Latar Belakang ARAH BARU DESAIN KURIKULUM (Mengejawantahkan Nilai-Nilai KKNI dalam Konstruks Kurikulum PGMI) | Mas'udi | ELEMENTARY 1461 4873 1 SM

ARAH BARU DESAIN KURIKULUM Mengejawantahkan Nilai-Nilai KKNI dalam Konstruks Kurikulum PGMI Mas’udi Dosen Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus Abstract: In its process, the National Education System SNP in the target quality of education serves leaning to positive values of social development in the community. This has become a necessity because the state has a great responsibility to direct the main concepts of education to a more mature and make the child the best education dimensionless generation of people in his life. This demand is undoubtedly switch to stakeholders in a more focused area that is College. In this framework the Universities largely responsible for providing instructional design good for students who join the educational units built. The studies on the formulation of the current curriculum design is necessarily directed to the contemporary frameworks formulated by the government. In terms of social values that want to be introduced to the world of education, should be realized by all practitioners in the development of education that education itself will be held accountable to the common values that thrive in the community. For this reason, contemporary social values that developed in the middle of the community would essentially become a major capital references must be embodied in education. Key words: Design, Curriculum, the National Education System, Quality, Policy

A. Latar Belakang

Dalam perkembangannya, analisis tentang kurikulum merupakan hakikat mutlak yang harus dilakukan oleh instansi pendidikan. Hal ini Mas’udi Arah Baru Desain Kurikulum Mengejawantahkan Nilai-Nilai KKNI dalam Konstruks Kurikulum PGMI berbanding lurus dengan tuntutan peningkatan mutu lembaga yang terikat sepenuhnya dengan kurikulum pendidikan yang disajikan. Keberhasilan dalam mutu pendidikan yang terdapat pada suatu lembaga pendidikan akan ditopang oleh kesesuaian kurikulum yang ada dengan orientasi umum lembaga terkait. Dalam hal ini Zamroni menjelaskan bahwa kurikulum menempati posisi yang menentukan. Ibarat tubuh, kurikulum merupakan jantungnya pendidikan. Kurikulum merupakan seperangkat rancangan nilai, pengetahuan, dan keterampilan yang harus ditransfer kepada peserta didik dan bagaimana proses transfer tersebut harus dilaksanakan. 1 Berpijak kepada signiikansi peran kurikulum dalam rancangan pendidikan tersebut, pemerintah memiliki tanggung jawab besar untuk menciptakan muatan pendidikan yang mengunggulkan orientasi kesejahteraan masyarakat. Pemerintah sebagai pemangku kebijakan utama stabilisasi mutu pendidikan di berbagai instansi pendidikan secara de jure perlu memberikan wadah kontributif atas terlaksananya pendidikan yang bermutu. Untuk itulah, dalam orientasi rancangan tersebut pemerintah mewadahinya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional. Pada analisa tentang Standar Nasional Pendidikan SNP pemerintah menguatkan pentingnya analisa kesadaran pelaku pendidikan terhadap lingkup pokok SNP dimaksud. Beberapa cakupan SNP yang niscaya disadari oleh para pelaku pendidikan adalah, pertama; “Standar Isi”. Standar Isi sendiri merupakan ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Cakupan kedua yang harus diperhatikan oleh pelaku pendidikan adalah “Standar Proses”. Standar Proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Cakupan berikutnya yang harus diwujudkan dalam pengukuhan SNP adalah “Standar Kompetensi Lulusan”. Maksud dari cakupan ini adalah keniscayaan untuk menguatkan 1 Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2000, hlm. 128-129. ELEMENTARY Vol. 2 | No. 2 | Juli-Desember 2014 kualiikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Selanjutnya, pada cakupan keempat, dituntut sepenuhnya hadir pada Standar Nasional Pendidikan SNP “Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan”. Maksud utama dari penjabaran ini adalah keniscayaan untuk menguatkan kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan isik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Cakupan berikut yang harus terwujud dalam Standar Nasional Pendidikan adalah “Standar Sarana dan Prasarana”, yaitu standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Sementara bagian lain yang harus tercakup juga adalah “Standar Pengelolaan”, yaitu standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupatenkota, provinsi, atau nasional agar tercapai eisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Bagian akhir dari cakupan SNP yang harus ada adalah “Standar Pembiayaan”, yaitu standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun; dan “Standar Penilaian Pendidikan”, yakni standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Berangkat dari lingkup Standar Nasional Pendidikan SNP sebagaimana dijelaskan pada pembahasan di atas, tampak berdiri dengan kuat satuan orientasi pendidikan nasional yang mengikat semua unsur termaktub pada diri pelaku pendidikan. Cakupan yang telah terdeskripsikan pada pembahasan di atas menggiring segenap stakeholders dalam pendidikan untuk senantiasa mengingat unsur- unsur termaktub demi tercapainya mutu pendidikan yang baik serta mengarahkan. Hal ini dapat dilihat pula pada tuntutan adanya pemenuhan standar isi dalam Peraturan Pemerintah Nomor. 19 Tahun 2005. Dalam Pasal 5 mengenai tuntutan pemenuhan Standar Isi dijelaskan bahwa 1 Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi lulusan Mas’udi Arah Baru Desain Kurikulum Mengejawantahkan Nilai-Nilai KKNI dalam Konstruks Kurikulum PGMI pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Pada bagian kedua dijelaskan bahwa standar isi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikanakademik. Berbagai penjelasan yang tercakup pada pemenuhan nilai-nilai Standar Nasional Pendidikan sebagaimana terdeskripsikan pada beberapa pembahasan di atas menunjukkan dinamika yang akan muncul terhadap pencapaian mutu terbaik dalam pendidikan. Akan tetapi, keanekaragaman kondisi yang mengitari kondisi utama realitas pendidikan mustahil menaikan berbagai polemik yang akan muncul. Hal ini senada dengan argumentasi Zamroni yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses yang sangat kompleks dan berjangka panjang. Berbagai aspek yang tercakup dalam proses tersebut berkaitan erat antara satu sama lain dan bermuara pada terwujudnya manusia yang memiliki nilai hidup, pengetahuan hidup, dan keterampilan hidup. Kompleksitas tersebut tercipta pula karena interaksi di antara berbagai aspek terkait pendidikan, seperti guru, bahan ajar, fasilitas, kondisi siswa, kondisi lingkungan, dan metode mengajar yang digunakan tidak selamanya memiliki sifat dan bentuk yang konsisten serta dapat dikendalikan. 2 Menyikapi berbagai kondisi yang tercakup pada pertimbangan munculnya kompleksitas dalam pendidikan tersebut, Buchori mengungkapkan pentingnya menghadirkan dua unsur pokok dalam kecakapan atau kompetensi mengajar seorang guru, yaitu penguasaan bidang pengetahuan dan penguasaan keterampilan pedagogik atau kepiawaian mengajar. 3 Menganalisa tentang kondisi tersebut pada realitasnya Buchori juga menegaskan tentang terjadinya perdebatan di antara keduanya. Untuk itulah Zamroni dengan gigih menjelaskan bahwa fenomena dalam dunia pendidikan di atas semua unsur yang terintegrasi ke dalam dinamika pendidikan itu sendiri akan selalu berdimensi jangka panjang. Zamroni menjelaskan bahwa pendidikan disebut berdimensi jangka panjang karena proses pendidikan adalah mempersiapkan manusia untuk dapat hidup layak di masa depan, yaitu suatu masa yang 2 Zamroni, Paradigma Pendidikan, hlm. 128. 3 Mochtar Buchori, Evolusi Pendidikan di Indonesia dari Kweekschool sampai ke IKIP: 1852-1998 Yogyakarta: Insist Press, 2007, hlm. 172. ELEMENTARY Vol. 2 | No. 2 | Juli-Desember 2014 tidak mesti sama bahkan cenderung berbeda dengan masa kini. 4 Melihat kemungkinan-kemungkinan yang akan muncul pada perkembangan dunia pendidikan beriring dengan timbulnya dinamika pertumbuhan masyarakat di dalamnya dituntut sepenuhnya agar kondisi tersebut tertata dengan rapi dan mengarahkan. Hal ini sebagai kontribusi terhadap analisa Zamroni bahwa pendidikan senantiasa berjalan dalam dimensinya yang panjang. Untuk itulah, mengisi ruang-ruang dari semua dimensi yang berjalan penting menghadirkan sistem manajerial yang mengarahkan. Sebagaimana perspektif yang dijelaskan oleh Bush dan Coleman bahwa aspek utama dalam manajemen pendidikan adalah menyusun arah, tujuan, dan sasaran. 5 Arah pendidikan dan tujuan serta sasarannya akan terungkap dengan jelas seiring dengan pemenuhan nilai- nilai dasar akumulatif dalam pendidikan. Dimensi jangka panjang dalam pendidikan akan terlihat efektif ketika dipahami bahwa kurikulum yang tersaji di dalamnya merupakan jembatan yang akan mengantarkan para peserta didik dari kehidupan masa kini ke kehidupan masa depan. 6 Setiap stakeholders dalam dunia pendidikan harus menyadari bahwa peserta didik yang ada di bangku sekolah dewasa ini dipersiapkan untuk dapat hidup secara layak dan bermanfaat baik bagi diri, keluarga, dan masyarakatnya di masa mendatang. Beranjak dari pentingnya menghadirkan mutu kurikulum yang berorientasi pada pencapaian hasil bermutu pendidikan di masa mendatang, perlu menyadari muatan yang harus tersaji di dalamnya. Berpijak kepada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional pada muatan Pasal 9 disebutkan di dalamnya dengan gamblang bahwa kurikulum yang tersaji dalam SNP adalah 1 Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan untuk setiap program studi; 2 Kurikulum tingkat satuan pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, 4 Zamroni, Paradigma Pendidikan, hlm. 129. 5 Tony Bush dan Marianne Coleman, Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan, terj., Fahrurrozi Yogyakarta: Ircisod, 2006, hlm. 20. 6 Zamroni, Paradigma Pendidikan, hlm. 129. Mas’udi Arah Baru Desain Kurikulum Mengejawantahkan Nilai-Nilai KKNI dalam Konstruks Kurikulum PGMI dan Bahasa Inggris; 3 Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2, kurikulum tingkat satuan pendidikan tinggi program Sarjana dan Diploma wajib memuat mata kuliah yang bermuatan kepribadian, kebudayaan, serta mata kuliah Statistika, danatau Matematika; 4 Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kedalaman muatan kurikulum pendidikan tinggi diatur oleh perguruan tinggi masing-masing. Melanjutkan dari rumusan Pasal 9 di atas penting pula mengkaji rumus pembahasan pada Pasal 15 yang menjelaskan; 1 Beban SKS minimal dan maksimal program pendidikan pada pendidikan tinggi dirumuskan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri; 2 Beban SKS efektif program pendidikan pada pendidikan tinggi diatur oleh masing-masing perguruan tinggi. Berbagai kebijakan yang telah dilimpahkan kepada masing-masing perguruan tinggi terkait dengan kurikulum yang semestinya dihadirkan membuka pintu baru bagi segenap pemangku kebijakan di perguruan tinggi agar mengarahkan struktur pendidikan di dalamnya ke muara visi dan misi perguruan tinggi dimaksud. Hal ini mutlak dilakukan karena setiap perguruan tinggi dituntut untuk memberikan distingsi positif berhubungan dengan wilayah bertempatnya lembaga pendidikan tinggi yang ada. Semakin baik arahan pemunculan dari lokus studi pada perguruan tinggi tertentu, maka semakin terekspos kepada publik akan identitas terikat lembaga dimaksud. Untuk selanjutnya, berpijak kepada gambaran kondisional yang telah diberikan kepada masing-masing perguruan tinggi terkait dengan kebijakan internalnya, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri STAIN Kudus dalam pengembangan akademik di dalamnya memunculkan beberapa identitas penting pendukung eksistensinya. Hal ini terlihat pada Pola Ilmiah Pokok PIP Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri STAIN Kudus yang mendukung kepada tercapainya realitas Islam Transformatif. Di antara beberapa PIP yang dirancang eksistensinya pada STAIN Kudus adalah membumikan nilai-nilai keislaman, dengan mengembangkan keilmuan Islam yang transformatif, mengedepankan perubahan dari teks ke dalam konteks, perubahan dari pemikiran ke dalam aksi, dan perubahan dari individu ke dalam kehidupan sosial. Visi, misi, tujuan dan ELEMENTARY Vol. 2 | No. 2 | Juli-Desember 2014 PIP tersebut bercita-cita ingin menjadikan STAIN Kudus sebagai motor penggerak perubahan dari masyarakat berkembang menuju masyarakat religius yang modern. Pembentukan masyarakat religius yang modern selalu diikuti oleh proses transformasi sosial, yang menandai suatu perubahan dari masyarakat yang potensi keberagamaannya kurang berkembang menuju masyarakat maju yang dapat mengaktualisasikan potensi keberagamaannya secara optimal dalam konteks masyarakat multikultural. 7 Segenap Stakeholder STAIN Kudus menyadari bahwa di era global sekarang ini, transformasi itu berjalan dengan sangat cepat yang kemudian mengantarkan pada masyarakat berbasis pengetahuan knowledge based society. Di dalam masyarakat berbasis pengetahuan, peranan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat dominan. Dalam analisis internalnya, STAIN Kudus memperjelas kondisi riil masyarakat wilayah Pantura Jawa Tengah Bagian Timur yang pada umumnya indeks teknologi penguasaan mereka masih rendah dan belum secara optimal memanfaatkan Iptek sebagai penggerak utama prime mover perubahan masyarakat. Oleh karena itu STAIN Kudus memfasilitasi peningkatan indeks teknologi tersebut, dengan menggeser dan mengembangkan keilmuan Islam yang bukan hanya sebuah ajaran yang berada di dalam diri saleh individual, melainkan ajaran yang integral menyatu di luar diri saleh sosial dengan arus kesadaran diri dan denyut kehidupan masyarakat yang multikultural, serta bermanfaat bagi seluruh kehidupan manusia, tanpa membedakan golongan, etnis dan agama. Di samping kondisi tersebut, STAIN Kudus juga berupaya penuh melakukan transfer teknologi yang biasanya terjadi melalui investasi sumber daya manusia human investment. Dengan demikian, kebijakan pendidikan di STAIN Kudus dirancang sepenuhnya sejalan dengan kebijakan investasi, yang ditempuh melalui tiga jalur transformasi: 1 Transformasi diri; transformation of self terwujudnya tanggung jawab dan pemahaman secara kritis dan relektif terhadap diri dan orang lain, 2 Transformasi pendidikan transformation of schools, yang menuntut penalaran kritis terhadap semua aspek pengajaran yang berpusat pada mahasiswa student centered, dan 3 Transformasi 7 Renstra dan Renop STAIN Kudus 2004-2014, hlm. 11. Mas’udi Arah Baru Desain Kurikulum Mengejawantahkan Nilai-Nilai KKNI dalam Konstruks Kurikulum PGMI masyarakat transformation of society, yang secara proaktif mendorong peran serta masyarakat menerapkan dan menumbuhkembangkan kekuatan beragama, nilai keragaman diversity, keadilan, dan kebersamaan. 8

B. Bangunan Teoritis Studi tentang Kurikulum