ProduksiOperasi Strategi Pengembangan Usaha Ugadi pada Kelompok Tani Mina Bakti Desa Pasir Doton, Kec. Cidahu, Kab. Sukabumi
42
agar benih yang ditebar tidak tenggelam karena arang sekam dapat menahan air. Selama pertumbuhan benih tersebut, kegiatan persiapan lahan dilakukan juga pada
petakan sawah lainnya. II.
Persiapan Lahan Pengolahan lahan bertujuan untuk mengubah kondisi tanah dengan berbagai cara.
Persiapan lahan dilakukan dengan pembajakan lahan, perbaikan pematang, pembuatan parit keliling, dan perataan lahan.
a Pembajakan lahan dilakukan setelah panen musim sebelumnya dengan
menggunakan hand tractor. Pembajakan bertujuan untuk membalikkan tanah agar drainase dan aerasi cukup, distribusi air menjadi lebih merata, dan
mempercepat proses pembusukan sisa jerami hasil tanam sebelumnya. Sisa jerami tersebut dapat berguna untuk meningkatkan kesuburan tanah.
b Perbaikan pematang dilakukan dengan mencangkul pematang untuk
membersihkan gulma yang tumbuh disekitar pematang. Perbaikan pematang ini juga sekaligus memperbaiki saluran pengairan antar setiap petakan sawah. Tinggi
pematang sebesar 100 cm, lebar dasar 100 cm, dan lebar atas adalah 75 cm.
c Pembuatan parit keliling berguna untuk tempat pemberian pakan udang galah.
Parit dibuat keliling di pinggir area tanam padi Lampiran 19. Kedalaman parit sebesar 70 sampai 100 cm dengan lebar 100 sampai 200 cm. Gambar 10
merupakan sketsa area untuk parit dan tanam padi.
Gambar 10 Pola lahan sawah ugadi pada Kelompok Tani Mina Bakti d
Perataan lahan dilakukan dengan mengurangi kadar air di lahan sawah kemudian diratakan menggunakan alat tradisional terbuat dari bambu. Kemudian setelah
lahan rata, dibuat pola untuk tanam padi. Pola tanam dibuat dengan jarak 20 cm x 20 cm.
III. Persiapan Pengairan
Pengairan sangat penting bagi ugadi, karena udang galah memerlukan air deras dan oksigen yang banyak. Sehingga pengairan dibuat dengan sebaiknya agar air dapat
mengalir dengan deras. Ketinggian saluran air dari lahan sawah adalah 70 sampai 100 cm dengan lebar 100 cm dan ditambahkan dengan paralon berukuran 4 inch.
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V
V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V
Parit Area Tanam Padi
43
IV. Penanaman Bibit Padi
Proses penanaman berlangsung setelah benih tumbuh selama 14 sampai 20 hari. Setelah bibit siap ditanam, kegiatan sebelum penanaman adalah kegiatan
pencabutan bibit dari lahan persemaian, kegiatan ini biasa disebut oleh petani adalah kegiatan “babut”. Bibit tersebut dipangkas bagian ujungnya. Bibit siap ditanam
sesuai dengan pola petakan atau garis-garis yang telah dibuat Lampiran 19.
V. Pemupukan
Kegiatan pemupukan pada ugadi hanya dilakukan sebanyak 1 kali, berbeda dengan budidaya padi pada umumnya yang melakukan pemupukan sebanyak 2 hingga 3
kali setelah padi ditanam. Perbedaan tersebut akibat dari adanya pemberian pakan pada udang dan pembusukan kulit udang, sehingga ada nutrisi yang juga
menguntungkan bagi kesuburan tanah. Pemupukan dilakukan setelah padi ditanam selama 3 sampai 5 hari dengan dosis pupuk 15 kg untuk 1 000 m
2
lahan sawah. VI.
Penebaran Udang Galah Penebaran udang galah dilakukan setelah pemupukan dan setelah padi berumur 7
hingga 10 hari. Sebelum benih udang galah ditebar, jumlah air di sawah harus ditingkatkan terlebih dahulu karena udang galah membutuhkan air lebih banyak.
Jumlah padat tebar udang galah adalah 5 sampai 20 ekorm
2
. Benih udang galah yang ditebar adalah benih yang berumur 2 sampai 2.5 bulan atau biasa disebut
Tokolan I Lampiran 19. VII.
Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan ini dibagi menjadi 3 kegiatan, yakni pengendalian hama,
pemberian pakan, dan pengawasan pengairan. Kegiatan pemeliharaan pada ugadi ini tidak terdapat kegiatan penyiangan, karena selama tanam hingga panen tidak
terdapat rumput liar atau gulma yang tumbuh disekitar padi. Kondisi tersebut diakibatkan karena udang galah yang hidup di dasar tanah sehingga dapat
mengganggu pertumbuhan rumput liar atau gulma. a
Pengendalian hama pada budidaya ugadi tidak menggunakan insektisida selama tanam hingga panen. Insektisida tidak diberikan karena hama yang biasa
menyerang tanaman padi seperti penggerek batang menjadi makanan bagi udang galah. Hama utama yang sangat mengancam adalah berang-berang atau petani
biasa menyebutnya dengan “sero”. Hama tersebut menyerang ketika menjelang musim panen padi pada malam hari. Petani sekitar masih menggunakan cara
tradisional untuk mengendalikan hama sero dengan memberikan sereh ataupun minyak wangi pada pematang sawah. Upaya lainnya adalah dengan mengawasi
setiap malam ketika menjelang panen.
b Pemberian pakan udang galah dilakukan sebanyak 2 kali dalam 1 hari yakni pagi
dan sore hari. Kebutuhan pakan untuk 1 000 m
2
luas lahan sawah adalah 180 kg. Jadi dalam 1 hari pemberian pakan sebanyak 2 sampai 3 kg untuk 2 kali
pemberian pakan. Pakan ditebar di sekitar parit yang telah dibuat dan sebagian juga ditebar di sekitar lahan tanam padi. Tujuannya untuk mempermudah udang
memperoleh makanan, karena pada siang hari udang lebih banyak tinggal di sekitar tanaman padi.
c Pengawasan pengairan dilakukan setiap 2 kali sehari ketika pemberian pakan
udang galah. Tujuan pengawasan air ini adalah untuk memastikan bahwa air
44
tetap mengalir stabil pada lahan sawah, karena udang galah memerlukan jumlah air yang besar dan juga oksigen yang banyak. Semakin tinggi ketersediaan
oksigen, maka pertumbuhan udang semakin baik. Oleh sebab itu pengairan harus terjaga dengan baik.
VIII. Panen
Panen yang dilakukan pertama kali adalah udang galah, kemudian padi. Udang galah dipanen setelah berumur 90 hari, sedangkan padi dipanen setelah berumur 100
sampai 120 hari. Kegiatan pemanenan udang adalah dengan mengeringkan jumlah air yang ada di lahan sawah. Ketika air mengalir, udang akan mengikuti aliran
tersebut. Sehingga udang mengumpul pada saluran air dan memudahkan untuk mengangkat udang tersebut. Setelah padi berumur 100 hari, maka pemanenan padi
dapat dilakukan. Pemanenan masih dilakukan secara sederhana dengan menggunakan tenaga manusia untuk merontokkannya. Jumlah hasil panen padi
selama ugadi lebih banyak dibandingkan hanya menanam padi saja. Perbandingannya untuk luas lahan 8 000 m
2
adalah ketika ugadi menghasilkan gabah basah sebanyak 5 040 kg, sedangkan ketika hanya menanam padi saja
sebanyak 4 480 kg. Udang galah yang dihasilkan ketika ugadi kondisinya tidak berlumut, jika dibandingkan dengan membesarkan udang galah di kolam
menghasilkan udang berlumut. Survival rate untuk udang galah yang dibesarkan di sawah sebesar 90, sedangkan di kolam hanya 70. Ugadi memberikan
keuntungan untuk hasil panen udang galah dan padi.
IX. Pasca Panen
Setelah panen udang galah dilakukan maka kegiatan berikutnya adalah penyortiran. Udang galah yang berukuran lebih dari 30 grekor adalah udang galah yang
diharapkan oleh konsumen. Sedangkan udang galah yang berukuran kurang dari 30 grekor ditampung pada bak penampungan untuk kembali dibesarkan. Udang galah
yang sesuai ukuran dikemas menggunakan sterofoam yang diisi dengan es dan siap untuk dipasarkan. Udang dalam kondisi tersebut dapat bertahan selama 2 hari 2
malam, jika lebih dari waktu tersebut maka kualitas udang mengalami penurunan. Sedangkan hasil panen padi berupa gabah basah dikemas menggunakan karung
berukuran 50 kg. Gabah yang berkualitas baik, biasanya jika dikemas menggunakan karung ukuran 50 kg memiliki berat mencapai 60 kg. Kemudian gabah basah
tersebut langsung dijual kepada tengkulak yang ada di wilayah sekitar. Proses budidaya ugadi berbeda dengan budidaya padi yang biasa dilakukan. Pada
budidaya padi, kegiatan yang dilakukan setelah pemupukan pertama adalah penyiangan kemudian pemupukan kembali dan penyemprotan pestisida. Pemupukan biasa dilakukan
sebanyak 2 hingga 3 kali. Selain itu juga, budidaya padi pada umumnya tidak memerlukan pengairan yang deras. Sedangkan pada budidaya ugadi hanya melakukan kegiatan
pemupukan sebanyak 1 kali hingga panen. Setelah tanam hingga panen juga tidak melakukan penyemprotan pestisida. Sehingga pada budidaya ugadi dapat menghemat
penggunaan pupuk dan pestisida. Kegiatan tambahan yang dilakukan pada ugadi adalah pemberian pakan sebanyak 2 kali sehari dan pengontrolan air. Ugadi memerlukan
pengairan yang deras karena udang galah memerlukan jumlah air dan oksigen yang banyak. Sehingga varietas padi yang digunakan untuk ugadi adalah varietas yang tahan terhadap air
dalam jumlah banyak, yakni Inpari 13. Kegiatan tambahan lainnya yang dilakukan pada
45
ugadi adalah panen udang galah sebelum memanen padi. Selisih waktu antara memanen udang galah dan padi adalah 10 hari. Udang galah dipanen terlebih dahulu dengan
mengurangi jumlah air pada sawah, kemudian 10 hari berikutnya memanen padi. Hasil panen padi ketika ugadi, jumlahnya lebih banyak dibandingkan ketika hanya
menanam padi saja. Jumlah panen padi pada musim tanam yang sama untuk lahan seluas 8 000 m
2
ketika ugadi sebanyak 5 040 kg, sedangkan hanya menanam padi saja sebanyak 4 480 kg. Selisih panen padi ketika ugadi dengan hanya menanam padi saja jumlahnya
cukup besar, lebih dari 0.5 ton, yakni sebesar 560 kg. Penyebab perbedaan hasil panen tersebut diantaranya adalah adanya karapas udang galah yang membusuk di lahan sawah
yang dapat meningkatkan kesuburan tanah, kemudian udang galah juga memakan hama yang banyak menyerang tanaman padi yakni penggerek batang, dan tidak adanya gulma
yang tumbuh hingga panen.
Jumlah hasil panen padi yang lebih banyak tentu akan memberikan pendapatan lebih besar bagi petani. Akan tetapi hasil dari penelitian BBPBAT Sukabumi menyatakan
bahwa dalam 1 ha lahan mampu menghasilkan padi sebanyak 7 ton dan udang galah sebanyak 1 ton. Jika disetarakan menjadi 1 ha lahan, maka hasil panen padi yang diperoleh
dari ugadi yang dilakukan Kelompok Tani Mina Bakti hanya sebanyak 6 300 kg atau setara dengan 6.3 ton. Sedangkan hasil panen udang galah menjadi 382 kg. Sehingga hasil panen
ugadi yang dijalankan Kelompok Tani Mina Bakti belum mencapai target dari BBPBAT Sukabumi. Ketua kelompok menganggap kondisi tersebut wajar karena ugadi merupakan
sistem budidaya yang baru dilakukan oleh petani pelaksana. Sehingga pemahaman mengenai teknis ugadi masih terbatas, sedangkan BBPBAT Sukabumi sudah sangat
memahami dan rutin melakukan pengontrolan. Selain faktor sumberdaya manusia, faktor lainnya yang mempengaruhi perbedaan hasil panen tersebut adalah faktor lingkungan.
5.
Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan litbang bertujuan untuk mendukung bisnis yang sudah ada, membantu peluncuran bisnis yang baru, mengembangkan produk baru,
memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi produksi, serta memperdalam atau memperluas kapabilitas teknologi yang sudah ada. Oleh karena itu, pada umumnya sebuah
organisasi atau perusahaan memiliki divisi litbang. Litbang dapat membantu perusahaan untuk menghasilkan produk berkualitas dan memberikan keunggulan kompetitif. Penelitian
dan pengembangan memprioritaskan biaya, manfaat, risiko, dan hasil dari pengembangan yang dilakukan. Ugadi yang pertama kali dilakukan oleh Kelompok Tani Mina Bakti
merupakan bagian dari penelitian dan pengembangan yang dilakukan BBPBAT Sukabumi dan Dirjen Perikanan yang bekerjasama dengan Kelompok Tani Mina Bakti. Kini setelah
ugadi diperkenalkan kepada anggota, semakin banyak anggota yang berminat untuk melakukan ugadi. Selama ugadi dilakukan, beberapa orang staf dari BBPBAT Sukabumi
meninjau langsung untuk memantau keberhasilan ugadi pada Kelompok Tani Mina Bakti. Sehingga penelitian hanya dilakukan oleh BBPBAT Sukabumi, karena Kelompok Tani
Mina Bakti tidak memiliki divisi litbang. Kelompok Tani Mina Bakti tidak melakukan penelitian dan pengembangan. Petani pelaku ugadi hanya mengikuti prosedur yang
diberikan BBPBAT Sukabumi dan mengamati perbedaan yang terjadi ketika melakukan ugadi.
46