1
I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Iklim dan pertanian merupakan dua hal penting penunjang kehidupan manusia yang
memiliki hubungan
yang sangat
erat. Besarnya produksi pertanian atau tingkat
keberhasilan panen suatu areal pertanian sangat
ditentukan oleh
kondisi iklim.
Penurunan atau kenaikan produksi pertanian hingga
meningkatnya harga
merupakan dampak dari keragaman cuaca yang terjadi.
Hal ini membuat pemerintah harus terus bekerja keras dalam menentukan berbagai
macam kebijakan sehingga dampak negatif dari anomali ketidaknormalan cuaca yang
semakin sering terjadi dapat berkurang atau bahkan dihindari.
Perkebunan yang merupakan suatu bagian dari pertanian memiliki peranan yang penting
sebagai sumber
dari pertumbuhan
perekonomian Indonesia.
Pertumbuhan penduduk
dan perubahan
struktur perekonomian sebagai konsekuensi logis dari
proses pembangunan, telah dan terus akan membawa dampak terhadap peningkatan
kebutuhan akan penyediaan pangan, sandang, papan serta berbagai sarana dan prasarana
penunjang lainnya Saefulhakim 1994. Oleh karena itu, pemerataan industri perkebunan di
luar pulau Jawa diharapkan dapat menjadi suatu usaha yang dapat membangkitkan
perekonomian daerah di luar pulau Jawa dan terutama juga dalam rangka memenuhi
kebutuhan masyarakat di seluruh Indonesia.
Tebu adalah suatu komoditas perkebunan penghasil gula yang merupakan salah satu dari
sembilan bahan makan pokok. Luas areal tebu di Indonesia pada periode tahun 2000-2005
mencapai 380 ribu ha. Departemen Pertanian pada tahun 2005 mencatat bahwa industri gula
berbasis tebu merupakan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu petani dengan jumlah
tenaga kerja mencapai 1,3 juta orang. Akan tetapi, produktivitas tebu dinilai masih kurang
karena tidak mencukupi kebutuhan konsumsi dalam negeri yang mencapai 3,18 juta ton
pada tahun 2008. Sedangkan produksi tebu sendiri pada tahun yang sama hanya mencapai
angka 2,2 juta ton. Hal ini diakibatkan oleh masih lemahnya teknologi yang dimiliki serta
perluasan lahan yang tidak diiringi oleh peningkatan jumlah permintaan. Selama ini
lokasi industri gula hanya tersebar di 8 propinsi dengan Jawa Timur sebagai sentra
utama dengan 32 Pabrik Gula PG. Propinsi lain yang digunakan sebagai daerah industri
gula diantaranya adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Lampung, Sumatera Utara, Sumatera
Selatan, Gorontalo, dan Sulawesi Selatan Dinas Pertanian 2005. Ekstensifikasi areal
tanaman tebu yang menjadi salah satu solusi dari perkembangan komoditas tebu dewasa ini
lebih banyak diarahkan pada lahan-lahan kering di luar Pulau Jawa yang mempunyai
potensi tidak kalah dengan daerah di Pulau Jawa.
Kalimantan Selatan dengan luas areal lahan kering yang belum terpakai mencapai
670.480 ha merupakan salah satu daerah ekstensifikasi dengan potensi tinggi dalam
pengembangan tanaman tebu. Sumber daya yang cukup tinggi dan masih lemahnya
tingkat ekonomi masyarakat di Kalimantan Selatan
merupakan alasan
lain dalam
pengembangan industri ini. Hal ini juga didukung oleh belum tersedianya industri gula
yang memadai
di Pulau
Kalimantan. Pembangunan
pabrik-pabrik gula
dan perluasan perkebunan tebu akan menyerap
tenaga kerja yang cukup besar, sehingga keadaan
perekonomian masyarakat
dan pendapatan daerah akan menjadi lebih baik.
Oleh karena itu, informasi mengenai luas lahan yang berpotensi untuk ditanami tebu
dapat digunakan untuk pengembangan tebu secara berkelanjutan.
1.2 Tujuan
1. Menentukan luas daerah yang
memiliki potensi
dalam pengembangan tanaman tebu di
Kalimantan Selatan
berdasarkan aspek iklim dan agroklimat.
2. Menghitung
luas areal
yang direkomendasikan sebagai daerah
budidaya tebu. 3.
Menggambarkan kelayakan budidaya tebu sebagai salah satu alternatif
usaha yang menguntungkan melalui analisa ekonomi sederhana.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman