POLA KEMITRAAN BISNIS WARALABA SURABI CIMOET INDONESIA (Studi pada bisnis waralaba jajanan khas Bandung)
POLA KEMITRAAN BISNIS WARALABA SURABI CIMOET INDONESIA
(Studi pada bisnis waralaba jajanan khas Bandung) SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Sosiologi
Disusun Oleh: Retno Ayu Purboningrum
201010310311070
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
(2)
LEMBAR PENGESAHAN Dipertahankan di Depan Dewan Penguji
Fakultas Ihnu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang
Serta diterima sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata satu
(sl)
Pada tanggal : 22 luli 2014 Dihadapan Dewan Penguji
1.
Rachmad K. Dwi Susilo, MA2.
Muharurad Hayat, MA3.
Drs. Sulismadi M.Si4.
Dra. Su'adah, M.SiMengetahui
(3)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian skripsi sebagai tugas akhir dengan lancar tanpa gangguan.
Skripsi ini berjudul “Pola Kemitraan Bisnis Waralaba Surabi Cimoet Indonesia” (Studi pada bisnis waralaba jajanan khas Bandung). Skripsi ini dibuat sebagai syarat kelulusan studi pada Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang.Dalam penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Rasa syukur dan terima kasih penulis haturkan kepada :
1. Bapak Dr. Muhadjir Effendy, M.AP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang. 2. Bapak Dr. Asep Nurjaman, M.Si Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Bapak Muhammad Hayat, MA selaku ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.
4. Bapak Drs. Sulismadi M.Si selaku Pembimbing I yang telah memberi pengarahan, nasihat serta motivasi kepada penulis pada saat penyusun skripsi.
5. Ibu Dra. Su’adah, M.Si selaku Pembimbing II yang telah memberi pengarahan kepada penulis pada saat penyusunan skripsi.
6. Ibu Luluk Dwi Kumalasari, S.Sos.,M.Si selaku dosen wali yang telah banyak membantu dan memberi pengarahan yang baik kepada penulis.
7. Kedua orang tuaku (Bapak Dewanto dan Ibu Endang Sunarsih) serta kakakku Dian Eko Prasetyo yang selalu memberi semangat dan do’a dalam menempuh kuliah dan pembuatan skripsi ini dari awal sampai akhir.
(4)
8. Para informan yang sudah membantu memberikan informasinya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman – teman Sosiologi A dan B angkatan 2010yang selama ini telah menjadi teman setia disaat suka dan duka selama kuliah serta semangat dan do’anya khususnya untuk Geng Cabe (Yuni, Isna, Fitri, Titik, Ali,Kakim, Dean)
10.Sahabat tercinta Susi Wulandari, terimakasih banyak atas bantuan, dukungan, motivasi, dan do’anya
11.Mas Chamim Tohari, terimakasih atas motivasi dan doa untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini
12.Alvino Rengga Sanianta, Mbak Dewi, Heri , terimakasih atas bantuan , motivasi dan doa kalian untukku
Serta pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu
Penulis yakin bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis perlu adanya saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Malang, 15 Juli 2014
(5)
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ... i
Lembar Persetujuan ... ii
Lembar pernyataan... iii
Berita Acara Bimbingan Skripsi ... iv
Kata Pengantar ... v
Motto ... vii
Persembahan ... viii
Daftar Isi ... ix
Daftar Gambar ... xiii
Daftar Bagan ... xiv
Daftar Tabel ... xv
Lampiran ... xvi
Abstraksi ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
(6)
1. Manfaat Teoritis ... 4
2. Manfaat Praktis ... 5
E. Definisi Konsep ... 5
1. Pola Kemitraan... 5
2. Bisnis... 6
3. Waralaba ... 9
4. Waralaba Surabi Cimoet Indonesia ... 9
F. Metode Penelitian ... 9
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan ... 9
2. Lokasi Penelitian ... 10
3. Subjek Penelitian ... 12
4. Teknik Penentuan Informan ... 12
5. Sumber Data... 13
6. Teknik Pengumpulan Data ... 14
7. Teknik Analisis Data... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 20
1. Penelitian Sebelumnya ... 22
2. Pola Kemitraan... 24
3. Bisnis Waralaba ... 30
B. Landasan Teori... 32 Teori Pertukaran Sosial, Peter M. Blau ... 32
(7)
BAB III DESKRIPSI WILAYAH
A. Geografis Kota Batu ... 36
B. Profil Surabi Cimoet Indonesia ... 39
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA A. Penyajian Data ... …….50
1. Syarat dan ketentuan dalam kemitraan ... 53
1.1Syarat Menjalin Kemitraan ... 55
1.2Ketentuan JenisDalamMenjalinKemitraan ... 56
2. Tujuan Kemitraan ... 60
3. ManfaatKemitraan ... 60
3.1Surabi Cimoet Indonesia dengan Desain Gerobak. ... 61
3.2Surabi Cimoet Indonesia denganToko 29. ... 63
3.3Surabi Cimoet Indonesia dengan TokoArtha Shop. ... 65
3.4Surabi Cimoet Indonesia dengan Prima Rasa. ... 67
4. Sistem Kemitraan 4.1 Surabi Cimoet Indonesia dengan Desain Gerobak. ... 68
4.2 Surabi Cimoet Indonesia dengan Toko Artha Shop. ... 70
4.3 Surabi Cimoet Indonesia dengan Toko 29. ... 71
4.4 SurabiCimoet Indonesia dengan Prima Rasa. ... 72
5. Pihak-pihak yang menggunakan nama atau brand Surabi Cimoet Indonesia...73
(8)
1.1Jenis atau SumberDaya. ... 76
1.2Pola Kemitraan BisnisWaralaba SurabiCimoet Indonesia. ... 78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 85 B. Saran ... 86
(9)
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lokasi Penelitian dan Logo Surabi Cimoet Indonesia 2. Surat Izin Penelitian
(11)
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. 2012. Pengantar Bisnis. Bandung: Alfabeta
Daniel, Moehar. 2005. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta : PT Bumi Aksara
Hafsah, Jafar Mohammad. 2000. Kemitraan Usaha. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Haryanto, Sindung. 2011. Sosiologi Ekonomi. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media ) Idrus Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Penerbit
Erlangga
Lexy. J. Moleong. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nawawi, H Hadari.1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Rais, El Heppy. 2012. Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sigit, Soehardi. 2001. Metodologi Penelitian Sosial-Bisnis-Manajemen.
Yogyakarta: Pena Persada Offset
Sukirno, Sadono. 2006. Pengantar Bisnis. Jakarta: Kencana
Sumarni Murti & Wahyuni Salamah. 2006. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: ANDI OFFSET
Susilo, Rachmad K. Dwi. 2008. 20 Tokoh Sosiologi Modern: Biografi para Peletak Sosiologi Modern. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media
(12)
Usman, Husaini dkk. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara
Wie Kian Thee. 1992. Dialog Kemitraan dan Keterkaitan Antara Usaha Besar dan Kecil dalam Sektor Industri Pengolahan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Zuriah , Nurul. 2009. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan . Jakarta : PT Bumi Aksara
NON BUKU
Drpriyono.blogspot.com/2012/03/jenis-jenis-penelitian http://fasya18.blogspot.com/2013/01/subjek-penelitian.html http://hendrausahakecil.blogspot.com/
http://kamusbisnis.com/arti/usaha-besar/ http://lipsus.kompas.com
http://lipsus.kontan.co.id/
(13)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan bisnis waralaba di Indonesia beberapa tahun terakhir dirasakan semakin pesat. Pertumbuhan usaha waralaba di Indonesia diperkirakan semakin pesat di masa mendatang dan sanggup mencapai 10-15 persen per tahun. Calon pewaralaba harus semakin selektif dan tidak gegabah menaruh investasi, sebelum benar-benar tahu peluang dan risiko jenis waralaba yang akan dimasuki. Tahun 1991 lalu, hanya ada 35 usaha waralaba (pelaku) di Indonesia, 29 di antaranya waralaba milik asing, dan enam milik lokal. Namun sekarang, terdapat 260 waralaba asing dan 750 waralaba lokal yang terdata di Asosiasi Franchise Indonesia (AFI). Omzet mereka tahun 2007 lalu, sesuai data AFI, sangat banyak,
yakni 81 triliun.1 Ketua Umum Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Anang
Sukandar, memperkirakan omzet sektor waralaba bakal tumbuh 8%-10% dari omzet tahun ini. Walau belum final, ia yakin, omzet industri waralaba tahun 2012 bisa mencapai Rp 160 triliun. Setiap tahun, bisnis waralaba memang selalu tumbuh. Dari sisi omzet, tiap tahun nilainya terus naik. Pada 2008, misalnya, omzet waralaba masih sekitar Rp 81,1 triliun. Selang dua tahun, omzet sudah mencapai Rp 114,6 triliiun. Tren tersebut terus berlangsung hingga tahun 2011
yang menyentuh angka Rp 120 triliun.2
Waralaba merupakan bentuk hubungan kemitraan antara pemilik waralaba atau pewaralaba (franchisor) dengan penerima waralaba (franchisee) dalam
1
http://lipsus.kompas.com Diakses tanggal 03/01/2014
2
(14)
2
mengadakan persetujuan jual beli hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha (waralaba). Kerjasama ini biasanya didukung dengan pemilihan tempat, rencana bangunan, pembelian peralatan, pola arus kerja, pemilihan karyawan, konsultasi, standardisasi, pengendalian, kualitas, riset dan sumber-sumber permodalan.
Salah satu waralaba di bidang makanan yang ada di Indonesia adalah Surabi Cimoet Indonesia. Waralaba tersebut merupakan waralaba local berasal dari Kota Batu, Jawa Timur. Waralaba Surabi Cimoet Indonesia merupakan usaha yang bergerak di bidang penjualan produk makanan atau jajanan berasal dari Kota Bandung yaitu Surabi. Waralaba Surabi Cimoet Indonesia ini didirikan di Kota Batu, Jawa Timur. Waralaba ini didirikan tahun 2009 oleh Susi dan Fita. Bisnis ini mengembangkan ide pembuatan surabi dengan inovasi-inovasi kreatif yaitu ukuran surabi kecil dan imut serta dengan topping bermacam-macam rasa. Bisnis waralaba ini sudah memiliki 10 outlet baik itu di Malang maupun di luar jawa. Bisnis ini memang kecil tetapi bisnis tersebut mampu mendirikan 10 outlet baik itu di Malang maupun di luar jawa. Dari 10 outlet tersebut dengan mengacu pada konsep franchisee format bisnis yaitu menggunakan merk dagang dari Surabi Cimoet Indonesia untuk melakukan penjualan dan mendapatkan keuntungan. Muncullah kerjasama atau kemitraan yang dijalankan oleh Surabi Cimoet dengan pihak-pihak yang bisa mendukung produksi maupun untuk penjualan di outlet Surabi Cimoet Indonesia. Mulai dari penyediaan alat-alat untuk produksi surabi. Dibutuhkan alat produksi dari pihak yang menyediakan alat tersebut. Karena tanpa alat tersebut tentu produksi surabi tidak berjalan dengan baik. Dan paling utama yaitu bahan baku dari pembuatan surabi tersebut yaitu tepung dan mayo serta topping-topping untuk inovasi dari waralaba tersebut. Serta pihak-pihak yang penting untuk bisnis waralaba ini adalah outlet yang digunakan untuk berjualan serta pemasaran agar
(15)
3
bisnis waralaba ini semakin berkembang dan bisa memiliki otlet atau jaringan franchisee yang semakin banyak.
Bisnis waralaba Surabi Cimoet Indonesia tentu diperlukaan kemitraan untuk mengembangkan usaha tersebut. Kemitraan tersebut bisa dilihat pada aspek penyediaan bahan baku untuk produksi Surabi Cimoet Indonesia, penyediaan untuk keperluan outlet yang didirikan serta tentang pemasaran produk tersebut. Waralaba ini membutuhkan kerjasama atau kemitraan dengan pihak lain untuk menyediakan perlengkapan guna mendukung operasional dari waralaba Surabi Cimoet Indonesia ini. Kemitraan yang dibangun tentu membutuhkan sikap yang baik di kedua belah pihak tanpa merugikan salah satu pihak. Kemitraan yang dibangun pada dasarnya untuk mengembangkan usaha kedua belah pihak tetapi kembali lagi bahwa hubungan tersebut haruslah didasari dengan tujuan yang sama yaitu memperoleh keuntungan tanpa merugikan pihak manapun itu.
Kemitraan adalah suatu sikap menjalankan bisnis yang diberi ciri dengan hubungan jangka panjang, suatu kerjasama bertingkat tinggi, saling percaya, dimana pemasok dan pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama. Selama ini istilah kemitraan ini telah dikenal dengan sejumlah nama, diantaranya strategi kerjasama dengan pelanggan (strategic customer alliance), strategi kerjasama dengan pemasok (strategic supplier alliance) dan pemanfaatan sumber daya kemitraan (partnership sourcing).3
Penelitian ini lebih memfokuskan pada hubungan kemitraan yang terjalin antara bisnis waralaba Surabi Cimoet Indonesia dengan pihak-pihak lain yang mendukung kegiatan produksi bisnis waralaba tersebut. Dukungan dari berbagai
3
http://sigit-rh.blogspot.com/2011/04/pola-pola-kemitraan-usaha.html diakses tanggal 29/12/2013
(16)
4
pihak tersebut dirasa penting karena sebuah bisnis belum tentu bisa berdiri tanpa bantuan atau kerjasama dengan pihak lain. Sehingga peneliti mengangap hal yang menarik untuk diteliti adalah pihak-pihak lain (kemitraan) dibalik kesuksesan waralaba Surabi Cimoet Indonesia. Apalagi sekarang ini marak sekali muncul waralaba-waralaba local meskipun makanan yang disajikan mengadopsi makanan luar negeri. Oleh karena itu latar belakang diatas, maka peneliti mengambil judul
“Pola Kemitraan oleh Bisnis Waralaba Makanan Khas Bandung”. Waralaba yang
dimaksud adalah Surabi Cimoet Indonesia yang terletak di Kota Batu.
A. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana pola kemitraan bisnis waralaba Surabi Cimoet Indonesia di Kota Batu?
B.TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:
Untuk mengetahui dan mendiskripsikan pola kemitraan bisnis waralaba Surabi Cimoet Indonesia di Kota Batu.
C.MANFAAT PENELITIAN
Dengan diadakannya penelitian terhadap masalah ini diharapakan nantinya dapat memberikan hasil manfaat antara lain :
A.Secara Teoritis
1. Menerapkan Teori Sosiologi yaitu Teori Pertukaran Sosial oleh Peter M.
(17)
5
2. Merupakan salah satu upaya di dalam memberikan sumbangan pemikiran
terhadap konsep, teori serta memberikan pemahaman lebih mendalam tentang pola kemitraan bisnis waralaba
B. Secara Praktis
1. Bagi peneliti untuk menerpakan ilmu yang telah didapatkan selama kuliah
dan sebagai prasyarat gunna memperoleh gelar sarjana S1 Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Sebagai bahan informasi dalam menambah pengetahuan bagi peneliti
selanjutnya yang ingin mendalami mengenai pola kemitraan oleh bisnis waralaba.
3. Sebagai pengetahuan umum bagi masyarakat yang ingin mengetahui tentang
pola kemitraan oleh bisnis waralaba jajanan khas Bandung Surabi Cimoet Indonesia di Kota Batu.
D.DEFINISI KONSEP
Konsep adalah suatu batasan yang umum dipakai, yang berguna sebagai upaya penyeragaman penulisan dalam membaca. Dengan tujuan untuk merumuskan masing-masing variabel antara lain :
1. Pola Kemitraan
Menurut Kamus Ilmiah Populer mitra merupakan kawan kerja, pasangan
kerja. 4Dalam Kamus Ilmiah Populer, kemitraan merupakan perihal hubungan
kerja. Sedangkan kemitraan merupakan kerja sama usaha antara perusahaan besar / menengah yang bergerak di sector produksi barang-barang maupun di
4
(18)
6
sector jasa-jasa dengan industry kecil berdasarkan azas (1) saling membutuhkan,
(2) saling memperkuat, dan (3) saling menguntungkan. Sistem keterkaitan dan
kemitraan akan menghasilkan nilai tambah (ekonomi dan sosial) yang akan memperkuat struktur industry dan ekonomi nasional. Thee Kian Wie mengatakan bahwa proses hubungan keterkaitan yang berkembang sampai saat ini memberikan indikasi terbentuknya empat macam pola hubungan kemitraan
yaitu Pola Dagang, Pola Vendor, Pola Subkontrak serta Pola Pembinaan. 5
Untuk mengembangkan suatu kemitraan antara pengusaha kecil dengan pengusaha besar, hal yang harus diperhatikan sebagai prasyarat utama bagi calon pelaku yang akan bermitra adalah kesiapan masing-masing baik dalam aspek manajerial usaha maupun kemampuan mengembangkan usaha. Artinya baik pihak pengusaha kecil maupun pengusaha besar, masing- masing harus mempunyai kemampuan daya saing yang kuat dalam bidang yang ditekuninya
meskipun pada skala usaha yang berbeda.6
2. Bisnis
Kamus Ilmiah Populer mendefinisikan bisnis merupakan usaha dagang,
usaha komersil dalam dunia perdagangan.7 Sedangkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia mendefinisikan bisnis merupakan usaha komersial di dunia perdagangan. Melihat pada asal katanya bisnis berasal dari bahasa Inggris yang berarti: Perusahaan, urusan atau Usaha. Hughes dan Kapoor menyatakan bisnis ialah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi
5
Wie Kian Thee. 1992. Dialog Kemitraan dan Keterkaitan Antara Usaha Besar dan Kecil dalam
Sektor Industri Pengolahan. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama) hlm 2-4
6
Hafsah, Jafar Mohammad. 2000. Kemitraan Usaha. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan) hlm 88
7
(19)
7
kebutuhan masyarakat. Secara umum kegiatan ini ada di dalam masyarkat, dan
ada dalam industry.8
Usaha memiliki tiga jenis yaitu usaha kecil , usaha menengah dan usaha besar. Ketiga usaha tersebut memiliki kriteria sendiri dalam kegiatan usahanya. Misalnya Indonesia mendefinisikan usaha kecil sebagai perusahaan yang mempunyai pekerja kurang dari 20 orang atau nilai asset yang kurang dari Rp 200 juta. Usaha yang terlalu kecil dengan jumlah pekerja yang kurang dari 5
orang dikatakan sebagai kecil level mikro.9
Usaha menengah adalah kegiatan ekonomi yang memiliki kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar daripada kekayaan bersih dan
hasil penjualan tahunan usaha kecil.10 Ciri-ciri usaha menengah yaitu pada
umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi; Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan; Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll; Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll; Sudah akses kepada sumber-sumber
8
Alma, Buchari. 2012. Pengantar Bisnis. (Bandung: Alfabeta) hlmn 20-21
9
Sukirno, Sadono. 2006. Pengantar Bisnis. (Jakarta: Kencana) hlmn 365
10
(20)
8
pendanaan perbankan; Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia
yang terlatih dan terdidik.11
Usaha besar adalah usaha bersifat produktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih di atas Rp10.000.000.000,00, (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta dapat menerima kredit
dari bank di atas Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
Menurut Badan Pusat Statistik, usaha besar adalah usaha dengan jumlah
pegawai/karyawan di atas 100 orang.12 Bisnis Besar memilih manajer bukan
pemiliknya sendiri, daerah operasionalnya regional atau nasional, organisasinya kompleks, pemilik tidak kenal karyawan, jarang yang gagal mempunyai
manajemen spesialis.13 Kriteria jumlah karyawan berdasarkan jumlah tenaga
kerja atau jumlah karyawan merupakan suatu tolak ukur yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) untuk menilai usaha kecil atau besar, sebagai
berikut :14
Tabel 1 Kriteria Usaha Menurut Jumlah Karyawan
Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha
Menengah
Usaha Besar
Jumlah Tenaga
Kerja
<> 5-19 orang 20-99 orang > 100 orang
11
http://hendrausahakecil.blogspot.com/ diakses tanggal 13/02/2014
12
http://kamusbisnis.com/arti/usaha-besar/ diakses tanggal 17/01/2014
13
Ibid hlm 99
14
(21)
9
3. Waralaba
Kamus Ilmiah Populer mendefinisikan waralaba merupakan kerjasama dalam bidang usaha dengan bagi hasil sesuai dengan kesepakatan, hak kelola, hak pemasaran. Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan waralaba sebagai kerjasama di bidang usaha dengan bagi hasil sesuai dengan kesepakatan. Secara bebas dan sederhana, waralaba didefiniskan sebagai hak
istimewa (privilege) yang terjalin dan atau diberikan oleh pemberi waralaba
(franchisor) kepada penerima waralaba (franchisee) dengan sejumlah kewajiban
atau pembayaran.15
4. Waralaba Surabi Cimoet Indonesia
Waralaba ini berdiri di Kota Batu sejak tahun 2009. Waralaba ini menggabungkan ide-ide kreatif dan inovatif yaitu bisnis membuat dan menjual makanan khas Kota Bandung yaitu Surabi. Ide inovatif dan kreatif yaitu dilihat dari bentuk surabi yang kecil dan imut serta diberi berbagai topping sehingga disebut Surabi Cimoet.
E.Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Jenis penelitian yang digunakan adalah Kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif Kualitatif yaitu mengumpulkan data supaya dapat menguji hipotesis yang diajukan atau untuk menjawab pertanyaan
15
(22)
10
mengenai keadaan/status dari subyek yang sedang dipelajari penelitian
deskriptif hanya melaporkan keadaan yang sesungguhnya ada.16
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/ melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Usaha mendiskripsikan fakta-fakta itu pada tahap permulaan tertuju pada usaha mengemukakan gejala-gejala secara lengkap di dalam aspek yang diselidiki, agar jelas keadaan atau kondisinya. Oleh karena itu pada tahap ini metode deskriptif tidak lebih daripada penelitian yang bersifat penemuan fakta-fakta seadanya (fact finding). Penemuan gejala-gejala itu juga tidak sekedar menunjukkan distribusinya, akan tetapi termasuk usaha mengemukakan
hubungannya satu dengan yang lain di dalam aspek-aspek yang diselidiki itu.17
Pendekatan deskriptif digunakan pada penelitian dikarenakan penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan kejadian yang akan diteliti supaya peneliti bisa menjelaskan tentang kejadian tersebut. Peneliti mencoba mendiskripsikan tentang pola kemitraan oleh bisnis waralaba jajanan khas Bandung yaitu Surabi Cimoet Indonesia di Kota Bandung. Artinya bagaimana kantor pusat atau pemilik dari brand Surabi Cimoet tersebut melakukan kemitraan dengan beberapa pihak yang menyediakan bahan baku untuk produksi Surabi Cimoet serta menyediakan outlet untuk berjualan para mitra dari Surabi Cimoet Indonesia.
16
Sigit, Soehardi. 2001. Metodologi Penelitian Sosial-Bisnis-Manajemen. (Yogyakarta: Pena Persada Offset) Hlm 183
17
Nawawi, H Hadari.1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. (Yogyakarta: Gajah Mada University Press) Hlm 63
(23)
11
Penelitian eksplanatif ini dilakukan untuk menemukan penjelasan tentang mengapa suatu kejadian atau gejala terjadi. Hasil akhir dari penelitian
ini adalah gambaran mengenai hubungan sebab akibat.18
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat untuk melaksanakan penelitian. Lokasi yang dipilih untuk melakukan penelitian adalah Surabi Cimoet Indonesia . Kantor pusat Surabi Cimoet Indonesia ini terletak di Jl. Panglima Sudirman 82 Kota Batu, Jawa Timur. Alasan pemilihan lokasi di Surabi Cimoet ini dikarenakan waralaba ini mengusung bisnis makanan ringan atau jajanan khas dari Bandung yaitu Surabi. Dengan ide-ide kreatif dan inovatif bisnis ini menjadikan jajanan khas Kota Bandung menjadi semakin banyak variasi dalam segi rasa, bentuk serta outlet yang di desain dengan konsep yang imut menjadikan waralaba tersebut dilirik dan di jadikan bisnis waralaba beberapa orang dengan membeli nama dari Surabi Cimoet untuk memperoleh keuntungan. Meskipun bisnis ini kecil tetapi mampu menarik para franchisor untuk bergabung dengan waralaba Surabi Cimoet Indonesia .Selain itu juga bisnis ini sudah memiliki 10 outlet baik itu di pulau jawa maupun di luar jawa. Dibalik kesuksesan tersebut pasti terdapat pihak-pihak yang mendukung produksi Surabi Cimoet sehingga waralaba ini mampu dilirik orang lain.
18
(24)
12
3. Subyek Penelitian
Informan yang digunakan pada penelitian ini adalah pemilik Surabi Cimoet Indonesia yaitu Ibu Sosiati Setia Manaransyah, SH, M.Kn . Beliau merupakan satu-satunya pemilik waralaba Surabi Cimoet Indonesia. Serta informan yang sudah di tunjuk oleh Ibu Susi untuk digunakan sebagai subyek penelitian guna memperoleh data yang dibutuhkan oleh peneliti.
4. Teknik Penentuan Informan
Untuk penelitian dengan pendekatan kualitatif, biasanya tidak pernah menggunakan sampel (cuplikan) sebagai subyek penelitiannya karena dalam penelitian kualitatif, jumlah subyek yang menjadi informannya biasanya relative lebih sedikit dibandingkan dengan peneltian kuantitatif. Peneliti menggunakan teknik snowball. Maksud dari teknik snowball ini adalah dari jumlah subjek yang sedikit, semakin lama berkembang menjadi banyak. Dengan teknik ini, jumlah informan yang akan menjadi subjeknya akan terus bertambah dengan kebutuhan dan terpenuhinya informasi. Karena biasanya peneliti memiliki subjek yang terbatas. Dengan jumlah yang terbatas itu peneliti akan bertanya kepada subjek yang terdahulu (yang sedang diwawancara) tentang siapa saja
yang dapat dimintai informasi terkait dengan tema yang ditelitinya.19 Penelitian
ini menggunakan key informan yaitu pemilik Surabi Cimoet yaitu Ibu Sosiati Setia Manaransyah, SH, M.Kn. Beliau di tunjuk sebagai key informan karena merupakan pemilik waralaba Surabi Cimoet. Beliau paham betul dengan usaha
19
(25)
13
yang didirikannya serta mengerti siapa saja informan yang bisa memberikan informasi kepada penelitian terkait dengan penelitian yang dilakukan.
5. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan sumber data atau sumber informasi yang menjadi perhatian atau kunci informasi untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun sumber data dalam penelitian ini terdapat dua sumber yaitu :
a. Data Primer
Sumber data primer yang diperoleh secara langsung dari obyek yang diteliti dengan cara mengadakan wawancara langsung dan observasi langsung di lokasi penelitian, yakni konsumen remaja yang termasuk dalam criteria penentuan informan.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh dari data-data lain di luar data primer, yakni literature yang terkait dengan Pola Kemitraan oleh Bisnis Waralaba serta dokumentasi yang ada di Surabi Cimoet serta di mitra-mitra yang bekerjasama dengan waralaba tersebut.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
(26)
14
a. Wawancara
Wawancara adalah hal yang sangat penting dalam mengumpulkan data. Ada empat jenis wawancara dalam penelitian kualitatif : tersusun (structured), semi tersusun (semi-structured), informal dan retrospective (melihat masa lalu). Empat jenis wawancara ini satu sama lain tidak
terpisah, tetapi sebagai titik berat atau tekanan saja.20
Dalam wawancara alat yang digunakan adalah alat pemandu
(interview guide). Metode ini dapat juga dikatakan sebagai wawancara
semistruktural (survey semistruktural), karena alat bantu tidak komplet
seperti pada kuesioner. Panduan atau pertanyaan pada kuesioner tersusun sedemikian rupa menurut penggolongan data yang diperlukan. Berbeda dengan percakapan, wawancara lebih didominasi oeh pewawancara. Artinya responden lebih banyak pasif, atau menjawab setiap pertanyaan
yang diajukan.21
Peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur karena jenis wawancara inilah yang lebih sesuai dalam penelitian kualitatif sebab jenis wawancara tidak terstruktur ini memberi peluang kepada peneliti untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Meski disebut wawancara tidak terstruktur, bukan berarti dialog yang ada lepas begitu saja dari konteks. Inilah hal utama yang harus diperhatikan peneliti yang menggunakan jenis wawancara ini. Peneliti sejak awal harus memiliki
20
Sigit, Soehardi . 2001. Pengantar Metodologi Penelitian Sosial-Bisnis-Manajemen. Yogyakarta : Yogyakarta: Pena Persada Offset. Hal 191-192
21
(27)
15
focus pembicaraan yang ingin ditanyakan sehingga seluruh wawancara
yang dilakukan diarahkan pada focus yang telah ditentukan.22 Disini
pewawancara bersikap bebas dalam melakukan tanya jawab tanpa terikat dengan pedoman wawancara. Pedoman wawancara hanya berupa garis
besar apa yang akan ditanyakan.23
a. Observasi
Teknik Observasi ada dua yaitu teknik observasi langsung dan observasi tidak langsung. Teknik observasi langsung adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian yang pelaksanaannya langsung pada tempat di mana suatu peristiwa, keadaan atau situasi sedang terjadi. Sedangkan observasi tidak langsung adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian yang pelaksanaannya
tidak langsung di tempat atau pada saat peristiwa.24
Penelitian ini menggunakan observasi nonpartisipan yaitu observer tidak ikut dalam kehidupan orang yang diobservasi dan secara terpisah
berkedudukan selaku pengamat.25 Alasan menggunakan observasi
nonpartisipan dikarenakan peneliti hanya sebagai pengamat saja tanpa
22
Idrus Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. (Yogyakarta: Penerbit Erlangga) Hlm 107-108
23
Sumarni Murti & Wahyuni Salamah. 2006. Metodologi Penelitian Bisnis. (Yogyakarta: ANDI OFFSET) Hlm 89
24
Nawawi, H Hadari. 1991.Metode Penelitian Bidang Sosial. (Yogyakarta: Gajah Mada University Press) Hlm 94-95
25
Zuriah , Nurul. 2009. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan . (Jakarta : PT Bumi Aksara). Hal 172-176
(28)
16
harus terlibat dengan obyek penelitian. Selain itu juga peneliti hanya ingin mengetahui pola kemitraan yang dijalankan oleh waralaba Surabi Cimoet kemudian dari hasil observasi tersebut peneliti mencatat hal-hal yang memang dirasa perlu.
b. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengambil alih, mencatat data, gambar-gambar, peta dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk menambah kelengkapan data, mengetahui keaslian data. Dengan teknik dokumentasi non tertulis ini seperti (foto, rekaman, dan sebagainya).
7. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Pekerjaan analisis data dalam hal ini ialah mengatur,
mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan
mengkatagorikannya.26
26
(29)
17
Peneliti menggunakan Model Penelitian Kualitatif versi Miles dan Huberman. Analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang secara bersamaan, yaitu reduksi data penyajian data, serta penarikan kesimpulan atau verifikasi.
1. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang
muncul dari catatan –catatan lapangan. Reduksi dilakukan sejak
pengumpulan data, dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, menulis memo, dan lain sebagainya, dengan maksud menyisihkan data/ informasi yang tidak relevan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengategorisasikan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga akhirnya data yang terkumpul dapat diverifikasi.
2. Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif.
3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan kegiatan diakhir penelitian
kualitatif. Peneliti harus sampai pada kesimpulan dan melakukan verifikasi, baik dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang disepakati oleh subyek tempat penelitian itu dilaksanakan.
(30)
18
Skema 1 Teknik Analisis Data
Pada gambar tersebut tampak adanya ketiga kegiatan yang saling terkait dan merupakan rangkaian yang tidak berdiri sendiri. Penyajian data selain berasal dari hasil reduksi, perlu juga dilihat kembali dalam proses pengumpulan data untuk memastikan bahwa tidak ada data penting yang tertinggal. Demikian pula jika dalam verifikasi ternyata ada data kesimpulan yang masih meragukan dan belum disepakati kebenaran maknanya, maka kembali ke proses pengumpulan data.
Tindakan memvalidasi data sangat penting dalam penarikan kesimpulan.27
4. Validasi Data
Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi untuk menguji validasi data yang telah didapat. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
27
(31)
19
yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara ; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan ke orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan; (5) membandingkan
hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.28
28
Usman, Husaini dkk. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. (Jakarta: PT Bumi Aksara) Hlm 85-88
28
(1)
a. Wawancara
Wawancara adalah hal yang sangat penting dalam mengumpulkan data. Ada empat jenis wawancara dalam penelitian kualitatif : tersusun (structured), semi tersusun (semi-structured), informal dan retrospective (melihat masa lalu). Empat jenis wawancara ini satu sama lain tidak terpisah, tetapi sebagai titik berat atau tekanan saja.20
Dalam wawancara alat yang digunakan adalah alat pemandu (interview guide). Metode ini dapat juga dikatakan sebagai wawancara semistruktural (survey semistruktural), karena alat bantu tidak komplet seperti pada kuesioner. Panduan atau pertanyaan pada kuesioner tersusun sedemikian rupa menurut penggolongan data yang diperlukan. Berbeda dengan percakapan, wawancara lebih didominasi oeh pewawancara. Artinya responden lebih banyak pasif, atau menjawab setiap pertanyaan yang diajukan.21
Peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur karena jenis wawancara inilah yang lebih sesuai dalam penelitian kualitatif sebab jenis wawancara tidak terstruktur ini memberi peluang kepada peneliti untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Meski disebut wawancara tidak terstruktur, bukan berarti dialog yang ada lepas begitu saja dari konteks. Inilah hal utama yang harus diperhatikan peneliti yang menggunakan jenis wawancara ini. Peneliti sejak awal harus memiliki
20
Sigit, Soehardi . 2001. Pengantar Metodologi Penelitian Sosial-Bisnis-Manajemen. Yogyakarta : Yogyakarta: Pena Persada Offset. Hal 191-192
21
(2)
focus pembicaraan yang ingin ditanyakan sehingga seluruh wawancara yang dilakukan diarahkan pada focus yang telah ditentukan.22 Disini pewawancara bersikap bebas dalam melakukan tanya jawab tanpa terikat dengan pedoman wawancara. Pedoman wawancara hanya berupa garis besar apa yang akan ditanyakan.23
a. Observasi
Teknik Observasi ada dua yaitu teknik observasi langsung dan observasi tidak langsung. Teknik observasi langsung adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian yang pelaksanaannya langsung pada tempat di mana suatu peristiwa, keadaan atau situasi sedang terjadi. Sedangkan observasi tidak langsung adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian yang pelaksanaannya tidak langsung di tempat atau pada saat peristiwa.24
Penelitian ini menggunakan observasi nonpartisipan yaitu observer tidak ikut dalam kehidupan orang yang diobservasi dan secara terpisah berkedudukan selaku pengamat.25 Alasan menggunakan observasi nonpartisipan dikarenakan peneliti hanya sebagai pengamat saja tanpa
22
Idrus Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. (Yogyakarta: Penerbit Erlangga) Hlm 107-108
23
Sumarni Murti & Wahyuni Salamah. 2006. Metodologi Penelitian Bisnis. (Yogyakarta: ANDI OFFSET) Hlm 89
24
Nawawi, H Hadari. 1991.Metode Penelitian Bidang Sosial. (Yogyakarta: Gajah Mada University Press) Hlm 94-95
25
Zuriah , Nurul. 2009. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan . (Jakarta : PT Bumi Aksara). Hal 172-176
(3)
harus terlibat dengan obyek penelitian. Selain itu juga peneliti hanya ingin mengetahui pola kemitraan yang dijalankan oleh waralaba Surabi Cimoet kemudian dari hasil observasi tersebut peneliti mencatat hal-hal yang memang dirasa perlu.
b. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengambil alih, mencatat data, gambar-gambar, peta dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk menambah kelengkapan data, mengetahui keaslian data. Dengan teknik dokumentasi non tertulis ini seperti (foto, rekaman, dan sebagainya).
7. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Pekerjaan analisis data dalam hal ini ialah mengatur,
mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan
mengkatagorikannya.26
26
(4)
Peneliti menggunakan Model Penelitian Kualitatif versi Miles dan Huberman. Analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang secara bersamaan, yaitu reduksi data penyajian data, serta penarikan kesimpulan atau verifikasi.
1. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang
muncul dari catatan –catatan lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data, dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, menulis memo, dan lain sebagainya, dengan maksud menyisihkan data/ informasi yang tidak relevan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengategorisasikan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga akhirnya data yang terkumpul dapat diverifikasi.
2. Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif.
3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan kegiatan diakhir penelitian kualitatif. Peneliti harus sampai pada kesimpulan dan melakukan verifikasi, baik dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang disepakati oleh subyek tempat penelitian itu dilaksanakan.
(5)
Skema 1 Teknik Analisis Data
Pada gambar tersebut tampak adanya ketiga kegiatan yang saling terkait dan merupakan rangkaian yang tidak berdiri sendiri. Penyajian data selain berasal dari hasil reduksi, perlu juga dilihat kembali dalam proses pengumpulan data untuk memastikan bahwa tidak ada data penting yang tertinggal. Demikian pula jika dalam verifikasi ternyata ada data kesimpulan yang masih meragukan dan belum disepakati kebenaran maknanya, maka kembali ke proses pengumpulan data. Tindakan memvalidasi data sangat penting dalam penarikan kesimpulan.27
4. Validasi Data
Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi untuk menguji validasi data yang telah didapat. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
27
(6)
yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara ; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan ke orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.28
28
Usman, Husaini dkk. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. (Jakarta: PT Bumi Aksara) Hlm 85-88