8
2.7 Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis SIG atau yang dalam lebih dikenal
Geographic Information System GIS dalam dunia
internasional memiliki
banyak sekali
pengertian dari
banyaknya ahli
yang bermunculan. Namun secara garis besar
pengertian SIG adalah suatu sistem manual dan atau komputer yang digunakan untuk
mengumpulkan, menyimpan, mengelola, dan menghasilkan informasi yang mempunyai
rujukan spasial atau geografis atau dengan kata lain SIG adalah suatu alat yang mengatur
data dan menganalisa informasi yang bersifat keruangan atau spasial yang bisa digunakan
sebagai basis informasi untuk pengambilan keputusan di berbagai bidang Anonim 2009.
Salah satu metode dalam SIG yang tepat dan akurat dalam menggambarkan suatu
informasi pada permukaan bumi dan juga biasa digunakan adalah metode pemetaan.
Namun demikian, pemetaan harus didukung oleh ketepatan data yang ada di lapangan.
Artinya, penggabungan berbagai jenis data dan pengolahannya hingga menjadi suatu
kesatuan yang utuh dan dapat digunakan, diperlukan lagi sebuah alat atau dalam hal ini
perangkat lunak dalam pengerjaannya. Salah satu contoh alat yang dapat digunakan adalah
ArcView. Arcview merupakan contoh nyata suatu alat yang didalamnya terdapat berbagai
fungsi Sistem Informasi Geografis SIG.
III. METODOLOGI 3.1 Bahan dan Alat
1. Data curah hujan rata-rata tahunan
Propinsi Kalimantan Selatan tahun 1962-2003
Sumber :
Badan Meteorologi
Klimatologi dan
Geofisika. 2.
Peta ketinggian, peta administrasi, dan peta tanah Kalimantan Selatan
dengan skala tinjau 1 : 50.000 Sumber
: Badan
Pertanahan Nasional BPN.
3. Peta penutupan lahan Kalimantan
Selatan tahun 2007 dengan skala 1 : 50.000 Sumber : BPN.
4. Perangkat lunak ArcView 3.3 dan
Microsoft Office
2003 yang
digunakan dalam pengolahan data. 5.
Seperangkat alat komputer.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Agustus 2009 bertempat di
Laoratorium Agrometeorologi Departemen Geofisika
dan Meteorologi
Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
3.3 Metode 3.3.1 Persiapan Data Numerik dan Spasial
Penelitian ini
dilakukan dengan
menggunakan dua buah data yang nantinya akan digabungkan menjadi satu. Kedua data
tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Data curah hujan rata-rata tahunan Propinsi Kalimantan Selatan tahun
1962-2003. 2.
Data spasial sebaran jenis tanah, peta ketinggian, peta penutupan lahan,
dan peta administrasi Kalimantan Selatan
yang kesemuanya
ini berbentuk peta digital dengan skala 1
: 50.000 sumber : BPN.
3.3.2 Perubahan Data Numerik ke dalam Bentuk Spasial
Data curah hujan yang berbentuk numerik
dirubah terlebih
dahulu menggunakan Software ArcView 3.3 ke
dalam bentuk spasial dengan cara interpolasi. Teknik interpolasi yang digunakan adalah
teknik Inverse Distance Weighted IDW. Teknik IDW mengasumsikan tiap titik input
memiliki pengaruh lokal dan berkurang terhadap jarak. Metode ini memberi bobot
lebih tinggi pada sel yang terdekat dengan titik data dibandingkan dengan sel yang lebih
jauh Samba 2008. Hasil keluaran dari interpolasi ini disebut dengan peta isohyet.
Peta suhu isoterm diperoleh dengan menggunakan turunan dari peta ketinggian.
Penentuan suhu ini dilakukan dengan asumsi bahwa setiap kenaikan ketinggian sebesar 100
m maka suhu akan turun sebesar 0,6
o
C Hukum Braak. Stasiun yang digunakan
sebagai patokan suhu adalah stasiun Stagen di Kabupaten
Kotabaru yang
memiliki ketinggian 1 mdpl. Penentuan stasiun acuan
ini dilakukan dengan mencari stasiun yang memiliki jarak paling dekat dengan laut.
Adapun suhu udaranya diduga dengan persamaan Braak Samba 2008 :
T = X – 0,0061 h
untuk h 0 dan h 2000 mdpl T = X
– 0,0052 h untuk h 2000 mdpl
h = ketinggian
9
Tabel 3 Kesesuaian Lahan Tebu Untuk Parameter Yang Diteliti
Karakteristik lahan syarat penggunaan
lahan Kelas kesesuaian lahan
S1 S2
S3 N
Curah hujan mmtahun
1500-1700 1700-2000,
1250-1500 2000-2500,
1000-1250 2500,
1000 Suhu udara
o
C 24-30
30-32, 22-24 32-34, 21-22
34, 21 Jenis Tanah
Mollisol Alfisol,
ultisol, inceptisol
Entisol Histosol,
oxisol Sumber : Djaenudin et al 2000
3.3.3 Klasifikasi Kesesuaian Lahan
Peta suhu, peta curah hujan, dan peta tanah yang telah siap untuk diolah lalu
diklasifikasikan dari S1 hingga N dan diberi nilai 1 sampai 4. Nilai 4 diberikan kepada
kriteria S1, nilai 3 diberikan kepada kriteria S2, dan seterusnya hingga kriteria N.
Pengklasifikasian
peta-peta tersebut
didasarkan pada kesesuaian lahan tanaman tebu pada Tabel 3. Berikut adalah penjelasan
masing-masing klasifikasi menurut Sitorus 1985 :
Sangat sesuai S1 Lahan yang termasuk ordo ini adalah
lahan yang dapat digunakan untuk suatu penggunaan tertentu secara
lestari, tanpa atau dengan sedikit resiko
kerusakan terhadap
sumberadya lainnya. Keuntungan yang
diharapkan dari
hasil pemanfaatan lahan ini akan melebihi
masukan yang diberikan. Sesuai S2
Lahan yang mempunyai pembatas- pembatas untuk suatu penggunaan
yang lestari. Akan tetapi pembatas tersebut tidak berdampak secara
berkelanjutan
dan tidak
akan menurunkan hasil.
Sesuai marjinal S3 Lahan yang mempunyai pembatas-
pembatas agak berat untuk suatu penggunaan yang lestari. Pembatas
akan mengurangi produktivitas atau keuntungan dan perlu menaikkan
masukan yang diperlukan.
Tidak sesuai N Daerah ini tidak cocok untuk
ditanami tanaman tebu karena faktor pembatas yang berat dan hampir
tidak mungkin untuk diatasi.
3.3.4 Penentuan Tingkat Kesesuaian Tanah