Bangunan Teoritis Studi tentang Kurikulum

Mas’udi Arah Baru Desain Kurikulum Mengejawantahkan Nilai-Nilai KKNI dalam Konstruks Kurikulum PGMI masyarakat transformation of society, yang secara proaktif mendorong peran serta masyarakat menerapkan dan menumbuhkembangkan kekuatan beragama, nilai keragaman diversity, keadilan, dan kebersamaan. 8

B. Bangunan Teoritis Studi tentang Kurikulum

Perbincangan tentang kurikulum tak ubahnya mengarah kepada perbincangan tentang ruh yang ingin diterapkan pada suatu lembaga. Keberadaannya menjadi suatu ketentuan dari out put yang akan dihasilkan oleh lembaga tersebut. Untuk itulah, guna memberikan deskripsi teoritis tentang maksud dari desain kurikulum sebagaimana rumusan judul pada penelitian ini “” beberapa teori berikut akan mengantarkannya; 1 Kurikulum dalam Pandangan Para Ahli Membahas desain kurikulum pada Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri PTAIN adalah perkara yang cukup pokok. Pokok dari pembahasan tersebut berkorelasi kuat dengan pengembangan- pengembangan akademik yang akan dihadirkan pada keberlanjutan aktivitas belajar dan mengajar di suatu perguruan tinggi dimaksud. Kenyataan yang berkembang ini harus berbanding lurus dengan tujuan utama ilosoi pendidikan. Sebagaimana dijelaskan oleh Burbules dalam Moon, dkk., ed., bahwa isu-isu penting tentang pendidikan yang berkembang di beberapa wilayah di luar Eropa menunjukkan pendidikan sebagai hakikat menyatu dengan spiritualitas, moralitas, dan pengembangan budaya. Pada bagian ini dapat dijelaskan bahwa kebijaksanaan pendidikan juga harus dimaknai sebagai kebijaksanaan pada keimanan atau aktivitas yang meluas kepada penggunaan identitas atau pengidentiikasian terhadap keberadaan diri sendiri. 9 Berpijak kepada penjabaran kebijaksanaan pendidikan sebagai pengejawantahan Filsafat Pendidikan pada pembahasan di atas dapat dimunculkan pemahaman bahwa hakikat utama dari kebutuhan lembaga pendidikan adalah kebijaksanaan akan mutu kurikulum 8 Ibid., hlm. 11. 9 Lebih lanjut, baca; Nisholas C. Burbules, “Philosophy of Education” dalam Boob Moon, dkk., ed., Routledge International Companion to Education, New York: Routledge, 2000, hlm. 4. ELEMENTARY Vol. 2 | No. 2 | Juli-Desember 2014 yang dirancang. Spiritualitas pada beberapa wilayah di luar Eropa telah disepakati sebagai objek utama pemenuhan kurikulum yang mengarahkan. Pada bagian ini Sikes dan Goodson dalam Sikes, dkk., ed., menjelaskan bahwa kurikulum secara nasional pada suatu negara harus dirancang sepenuhnya dengan berhaluan kepada nilai- nilai sosial yang berkembang. Untuk membuat suatu sistem berjalan secara efektif nilai-nilai sosial secara niscaya harus terwujud pada suatu kurikulum secara eisien. 10 Berpijak kepada pandangan Hayes, kurikulum dijelaskannya sebagai program formal dari suatu kegiatan dengan mengajarkan beberapa hal pokok; elemen dari kurikulum itu sendiri guna memunculkan perubahan, perbaikan atau nilai dan perilaku yang bisa diraih oleh para siswa sebagaimana hal tersebut telah dicanangkan sebagai pendidikan yang bernilai efektif oleh para ahli. 11 Pernyataan ini dengan gamblang merumuskan bahwa penentu kebijakan dalam pendidikan memiliki hak prerogatif terhadap pencapaian mutu pendidikan berdasar kepada kurikulum yang ditawarkan. Pendidik memiliki kewenangan besar guna mengarahkan struktur pendidikan yang diterapkan kepada pencapaian tertinggi pada masyarakat pendidikan itu sendiri. Masyarakat menjadi hakikat objektif terhadap ketentuan kurikulum pada suatu institusi pendidikan. Nilai-nilai yang dihadirkan pada suatu kurikulum secara niscaya perlu diorientasikan secara kokoh kepada eiensi nilai dari kehidupan umum di masyarakat. Inventarisasi dari data kerja masyarakat dalam rutinitas kehidupan mereka merupakan kebutuhan utama demi mencanangkan rumusan kurikulum yang akan direalisasikan dalam kelas. Kenyataan ini dikuatkan oleh Kitson dalam John O’Neill and Neil Kitson bahwa mengemukakan beberapa pertanyaan dan agenda pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik tanpa merumuskan kebutuhan utama masyarakat pada pengembangan pendidikan mereka. 12 10 Pat Sikes and Ivor Goodson, “Living Research: Thoughts on Educational Research as Moral Practice” dalam Pat Sikes, dkk., ed., The Moral Foundations of Educational Research Knowledge, Inquiry and Values Philadelphia, Open University Press, 2003, hlm. 36. 11 Denis Hayes, Encyclopedia of Primary Education London: Routledge, 2010, hlm. 7. 12 Neil Kitson, “Getting Started: The Process of Implementation” dalam John O’Neill and Mas’udi Arah Baru Desain Kurikulum Mengejawantahkan Nilai-Nilai KKNI dalam Konstruks Kurikulum PGMI Rumusan sistem pendidikan merupakan faktor penguat terhadap institusi sosial di masyarakat. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan Kelly bahwa terwujudnya institusi sosial yang baik akan secara niscaya mengubah rumusan sistemik pendidikan di masyarakat secara menyeluruh. 13 Dalam hal ini Kelly menegaskan bahwa pengembangan model kurikulum harus ditujukan sepenuhnya untuk menjadikan desain dari kurikulum tersebut menjadi efektif. Keberadaannya harus dirancang untuk mempromosikan rancangan kurikulum yang ditawarkan. 14 Lebih lanjut Kelly menjelaskan bahwa terdapat dua kondisi dalam merancang suatu kurikulum yang saling berhubungan. Dualisasi dari rancangan tersebut adalah kebijakan dan implementasi. Menyikapi keberadaan ini Kelly menjelaskan bahwa dua rancangan tersebut secara realitas menjadi unsur pokok berdirinya suatu lembaga. 15 Eksistensi kurikulum pada suatu lembaga menjadi aspek mendasar bagi relevansi kehidupan masyarakat pendidikan yang berada di dalamnya. Dalam keberadaan ini komponen kurikulum yang ditawarkan akan sepenuhnya memberikan warna bagi keberlanjutan dan partisipasi dari sekolah yang sedang berjalan. Pada bagian ini Hayes menjelaskan bahwa terdapat dua bentuk dasar bagi pembentukan siswa di suatu lembaga; a Dibentuk mengalir dengan memisahkan anak-anak ke dalam unsur kelompok berdasar dengan kemampuan yang mereka miliki. Setiap anak yang berdiam di tempat ini berasaskan kepada kurikulum yang dipertaruhkan bagi keberadaan anak-anak yang menetap di dalamnya. Untuk selanjutnya, pada bagian b Pengaturan dengan memisahkan pada anak berdasar kepada kemampuan mereka berpijak kepada sub-sub pembidangan yang diketahui, seperti memisahkan siswa dari dua kemampuan berbeda pada pembelajaran Bahasa Inggris dan Matematika. 16 Neil Kitson, ed., Effective Management Curriculum New York: Routledge, 1996, hlm. 184. 13 A. V. Kelly, The Curriculum; Theory and Practice London: Sage Publication, 2004, hlm. 1. 14 Ibid., hlm. 101. 15 Ibid., hlm. 104. 16 Denis Hayes, Encyclopedia ..............., hlm. 2. ELEMENTARY Vol. 2 | No. 2 | Juli-Desember 2014 2 Signiikansi Desain pada Kurikulum Pencapaian mutu pendidikan yang baik tidak bisa dipisahkan dari formulasi yang ditawarkan pada kurikulum yang diterapkan di suatu lembaga. Pada bagian ini, desain suatu kurikulum menduduki posisi sentral dari pencapaian tertinggi pendidikan yang dicanangkan oleh para penentu kebijakan dalam pendidikan. Sebagaimana dikukuhkan oleh Hayes bahwa isu kontemporer yang berkembang di dunia pendidikan berhubungan dengan keberlanjutan pengembangan dan kesadaran umum masyarakat. Hal ini secara niscaya menguat seiring dengan penyebarluasan dari kurikulum di sekolah yang didesain berbasis kepada lingkungan pendidikan atau kenyataan yang lebih dikenal dengan istilah ‘green’ pemurnian isu. 17 Analisa yang dikemukakan oleh Hayes di atas secara mendasar menjelaskan kepada segenap pemerhati pendidikan bahwa formulasi yang ditawarkan sekolah terhadap dinamika kehidupan siswa di dalamnya akan berdampak signiikan bagi keberlanjutan hidup mereka. Kenyamanan siswa di sekolah atau lembaga pendidikan apa pun bersinergi kuat dengan sajian tematis konstruk kurikulum yang telah didesainkan. Untuk itulah, kurikulum yang tersaji pada suatu lembaga pendidikan akan berimplikasi signiikan terhadap pola hidup anak didik di masa yang akan datang. Melanjutkan dimensi korelatif kurikulum terhadap masa depan pendidikan peserta didik di masa depannya, Pinar merumuskan dalam bahasannya. Dalam pandangan Pinar desain dalam kurikulum sepenuhnya harus terancang secara terarah guna memaksimalkan pencapaian tinggi dalam susunan pendidikan. Hal ini berpijak kepada hakikat tematis Pinar bahwa teoritisasi dalam kurikulum dapat membantu pengungkapan kebenaran di masa depan suatu negara. Keberadaannya mustahil menipu meskipun kemungkinan tekanan politis mungkin akan timbul di tengah-tengah ketentuannya. 18 17 Ibid., hlm. 10. 18 William F. Pinar, What Is Curriculum Theory? London: Lawrence Erlbaum Associates Publishers, 2004, hlm. 208. Mas’udi Arah Baru Desain Kurikulum Mengejawantahkan Nilai-Nilai KKNI dalam Konstruks Kurikulum PGMI

C. Landasan Kepustakaan