan Radiasi
Intensitas  radiasi  yang  diukur pada ketinggian  650 m  dpl,  tertinggi
pada  bulan  Oktober  –  April  dan terendah  dan  terendah  pada  bulan
Mei  hingga  September  Permana 2011.  Intensitas  radiasi  matahari
akan
menurun seiring
dengan meningkatnya  ketinggian.  Hal  ini
dibuktikan  dengan  pengukuran  yang dilakukan  oleh  Permana  2011
bahwa  pada  ketinggian  9  m  dpl intensitas  radiasi  tertinggi    terjadi
pada bulan Januari sebesar 220Wm
2
dan  terendah  pada  bulan  Juni-Juli sebesar  123  Wm
2
,  sedangkan  pada ketinggian  617  m  dpl  maksimum
radiasi  terjadi  pada  bulan  januari sebesar  156  Wm
2
dan  minimum terjadi  pada  bulan  Agustus  sebesar
61  Wm
2
.  Hal  ini  dapat  disebabkan akibat
meningkatnya penutupan
awan  dan  curah  hujan  yang  tinggi seiring
dengan bertambahnya
ketinggian  sehingga  radiasi  yang datang terhalang.
2.3 Glacier
Menurut  McIntos  1972,  glacier merupakan suatu masa es  yang terbentuk
diatas  permukaan  tanah  dimana  terdapat akumulasi  dari  salju  tersebut.  Sama
halnya dengan NSIDC National Snow Ice  Data  Center,  glacier  merupakan
suatu  massa  es  yang  tedapat  pada permukaan  tanah  dengan  ukuran  lebih
dari  sepersepuluh  kilometer  persegi. Glacier  juga  menunjukan  beberapa  tipe
pergerakan
dan juga
menunjukan kejadian-kejadian dimasa lampau.
Glacier  Pegunungan  Puncak  Jaya memiliki  karakteristik  yang  unik  yaitu
mampu  bertahan  pada  wilayah  ekuitorial yang  sangat  dipengaruhi  oleh  massa
udara  hangat  pasifik  atau  yang  disebut dengan  Western  Pacific  Warm  Pool
WPWP.  Western  Pacifik  Warm  Pool WPWP merupakan satu-satunya sumber
panas untuk sirkulasi atmosferik global di bumi  Prentice  dan  Geoffrey  2006.
Glaciers  dapat  dimanfaatkan    dalam merekonstruksi  iklim  dimasa  lalu  dengan
metode  ice  core  inti  es.  Glacier  juga merupakan  perekam  terbaik  yang  paling
cepat  merespon  perubahan  iklim  natural maupun  antropogenik.  Hal  tersebut  juga
didukung  oleh  penelitian  Kincaid  2007 bahwa glacier tropis merupakan indikator
penting  perubahan  iklim  dan  memiliki informasi bernilai mengenai kondisi iklim
dimasa lampau.
Gambar  2.Sebaran  glacier  di  Pegunungan  Puncak  Jaya dan Pegunungan Ngga Pilimsit menggunakan
Landsat 1 tahun 1974 sumber :
http:pubs.usgs.gov
Selain  itu,  Glacier  dan  salju  permanen merupakan  salah  satu  bentuk  cadangan
air  dari  seluruh  dunia  yang  menutupi permukaan  bumi  seluas  16.227.500  km
2
atau memiliki volume sebesar 24.064.100 km
3
atau  memiliki  persentasi  sebesar 68,7  dari  total  air  bersih  yang  ada  di
dunia.  Berdasarkan  persentasi  tersebut glacier
pada area
pegunungan menyimpan  0,12    total  air  bersih  yang
ada di dunia Dingman 1994. Total  area  yang tertutup  es  dan  salju
pada  wilayah  Carstensz  sampai  akhir tahun 1972 sebesar 6,9 km
2
. Es dan salju pada  wilayah  tersebut  dapat  dibagi
menjadi  lima  massa  es  yaitu  :  bagian barat  dan  timur  dari  Northwall  Firn,
Glacier Meren, Sistem Glacier Carstensz dan Glacier South Hanging.  Bagian barat
dari  Glacier  Northwall  Firn    merupakan bagian  es  kecil  dengan  luas  sekitar  2,5
km
2
dengan  panjang  sekitar  3,7km  dan lebar  sekitar  0,7  km.  Bagian  timur  dari
Northwall  Firn    memiliki  luas  1,1  km
2
yang  menutupi  wilayah  pada  ketinggian 4520  m  hingga  4810  m.  Glacier  Meren
merupakan  glacier  yang  terdapat  pada wilyah  lembah  pada  ketinggian  4260  m
hingga  4862  m,  memiliki  luas  sekitar 1,95km
2
.  Glacier Carstensz  yang terletak pada  lembah  kuning  “Yellow  Valley”
memiliki  posisi  yang  pararel  terhadap Glaciers  Meren  dan  terpisah  oleh  bukit
pemisah dan disebut sebagai The Midden Kam    atau  Celah  Tengah.  Glacier
Carstensz tersebar dari ketinggian 4810 m pada  bagian  timur  hingga  ketinggian
4800  m.  Luas  area  Glacier  Carstensz sekitar
0,89 km
2
dengan panjang
maksimum sebesar 1,8 km
2
dan lebar 0,5 km
2
.
Gambar  3  Penuruan  Luas  Glacier  Pegunungan Puncak  Jaya  tahun  1972,  1987,  2000,
dan 2005 Sumber : Kincaid 2007
Selain itu terdapat juga Glacier Wollaston dan  Van  de  Water  yang  masing-masing
memiliki  luas  sekitar  0,17  km
2
4370  m hingga  4730  m    dan  0,14  km
2
4390  m hingga 4810 m  Hope et al  1976.
Pengukuran  yang  dilakukan  oleh Kincaid  and  Klein  2004  dengan
menggunakan  metode  penginderaan  jauh mendapatkan  bahwa  total  kehilangan  es
dari  tahun  2000  hingga  2002  sebesar 0,174  km
2
dengan  perubahan  luas  dari 2,326 km
2
menjadi 2,152 km
2
.
2.4 Keseimbangan Energi
Radiasi diemisikan oleh setiap benda. Setiap  benda  yang  memiliki  suhu  diatas
nol absolut
mengemisikan radiasi.
Panjang  gelombang  yang  diemisikan bergantung  pada  suhu  objek  tersebut.
Objek  yang  memiliki  suhu  yang  tinggi mengemisikan  energi  pada  intesitas  yang
besar  dibandingkan  dengan  objek  yang memiliki  suhu  yang  rendah  Ahrens
2007.
Radiasi netto merupakan bentuk dari keseimbangan  energi  yang  dibutuhkan
untuk  memanaskan  udara  sensible  heat flux,  energi  yang  dibutuhkan  untuk
mengevaporasikan dari permukaan latent heat  flux,  dan  energi  yang  dibutuhkan
untuk  memanaskan  permukaaan  tanah soil heat flux Ahrens 2007.
Gambar  4  Keseimbangan  energi  dengan  3  output  dari permukaan
Selain itu
radiasi netto
juga merupakan  selisih  antara  gelombang
pendek  dan  gelombang  panjang  yang datang  ke  permukaan  bumi  dengan
gelombang pendek
dan gelombang
panjang  yang  keluar  dari  permukaan bumi  Handoko  1994.  Energi  radiasi
matahari pada puncak atmosfer mencapai 1367  Wm
2
yang  disebut  juga  dengan solar constant.
Gambar 5 Keseimbangan energi berdasarkan panjang gelombang
Nilai tersebut bukan merupakan konstanta melainkan
rata-rata rentang
yang mencapai  puncak  atmosfer  diantara  1365
Wm
2
hingga 1372 Wm
2
Ahrens 2007. Keseimbangan
energi dengan
menggunakan konsep panjang gelombang dipengaruhi  oleh  besaran  albedo  pada
masing-masing  jenis  permukaan.Albedo merupakan  perbandingan  antara  radiasi
gelombang  pendek  yang  dipantulkan terhadap  radiasi  gelombang  pendek  yang
datang Stull 2000.
Tabel 2 Variasi Nilai Albedo
Permukaan Albedo
1.  Awan Tebal 2.  Awan Tipis
3. Fresh Snow
4.  Ice 5.  Old Snow
6.  Gray Ice 0,75 – 0,95
0,30 – 0,50 0,75 – 0,95
0,30 – 0,40 0,35 – 0,70
0,60
1-4
Sumber : Ahrens 2007
5-6
Sumber : Stull 2000
2.5 Suhu Permukaan
Suhu merupakan
ukuran dari
kecepatan  rata-rata  atom  dan  molekul dimana  suhu  yang  tinggi  akibat  dari
kecepatan gerak rata-rata yang tinggi atau secara  sederhana  merupakan  ukuran  dari
energi  rata-rata  energi  kinetik  Ahrens 2005. Suhu merupakan faktor pengendali
dalam untuk perubahan yang terjadi pada glacier  seperti  mengendalikan  presiptasi
dan  bukan  sebagai  faktor  pembatas Kincaid dan Klein 2004.
Suhu  permukaan  merupakan  suhu diatas  permukaan  suatu  material.Suhu
permukaan  merupakan  salah  satu  kunci yang  membatasi  kondisi  dalam  sistem
penginderaan jauh dalam skema modeling lahan Li et al 2004.
2.6 Kapasitas Panas
Kapasitas  panas  merupakan  jumlah panas
yang dibutuhkan
untuk meningkatkan  suhu  satu  gram  material
sebesar  satu  derajat  Celcius.  Kapasitas panas juga menggambarkan perbandingan
antara jumlah
energi panas
yang tersimpan  oleh  suatu  materi  dengan
pengaruh  peningkatan  suhu  Ahrens 2007.  Sebagai  contoh  satu  satu gram air
membutuhkan  satu  kalori  cal  untuk meningkatkan  suhu  sebesar  satu  derajat
Celcius,  sehingga  air  memiliki  panas spesifik  sebesar  satu.  Jika  dibandingkan
dengan  material  tanah  dengan  jumlah yang
sama massa
yang sama
Rs
in
Rs
out
Rl
out
Rl
in
G H
LE
membutuhkan  0,2  kalori  cal  untuk meningkatkan suhunya sebesar 1
o
C. III  DATA DAN METODE
3.1
Waktu dan Tempat Penelitian
Objek  penelitian  terletak  di  Puncak Jaya  Papua  Indonesia  pada  posisi
4
o
05’00” LS dan 137
o
11’00” BT. Analisi data  dilakukan  dari  bulan  Februari
hingga  Mei  2012  di  Laboratorium Meteorologi
dan Kualitas
Udara, Departemen  Geofisika  dan  Meteorologi
FMIPA-IPB.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
3.2.1.1  Citra Satelit Landsat 4-5 TM dan Landsat 7 ETM+ pathrow 10363
akuisisi tanggal : 1989 TM    : 22 Mei 1989
1997 TM     : 21 Juni 1997 1999 ETM+  : 09 Oktober 1999
2000 ETM+  : 08 Agustus 2000 2004 TM    : 14 Oktober 2004
2007 TM     : 16 Mei 2007 2009 TM
: 28 Oktober 2009 sumber :earthexplorer.usgs.gov
3.2.1.2  Peta Administrasi Wilayah Papua Skala 1: 7.000.000
3.2.2 Alat
Alat  yang  digunakan  dalam analisis  dan  pengolahan  data  adalah
seperangkat komputer
dengan perangkat
lunak Word,
Excel, ArcGIS 9.3, dan Er Mapper 7.1.
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Klasifikasi Lahan
Klasifikasi  lahan  dilakukan  dengan menggunakan
metode klasifikasi
tidak terbimbing
unsupervised classification  dengan  menggunakan
kombinasi band 3, band  4,  band 5. Pemisahan kelompok kelas dilakukan
secara  digital  dan  hanya  didasarkan pada  nilai  digital  tiap  pixel  picture
element.  Kelas  klasifikasi  dibagi kedalam  empat  kelas  yaitu  Glaciers,
limestone, vegetasi, dan awan.
3.3.2 Suhu Permukaan
Suhu  permukaan  ditentukan  dengan menggunakan
kanal 6
landsat TMETM+.  Suhu  permukaan  diduga
dengan  menduga  suhu  kecerahaan Brightness
temperature dengan
rumus sebagai berikut USGS 2002 :
= + 1
dimana, TK
: Suhu Kecerahaan Kelvin K
14TM
: 671.62 W m
-2
sr
-1
µm
-1
K
15TM
: 607.76 W m
-2
sr
-1
µm
-1
K
17ETM+
: 666.09 W m
-2
sr
-1
µm
-1
K
24TM
: 1284.30 Kelvin K
25TM
: 1260.56 Kelvin K
27ETM+
: 1282.71 Kelvin L
:
×
−
+
sedangkan persamaan
suhu permukaan adalah sebagai berikut :
= 1 +
ln
dimana, : Panjang Gelombang radiasi
Emisi 11.5 µm : 1.438 x 10
-2
m K : Nilai emisivitas, 0.82 untuk
glaciers old snow, 0.96 untuk jenis batuan limestone, 0.95
untuk vegetasi, dan 0.90 untuk awan alto.
3.3.3     Keseimbangan Energi