parameter solubility kelarutan antar polimer yang akan dicampur. Disamping parameter tersebut ,tingkat polaritas polimer juga penting. Jika suatu bahan
bersifat polar sedangkan yang lain bersifat non polar maka perlu ditambahkan bahan penyerasi atau kompatibiliser .
Tujuan blending adalah menghasilkan suatu bahan dengan spesifikasi sifat yang diinginkan dimana diharapkan kualitas bahan yang dihasilkan akan lebih
baik dari bahan asli. Dalam beberapa tahun terakhir, pengembangan metode baru menggunakan
sistem blending polimer dan curing yakni penggunaan zat pengikat compatibilizer seperti senyawa urethane berkembang pesat terutama untuk
produk sederhana seperti compressing molding. Metode ini biasa digunakan untuk menghasilkan produk berkapasitas tinggi dengan teknologi sederhana
seperti produk alas kaki, tikar, penyeberangan jalan kereta api, bumper mobil dan bumper removal, dan alas karpet atletik. Pencampuran polimer adalah cara yang
paling sesuai untuk pengembangan material baru karena dapat menghasilkan bahan baru yang mempunyai sifat yang unggul dibandingkan masing-masing
materi pembentuknya. Metode ini biasanya lebih murah dan hanya memerlukan waktu singkat untuk menghasilkan bahan polimer baru dibandingkan dengan
metode polimerisasi dengan penemuan polimer baru dari monomer baru Keuntungan lain dari pencampuran polimer adalah sifat-sifat bahan dapat
disesuaikan dengan menggabungkan komponen polimer dengan cara mengubah komposisi campuran. Untuk meningkatkan daya rekat permukaan bahan pada
proses blending dan menstabilkan kondisi morfologi dalam campuran polimer, berbagai metode telah dikembangkan beberapa saat yang lalu. Secara umum, ada
dua metode untuk meningkatkan kompatibilitas immiscible blends:
a.Reaktif Blending, yakni dengan cara menambahkan polimer yang sudah
difungsionalisasi sehingga mampu meningkatkan interaksi tertentu danatau bereaksi secara kimia. Fungsionalisasi dapat dilakukan sebelum pencampuran
polimer atau sekaligus dalam proses pencampuran dalam mesin pencampur extruder sehingga akan terbentuk blok atau graft-kopolimer, halogenasi,
sulfonasi, formasi hydroperoksida, dan lai-lain. Perkembangan terakhir dalam
Universitas Sumatera Utara
produksi campuran polimer menggunakan metode reaktif blending bergantung pada pembentukan langsung kopolimer atau interaksi polimer. Biasanya polimer
reaktif dapat dihasilkan oleh radikal bebas kopolimerisasi atau disebut reaktif grafting kepada rantai induk polimer. Gugus fungsional, seperti anhydride,
epoxy, oxazoline, yang terikat pada rantai induk polimer sering dipilih untuk reaktif blending.
b.Penambahan zat kompatibiliser, yang memiliki interaksi spesifik danatau reaksi kimia dengan komponen campuran polimer. Blok- atau graft-kopolimer dan zat
reaktif dengan berat molekul rendah termasuk dalam kategori ini. Penentuan pilihan blok- atau graft-kopolimer sebagai zat kompatibiliser didasarkan pada sifat
kereaktifan dan kemudah-campuran miscibility dengan campuran polimer. Fungsionalisasi polimer yang mempunyai kemiripan struktur dengan salah satu
jenis polimer campuran dapat digunakan sebagai zat kompatibiliser dalam pencampuran polimer.
Disamping itu usaha untuk meningkatkan kompatibilitas campuran polimer dapat dilakukan dengan penambahan senyawa reaktif dengan berat
molekul rendah. Berbagai prosedur dapat dibedakan berupa : peroksida, monomer bifunctional multifungsi, cross linking agent vulkanisasi dinamis ,
sistem katalis, dan penambahan fillers reaktif sebagai kompatibiliser . Pembuatan polimer campuran dapat dilakukan dengan :
1.Pencampuran secara mekanik. 2.Pelarutan dalam larutan solvent ,dibuat film secara casting selanjutnya
dibekukan atau dikeringkan secara penyemprotan. 3.Latex blending.
4.Fine powder mixing.
5.Menggunakan monomer sebagai pelarut.
2.4. Termoplastik Elastomer TPE.