bahwa semakin tinggi pemukiman maka semakin tinggi proses deforestasi yang berada di sekitarnya.
Deforestasi tersebut terjadi pada kelas lereng ≤ 12
o
dimana terlihat peningkatan kawasan terbangun dan hutan terbuka rata-rata terjadi. pada kelas
lereng tersebut. Selain itu penambahan kawasan terbangun dan hutan terbuka terjadi pada semua jenis tanah yakni Luvisol, Rendzina dan Acrisol. Sebaliknya
pengurangan kerapatan hutan terjadi pada jenis tanah Rendzina dan Luvisol. Carolita 2005 menganalisis faktor-faktor perubahan penggunaan lahan di
Jabotabek berdasarkan faktor fisik lahan seperti ketinggian, kemiringan lahan, jenis tanah, dan jenis penggunaan lahan sebelumnya; faktor sosial ekonomi seperti
jarak dari pusat CBD ke pusat desa dan kepadatan penduduk; dan faktor arahan penggunaan lahan RTRW. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor
kepadatan penduduk berpengaruh nyata terhadap perubahan penggunaan lahan menjadi urban, dimana perubahan tersebut umumnya terjadi pada lahan dengan
tingkat kelerengan 0 – 3 dan ketinggian 250 – 400m , sedangkan faktor jenis
tanah, jarak dari pusat CBD ke pusat desa, penggunaan lahan sebelumnya dan arahan penggunaan lahan secara statistik tidak signifikan sebagai faktor penyebab
perubahan penggunaan lahan menjadi urban. Sedangkan Niin 2010 menyimpulkan bahwa faktor fisik lahan merupakan
variabel yang paling konsisten mempengaruhi perubahan penggunaan lahan hutan menjadi penggunaan lainnya diikuti faktor kebijakan penggunaan lahan dan faktor
sosial ekonomi.
2.6 Pemetaan Penggunaan Lahan
Penafsiran citra visual dapat didefiniskan sebagai aktivitas visual untuk mengkaji citra yang menunjukkan gambaran muka bumi yang tergambar di dalam
citra tersebut untuk tujuan identifikasi obyek dan menilai maknanya Ali Tesgaya 2010. Penafsiran citra merupakan kegiatan yang didasarkan pada deteksi
dan identifikasi obyek dipermukaan bumi pada citra satelit Landsat dengan mengenali obyek-obyek tersebut melalui unsur-unsur utama spektral dan spasial
serta kondisi temporalnya. Teknik penafsiran citra penginderaan jauh diciptakan agar penafsir dapat
melakukan pekerjaan penafsiran citra secara mudah dengan mendapatkan hasil
penafsiran pada tingkat keakuratan dan kelengkapan yang baik. Menurut Sutanto 1986, teknik penafsiran citra penginderaan jauh dilakukan dengan menggunakan
komponen penafsiran yang meliputi 1 data acuan, 2 kunci interpretasi citra atau unsur diagnostik citra, 3 metode pengkajian, dan 4 penerapan konsep
multispektral. 1. Data acuan
Data acuan diperlukan untuk meningkatkan kemampuan dan kecermatan seorang penafsir, data ini bisa berupa laporan penelitian, monografi daerah, peta,
dan yang terpenting disini data di atas dapat meningkatkan local knowledge pemahaman mengenai lokasi penelitian.
2. Kunci interpretasi citra atau unsur diagnostik citra Pengenalan obyek merupakan bagian vital dalam interpretasi citra. Untuk
itu identitas dan jenis obyek pada citra sangat diperlukan dalam analisis memecahkan masalah yang dihadapi. Karakteristik obyek pada citra dapat
digunakan untuk mengenali obyek yang dimaksud dengan unsur interpretasi. Unsur interpretasi yang dimaksud disini adalah a ronawarna, b bentuk, c
ukuran, d tekstur, e pola, f bayangan, g situs, h asosiasi dan i konvergensi bukti.
a. Ronawarna Rona dan warna merupakan unsur pengenal utama atau primer terhadap suatu
obyek pada citra penginderaan jauh. Fungsi utama adalah untuk identifikasi batas obyek pada citra. Penafsiran citra secara visual menuntut tingkatan rona
bagian tepi yang jelas, hal ini dapat dibantu dengan teknik penajaman citra enhancement. Rona merupakan tingkatgradasi keabuan yang teramati pada
citra penginderaan jauh yang dipresentasikan secara hitam-putih. Permukaan obyek yang basah akan cenderung menyerap cahaya elektromagnetik sehingga
akan nampak lebih hitam dibanding obyek yang relatif lebih kering. Warna merupakan wujud yang yang tampak mata dengan menggunakan
spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum elektromagnetik tampak Sutanto 1986. Contoh obyek yang menyerap sinar biru dan memantulkan sinar hijau
dan merah maka obyek tersebut akan tampak kuning. Dibandingkan dengan rona, perbedaaan warna lebih mudah dikenali oleh penafsir dalam mengenali