Faktor Risiko Gangguan Makan

dopamin dan norepinefrin yang normal tetapi peningkatan dalam kadar 5-HIAA, yang digunakan dalam menilai kadar serotonin. Peningkatan kadar 5-HIAA setelah sembuh juga dijumpai pada pasien AN. Fenomena ini belum dipahami dan telah digambarkan sebagai kemungkinan efek pantulan ‘rebound’ effect’ dalam proses penyembuhan. Literatur medis mendukung bahwa pasien yang didiagnosa BN respon terhadap pemberian antidepressant Walsh, 2002. Walaupun begitu ia masih lagi tidak memberikan hasil sebaik terapi perilaku-kognitif dan hanya sedikit bukti yang menunjukkan keberhasilan terapi antidepressant Atria, 1998. Masih lagi tidak diketahui sama ada mekanisme pengubatan antidepressant pada BN adalah sama pada pasien depresi. SSRI telah menunjukkan dampak hanya apabila diberikan pada dosis yang tinggi 60 mg fluoxetine pada pasien BN – lebih tinggi daripada yang selalu diberikan pada terapi antidepressant. Pasien BN yang juga didiagnosis mempunyai depresi juga tidak dapat memprediksi sama ada antidepresan itu memberikan dampak dalam penatalaksanaan pasien dengan BN Walsh, 2002.

2.7. Faktor Risiko Gangguan Makan

Gejala gangguan makan sama ada sepenuhnya atau sebagiannya telah mempengaruhi 10 remaja perempuan dan telah menyebabkan ancaman yang bisa dipertanggungjawabkan pada kesehatan dan kegembiraan mereka Agras, 2001. Adalah sangat membantu apabila dapat terdeteksi risiko yang paling banyak dalam terjadinya gangguan makan, sama ada untuk mencegah penyakit daripada berkembang atau agar dapat memulakan penatalaksanaan dengan awal. Ini adalah karena pengalaman klinis dan bukti penelitian telah menandai bahwa gangguan makan ini umumnya berawal dengan perilaku mirip diet yang normal Jacobi et al, 2004, wanita muda yang berdiet merupakan kelompok penting dengan risiko yang tinggi, walaupun hanya minoritas yang berkembang menjadi gangguan makan Patton et al, 1999. Suatu penelitian menjumpai faktor risiko lain yang juga dikatakan terlibat adalah wanita, ras yang kebanyakannya dari kelompok Hispanik, keinginan untuk Universitas Sumatera Utara mendapatkan tubuh yang kurus dan tekanan sosial serta pengaruh psikologis umum yang berlaku pada waktu yang sama. Selain itu, perubahan perilaku akibat peristiwa hidup yang negatif pada seseorang merupakan faktor risiko independen karena tidak berkaitan langsung dengan variabel lain seperti jenis kelamin, ras dan sebagainya Taylor et al, 2002. Pada suatu penelitian lain yang dijalankan, wanita Australia dan wanita Hong Kong mempunyai sikap yang sama terhadap pola makan, tetapi berbeda dalam persepsi bayangan tubuh dan peneliti beranggapan bahwa persepsi tubuh bukanlah faktor yang kuat bagi wanita Hong Kong. Hal ini konsisten dengan referensi DSM-IV di mana gangguan bayangan tubuh pada pasien gangguan makan non-barat adalah tidak jelas. Hal ini menyatakan bahwa ketidakhadiran faktor ini pada individual non-barat tidak menyingkirkan bahwa terdapatnya gangguan makan sekiranya gejala lain ada Lake et al, 2000. Faktor risiko lain yang terkait dengan gangguan makan adalah ejekan yang berhubungan dengan berat badan yang sangat lazim di kalangan anak remaja. Remaja yang kelebihan berat badan melaporkan derajat frekuensi ejekan yang lebih tinggi berbanding kawan sebaya dengan berat badan sedang Neumark- Sztainer et al, 2002. Sembilan belas persen remaja perempuan dengan berat badan sedang dan 13 remaja lelaki dengan berat badan yang sedang dilaporkan telah diejek mengenai berat badan mereka sekurang-kurangnya beberapa kali dalam masa setahun, manakala 45 daripada remaja perempuan dan lelaki dengan kelebihan berat badan melaporkan frekuensi ejekan mengenai berat badan mereka. Permasalahannya yang muncul sekarang adalah akibat kemungkinan besar penganiayaan yang berhubungan dengan berat badan ini dapat mempengaruhi perilaku remaja terhadap berat badan. Penyakit gangguan makan adalah lebih umum mengenai kelompok usia remaja. Dari Sistem Pengawasan Risiko Perilaku Remaja 2003, suatu penelitian tingkat nasional telah dijalankan yang menyertakan 15240 orang pelajar dari kelas 9 hingga kelas 12, yang menjumpai hampir 60 pelajar perempuan dan 29 pelajar lelaki sedang berusaha untuk menurunkan berat badan Grunbaum et al, 2004. Lebih dari 13 pelajar dilaporkan berpuasa Universitas Sumatera Utara dalam masa 24 jam atau lebih dalam beberapa bulan untuk mengurangi berat badan, dan 11 perempuan dan 7 lelaki dilaporkan mengambil pil diet, bubuk, atau cairan dalam beberapa bulan Grunbaum et al, 2004. Delapan persen perempuan dan hampir 4 lelaki dilaporkan memuntahkan atau mengambil obat pencuci perut laxative dalam beberapa bulan untuk menurunkan berat badan Grunbaum et al, 2004. Penelitian prospektif telah meneliti efek ejekan pada perkembangan penyakit gangguan makan yaitu menunjukkan hasil yang bercampur. Wetheim, Koerner, dan Paxton menunjukkan bahwa ejekan dapat memprediksi peningkatan pada perilaku bulimia di kalangan remaja perempuan. Gardner et al pula meninjau anak-anak yang berumur 6 – 14 tahun selama 3 tahun, dan melihat bahwa ejekan dapat memprediksi gangguan makan skor di kalangan lelaki bukan perempuan. Dua hasil penelitian prospektif lainnya menjumpai ejekan yang berhubungan dengan berat badan tidak berkait langsung dengan perilaku purging yang berlaku maupun perilaku membatasi atau bulimia di kalangan remaja perempuan, setelah perubahan pada faktor lain yang dianggap relevan.

2.8. Eating Attitudes Test EAT