BAB IV HASIL DAN EVALUASI KEGIATAN

BAB IV
HASIL DAN EVALUASI KEGIATAN
4.1

Sejarah Singkat Ternak Babi Milik Bapak Samsuri.
Pada mulanya peternakan babi Duroc ini adalah milik Bapak Samsuri yang
dimulai pada tahun 1975. Pada awal pemeliharaan ternak babi berjumlah 100 ekor,
namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta budaya,
maka menuntut kebutuhan hidup yang lebih besar. Seiring dengan berjalannya waktu
usaha peternakan ini semakin maju.
Setelah beberapa tahun berjalan Bapak Samsuri mengalami kebangkrutan
karena adanya wabah flu babi yang begitu meluas di seluruh dunia, sehingga
mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat untuk membeli babi dari tempat
ini. Kemudian usaha peternakan ini diteruskan oleh salah satu kerabatnya (Bapak
samsuri), dengan cara membantu menginvestasikan modal dari hasil dari usahaa itu,
sehingga mampu membawa kemajuan yang baik pada usaha peternakan ini.

4.2

Keadaan Umum Lokasi
Peternakan babi Duroc ini merupakan usaha babi pedaging yang khusus untuk

memproduksi daging. Peternakan ini berada di Kecamatan Dau Kabupaten Malang
dengan luas areal 1 hektar. Perusahaan Peternakan ini terletak di dataran tinggi dan
dikelilingi oleh tanaman hortikultural. Jumlah populasi ternak babi kurang lebih 300
ekor, masing-masing terdiri dari 40 ekor jantan dan 30 ekor betina, dan sisanya 250
ekor terdiri dari prestarter sampai finisher serta ternak yang masih dalam kandang
karantina.
Selain memproduksi daging yang baik, ternak babi juga mempunyai hasil
ikutan berupa kotoran yang dapat diolah menjadi kompos sehingga tidak mencemari

lingkungan sekitar dan dapat dimanfaatkan untuk kesuburan tanah dan tanaman.
Lokasi perkandangan dibangun dekat jalan raya namun bukan jalan utama sehingga
suasana disekitar tidak terlalu ramai atau bising, memudahkan dalam hal transportasi
dan babi lebih tenang terhindar dari stres. Sesuai dengan teori yang dipelajari maka
daerah ini cocok untuk usaha peternakan babi, hal ini dilihat dari usaha peternakan
yang strategis dan mudah dalam pemeliharaan.
4.3 Manajemen Pemberian Pakan
Semua faktor yang mendukung usaha peternakan yang paling penting dan
perlu diperhatikan adalah pakan, selain faktor pendukung lainnya. Biaya untuk pakan
dalam usaha peternakan babi mencapai 70 – 80 % dari total biaya produksi sehingga
komposisi ransum perlu disusun seoptimal mungkin untuk mencapai keuntungan yang

maksimal. Kurangnya ketersediaan pakan dapat berdampak pada produktivitas ternak.
Pakan sebagai sumber energi bagi ternak untuk keperluan pokok, produksi
dan reproduksi, dan tentunya proporsi pemberian disesuaikan dengan tujuan
pemeliharaan serta akan berubah sesuai dengan fase pertumbuhan ternak ( Devandra,
1979).
Manajemen pemberian pakan dalam Praktek Kerja Lapang ini menyangkut
frekuensi pemberian pakan, jumlah pemberian pakan, cara pemberian, dan jenis pakan
yang diberikan.
4.3.1 Jenis Pakan
Jenis pakan yang diberikan di lokasi PKL untuk babi fase starter, pakan yang
diberikan adalah konsentrat dengan ditambah bahan-bahan pakannya sebagai berikut:
tepung jagung, bekatul, minyak goreng tropikal, susu delac, pig premix, DCP,
mineral, megabio, garam. Masing-masing bahan pakan dicampur menjadi satu hingga

homogen dengan cara manual yakni dengan sekop. Pemberian pakan hijauannya
sendiri tidak ada.
Untuk babi starter diberikan butiran Ceky 550 dan 551 produksi pabrik
dengan jumlah proteinnya 21%. Sedangkan

babi fase finisher, grower, induk


menyusui dan pejantan pakan yang diberikan berupa konsentrat

yang didatangkan

dari luar dan pencampurannya dilakukan dalam perusahaan. Bahan pakan yang
diberikan berupa:

bekatul, tepung jagung, tepung ikan, tepung kedelai, mineral

ampok, DPC, dan pollard, yang diberikan secara hand feeding
4.3.2

Jumlah Pemberian Pakan
Jumlah pemberian pakan untuk babi stater di lokasi PKL diperkirakan 0,75-1
kg/ekor/hari untuk babi fase grower di lokasi PKL yang berat badannya berkisar
antara 40 – 50 kg adalah 2 kg / ekor / hari, sedangkan untuk babi finisher yang berat
badannya 80 kg jumlah pemberiannya 3 kg /ekor /hari. Hal ini sesuai dengan pendapat
Anonimus (1991) yang menyebutkan bahwa untuk ternak babi dengan bobot badan 30
kg, 40 kg. 50 kg, 60 kg, 70 kg, dan 80 kg, kebutuhan pakan secara berurutan adalah

1,5 kg, 1,7 kg, 2 kg, 2,5 kg, dan 2,7 kg, seperti tertera pada Tabel.
Tabel 6. Jumlah Pemberian Pakan di lokasi PKL
Umur/fase

Pemberian

Pakan

Air

babi

pakan(kg/ekor/

dikonsumsi(kg/ekor/hari)

minum,

hari)
Prestater

0,75
4.69
Adlibitum
Stater
1000
8.33
Adlibitum
grower
2000
25
Adlibitum
finisher
3000
37.50
Adlibitum
bibit
2000
25
Adlibitum
Pakan diberikan dalam bentuk basah, agar pakan lebih mudah dicerna serta

dapat menambah nafsu makan sebab babi pada umumnya lebih suka makanan dalam
bentuk basah.

4.3.3 Cara Pemberian Pakan
Cara pemberian pakan untuk babi fase prestarter, starter dilakukan secara ad
libitum, sedangkan pada babi fase finisher, grower dan laktasi diberikan secara hand
feeding. Metode hand feeding artinya pemberian sejumlah ransum tertentu dalam
frekuensi tertentu per hari (Parakkasi,1983). Tujuan dari pemberian hand feeding
adalah untuk mengurangi jumlah pakan yang terbuang.
Umumnya ransum diberikan dengan 2 cara yakni pemberian ransum secara
basah dan kering. Keuntungan pakan yang diberikan secara basah adalah agar pakan
lebih mudah dimakan dan dicerna serta dapat menambah nafsu makan sebab babi
pada umumnya lebih suka dalam bentuk basah (Anonimus, 1991). Di lokasi PKL
pakan diberikan dalam bentuk basah, sesuai dengan pendapat (Anonimus, 1991).
Pemberian pakan sistem basah bertujuan untuk mendapakan kualitas babi
bacon yang baik. Semua bahan makanan di bikin halus, kemudian dicampur air atau
dibasahi. Makanan ini diberikan kepada babi pada tempat pakan yang terbuat dari
lantai. Hal ini juga sangat tergantung pada jumlah babi dan tempat. Babi stater dipiara
secara kelompok, dimana jumlah babi dalam satu ruang cukup besar, sedangkan untuk
babi sehingga modal bisa dihemat. Tetapi pada system pemeliharaan individual,

sebaiknya makanan tersebut di taruh pada tempat pakan.

Keuntungan pemberian makanan sistem kering
a. Pengisian makanan cukup dilakukan sekali sehari.

b.

Makanan yang tersisa tidak mudah menjadi basi.

c.

Tempat atau kandang tidak mudah kotor.

d.

Lebih menghemat tenaga, karena peternak tidak setiap kali harus
membersihkan tempat dan tidak selalu mengisikan makanan.

Kelemahan pemberian makanan sistem kering
a. Agak sulit dimakan, karena hanya bisa diperoleh sedikit-demisedikit.

b. Makanan mudah terhambur.
Pemberian air minum di lokasi PKL diberikan secara ad libitum, kapan saja
babi ingin minum. Karena pemberiannya menggunakan kran air atau spindel. Menurut
Sihombing, (2006) di setiap petak kandang harus tersedia tempat pakan setara dengan
lantai berbentuk permanen atau temporer, dan air minum harus selalu tersedia dalam
bak air atau pentil air minum ( water nipple ) otomatis.
4.3.4 Frekuensi Pemberian Pakan
Frekuensi pemberian pakan di perusahaan peternakan babi milik bapak
Samsuri dilakukan sekali dalam sehari yaitu pukul 08.00WIB. Sebelum dilakukan
pemberian pakan terlebih dahulu kandang dan tempat pakan dibersihkan sekaligus
ternak babi dimandikan dengan cara disiram, hal ini didukung oleh pendapat
Dewanda (1988) bahwa penyiraman tubuh ternak babi sebelum ternak tersebut
diberikan pakan dapat meningkatkan nafsu makan dari ternak yang bersangkutan.
Tujuan lain dari penyiraman babi antara lain adalah untuk mengurangi panas tubuh
akibat adanya pembakaran lemak, karena apabila suhu badan meningkat maka babi
tersebut banyak mengkonsumsi air sehingga nafsu makannya turun.
4.4

Konversi Pakan dan Pertambahan Bobot Badan


Nilai konversi pakan merupakan perbandingan yang menunjukan efisiensi
penggunaan pakan untuk menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar satu satuan.
Konversi pakan ditentukan dengan cara membagi konsumsi pakan dengan
pertambahan bobot badan dalam satuan yang sama. Konversi pakan di lokasi PKL
dapat dilihat pada Tabel…..
Tabel 7 Konversi Pakan
Umur

Pemberian

Sisa pakan

Pakan yang

PBB

PBB

PBB


Konversi

babi/fase

pakan

yang

dikonsumsi

awal

akhir

(g/hari/20 ekor)

dikonsumsi

(gram/ekor)


Prestater

750

40

4.69

5

10

0,5

2.3

Starter
Grower
Finisher
bibit

1000
2000
3000
2000

30
20
20
20

8.33
25
37.50
25

10
25
40
30

20
40
60
50

2,0
1.6
1.50
1.67

3,33
3,13
3,13
3.7

Pakan

Makin rendah angka konversi pakan akan makin efisien dalam penggunaan
pakan (Wiliams, 2006). Edwards (2007) mengemukakan bahwa terdapat hubungan
positif antara selera makan dan efisiensi penggunaan pakan dan bobot badan. Menurut
English (2008) konversi pakan tergantung pada:
a.

.Kemampuan ternak mencerna zat makanan.

b.

Kebutuhan ternak akan energi dan protein untuk pertumbuhan, hidup
pokok dan fungsi tubuh lainnya.

c.

Jumlah makanan yang hilang melalui metabolisme dan kerja yang tidak
produktif

d.

Tipe makanan yang dikonsumsi.

Faktor - faktor yang mempengaruhi konversi pakan adalah genetik, umur,
berat badan, tingkat konsumsi pakan, pertambahan bobot badan perhari, palatabilitas

dan hormon. NRC (2008) memberikan rekomendasi angka konversi yang diharapkan
dari berbagai tipe babi adalah sebagai berikut: untuk anak babi dengan bobot badan 20
kg – 50 kg dan 50 kg – 110 kg berturut- turut adalah 2,71 dan 3,79 atau rata-rata
angka konversi 3,25. Berdasarkan hasil pengamatan dilokasi PKL pakan yang
dikonsumsi per hari adalah kurang lebih 3 kg, dengan pertambahan bobot badan
perhari adalah 90 kg/180 = 0,5 kg. Konversi pakan ternak babi adalah 3 kg/ 0,5 kg =
6 gram jika dibandingkan dengan pendapat yang disampaikan oleh Goodwin (1973)
bahwa untuk menghasilkan 1 kg bobot badan babi memerlukan 3,5 kg pakan, maka
konversi pakan di lokasi PKL terlalu tinggi sehingga pakan tidak efisien hal ini
disebabkan karena pakan yang diberikan dalam bentuk kering sehingga pakan banyak
terbuang atau tercecer.
Pertambahan berat badan di lokasi PKL 0,5 kg perhari hal ini sesuai dengan
pendapat Bambang (1994) yang menyatakan bahwa pertumbuhan berat badan ternak
babi sangat cepat yaitu 0,5-0,7 kg perhari.