dalam masa 24 jam atau lebih dalam beberapa bulan untuk mengurangi berat badan, dan 11 perempuan dan 7 lelaki dilaporkan mengambil pil diet, bubuk,
atau cairan dalam beberapa bulan Grunbaum et al, 2004. Delapan persen perempuan dan hampir 4 lelaki dilaporkan memuntahkan atau mengambil obat
pencuci perut laxative dalam beberapa bulan untuk menurunkan berat badan Grunbaum et al, 2004.
Penelitian prospektif telah meneliti efek ejekan pada perkembangan penyakit gangguan makan yaitu menunjukkan hasil yang bercampur. Wetheim,
Koerner, dan Paxton menunjukkan bahwa ejekan dapat memprediksi peningkatan pada perilaku bulimia di kalangan remaja perempuan. Gardner et al pula meninjau
anak-anak yang berumur 6 – 14 tahun selama 3 tahun, dan melihat bahwa ejekan dapat memprediksi gangguan makan skor di kalangan lelaki bukan perempuan.
Dua hasil penelitian prospektif lainnya menjumpai ejekan yang berhubungan dengan berat badan tidak berkait langsung dengan perilaku purging yang berlaku
maupun perilaku membatasi atau bulimia di kalangan remaja perempuan, setelah perubahan pada faktor lain yang dianggap relevan.
2.8. Eating Attitudes Test EAT
EAT adalah suatu tes standard, laporan ukur sendiri untuk gejala dan menyangkut sifat yang berkaitan dengan gangguan makan. Ujian ini diperbuat
untuk menghemat kedua-dua administrasi dan masa scoring. EAT telah digunakan sebagai ujian penyaringan dan instrumen dalam menemukan kasus pada populasi
yang non-klinis. Analisis faktor pada 40 soal yang asli oleh Garner dan Garfinkel pada tahun 1979 telah menghasilkan 26 soal ukuran yang disingkatkan, EAT-26
Garner, Olmsted, Bohr, dan Garfinkel, 1982. Total skor pada EAT-26 ini adalah jumlah semua skor bagi individu yang melakukan ujian.
EAT tidak memberi diagnosis spesifik bagi suatu gangguan makan tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa EAT dapat menemukan kasus atau sebagai
instrumen penyaringan untuk mengenal mereka yang berisiko tinggi untuk terjadinya suatu gangguan makan yang serius. Tiada instrumen penyaringan lain,
termasuk EAT yang telah ditetapkan sebagai sangat efektif dan satu-satunya cara
Universitas Sumatera Utara
untuk mengidentifikasi gangguan makan. Hal ini disebabkan oleh prevalensi gangguan makan yang relatif rendah pada sebagian besar populasi yang menjadi
kepentingan. Sehingga bahkan dengan uji yang sangat valid, hal ini masih lagi sukar untuk dicapai dengan efisiensi yang tinggi untuk menemukan gangguan
makan yang mempunyai prevalensi antara 2 – 4 dalam populasi remaja atau wanita muda. Kejadian gangguan makan yang relatif rendah telah menyebabkan
rekomendasi untuk membatasi pemutaran screening hanya pada kelompok “berisiko tinggi” dan terdapat “dua tahapan” metode yang dapat digunakan yaitu
dengan menggunakan kuesioner penyaringan yang diadministrasi kepada sampel atau keseluruhan populasi dan hanya dengan skor tinggi yang diwawancara
Garner, 1999 Proses penelitian dua tahapan ini telah dijelaskan oleh King 1991 di
lingkungan praktek umum yang meneliti laki-laki dan wanita yang berumur dari 16 sehingga 35 tahun yang diminta untuk melengkapi EAT-26 di beberapa ruang
menunggu di beberapa praktek umum. Sebanyak 748 orang yang dihubungi, 96 melengkapi EAT-26. Dari 76 skor tertinggi, 7 tidak ingin diwawancara dan yang
selebihnya, dijumpai 7 kasus bulimia nervosa 6 perempuan dan 1 laki-laki. King, 1991 menjumpai hanya segelintir yang mendapat skor pada atau di bawah
batas EAT-26 mempunyai gangguan makan atau keprihatinan terhadap makan yang serius ketika wawancara sebagian negatif palsu. Bagi yang skornya
melebihi batas pada EAT, sepertiga mempunyai keprihatinan terhadap makan atau berat badan yang signifikan secara klinis. Pada tindak lanjut dari peraih skor
tinggi 12-18 bulan kemudian, 20 dari mereka yang awalnya memiliki “sebagian” sindrom sekarang memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan
makan. Selain itu, lebih dari 30 yang awalnya “pengamal diet normal” menjadi “pengamal diet yang obsesif” King, 1991
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian